Anda di halaman 1dari 13

Pereview Nurul Hidayah

Tanggal 4 Oktober 2013


Topik Stress

Penulis Hesty Titis Prasetyorini dan Dian Prawesti


Tahun 2012
Judul Stress pada Penyakit Terhadap Kejadian Komplikasi
Hipertensi pada Pasien Hipertensi
Jurnal Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume & Hal. Volume 5, No.1
Website -
Diakses tanggal -

Latar Belakang Hipertensi dapat dikendalikan apabila ditangani dengan baik sejak
dini. Namun banyak penderita hipertensi yang baru menyadari
menderita hipertensi ketika telah terjadi komplikasi hipertensi.
Banyak hal yang dapat menyebabkan komplikasi hipertensi, salah
satunya adalah stres. Ketika seseorang mengalami stres maka
tubuh akan memproduksi hormon yang dapat meningkatkan
tekanan darah, peningkatan tekanan darah inilah yang memicu
terjadinya komplikasi hipertensi.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan stres
dengan kejadian komplikasi hipertensi pada pasien hipertensi di
Ruang Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Baptis Kediri.
Landasan Teori Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat dikendalikan jika
ditangani sejak dini, namun ada pasien yang baru menyadarinya
jika telah terjadi komplikasi kerusakan organ. Peningkatan tekanan
darah disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya jenis kelamin,
latihan fisik, makanan, stimulan (zat-zat yang mempercepat fungsi
tubuh), stres emosional (marah, takut, dan aktivitas seksual),
kondisi penyakit (arteriosklerosis), hereditas, nyeri, obesitas, usia,
serta kondisi pembuluh darah (Hegner, 2003). Salah satu penyebab
peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah stres.
Stres merupakan suatu tekanan fisik maupun psikis yang tidak
menyenangkan. Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat dan kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat
(Gunawan, 2001). Apabila terjadi dalam kurun waktu yang lama
akan berbahaya bagi orang yang sudah menderita hipertensi
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat
menyerang berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung,
pembuluh darah arteri, serta ginjal (Marliani, 2007). Sebagai
dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita
menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya
kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang
dimilikinya (Ramitha. 2008).
Variabel Stress
Independen
Variabel Dependen Kejadian Komplikasi Hipertensi
Metode Motede yang digunakan adalah cross sectional, yaitu jenis
penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau
observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali,
pada satu saat.
Subjek Populasinya adalah pasien dengan hipertensi di Ruang Rawat Inap
Dewasa Rumah Sakit Baptis Kediri. Besar sampel adalah 29
responden yang diambil dengan cara acidental sampling.
Manipulasi
Instrumen 1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat dikendalikan jika
ditangani sejak dini, namun ada pasien yang baru menyadarinya
jika telah terjadi komplikasi kerusakan organ. Data
dikumpulkan dengan kuesioner dan observasi terstruktur.
2. Stres merupakan suatu tekanan fisik maupun psikis yang tidak
menyenangkan. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan
observasi terstruktur.
Teknik Analisis Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan uji
statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05.
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden
(55%) mengalami stres, dan lebih dari 50% responden (62%)
mengalami komplikasi hipertensi. Hasil uji statistik chi-square
didapatkan p = 0,002 dimana p < maka Ho ditolak dan Ha
diterima, jadi ada hubungan yang signifikan antara stes dengan
kejadian komplikasi hipertensi. Banyak hal yang menyebabkan
stres dari penelitian ini, sebagian besar dikarenakan perilaku
responden dalam kehidupannya sehari-hari dan juga perilakunya
terhadap penyakit yang dimilikinya. Dari 29 responden, didapatkan
18 responden (62%) mengalami komplikasi hipertensi dan 11
responden (38%) tidak mengalami komplikasi hipertensi.
Penelitian ini menunjukan bahwa komplikasi hipertensi yang
paling sering terjadi dalam penelitian ini adalah komplikasi
hipertensi pada otak yaitu CVA.
Kesimpulan Lebih dari 50% responden mengalami stres yaitu 16 responden
(55%). Lebih dari 50% responden mengalami kejadian komplikasi
hipertensi yaitu 18 responden (62%). Hasil uji statistik didapatkan
bahwa p = 0,002 yang berarti bahwa ada hubungan antara stres
dengan kejadian komplikasi hipertensi pada pasien hipertensi di
Ruang Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Baptis Kediri.
Diharapkan pasien dengan hipertensi mampu mengenali stres dan
kemudian menangani stres tersebut, supaya tidak berkepanjangan
dan bertambah berat agar tidak menimbulkan komplikasi
hipertensi.
Pereview Nurul Hidayah
Tanggal 1 Oktober 2013
Topik Stress-gangguan siklus menstruasi

