Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN DAN LEMBAR KERJA

PRAKTIKUM
PENGELOLAAN GULMA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Oleh :

Nama Mahasiswa : Anita Rahma Amira

No Mahasiswa : C1M015015

Kelompok : 3 (TIGA)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
I. IDENTIFIKASI GULMA
Tujuan : Untuk mengetahui dan memahami tentang ciri-ciri, distribusi,
habitat, daerah asal, reproduksi, penyebaran, taksonomi,
klasifikasi, pertumbuhan dan informasi lainnya tentang
jenis/species gulma.
Bahan dan alat : Gulma yang ada pada beberapa habitat, buku /panduan
identifikasi.

LandasanTeori :
Gulma didefinisikan antara lain sebagai ‘tumbuhan yang tumbuh pada
tempat yang tidak dikehendaki’, hal ini dapat berarti tumbuhan tersebut
akan menimbulkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
lebih memahami gulma dengan segala potensi masalah yang ditimbulkannya
maka sangat diperlukan pengetahuan tentang identitas suatu species gulma
dengan segala ciri, biologi dan ekologinya, melalui tindakan identifikasi.
Informasi tentang identitas gulma dan habitatnya akan menjadi dasar dalam
pemilihan teknik pengelolaan yang akan dilakukan. Identifikasi berasal dari kata
“identik” yang artinya sama atau serupa dengan. Berdasarkan kesamaan atau
kemiripan ciri yang ditunjukkan maka penggolongan gulma berdasarkan
klasifikasi ilimiah maupun klasifikasi umum dapat dilakukan. Dalam indentifikasi
kita tidak dapat lepas dari nama ilmiah (Latin) yang disepakati dan diterima
scara internasional. Sebagai contoh, jika kita menyebut nama babadotan, ahli
gulma India atau Afrika atau bahkan yang terletak di pulau Jawa sering
tidak mengetahuinya. Tetapi dengan menyebutkan nama latinnya yaitu
Ageratum conyzoides L., maka hampir dapat dipastikan orang-orang yang
mempelajari gulma akan mengetahui, atau jika tidak, ia dapat dengan mudah
mencari informasi dengan memakai nama latin gulma tersebut. Klasifikasi
umum dilakukan berdasarkan pengamatan tentang daur hidupnya,
morfologinya, saat berkecambah dan tumbuhnya, habitat, bentuk daun, serta
kepekaannya terhadap bekerjanya herbisida. Pengelompokkan ini tidak
berkaitan secara langsung dengan taksonomi tumbuhan atau kekerabatan
diantara gula tersebut, tetapi semata-mata merupakan cerminan
penampakkan visual di lapang atas respon yang ditunjukkan terhadap
perubahan lingkungan.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk identifikasi gulma,
dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa cara di bawah
ini:
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di
harbarium.
2. Mencari sendiri melalui kunci indentifikasi
3. Membandingkannya dengan determinasi yang ada
2

4. Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia


5. Konsultasi langsung denga para ahli dibidang yang bersangkutan
Keadaan gulma yang paling ideal untuk identifikasi adalah jika
semua bagian-bagian vegetatif dan generatifnya lengkap. Bagian vegetatif
gulma yang dipakai dalam identifikasi adalah akar, batang dan daun.
Akar. Perakaran pada gulma dapat berupa akar tunggang atau akar
serabut.
Batang. Bagian batang yang menjadi ciri indentifikasi gulma antara
lain bentuknya, seperti bulat, segitiga, lonjong, pipih, berongga, segi empat
dan segi lima. Pertumbuhan batang misalnya menjalar, melilit, tegak,
bercabang banyak dan bercabang menggarpu. Duduk daun pada batang juga
menjadi ciri penting, yaitu apakah berhadapan, bersilang, rapat-rapat dan
lain-lain. Apakah batang membentuk modifikasi berupa rimpang, stolon atau
umbi.
Daun. Identifikasi pada daun adalah berdasarkan (1) bentuk daun,
misalnya bulat, lanset, lonjong, pita, jarum, jantung, segi tiga dan
sebagainya. (2) Tepi daun, ada yang rata, bergerigi, berombak,
beringgit dan sebagainya. (3) Permukaan daun, ada yang licin, berbulu,
kusam, mengkilat dan sebagainya. (4) Apakah ada alat-alat tambahan pada
daun seperti stipula, ligula dan okrea.
Bagian generatif gulma yang menjadi obyek identifikasi adalah bunga, buah
dan biji.
Bunga. Beberapa hal yang mebjadi dasar pencandraan dalam identifikasi
gulma pada organ bunga ada beberapa. (1). Jumlah dan susunan bunga
ada tunggal dan ada majemuk, di ujung batang atau di ketiak daun.
Bunga majemuk ada yang berbentuk tongkol (pada Mimosa pudica L.),
bulir (pada Stachytarpheta indica Vahl.) dan malai pada rumput-rumputan
(misalnya Echinocloa cruss-galli L.). (2) Jumlah dan kelengkapan bagian
penyusun bunga yaitu sepala, petala, stamen dan pistil, ada yang
kelipatan 4 atau 5, hal ini menentukan kategori monokotil atau dikotil. (3)
Bentuk bunga seperti terompet, kupu-kupu dan sebagainya. (4) Warna
kelopak dan mahkota bunga.
Buah. Ada bermacam-macam bentuk dan ukuran buah, kecil, sedang
besar, kotak, polong, buni, kering dan jumlah buah.
Biji. Ciri biji yang diamati antara lain bentuk, warna, ukuran, keadaan
permukaan dan alat tambahan yang membantu penyebarannya.
Biji yang telah berkecambah (semai) menjadi hal penting yang dalam
mengidentifikasi suatu jenis gulma, meliputi:
- Ukuran, warna dan permukaan hipokotil
- Ukuran, warna dan permukaan epikotil
- Jumlah, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan pertulangan kotiledon
- Jumlah, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan pertulangan daun pertama
- Biji yang tetap melekat pada semai
- jumlah biji
Ciri organ vegetatif dan generatif gulma yang diobservasi menjadi
dasar klasifikasi gulma secara ilmiah sesuai hirarki taxonomi yang digagas
oleh C. Linneus. Pengamatan atau identifikasi tentang keadaan umum suatu
jenis gulma yang menetukan penggolongan gulma secara non-ilmiah
meliputi:
3

