Anda di halaman 1dari 8

EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN

Oleh :
Nama : Muhammad Alif Rois Nahdiyin
NIM : B1A016019
Rombongan :I
Kelompok :3
Asisten : Klausa Media Rani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemijahan merupakan peristiwa bertemunya ikan jantan dan ikan betina dengan
tujuan dapat terbuahinya sel telur ikan betina oleh spermatozoa ikan jantan. Pembuahan
pada ikan umumnya terjadi di luar tubuh. Pemijahan buatan (inducet breeding) yaitu
perangsangan ikan untuk kawin. Cara ini dikenal dengan teknik hipofisasi melalui
pemberian suntikan hormon pada tubuh ikan (Simanjuntak, 1985).
Hipofisasi merupakan suatu cara merangsang ikan untuk memijah atau
terjadinya pengeluaran telur ikan dengan suntikan kelenjar hipofisa. Teknik hipofisasi
telah memberikan manfaat yang besar terhadap pembenihan, tetapi masih belum lepas
dari berbagai masalah yang dihadapi seperti dosis dan sumber kelenjar hipofisa. Teknik
ini dapat mengontrol fase kritis dalam pembenihan ikan. Fase kritis yaitu fase telur
sampai penetasan. Hal penting untuk pemijahan ikan adalah kematangan induk
(Simanjuntak, 1985).
Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dari induk yang tidak
mau memijah secara alami tetapi memiliki nilai jual tinggi dengan kelenjar hipofisasi
dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti
gonadotropin Kelenjar hipofisa akan menghasilkan hormon yang berperan dalam
kegiatan seksual dan gonadotropin. Terdapat tiga macam hormon thyropin yang
berfungsi mengatur kerja thyroid dan gonadotropin yang dihasilkan oleh sel chianophil
yang terletak pars distalis, dan berperan dalam pematangan gonad dan mengawasi
sekresi hormon-hormon yang dihasilkan oleh gonad, dimana hormon tersebut berperan
dalam proses pemijahan (Sunusi & Ambas, 2001).

B. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk menegtahui pengaruh induksi kelenjar


hipofisis dalam pemijahan dan ovulasi ikan.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spuit injeksi, bantalan
gabus yang dilapisi lap, lap kain, ember plastik, homogeniser, ependorf, centrifuge, dan
pisau.
Bahan yang digunakan adalah Ikan mas matang kelamin sebagai donor, ikan
nilem sebagai resipien, dan akuabides.

B. Cara Kerja

1. Bak penampungan dan bak pemijahan diisi dengan air bersih


2. Ikan donor (ikan mas) disiapkan
3. Kemudian kepala ikan donor (ikan mas), dekat operculum dipotong menggunakan
pisau besar hingga putus
4. Kepala ikan diarahkan menghadap vertikal atau keatas
5. Dipotong tepat diatas mata sampai terlihat kelenjar hipofisa
6. Kelenjar hipofisa diambil, diletakan digelas arloji, kemudian dilumatkan
7. Ditambahkan aquabidess sebannyak 1 ml (sebanyak yamg diperlukan)
8. Dimasukan ke ependorf
9. Disentrifuge selama 5 menit, 3000 rpm
10. Ekstrak kelenjar hipofisis disuntikkan sebanyak 0.3 cc untuk ikan jantan dan 0.5 cc
untuk ikan betina. Diamati keesokan harinya apakah ikan memijah atau tidak,
dilihat dari kekeruhan air dan bau yang timbul.
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, kelompok 3 mendapatkan bagian