Penulis Asniya Rakhmawati dan Fillah Fithra Dieny


Tahun 2012
Judul Hubungan Obesitas dengan Kejadian Gangguan Siklus
Menstruasi pada Wanita Dewasa Muda
Jurnal Artikel Penelitian Universitas Diponegoro
Volume & Hal. -
Website -
Diakses tanggal -

Latar Belakang Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus
kehidupan dengan rentan usia 19-40 tahun. Pada tahap ini terjadi
proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik
maupun psikologis. Kesehatan reproduksi pada tahap ini sangatlah
penting karena berkaitan erat dengan tingkat fertilitas. Pada penelitian
menyimpulkan bahwa resiko terjadinya gangguan siklus menstruasi 2
kali lebih besar pada wanita yang mengalami obesitas dibandingkan
dengan wanita normal. Obesitas dapat menyebabkan gangguan siklus
menstruasi melalui jaringan adipose yang secara aktif mempengaruhi
rasio hormone estrogen dan androgen. Pada wanita yang mengalami
obesitas terjadi peningkatan produksi estrogen karena selain ovarium,
jaringan adipose juga dapat menghasilkan estrogen. Peningkatan
kadar estrogen yang terus menerus secara tidak langsung
menyebabkan peningkatan hormone androgen yang dapat
mengganggu perkembangan folikel sehingga tidak dapat
menghasilkan folikel yang matang.
Tujuan Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan obesitas
dengan kejadian gangguan siklus menstruasi pada wanita dewasa
muda.
Dasar Teori Gangguan siklus menstruasi berkaitan dengan penurunan fertilitas dan
berbagai gangguan kesehatan organ reproduksi. Kesehatan
Reproduksi pada masa dewasa muda yang berkisar usia 19-40 tahun
sangatlah penting karena berkaitan erat dengan tingkat fertilitas.
Gangguan Menstruasi merupakan indicator penting yang menunjukan
adanya gangguan fungsi system reproduksi yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan resiko berbagai penyakit seperti kanker rahimdan
payudara, infertilitas, serta fracture tulang. Faktor yang dapat
menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain gangguan
hormonal, pertumbuhan organ reproduksi, status gizi, stress, usia, dan
penyakit metabolic seperti diabetes mellitus.
Obesitas merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang serius
di seluruh dunia karena obesitas berperan dalam meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. Obesitas dapat menyebabkan gangguan
siklus menstruasi melalui jaringan adipose yang secara aktif
mempengaruhi rasio hormone estrogen dan androgen. Pada wanita
yang mengalami obesitas terjadi peningkatan produksi estrogen
karena selain ovarium, jaringan adipose juga dapat menghasilkan
estrogen. Peningkatan kadar estrogen yang terus menerus secara tidak
langsung menyebabkan peningkatan hormone androgen yang dapat
mengganggu perkembangan folikel sehingga tidak dapat
menghasilkan folikel yang matang.
Variabel Obesitas
Independen
Variabel Dependen Gangguan siklus menstruasi
Variabel Perancu Stress
Metode Metode analitik observasional dengan rancangan penelitian cross-
sectional.
Subjek Pada penelitian ini, subjek yang akan diambil adalah wanita muda
di 10 desa di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang sebanyak
60 (30 wanita mengalami obesitas dan 30 wanita dengan statsu gizi
normal). Pengambilan subjek menggunakan metode consecutive
sampling dan dilakukan dengan cara kunjungan dari rumah ke
rumah.
Manipulasi -
Instrumen 1. Kejadian gangguan siklus menstruasi didefinisikan sebagai
gangguan menstruasi yang dialmi selama 12 bulan terakhir dan
ditandai dengan panjang jarak antara hari pertama siklus
mentruasi dengan hari pertama siklus menstruasi berikutnya
kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari. Gangguan siklus
menstruasi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu polimenore ( siklus
menstruasi <21 hari), Oligomenora ( siklus menstruasi > 35),
dan amenora (siklus menstruasi > 3 bulan. Data kejadian tentang
siklus menstruasi dilakukan dengan menggunakan system recall.
2. Obesitas yaitu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi yang dapat diukur berdasarkan
persen lemak tubuh. Berdasarkan data persen lemak tubuh,
subjek penelitian dikategorikan menjadi subjek yang mengalami
obesitas dan subjek dengan status gizi normal. Subjek
dikategorikan memiliki gizi normal jika persen lemak tubuhnya
berkisar antara 21-32,99% dan dikategorikan mengalami
obesitas jika memiliki persen lemak tubuhnya diatas >39%.
3. Stress merupakan kondisi yang mempengaruhi emosi, proses
berfikir, dan kondisi seseorang yang diukur dengan
menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42
(DASS 42) dengan skala penilaian 0-3 dan jumlah pertanyaan
sebanyak 14 soal. Kejadian stress dikategorikan menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok yang mengalami stress dan tidak
stress. Subjek yang dikategorikan tidak mengalami stress jika
skor yang dihasilkan berkisar antara 0-14 dan dikategorikan
mengalami stress jika skor berkisar antara 15-42.

Teknik Analisis Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan analisi
univariat yang digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
subjek dalam bentuk proporsi, rerata, dan simpang baku sedangkan
analisis bivariat menggunakan uji Chi square dengan α 0,05.
Regresi Logistik ganda digunakan untuk melakukan analisis
multivariate.
Hasil Hasil data yang diperoleh menunjukan bahwa kejadian gangguan
siklus menstruasi pada wanita yang mengalami obesitas 1,89 kali
lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan status gizi normal
sedangkan subjek yang mengalami stress 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami stress.
Oligomenore merupakan jenis siklus menstruasi yang paling tinggi
terjadi pada kelompok subjek yang mengalami obesitas (30,8%)
dan pada subjek yang mengalami stress adalah polimenora
(23,1%). Gangguan siklus menstruasi secara berdasarkan faktor
stress paling tinggi terjadi pada subjek yang mengalami stress
(23,3%) dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami stress
(20%). Berdasarkan hasil pengukuran stress, diketahui berbagai
jenis stress yang dirasakan oleh subjek, antara lain sebanyak 18
subjek (81,8%) merasa mudah marah akan hal yang sepele. Selain
itu sebanyak 5 subjek (22,7%) merasa tidak sabaran dalam
menghadapi suatu penundaan dalam kegiatan yang sedang
dikerjakan. Sebanyak 8 subjek (36,4%) merasa sulit untuk rileks
atau bersantai dan 4 subjek (18,2%) subjek sering merasa gelisah.
Obesitas dan stress merupakan faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan siklus menstruasi. Setelah dikontrol dengan
stress, pengaruh obesitas terhadap gangguan siklus menstruasi
pada wanita dewasa muda menjadi lebih kecil (OR=1 ;OR=2,8)
Kesimpulan Terdapat hubungan antara kejadian siklus menstruasi dengan
obesitas pada wanita dewasa muda (p=0,037). Setelah dikontrol
dengan stress pengaruh obesitas terhadap kejadian gangguan siklus
menstruasi pada wanita dewasa muda menjadi lebih kecil.

Kritik Tidak dapat menggambarkan langsung peran hormonal dalam


menyebabkan gangguan siklus menstruasi pada wanita yang
obesitas karena tidak dilakukan pengukuran laboratorium terhadap
hormon-hormnon yang mempengaruhi gangguan siklus
menstruasi.
Yang perlu Ditambahkan bagan tentang bagaimana proses obesitas dan stress
ditambahkan untuk dapat mempengaruhi gangguan siklus menstruasi.
penelitian yang akan
datang

Pereview Nurul Hidayah


Tanggal 1 Oktober 2013
Topik Stress-kejadian hipertensi

Penulis Kiki Korneliani dan Dida Meida


Tahun 2012
Judul Hubungan Obesitas dan Stress dengan Kejadian Hipertensi
Guru SD Wanita
Jurnal Jurnal Kesehatan Masyarakat
Volume & Hal. Vol 2 & 111-115
Website -
Diakses tanggal -

Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di


dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang
dewasa menderita penyakit ini. Penyakit ini telah menjadi masalah
utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun
di beberapa Negara yang ada di dunia. Obesitas dan stress paling
sering menjadi penyebab hipertensi. Berbagai peran wanita
tersebut (menjadi ibu, istri dan pekerja) menjadi faktor yang dapat
menyebabkan resiko hipertensi.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara
obesitas dan stress dengan kejadian hipertensi pada guru SD
wanita di Kecamatan Kalipucang.
Landasan Teori Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang
dewasa menderita penyakit ini. Seseorang dinyatakan menderita
hipertensi bila tekanan darahnya tinggi atau melampaui nilai
tekanan darah yang normal yaitu 140/80 mmHg. Penyakit ini telah
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa Negara yang ada di dunia
(Wirakusumah, 2002). Ada beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan hipertensi diantaranya yaitu: riwayat keluarga,
individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Obesitas, hal
ini disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.
Stress, atau situasi yang menimbulkan distress dan menciptakan
tuntutan fisik dan psikis pada seseorang.
Penyakit hipertensi juga dapat menimpa pekerja dengan segala
profesi dan pekerjaan, salah satunya adalah di alami oleh para
guru-guru yang mengajar di Sekolah Dasar yang berurusan dengan
interaksi antara orang-orang dan lingkungan sosial, sehingga
mereka harus mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupannya,
mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai
mereka.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cinamon dan Rich
menunjukkan wanita atau ibu yang bekerja ternyata lebih sering
mengalami work family conflict dan lebih menekankan pentingnya
family work conflict, ketika keluarga sebagai domain yang paling
penting bagi kebanyakan wanita mempengaruhi pekerjaan dapat
menjadi gangguan bagi mereka. Berbagai peran wanita tersebut
menjadi faktor yang dapat menyebabkan risiko hipertensi dimana
pada kenyataannya disatu sisi ibu tetap terus bekerja dan berkarir
sementara disisi lain mereka tidak bisa lepas dari perannya sebagai
ibu dan istri, belum lagi bila dikaitkan dengan pembagian kerja
10omestic rumah tangga dimana ibu yang masih lebih banyak
mengerjakannya (Pincus dan Minahan,2003).
Variabel Obesitas dan Stress
Independen
Variabel Dependen Kejadian Hipertensi
Metode Metode survey dengan pendekatan cross-sectional
Subjek Penelitian dilakukan pada wanita usia 40-55 yang bekerja sebagai
Guru SD di wilayah Kecamatan Kalipucang dengan, sampel
sebanyak 58 orang diambil dari 15 SD yang ada di Kecamatan
Kalipucang.
Manipulasi
Instrumen 1. Kejadian hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah di atas
normal, yaitu tekanan sistolik > 140 mmHg dan atau diastolik >
90mmHg. Hasil di dapatkan dengan cara observasi, melalui
pemeriksanaan dengan alat tensimeter. Kriteria berdasarkan
JNC6.
2. Obesitas yaitu keadaan gizi orang dewasa yang dihitung dengan
IMT (Indeks Masa Tubuh), pengukuran dilakukan berdasarkan
hasil observasi.
3. Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan
oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh
lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan,
diukur melalui kuisioner.

Teknik Analisis Data dianalisis dengan uji chi square pada alfa 0,05.
Hasil Berdasarkan hasil observasi sebagian besar responden (63,8%)
menderita hipertensi. Responden yang mempunyai status Obesitas
sebanyak 35 orang (60,3%) dan responden yang normal sebanyak
23 orang (39,7%). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden
diketahui bahwa sebagian besar responden 46 orang( 79,3%)
responden dengan skor stress > 11-30 dengan kategori stress,
sedangkan sebanyak 12 orang (20,7%) dengan skor stress <11
dengan katagori tidak stress.
Hasil uji statistik di peroleh nilai p = 0,03 maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara obe- sitas dengan kejadian hipertensi,
nilai POR=3,8 diantaranya responden yang obesitas mempunyai
resiko 3,8 kali menderita hi12pertensi dibandingkan dengan
responden yang tidak obesitas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=
0,01 maka dapat di simpulkan ada hubungan antara stress dengan
kejadian hipertensi, nilai POR= 6,2 artinya responden yang stress
mempunyai risiko 6,2 kali menderita hipertensi dibandingkan
dengan responden yang tidak stress.
Kesimpulan Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada
Guru SD wanita usia 40-55 tahun (nilai p<0,03, POR:3,8;95% CI
POR:1,2-11,8). Ketika berat badan bertambah yang diperoleh
kebanyakan adalah jaringan berlemak, jaringan ini mengandalkan
oksigen dan nutrisi di dalam darah untuk bertahan hidup. Semakin
banyak darah yang melintasi arteri semakin bertambah tekanan
yang diterima oleh dinding dinding arteri tersebut. Hampir semua
orang yang kelebihan berat badan sebanyak 20% pada akhirnya
akan menderita takanan darah tinggi. Penyelidikan epidemiologi
membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi
pasien hipertensi (Tjokronegoro, 2001).Ada hubungan antara stress
dengan kejadian hipertensi pada Guru SD Wanita Usia 40-55 tahun
(nilai p<0,01,POR:6,2; 95% CI POR: 1,4-26,2).
Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan hipertensi berat.
Sumber stress dalam pekerjaan meliputi beban kerja, fasilitas kerja
yang tidak memadai, peran dalam pekerjaan yang tidak jelas,
tanggung jawab yang tidak jelas, masalah dalam hubungan dengan
orang lain, tuntutan kerja, dan tuntutan keluarga.
Review Jurnal
Disusun Guna untuk Memenuhi Tugas Psikologi Kesehatan
Dosen Pengampu : Satih Saidah,

Disusun Oleh :
Nurul Hidayah
11710059

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013

Anda mungkin juga menyukai