Daur hidup. Daur hidup tumbuhan adalah jangka waktu antara tumbuhan
itu berkecambah atau muncul di permukaan tanah sampai tumbuhan
tersebut
menghasilkan biji/bagian vegetatif yang mampu tumbuh menjadi tumbuhan
baru lalu mati. Daur hidup gulma akan menentukan lama gulma
tumbuh dan kemudahan pengendaliannya.
1. Gulma Semusim (Annual). Gulma ini berkecambah dan berkembang
biak terutama dengan biji, serta hidup selama satu musim. Musim yang
dimaksud adalah pada musim yang sama dan berkisar antara 4 –
16 minggu (bergantung pada spesiesnya). Tumbuhan tua mati dan
tumbuhan muda muncul dari biji-bijinya. Contoh: Ageratum
conyzoides, Cyperus iria, Echinochloa colonum, Leptochloa chinensis
dan Rottboellia exaltata.
2. Gulma Dua Musim (Biennial). Gulma ini dapat hidup lebih dari satu
tahun tetapi kurang dari dua tahun, atau memerlukan dua musim
pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Pada periode
musim pertama berbentuk roset, pada periode musim kedua
membentuk bunga dan memproduksi biji lalu mati. Penyebaran gulma
biennial dapat dihambat dengan menghambat produksi biji. Contoh:
Daucus carota, Sonchus arvensis, Senecio vulgaris dan Cirsium arvense.
3. Gulma tahunan (Perennial). Gulma yang berkembang biak terutama
dengan organ vegetatifnya yaitu umbi (tuber), rimpang (rhizome), umbi
lapis (bulb), subang (corm) dan geragih (stolon). Gulma ini hidupnya
lebih lama dan biasanya melebihi masa satu musim bahkan dapat
mencapai tiga – empat musim apabila didukung oleh lingkungan
tumbuhnya. Tunas gulma dapat tumbuh menjadi tua dan akhirnya mati,
tetapi organ vegetatif tersebut akan tetap hidup dan menumbuhkan tunas-
tunas baru. Dengan karakteristik seperti itu, biasanya gulma tahunan
lebih sulit dikendalikan dibanding gulma semusim. Contoh: Imperata
Cylindrica, Mikania chordata, dan Cyperus rotundus.
Morfologi Daun Gulma. Pengelompokan ini berdasarkan mentuk/ukuran
daun, dan pada kenyataannya hal ini berkaitan dengan kesamaan
reaksi gulma dengan morfologi daun tertentu terhadap herbisida yang
serupa. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gulma dikelompokkan kedalam
kelompok rumput, kelompok teki, dan kelompok daun lebar.
1. Kelompok berdaun sempit ≈ rumput (Grasses). Spesies-spesies
gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis), memanjang dan
sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis
tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada marga Poaceae
(Gramineae).
2. Kelompok teki-tekian (Sedges). Spesies-spesies gulma dari
marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya
berbentuk garis (linearis). Contoh yang termasuk kelompok ini: Cyperus
rotundus dan Fymbristilis miliaceae.
3. Kelompok berdaun lebar (Broad leaf). Spesies-spesies gulma
dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus),
bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus),
segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips.Kelompok ini memiliki arah
4

pertumbuhan batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit.


Kelompok gulma daun lebar terdiri dari spesies-spesies class
Dicotyledonae, termasuk di dalamnya marga-marga Euphorbiaceae,
Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae,
Commelinaceae, dan sebagainya.
Prosedur Kerja :
1. Cari lokasi atau habitat yang spesifik, cari dan pilihlah gulma yang ada.
2. Foto / ambil gambar dari gulma yang dipilih.
3. Periksa ciri-ciri morfologi vegetatif dan generatif gulma yang dipilih.
4. Buat catatan dan penjelasan mengenai gulma tersebut dalam hal ciri-ciri
morfologi, habitat, distribusi, reproduksi dan penyebaran. Berdasarkan beberapa
hal tersebut, lengkapi penjelasan anda mengenai daerah asal, taksonomi,
klasifikasi, pertumbuhan, teknik pengendalian, manfaat (jika ada) dan
informasi lainnya tentang jenis/species gulma yang dipilih.