perlakuan dengan dosis 0,3 cc. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ikan tidak
mengalami pemijahan, baik betina maupun jantan. Hal ini tidak sesuai dengan pustaka
yang menyebutkan bahwa ikan dapat memijah dengan pemberian perlakuan dosis 0,3
cc. Hipofisasi adalah usaha untuk merangsang ikan yang matang gonad atau terjadi
ovulasi atau pemijahan dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa. Hipofisasi merupakan
metode yang praktis dan sederhana, meskipun potensi gonadotropin dari kelenjar
hipofisa yang digunakan sering tidak dapat atau sulit untuk diukur (Zairin, 2013).
Bila dibandingkan dengan metode lain, teknik hipofisasi memiliki kelebihan.
Diantara kelebihan tersebut antara lain yaitu kelenjar hipofisa mudah didapat, dapat
disimpan didalam aseton dingin dan kering beku dan harganya relative murah. Selain
kelebihan yang dimilikinya, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu
kandungan gonadotropin hipofisa yang digunakan sangat bervariasi dan tidak dapat
diketahui secara pasti sehingga dosis tidak tepat, kerja hormone sangat spesifik (untuk
hipofisasi heteroplastik), kemungkinan adanya efek imunitas jika induk sering di
hipofisasi dan kemungkinan adanya efek samping karena selain LH dan FSH, hipofisa
juga berisi hormone lain seperti Prolactin, hormone pertumbuhan, TSH, ACTH dan
Somatolaktin. Kekurangan dari teknik hipofisasi adalah adanya kemungkinan terjadi
reaksi imunitas (penolakan) dari dalam tubuh ikan terutama jika donor hipofisa berasal
dari ikan yang berbeda jenis, adanya kemungkinan penularan penyakit, adanya hormon
hormon lain yang mungkin akan merubah atau malah menghilangkan pengaruh hormon
gonadotropin. (Zairin, 2013).
Teknik hipofisasi memerlukan ikan donor dan ikan resipien yang telah memenuhi
syarat. Ikan donor merupakan ikan yang akan diambil kelenjar hipofisanya dapat untuk
memijahkan ikan resipien, sedangkan ikan resipien merupakan ikan yang diinduksi
dengan ekstrak kelenjar hipofisa yang berasal dari ikan donor. Adapun persyaratan dari
ikan resipien antara lain ikan harus benar-benar masak kelamin, sehat dan memiliki
berat tubuh ideal yaitu antara 150 gram/ekor – 200 gr/ ekor. Ikan donor harus sudah
matang kelamin dan benar-benar sehat (Milne, 1999). Menurut Sinjal (2014), untuk
mendapatkan benih yang berkualitas baik dalam jumlah yang cukup dan berkesinambungan,
haruslah melalui pembenihan secara terkontrol yaitu dengan melakukan pemijahan buatan
(induced breeding) yang diikuti dengan pembuahan buatan (artificial fertilization).
Pemijahan ikan dapat dipercepat dengan cara memanipulasi kondisi yang ada, misalnya
dengan memberikan ransangan menggunakan kelenjar hipofisa atau hormon ovaprim yang
disuntikkan pada tubuh ikan.
Berdasarkan tekniknya, pemijahan ikan dengan hormon dapat dilakukan dengan
3 macam cara yaitu tekhnik intra muscular, teknik intra peritorial, dan teknik intra
cranial. Teknik intra muscular (penyuntikan ke dalam otot) yaitu eknik penyuntikan
yang dilakukan dengan cara menyuntikan pada bagian ototpunggung atau otot batang
ekor. Teknik intra peritorial (penyuntikan pada rongga perut) adalah penyuntikan ke
dalam rongga perut, lokasi penyuntikan antara kedua siripperut sebelah depan dan atau
antara sirip dada sebelah depan sejajar dengan dinding perut. Sedangkan teknik intra
cranial (penyuntikan di kepala) merupakan teknik penyuntikan ke dalam rongga otak
melalui tulang occipital bagian yang tipis (Hardjamulia, 1980). Ketiga teknik
penyuntikkan yang paling umum dan mudah dilakukan adalah teknik intra muscular,
karena pada bagian ini tidak merusak organ yang penting bagi ikan dalam melakukan
proses metabolisme seperti biasanya dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan
dengan lainnya. Penyuntikan secara intra muscular yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2
sisik ke bawah bagian sirip punggung ikan (Sumantadinata, 1981).
Menurut Rojer (1970), mekanisme hipofisasi dimulai ketika rangsangan dari
syaraf pusat diantarkan ke hipotalamus, setelah lebih dahulu diolah oleh reseptor seperti
mata dan sirip. Hipotalamus akan mengeluarkan GnRH yang akan merangsang gonad
untuk menghasilkan hormon gonadotropin yang dibutuhkan dalam proses pemijahan.
Menurut Rather et al (2014), hormon Gonadotropin (GnRH) dikenal sebagai hormon
(LHRH), adalah peptida tropik hormon yang bertanggung jawab untuk pelepasan folikel
merangsang hormone (FSH) dan LH dari hipofisis anterior. Hormon-hormon tersebut
akan segera mempengaruhi kerja dari alat-alat kelamin pada ikan yaitu testis dan
ovarium. Testis akan menghasilkan androgen steroid dan ovarium akan menghasilkan
estrogen. Mekanisme hormon kelamin adalah hormon steroid seperti estrogen, kortisol,
aldosteron dan lain-lain, masuk ke dalam sasaran kemudian merangsang aktivitas gen
maka ikan akan segera memijah. Ovaprim adalah hormon analog yang mengandung 20
µg analog salmon gonadotrofin releasing hormon (sGnRH) LHRH, dan 10 µg
domperidone yakni sejenis anti dopamin per milliliter. Ovaprim berfungsi sebagai agen
perangsang pemijahan yang dibuat dari campuran ekstrak kelenjar hipofisa dan hormon
mammalian (Nandeesha et al, 1990).
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemijahan yaitu suhu, lingkungan,
teknik penyuntikan, keadaan fisiologis ikan, cahaya dan arus air serta sifat fisik dan
kimia. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemijahan diantaranya adalah
kematangan gonad, tingkat stress, dosis kelenjar hipofisa dan makanan. Ikan yang akan
digunakan haruslah yang telah benar-benar matang kelamin. Jika yang digunakan belum
matang kelamin maka ikan tersebut tidak dapat memijah ataupun volume kelenjar
hipofisanya masih sedikit. Stress yng dialami oleh ikan dapat disebabkan karena
adanya sisik yang terkelupas, lamanya waktu penyuntikan, kualitas airnya tidak sesuai
dengan habitat ikan. Pemberian dosis yang kurang tepat dapat mempengaruhi
kecepatan ikan dalam memijah, hal ini berarti agar ikan tersebut memijah dalam waktu
yang relatif cepat diperlukan dosis yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Makanan yang
diberikan pada ikan haruslah yang mencukupi dalam hal kebutuhan nutrisinya, hal ini
karena ikan yang memijah memerlukan pasokan nutrisi yang cukup banyak untuk
mensuplai telurnya (Bagnara, 1988).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan


bahwa :
1. Teknik hipofisasi dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa pada ikan resipien dapat
merangsang ikan untuk melakukan ovulasi dan pemijahan.
2. Percobaan tekhnik hipofisasi kali ini kurang berhasil, ikan tidak memijah karena
beberapa faktor (kolam pemijahan yang kurang bersih dan kurang kondusif).
3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan yaitu suhu, lingkungan, kematangan gonad,
teknik penyuntikan, keadaan fisiologis ikan, cahaya dan arus air serta sifat fisik dan
kimia.
DAFTAR PUSTAKA

Bagnara, T., 1988. Endokrinologi Umum. Surabaya: Airlangga University Press.


Milne, L. J., 1999. Animal Zoology. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Sunusi, M. H., & Ambas, I., 2001. Pengaruh Donor dan Dosis Kelenjar Hipofisa
terhadap Ovulasi dan Daya Tetas Telur Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch).
J. Sainsdan Teknologi. 2(2), pp. 14-22.

Nandeesha, M.C., Kondapalli G Rao, Rama N Jayanna, Nick C Parker, T.J. Varghese,
Perar Keshavanath, and Handady P.C. S., 1990. Induced Spawning of Indian
Major Carps through Single Aplication of Ovaprim-C. Manila, Philippines:
The 2nd Asian Fisheries Forum Society.
Radiopoetro., 1977. Zoologi. , Jakarta: Erlangga.
Rather, M. A., Sharma, R., Gupta, S., Ferosekhan, S., Ramya, V. L., & Jadhao, S. B.
2014. Chitosan-Nanoconjugated Hormone Nanoparticles for Sustained Surge
of Gonadotropins and Enhanced Reproductive Output in Female Fish. Chitosan-
Nanoconjugates of Gonadotropins, 8.
Roger, W., 1978. Physiology of Animal. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Simanjuntak, R. H., 1985. Pembudidayaan Ikan Lele. Jakarta: Bathara Jaya Aksara
Sinjal, H., 2014. Efektifitas Ovaprim Terhadap Lama Waktu Pemijahan, Daya Tetas
Telur Dan Sintasan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Budidaya
Perairan, 2(1), pp. 14–21.
Sumantadinata, K., 1981. Perkembangbiakan Ikan–Ikan Pelihara Indonesia. Bogor:
Fakultas Perikanan.
Zairin, M., 2013. Kiat Memijahkan Ikan Hias Secara Teratur. Bogor: Digreat
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai