PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cendana merupakan tanaman endemik asli Indonesia, yakni dari Pulau Timor dan
sekitarnya. Kayu cendana maupun minyak atsirinya banyak digunakan untuk tujuan-tujuan
keagamaan oleh orang-orang Hindu di India, Jepang, Cina dan Taiwan. Selain digunakan
untuk bahan pengharum, minyak cendana juga digunakan sebagai obat, ukiran dan
kerajinan. Kayu cendana memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi karena aroma khas yang
dimilikinya.
(Santalum album) merupakan tanaman penghasil kayu dan minyak cendana. Tanaman ini
dapat tumbuh baik pada iklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi di tanah berpasir,
kerikil, bebatuan dan gambut. Namun sejak adanya otonomi daerah, daerah penghasil
cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), makin
berkurang. Hingga tahun 2010, hanya ditemukan 1.426 pohon cendana dengan diameter 20
cm- 100 cm, padahal sebelumnya tahun 1998 jumlahnya mencapai 112.710 pohon
(Rahardjo, 2014). Sehingga perlu dilakukan pembudidayaan dengan tepat agar cendana tetap
ada dan mampu menjadi sumber ekonomi masyarakat.
Budidaya tanaman cendana dapat dilakukan dengan cara perkembangbiakan generatif
maupun vegetatif. Perkembangbiakan cendana secara generatif dilakukan dengan biji.
Namun, viabilitas biji cendana cepat menurun sehingga upaya pembudidayaannya sulit
dilakukan. Perkembangbiakan cendana secara vegetatif dapat dilakukan dengan stek akar,
yang dilakukan dengan melukai akar dan menggunakan trubusan yang tumbuh dari luka
tersebut sebagai stek. Dengan sistem stek bibit yang dihasilkan genotipnya telah diketahui
dan dapat dibuat pada waktu yang diperlukan. Hal-hal yang diperhatikan dalam pembiakan
vegetatif dengan cara stek, antara lain umur stek, media, intensitas cahaya, teknik
pemotongan dan konsentrasi hormon yang digunakan. Zat pengatur tumbuh atau hormon di
dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, ethylene, dan
inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis (Abidin,
1985). Menurut Kusumo (1984), untuk perakaran stek, hormon yang paling menentukan
adalah dari kelompok auksin. IBA adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang termasuk
dalam kelompok auksin.
Zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator) adalah senyawa organik yang bukan
hara (nutrient), yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat
(inhibit) dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan (Abidin, 1985). Kusumo (1984)
mengatakan bahwa pada kadar rendah tertentu hormon/ zat tumbuh akan mendorong
pertumbuhan, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan,
meracuni, bahkan mematikan tanaman.
Pada jenis tanaman lain sudah banyak informasi tentang pembuatan stek dengan zat
pengatur tumbuh yang tepat, salah satunya untuk tanaman ganitri (Elaeocarpus ganitrus
Roxb). Menurut Rachman dan Asep (2012) perbanyakan tanaman ganitri dapat dilakukan
dengan cara stek pucuk dengan penggunaan IAA dengan dosis 300 ppm selama 10 menit
memberikan keberhasilan tumbuh rata-rata 97,7 %.
Lama perendaman yang tinggi pada konsentrasi tertentu akan mengakibatkan sel-sel
tersumbat sehingga akan menghambat air dari media yang digunakan untuk proses pelarutan
cadangan makanan yang akan digunakan untuk proses fisiologisnya sehingga akan
mengganggu awal munculnya tunas. Lama perendaman dan konsentrasi rendah yang tepat
akan berbeda-beda sesuai jenis tanamannya. Sehingga perlu diketahui informasi tersebut
agar dapat menghasilkan tanaman dengan tingkat keberhasilan tanaman yang tinggi.
Suginingsih dan Winarni (2011) telah meneliti tentang pengaruh zat pengatur tumbuh
IBA (Indole Butyric Acid) dan ukuran diameter terhadap persen jadi dan pertumbuhan stek
akar cendana. Hasilnya penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ukuran diameter stek
akar berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan jumlah tunas yang tumbuh, ukuran
diameter akar 11-17 mm adalah yang terbaik, untuk pertumbuhan tinggi yang paling baik
adalah stek berdiameter 7-10 cm. Tetapi dalam penelitian tersebut masih belum diketahui
tentang lama perendaman yang tepat pada penggunakan hormon IBA.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Determinasi Tanaman Santali Lignum (Kayu Cendana)?
2. Bagaimanakah Morfologi Tanaman Santali Lignum (Kayu Cendana)?
3. Bagaimanakah Gambaran Mikrokospis Simplisia Santali Lignum (Kayu Cendana)?
4. Bagaimanakahkah Kadungan Metabolit Tanaman Santali Lignum (Kayu Cendana)?
5. Bagaimanakah Variabilitas Dan Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Bahan Alam?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Determinasi Tanaman
Nama lain : Kayu cendana
Nama tanaman asal : Santalum album (L)
Keluarga : Santalaceae
Zat berkhasiat utama / isi: Minyak atsiri, harsa, zat penyamak.
Penggunaan : Diuretika, karminativa, antispasmodik
Pemerian : Bau harum, rasa agak pahit khas.
Bagian yang digunakan : Kayu galih dari batang, dahan dan akar.
Keterangan:
-Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
Cendana adalah salah satu tanaman yang bersifat hemiparasit. Bagian akarnya
berhubungan dengan akar inang melalui haustoria dan zat makanan disadap dari pohon inang
ketajuk cendana. Selama pohon cendana tersebut tumbuh, produksi minyak berjalan terus pada
bagian akar kayu teras. Pohon cendana akan tumbuh terus dan akan terhenti setelah pohon
berumur 60 – 80 tahun atau lebih. Tinggi pohon pada umur tersebut dapat mencapai 60 – 65 ft.
Masa berbunga dan berbuah pohon cendana dipengaruhi oleh daerah tempat tumbuh. Pada
umumnya musim berbunga mulai dari bulan Desember sampai dengan Januari dan buah masak
pada bulan Maret sampai Juli. Pohon cendana berkembang baik dengan bijinya, disebarkan
dengan bantuan serangga, tikus, dan burung.
Tanaman cendana dapat diserang oleh hama atau penyakit, misalnya penyakit bulir atau
“spike disease” yang disebabkan oleh sejenis mikroplasma yang banyak dijumpai di India,
dengan tanda tanaman tumbuh kerdil dan menguning. Penyakit lainnya ialah reetdauw (sooty
mold), berupa bercak hitam akibat jemur yang tumbuh di atas daun.Selain karena jamur, tanaman
cendana sering juga rusak oleh serangga dan tikus. Serangga yang sering menyerang cendana
diantaranya ialah Zeuzeura ceffea sejenis kupu-kupu yang menggerek ranting muda. Chionapsis
sp dan walang kayu (Valanga nigricornis zehntneri Kraus) serta kumbang moncong.
Di pulau Timor, dikenal dua macam varietas tanaman cendana yaitu varietas cendana berdaun
kecil (no menutu, no ana) da berdaun lebar (nonaik). Masing-masing termasuk varietas longifolia
dan langifolia. Pada satu pohon sering terdapat bermacam-macam bentuk dan ukuran daun.
2.3 Gambaran Mikrokopis Kayu Cendana
2.3.1 Makroskopik. Kayu berbentuk potongan-potongan atau keeping dengan ukuran sangat
bervariasi, panjang sampai 1 m, tebal 15 cm sampai 20 cm, keras, besar, padat , mudah
dibelah warna kekuning-kuningan atau agak kemerah-merahan ; pada potongan
melintang tampak lingkaran berwarna gelap berseling dengan lingkaran berwarna
lebih muda, berpori, jari-jari empulur sempit, banyak dan berdekatan.
2.3.2 Mikroskopik. Pada penampang melintang tampak jari-jari xylem berisis sedikit butir
pati kecil, tunggal. Pembuluh kayu atau trakea dinding tebal, berlignin, bernoktah
dengan lubang berbentuk celah umumnya berisi zat yang berwarna kuning sampai 40
serabut , dinding serabut tebal berlignin, lumen jelas diantara kelompok serabut
terdapat sel parenkim yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk prisma dan juga
berisi minyak berwarna kuning. Serbuk berwarna kuning. Fragmen pengenal adalah
berkas serabut dengan seludang hablur kalsium oksalat bentuk prisma; fragmen
pembuluh kayu berpenebal jala. Fragmen serabut umumnya panjang dan lumen jelas;
hablur kalsium oksalat berbentuk prisma; serabut xylem dengan jari-jari empulur; butir
pati tunggal
2.4 Kandungan Metabolit Tanaman Kayu Cendana
Metabolit Sekunder yang Terdapat pada Cendana
Cendana berupa pohon yang lurus dan bulat tanpa alur. Daun berbentuk ovate atau lanset
dan berminyak. Panjang daun 3,25-7,50 cm. Cendana memiliki beberapa kandungan seperti
minyak atsiri, hars, dan zat samak. Kandungan minyak atsiri pada cendana terdiri dari
santalol (seskuiterpenalkohol), santalen (seskuiterpena), santen, santenon, santalal, santalon,
dan isovalerilaldehida.
Di Timor, dikenal dua macam varietas cendana yaitu no menutu atau no ana yang
berdaun kecil dan nonaik berdaun lebar. Pada satu pohon sering terdapat bermacam-macam
bentuk dan ukuran daun. Varietas tanaman cendana berdaun kecil,mempunyai kadar minyak
lebih tinggi pada bagian kayu teras, tetapi kadar santalol lebih rendah. Pembentukan minyak
dan aroma juga diperbaharui bulan kering yang panjang.
Anggota famili santalaceace itu berbunga cepat pada umur 3-5 tahun. Bunga cendana
hermafrodit, berbentuk tabung, dan mempunyai 4-5 lidah yang terlepas satu dengan lainnya.
Cendana santalum album tumbuh baik didaerah yang berudara dingin dan kering serta cukup
intensitas sinar matahari. Selama pohon cendana tersebut tumbuh , produksi minyak berjalan
terus pada bagian akar kayu teras. Pohon cendana akan tumbuh terus dan terhenti setelah
berumur 60-80 tahun.
Tinggi pohon pada umur itu mencapai 20-25m. Masa berbunga dan berbuah pohon
cendana ini dipengaruhi oleh daerah tempat tumbuh. Pada uumnya usim berbunga mulai
desember – januari . buah masak pada maret-juli. Dalam 1 kg terdapat 5000-8000 biji yang
mengandung 60% minyak merah kehitaman yang kental. Minyak semakin kental jika terkena
sinar matahari atau dipanaskan. Selain biji, daun juga menghasilkan minyak berwarna kuning
pucat.
Titik leleh minyak cendana pada suhu 30oC. Sekitar 75% komponen minyak tidak
tersabunkan seperti n-octacosanol, tricontanol, palmiton, 10-hidrokdipalmaton. Tak
tersabunkan berarti katika dilarutkan dalam natrium hidroksida tak terjadi reaksi kimia. Pada
umumnya penyulingan memperoleh minyak cendana dan batang pohon yang mengandung 4-
8%. Sedangkan akar mengandung 10% dan ranting 2-4% minyak.
Minyak cendana memiliki kemampuan pengikatan dan pencampuran yang baik. Oleh
karena itu minyak cendana banyak digunakan pada industri parfum, kosmetik, dan perlatan
mandi. Minyak cendana bersifat antiseptik dan antibakteri. Beberapa tetes minyak cendana
dapat menenangkan penyakit bronkitis yang kronis. Di china, minyak cendana dapat
digunakan untuk mecegah mual, muntah, dan sakit perut. Pemanfaatan lain pada beberapa
produk pangan dan industri minuman. Jumlah yang diperbolehkan maksimal 0,001%.
Aroma minyak sangat harum, kental dan berwarna kuning. Jika digunakan keharuman
terus melekat berhari-hari, kandungan minyak terdiri atas 90% sesquisterpen alkohol dengan
komponen santalol berunsur 45-47% alfa-santalol dan 20-30% beta-santalol. Beberapa
kompponen minyak cendana kini disintesis untuk mensubsitusi minyak aslinya seperi
sandela, santaliso, kampanil sikloheksanol dan trimetilsiklopentenil
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Publications/files/leaflet/LE0017-04.pdf diakses 12
maret 2012
Anynomous. 2007b. Jamu Iboe Produk Kunir Putih. http://digilib. litbang. depkes. go.id/ g.php?
id=jepkbkppk- gdl-res-2007-katno 1002 - adas84=kualitas. Diakses tanggal 25 April 2008.
Badan Litbang Kesehatan. 2005a. Obat Nabati Untuk Kesehatan.. http://www. kafka.
wb.id/indeks2.php?option=com_cont ent8do_18id=135. Diakses tanggal 29 Desember 2007.
Badan Litbang Kesehatan. 2005b. Pengobatan Tradisional Sebagai Bahan Alternatif Harus
Dilestarikan. http: //digilib. litbang. depkes. go. id/g. php?id = jepkbppk-gdl-res- 2005-
katno1002-adas 84=kualitas. Diakses tanggal 29 Desember 2007.
Karyasari. 2007. Herba Indonesia. http://www. karyasari. wb. id/ indeks2. php?optioan=com
content8 do. Edisi April 2007. Diakses tanggal 5 Mei 2008.