Hasil Pengamatan
Tabel 1. Gambar dan karakteristik gul;ma yang diidentifikasi (1)
Ciri-ciri morfologi Penjelasan Gambar
1. Akar Berserabut
2. Batang Tegak dan tidak memiliki
bulu.
3. Daun Lebar tidak berbulu dan
ada yang berbulu dibagian
permukaan lidah daun.
4. Bunga Majemuk
5. Buah/Biji Tidak memiliki buah,
tetapi memiliki biji yang
kecil.
Habitat Rumput ini memilih situasi
yang cerah setengah teduh
di tanah cukup lembab
sebagai tempat tumbuh.
Penyebaran Menyebar di Indonesia dan
penyebarannya melalui
angin dengan
mengeluarkan biji-bijinya.
Reproduksi Rumput berkembang biak
dengan cara penanaman,
pengairan,dan pada
penyedian unsur hara.
Pertumbuhan Tumbuh pada ketinggian
1300M dengan curah hujan
625-1250 mm/tahun.
Pengendalian yang Pengendalian dengan cara
paling efektif mencabut gulma pada saat
baru tumbuh atau
tanamannya kecil dan pada
saat besar jarang dirusak
karna dapat diambil dengan
5

menggunakan sabit untuk


memberikan pakan ternak
sapi.
Ciri khas Berasal dari bibit unggul
budidaya.
Manfaat Dapat dijadikan bahan
ternak sapi yang memiliki
manfaat yang baik bagi
sapi.
Klasifikasi/taksonomi
1. Species Setaria Sphacelata
2. Genus Setaria
3. Familia Poaceae
4. Ordo Cyperales
5. Kelas Plantae
6. Sub Difisi Tracheobionta
7. Difisi Liliopsida
8. Kingdom Plantae

Tabel 2. Gambar dan karakteristik gulma yang diidentifikasi (2)


Ciri-ciri morfologi Penjelasan Gambar
1. Akar Akar tunggang
2. Batang Berbentuk bulat, tegak dan berair
3. Daun Daun tunggal berbentuk oval, tangkai
daun bulat dan warna hijau
4. Bunga Bunga berkelamin tunggal dan berwarna
hijau
5. Buah/Biji Buah lonjong berwarna hijau dan biji
bulat kecil berwarna hitam mengkilap
Habitat Didaerah terbuka maupun ternaungi dan
didaerah dataran rendah
Penyebaran Sangat luas terutama dari daerah
Amerika lalu tersebar
Reproduksi Dengan biji atau organ generative
Pertumbuhan Sangat cepat
Pengendalian yang Dengan menggunakan hersidida yang
paling efektif sesuai
Ciri khas Memiliki duri pada buku batangnya
Manfaat Dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit seperti disentri, bisul,
keputihan, gangguan pernafasan,
bronchitis, serta mperlancar dan
memperbanyak produksi ASI
Klasifikasi/taksonomi
1. Species Amaranthus spinosus L.
2. Genus Amaranthus
3. Familia Amaranthaceae
4. Ordo Caryophilalles
6

5. Kelas Magnoliopsida
6. Sub Difisi Magnoliophyta
7. Difisi Spermatophyta
8. Kingdom Plantae

Tabel 3. Gambar dan karakteristik gulma yang diidentifikasi (3)


Ciri-ciri morfologi Penjelasan Gambar
1. Akar Terdapat atau tumbuh pada nodus dan
berupa akar serabut
2. Batang Datar, tidak berbulu, tegak dan
berwarna hijau
3. Daun Daun panjang dan bagian ujungnya
lancip berwarna hijau
4. Bunga Bunga biseksual dengan satu pasang
terminal yang disebut sebagai malai
yang berwarna hijau
5. Buah/Biji
Habitat Daerah terbuks, sedkit basah atau
sedikit kering biasanya diderah
persawahan
Penyebaran
Reproduksi Dengan biji atau organ generative
Pertumbuhan Sangat cepat
Pengendalian yang Dengan cara penggenangan secara terus
paling efektif menerus atau pengendalian bisa
menggunakan herbisida
Ciri khas Memiliki bunga yang menjari
Manfaat Digunakan sebagai pakan ternak
Klasifikasi/taksonomi
1. Species Eleusine indica
2. Genus Eleusine
3. Familia Poaceae
4. Ordo Poales
5. Kelas Liliopsida
6. Sub Difisi Magnoliopsida
7. Difisi Magnoliophyta
8. Kingdom Plantae

Pembahasan
Dalam praktikum ini yaitu pengenalan gulma diamati tiga gulma yaitu
Setaria Sphacelata , Eleusine indica, dan Amaranthus spinosus. Ketiga gulma ini
adalah gulma semusim. Gulma-gulma ini memiliki pertumbuhan yang sangat cepat
sehingga para petani harus waspada terhadap gulma-gulma ini. Sehingga perlu adanya
pengendalian sedini mungkin untuk mencegah lebih banyak pertumbuhan gulma ini.
Tanaman Setaria sp adalah Rumput setaria merupakan salah satu rumput
7

hijauan yang biasanya digunakan untuk pakan ternak, terutamanya ternak ruminansia
seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan juga lainnya. Rumput setaria ini berasal dari
dari Afrika tropic, dan menyebar luas keberbagai wilayah dengan cepat. Selain itu,
rumput ini memiliki siklus hidup parenial dan juga dapat berkembangbiak dengan cepat
curah hujan 750 – 100 mm/ tahun dan juga dengan ketinggian 1.000 – 3.000 m dpl.
Morfologi rumput setaria Akar rumputsetaria berserabut. Batang tegak Selain itu,
batang pada rumput ini memiliki warna kemerahan dan juga memiliki daun lunak dan
juga lembut Keuntungan rumput setaria tahan terhadap genangan air, tahan terhadap
musim kemarau, sumber pakan hijauan ternak, tahan terhadap serangan berbagai
penyakit mudah dibudidayakan di perbanyak mudah beradaptasi dengan iklim tertentu
Pengendalian dengan cara mencabut gulma pada saat baru tumbuh atau tanamannya
kecil dan pada saat besar jarang dirusak karna dapat diambil dengan menggunakan
sabit untuk memberikan pakan ternak sapi. Selain itu dapat juga dikendalikan dengan
herbisida
Eleusie indica adalah gulma dalam golongan gulma rerumputan. Gulma ini
memiliki akar serabut dan batang yang memanjang berbentuk lancip. Bunga dari gulma
ini adalah bunga terminal yang menjadi 3 dan berwarna hijau serta buahnya berukuran
sangat kecil juga berwarna hijau. Eleusine indica biasanya dapat dikendalikan dengan
cara langsung mencabutnya atau memotongnya dengan alat-alat pertanian. Selain itu
dapat juga dikendalikan dengan herbisida. Cara lain yang paling efektif adalah dengan
cara penggenangan secara terus menerus sebab gulma golongan ini termasuk gulma
yang sangat sulit untuk diatasi. Gulma Eleusine indica dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak.
Amaranthus spinosu merupakan gulma berdaun lebar yang memiliki cirri
khas yaitu adanya duri dibagian buku batangnya. Gulma ini memiliki akar tunggang
dengan batang bulat dan berair. Bunganya berwarna hijau dan berkelamin tunggal
dengan biji berwarna hitam mengkilap yang berukuran sanga kecil. Amaranthus
spinosu dapat dikendalikan dengan menggunakan alat-alat pertanian juga menggunakan
atau memanfaatkan bahan kimia atau herbisida yang sesuai. Gulma ini dapat
dimafaatkan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti disentri, bisul,
keputihan, gangguan pernafasan, bronchitis, serta mperlancar dan memperbanyak
produksi ASI.
Tanaman ini juga termasuk Gulma ini hanya berumur kurang dari satu tahun.
Umumnya berkembang biak dengan biji, pertumbuhannya cepat, dengan kemampuan
bereproduksi yang amat tinggi. Setelah biji masak, biasanya gulma akan mati.Biji yang
dihasilkan pada tahun pertama umumnya akan mengalami dormansi, dan tumbuh
kembali pada tahun berikutnya. Ada gulma daun lebar semusim, teki semusim, dan
rumput semusim sebenarnya gulma ini secara ekonomis merupakan gulma penting
pada tanaman padi. Eksistensinya karena melimpahkan produksi biji. Tetapi gulma ini
pengendaliannya membutuhkan biaya yang cukup besar Oleh karena itu gulma ini
merupakan gulma merugikan petani.

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Setaria Sphacelata , Eleusine indica, dan Amaranthus spinosus. Ketiga gulma ini
adalah gulma semusim.memiliki siklus hidup kurang satu tahun. Setaria Sphacelata ,
Eleusine indica, dan Amaranthus spinosusmerupakan gulma kelompok rerumputan.
8

2. Saran
Gulma ini jangan terlalu sering dirusak karena memiliki manfaat untuk manusi
dan makana ternak tetapi jika merusak tanaman budidaya baru menggunakan
pengendalian yang efektif.

II. PENGAMATAN POTENSI TANAH SEBAGAI BANK BIJI GULMA

Tujuan : Untuk mengetahui potensi Seed Bank gulma pada areal


pertanian tertentu
Bahan dan alat : Cangkul, sekop, penggaris, media kecambah, bak
kecambah, air dan alat tulis menulis.
Landasan Teori:
The weed seed bank’ merupakan sumber utama adanya gulma di
daerah pertanian. Umumnya gulma memulai siklus hidupnya dari satu biji dalam
tanah. Jika biji ini dapat lolos dari pengontrolan secara alamiah maupun oleh
tindakan manusia, maka biji ini akan tumbuh dan memproduksi ribuan biji,
tergantung pada speciesnya. Biji-biji tersebut akan kembali ke dalam tanah
sebagai ‘weed seed bank’ dan menjadi sumber populasi gulma di kemudian hari.
Oleh sebab itu pengetahuan tentang dinamika kembalinya biji dan bank biji
gulma dapat membantu pengelolaan gulma di masa yang akan datang.
Apakah sebenarnya ‘weed seed bank’ di tanah? Mereka adalah cadangan
biji- biji gulma yang viable (hidup) yang ada di permukaan ataupun di dalam
tanah. Seed bank terdiri dari biji-biji gulma yang baru diproduksi dan juga biji-biji
gulma yang sudah berada di tanah hingga beberapa tahun. Seed bank
merupakan indikator dari populasi gulma di waktu yang lalu dan di masa
sekarang. Di dalam tanah ada biji gulma dalam jumlah yang sangat besar.
Besarnya jumlah biji gulma viable yang ada di dalam tanah merupakan
kontributor umum pada luasnya komunitas tumbuhan yang ada baik pada area
yang alamiah maupun yang telah terganggu, padang rumput, tanah pertanian,
hutan dan ekosistem air. Walaupun sejumlah besar biji gulma yang terkubur ada
yang akan mati dalam beberapa tahun, namun biji-biji dari beberapa species dapat
tetap viable selama puluhan tahun. Diduga hanya sekitar 1 – 9% dari biji-biji
gulma yang viable diproduksi dalam setahun yang akan berkembang menjadi
kecambah dan gulma muda, sisanya tetap bertahan viable di dalam tanah
dan akan berkecambah dan tumbuh pada tahun-tahun berikutnya,
tergantung pada kedalaman letaknya. Apa yang terjadi pada biji-biji gulma dalam
seed bank? Biji-biji disebar secara alamiah secara horizontal dan vertikal.
Sekitar 95% biji-biji yang masuk ke tanah dan menjadi seed bank adalah dari
gulma semusim (annual), dan hanya sekitar 4% dari gulma tahunan (perennial).
Input seed bank ditentukan oleh guguran biji dari tumbuhan gulma, atau
dengan kata lain input seed bank merupakan jumlah dari biji yang diproduksi
dan dilepas oleh tumbuhan gulma.
Beberapa hal dapat terjadi pada biji-biji gulma di seed bank:
dimangsa oleh serangga atau vertebrata lain
mati karena masalah fisiologi
diserang oleg patogen
tertimbun dalam di profil tanah sehingga mengalami dormansi
menjadi dorman karena keadaan fisiologi
rusak secara fisik akibat kegiatan pertanian, atau
berkecambah, tumbuh dan memproduksi biji
Distribusi horizontal dari biji-biji gulma di seed bank umumnya mengikuti
9

arah barisan tanaman, sedangkan distribusi vertikal dipengaruhi oleh tipe


pengolahan tanah. Kegiatan pertanian (pengolahan tanah) dapat
menimbulkan perpindahan seed bank. Sedangkan kolonisasi seed bank terjadi
akibat penguasan suatu wilayah/tanah oleh satu bibit dan juga invasi yang sukses
dari satu biji baru‘seed bank’. Dalam distribusinya, biji-biji gulma berinterasi
dengan lingkungan sepanjang waktu. Perubahan yang terjadi pada ‘seed
bank’ sepanjang waktu berbeda sesuai dengan perbedaan skala waktu,
meliputi: perubahan jangka pendek, siklus hidup musiman dan annual dari ‘seed
bank’, perubahan selama periode beberapa tahun, dan perubahan secara evolusi.

Gambar 1. Siklus hidup annual biji gulma dalam ‘soil seed bank’ dan
perubahan yang terjadi sepanjang waktu
Heterogennya biji-biji gulma memberikan suatu tambahan untuk adanya ‘seed
bank’ yang aktif dan yang dorman sebagai input deposit ‘seed bank’. Nasib
‘seed bank’ beragam, dapat hilang karena: predasi, busuk oleh patogen, mati
fisiologis dan mati karena aktifitas budidaya. Biji-biji gulma ini dapat pula hilang
karena penyebaran jauh keluar dari lokasi aslinya. Seed bank sebenarnya juga
mengalami penurunan setiap tahun karena perkecambahan. Perkecambahan biji
gulma ini dapat berakibat tumbuh dan bertahannya gulma tsb dan dapat pula
mengalami kematian oleh berbagai sebab. Ukuran seed bank berubah sesuai
perjalanan waktu. Keseimbangan repatif antara input dan kehilangan biji gulma
merefleksikan suatu ‘dinamika seed bank’. Ukuran seed bank (seed bank size)
cenderung menurun dengan meningkatnya latitude (letak lintang), meningkatnya
altitude (ketingian tempat) dan pada tahap akhir suksesi tumbuhan.

Prosedur Kerja :
Perlakuan dan pemeliharan :
1. Siapkan 2 (dua) lokasi/daerah yang akan diuji potensi Seed Bank yang
dikandungnya.
2. Gali tanah pada lokasi yang telah ditentukan sedalam 20-30 cm, kemudian
tanah tsb dimasukkan ke bak kecambah sampai setinggi 3 cm.
3. Lakukan hal yang sama untuk di lokasi yang kedua.
4. Siram tanah pada masing-masing bak kecambah hingga cukup lembab, tetapi
tidak sampai tergenang. Kelembaban dijaga selama pengamatan dlakukan.
Pengamatan :
1. Amati dan hitung jumlah kecambah yang tumbuh setiap hari pada masing-
masing bak kecambah.
10

2. Pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) minggu.

Hasil Pengamatan

Tabel 4. Data jumlah biji gulma yang berkecambah selama pengamatan

Lokasi ulangan Hari pengamatan ke Jumlah Jenis


Sampel 5 8 11 14 17 20 23
Narmada 1 4 5 8 14 18 20 23 6
2 1 3 9 15 17 19 22 8
3 2 6 11 16 19 22 25 5
Total 7 14 32 44 54 61 70 19
Rata-rata 0,77 4,67 10,67 14,67 18 20,33 23,33 6,33
Labu Api 1 1 3 6 9 12 14 17 2
2 2 5 7 9 13 15 18 4
3 1 4 7 10 13 16 19 3
Total 4 12 20 28 38 45 47 9
Rata-rata 1,33 4 6,67 9,33 12,67 15 15,67 3

Narmada 1
Narmada 2
Narmada 3
Labu Api 1
Labu Api 2
Labu Api 3

Haari Peengamatan

Gambar 2. Grafik potensi tanah sebagai bank biji gulma selama pengamatan
11

Pembahasan
Tanah selalu menjadi masalah yang sangat penting dalam urusan budidaya
tanaman. Sehingga kebersihan tanah selalu menjadi faktor paling penting dalam
keberhasilan budidaya. Pentignya tanah disini karena tanah dapat saja mengandung
benih-benih gulma. Gulma merupakan tiumbuhan yang tidak dinginkan untuk tumbuh
disekitar pertanaman. Sebab gulma mampu mengganggu tanaman budidaya dan merusak
tanaman yang dibudiyakan sehingga akan menimbulkan kerugian secara ekonomis bagi
para petani. Dalam praktikum ini damati tanah persawahan dari daerah Narmada dan
tanah pekarangan dari daerah Labu Api.
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik
terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah
tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi akan tetapi istilah ini lebih merupakan
salah satu jenis penggunaan tanah yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya
tanaman padi dan juga merupakan istilah umum seperti halnya,tanah hutan, tanah
perkebunan, dan sebagainya
Tanah pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dan menjadi
bagian tak terpisahkan dengan suatu bangunan atau terkait dengan kepemilikan dalam
suatu persil. Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami bunga, atau
kadang-kadang memiliki kolam. Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau
samping sebuah bangunan, tergantung seberapa besar sisa tanah yang tersedia setelah
dipakai untuk bangunan utamanya.
Tanah sampel dari daerah Narmada yang berupa tanah persawahan meiliki
pertumbuhan gulma yang sangat banyak dan relatif cepat. Pertumbuhan gulmanya bisa
mencapai angka 25 gulma sampai pada hari pengamatan yang ke-23. Adapun rata-rata
pertumbuhan gulma pada sampel tanah ini mulai dari hari ke-5 hingga hari ke-23 adalah
0,77; 4,67; 10,67; 14,67; 18; 20,33 dan 23,33. Benih gulma yang tumbuh pada sampel
tanah daerah ini lebih banyak dari jenis teki-tekian dan rerumputan. Sedangkan untuk
tanah sampel dari Labu Api yang berupa tanah pekarangan ini memiliki pertumbuhan
yang sedkit lambat dan hanya ditumbuhi 15 gulma hingga hari ke-23. Rata-rata
pertumbuhan gulma pada sampel ini selama 23 hari pengamatan adalah 1,33; 4; 6,67;
9,33; 12,67; 15 dan 15,67. Dengan jenis gulma yang lebih banyak tumbuh adalah dari
kelompok gulma berdaun lebar.
Dari kurva atau grafik potensi tanah sebagai seed bank gulma dapat dilihat
bahwa tanah persawah didaerah Narmada lebih berpotenso dibandingkan dengan tanah
pekarangan daerah Labu Api. Hal ini terjadi karena biasanya tanah dari daerah
persawahan selalu diolah tanahnya dengan menggunakan bajak. Sedangkan tanah
pekarangan merupakan tanah tanpa olah. Jika tanah telah diolah maka memungkinkan
biji gilma yang berada didalam tanah naik ke permukaan dan tumbuh.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari kedua sampel tanah, tanah yang paling berpotensi menjadi seed bank bagi
gulma adalah tanah persawahan dari daerah Narmada dibandingkan dengan tanah
pekarangan dari daerah Labu Api. Dimana hal ini dapat terjadi karena tanah sawah
sering kali diolah sehingga biji gulma yang ada didalam tanah naik ke atas dan mulai
tumbuh perlahan merusak area penanaman budidaya pertanian.
Saran
Dalam pengolahan tanah sebaiknya dilakukan dengam tepat dan benar juga
segera dilakukan penyaingan agar mampu membasmi gulma sebelum mulai menanam
tanaman budidaya.
12

III. ANALISA VEGETASI


Tujuan : Untuk mengetahui cara analisa vegetasi gulma dan keadaan populasi
vegetasi suatu areal/kawasan

Bahan dan Alat : Meteran, tali rafia, patok bambo/kayu, buku panduan
identifikasi gulma, millimeter blok dan alat tulis menulis.

Landasan Teori :
Konsep dan metode analisa vegetasi gulma sangat bervariasi,
tergabtung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Tujuan analisa
vegetasi ada beberapa misalnya untuk mempelajari tingkat suksesi dan untuk
eveluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus
sesuai dengan komposisi vegetasi.
Analisa vegetasi yang ditujukan untuk suatu eveluasi pengendalian gulma dapat
memberi informasi tentang beberapa hal misalnya: perubahan flora (shifting)
akibat metode pengendalian tertentu, evaluasi percobaan herbisida (trial) untuk
menentukan aktivitas syatu kombinasi herbisida terhadap jenis gulma di
lapangan, dan juga eveluasi pengendalian herba tahunan (perennial).
Data yang diperoleh dari analisa vegetasi dapat dibagi atas dua kelompok yaitu data
kualitatif dan kuantitatif. Data kauntitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis
tumbuhan tersebar dan berkelompok, stratifikasinya, periddesitas, dsb;
sedangkan data kuantitatif menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering
suatu jenis, dan luas daerah yang ditumbuhinya.
A. Pengamatan Pendahuluan
Pengamatan ini terdiri atas pengamatan sepintas secara menyeluruh
terhadap suatu komunitas vegetasi sehingga diperoleh suatu gambaran umun
mengenai garis besar kelompoknya, komp[osisi flora, dan bagaimana
hubungannya dengan lingkungannya secara timbal balik. Pada penelitian
pendahuluan dilakukan penjelajahan seluruh area, lalu dibuat catatan
tentang: komunitas, jenis yang dominan, serta adakah korelasi antara
vegetasi dan jenis faktor lingkungannya.

B. Pengamatan Petak Contoh


Dalam suatu sampling akan diamati suatu area dengan luas tertentu yang
disebut sebagai petak contoh (*sample plot). Sampling yang sesuai sangat
diperlukan agar diperoleh gambaran yang mendekati kebenaran mengenai sifat-
sifat populasi vegetasinya dengan sejumlah petak contoh yang relatif sedikit
tetapi dapat mewakili keadaan seluruh vegetasi yang diamati.
1. Distribusi Petak Contoh
Jika komposisi suatu vegetasi benar-benar merata maka cukup mengambil satu
petak contoh dengan luas tertentu yang dapat mewakili seluruh populasi
vegetasi. Keadaan yang demikian hampir tidak pernah ada baik mengenai
topografinya maupun sifat-sifat tanah dan lingkungannya. Oleh sebab itu petak
contoh harus diletakkan pada semua area yang akan diamati. Distribusi petak
contoh disesuaikan dengan sifat masing-masing vegetasi dan faktor lainnya,
sehingga distribusi petak contoh dapat diamati dengan beberapa cara yakni: cara
13

subyektif, bertingkat.
a. Cara Subyektif.-- Merupakan sampling yang paling sederhana, yaitu
dengan memilih petak contoh yang menurut pengamatan dapat mewakili
populasi seluruh area.
b. Sampling Acak Tidak Langsung.-- Cara ini adalah yang paling
sederhana dan memenuhi syarat statistika (valid). Seluruh area dibagi- bagi dalam
jarak yang sama, kemudian sejumlah petak contoh yang diperlukan (mis. 10
petak), letaknya dipilih secara acak. Dapat dilakukan dengan membuat petak
kotak-kotak secara kasar, lalu pada sumbu koordinat X dan Y dipilih dengan
undian secara acak sebagai petak contoh.

Gambar 3. Memilih letak petak-contoh secara acak

c. Sampling Beraturan.-- yaitu dengan meletakkan petak


contoh secara beraturan dengan jarak sama dalam seluruh area, dan cara ini
lebih memuaskan serta memberikan hsil yang lebih mendekati kebenaran
dibandingkan sampling acak. Untuk memenuhi syarat statistika, urutan pengamatan
petak contoh dipilih secara acak. Karena letak petak berjarak tetap dan
beraturan maka disebut pola kisi.
d. Sampling Bertingkat.-- Sampling bertingkat diperlukan bilaa
vegetasi terdiri atas beberapa blok atau stratum yang berbeda fisionominya.
Dalam keadaan demikian, are dibagi dalam stratum yang mempunyai fisiolomi
sama dan pada setiap stratum dilakukan sampling acak seperti (b = tidak
langsung).

2. Metode Pengamatan
Ada empat metode yang lazim digunakan yaitu estimasi visual, metode
kuadratik, metode garis atau rintisan dan metode titik. Selanjutnya akan
dibicarakan hanya metode estimasi visual dan metode kuadratik.
a. Metode Estimasi.-- Setelah letak letak dan kuas petak
contoh yang akan diamati ditentukan, lazimnya berbentuk lingkaran, pengamatan
dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, m isalnya selalu di
tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah
terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan dalam persentse
penyebaran. Karena nilai penyebaran tiap jenis dalam area dihitung dalam
persen, maka bila dijumlah akan diperoleh 100% (trmasuk % daerah kosong jika
14

ada). Dapat juga dominansi dihitung berdasar suatu skala abundansi (scale
abundance) yang bernilai 1 – 5 (Braun-Blannquat; Weaver), 1 – 10 (Domin) atau
1 – 3 (Wirahardja & Dekker). Cara ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi
cukup merata dan tidak banyak waktu tersedia. Tetapi memiliki kelemahan yaitu
terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis yang menyolok
(warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih sedikit jenis-jenis yang
sulit dan kurang menarik perhatian. Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan
populasi vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran msing-masing
komponen tidak terkamin ketepatannya.
b. Metode Kuadrat.-- Yang dimaksud kuadrat disini adalah
ukuran luas dalam satuan kuadrat (m2, cm2, dsb), tetapi bentuk petak-contoh
dapar berupa segi empat, segi-panjang ataupun lingkaran. Untuk vegetasi
yang pendek/rendah, bentuk lingkaran lebih menguntungkan karena ukurannya
dapat diperluas dengan cepat dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang
dikaitkan pada titik pusat petak. Untuk gulma berbebtuk herba rendah lebih
efisien menggunakan metode kuadrat segi-panjang dari pada kuadrat segi-empat,
karena kelompok tumbuhan berkembang membentuk sebuah lingkaran.
Dengan kuadrat segi panjang akan lebih memungkinkan memotong kelompok
tumbuhan dan lebih banyak kelompok yang bisa diamati. Jika yang ditinjau
distribusi suatu kelompok tumbuhan, kuadrat lingkaran kurang efiasien dibanding
semua bentuk segi-empat, tetapi lingkaran mempunyai keuntungan dibanding
semua bentuk geometri lainnya karena lingkaran mempunyai perbandingan
terkecil antara tepi dan luasnya. Bentuk lingkaran juga paling cocok untuk
evaluasi asosiasi gulma di daerah yang luas dan bila menggunakan sampling
estimasi visual.

Prosedur Kerja
1. Penentuan luas dan jumlah minimal petak contoh:
Karena luas dan keadaan vegetasi yang sangat bervariasi maka yang
selalu menimbulkan pertanyaan adalah berapa luas/jumlah petak contoh yang
memedai. Terutama bila kita hanya menggunakan petak contoh tunggal
(gambar 2), luas yang memadai harus kita tentukan. Luas/jumlah petak-contoh
minimal ini berbentuk kaudrat atau lingkaran, dapat ditentukan dengan
menyusun sebuah kurva area terhadap jenis. Dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pilih satu komunitas vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh acak, tentukan
batasnya.
2. Di tengah komunitas, letakkan sebuah petak-contoh 1 x 1 m (p.c. 1) atau sebuah
lingkaran dengan jari-jari 0.56 m. Luas petak contoh = 1 m2.
3. Catat jumlah jenis dalam p.c. 1 pada lembar data (daftar 9?) dengan sebuah
tanda (X) pada kolom 1.
4. Perluas dua kali lipat p.c. 1 (= p.c. 2), catat semua jenis dalam petak contoh 1
+ 2.
5. Perluas ssseterusnya dua kali (p.c. 1 + 2 + 3), dan catat jumlah, jenis dalam
p.c. 1 + 2 + 3 (kumulatif). Hentikan bila kenaikan jumlah jenis yang diperoleh
tidak berarti. Bentuk petak-contoh menjadi seperti pada gambar 4 berikut.
15

Gambar 4. Bentuk petak contoh untuk kurva minimal


Tabel 5. Lembar Data untuk Kurva Luas/Jumlah Minimal Petak-Contoh
Tanggal :
............................................ Lokasi
No Jenis
: ............................................ Petak-Contoh
1 2 3 4 5 No.6 7 8 9 10
1 A X
2 B X
3 C X
4 D X
5 E X
6 F X
7 G X
8 H X
9 I X
10 J X
11 K X
12 L X
13 M X
14 N X
15 O X
16 P X
17 Q X
18 R X
19 S X
20 T X X
Dari lembar data petak contoh yang diperlebar/diperluas:
p.c. (1) ditemukan 11
jenis p.c. (1 + 2) ditemukan
15 jenis p.c. (1 + 2 + 3)
ditemukan 17 jenis p.c. (1 + 2 + 3 + 4)
ditemukan 19 jenis p.c. (1 + 2 + 3 + 4 + 5)
ditemukan 20 jenis
16

Gambar 5. Kurva luas petak-contoh minimal

Garis m ditarik dari titik 0 ke koordinat (A) dari jumlah jenis dan 10%
daripada luas petak-contoh. Garis m ini merupakan tempat kedudukan dari
10% luas petak contoh tempat terdapat 10% daripada jumlah jenis.
Tari garis n // m yang menyinggung kurva pada K. Proyeksi K pada
sumbu X (titik B) adalah luas minimal petak contoh (± 3 m2).
Berdasarkan pengalaman, setelah luas petak-contoh yang diamati melebihi
10% daripada seluruh area, jenis-jenisnya hanya akan bertambah 10%
saja, sehingga secara umum cara diatasi dapat diterima. Untuk
mengetahui berapa jumlah minimal petak-contoh yang diperlukan,
caranya sama dengan C.1 (luas minimal), hanya sumbu X menyatakan
jumlah petak-contoh yang diperlukan.
6. Hitunglah jumlah dan luas minimal petak contoh berdasarkan hasil
pengamatan, gunakan cara seperti contoh di atas.
7. Distribusikan petak contoh yang sidah diketahui jumlah minimal dan luas
minimalnya.
8. Parameter Kuantitatif
Parameter dalam analisa vegetasi yang digunakan adalah kerapatan, frekwensi,
dan dominansi.
a. Persentase penyebaran/skala abundansi : Luas penyebaran komponen
vegetasi dapat dinyatakan dalam bentuk persen, selain itu sering diubah ke
dalam 5 – 10 kelas skala abundansi (Tabel 2 dan 3).
Tabel 6. Contoh Persentase Penyebaran Vegetasi

Jenis tumbuhan Penyebaran (%)


1. Imperata cylindrica 75
2. Axonopsus compressus 15
3. Cyperys rotundus 5
4. Lantana camara 3
5. Drymaria ordata 2
6. Chromolaena odorata
Jumlah 1
101
17

Tabel 7. Macam-macam skala abundansi


b.

Skala Weave Oossting Wirahardja &


Nilai
Abundansi (1938) (1956) Dekker (1977)
skor
Kelas
1 Jarang R = rare Very rare + = very rare
sekali
2 Tidak umum I= Rare 1 = rare –
infrequent infrequent
3 Terdapad di F= frequent Infequent 2 = abundant
sana-sini
4 Umum, A = abundant Abundant 3 = very
agak abundant
tersebar
5 Amat umum, VA = very Very
penyusun abundant abundant
komunitas
yang
bersambung

+ Ada

a. Kerapatan : Menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak-
contoh. Masalah: Memakan waktu dalam menghitung, dan kesulitan dalam
menentukan satuan tumbuhan yang menjalar atau berumpun. Kerapatan
berhubungan erat dengan musim dan vitalitas tumbuhan. Efek tepi: diperlukan
suatu ‘perjanjian’ untuk menentukan sekelompok tumbuhan apakah berada di
luar petak contoh. Misalnya suatu kelompok berumpun dari rumput yang
terletak di tepi petak-contoh. Dianggap terletak dalam petak-contoh
seluruhnya’ bila lebih dari separuh rumpunnya berada dalam petak-contoh,
dan sebaliknya. Perjanjian lain yang diperlukan adalah untuk tumbuhan yang
berimpang (stolon) dan menjalar dengan tunas dan buku-bukunya dalam
menentukan berapa bagian yang dipandang sebagai ‘satu unit tumbuhan.
c. Frekuensi : Frekuensi jenis tumbuhan adalah berapa jumlah petak-contoh
(%) yang memuat jenis tsb dari semua petak-contoh yang dibuat. Misalnya
tumbuhan A ditemukan dalam 80 petak-contoh dari 200 petak-contoh yang
dibuat, maka frekuensi A = 80/200 x 100% = 43%. Dengan kata lain
frekuensi adalah : ada tidaknya sejenis tumbuhan dalam petak-contoh.
d. Dominansi : Istilah ini digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang
ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan, atau kemampuan sesuatu jenis tumbuhan
dalam hal bersaing dengan jenis yang lainnya. Dominansi dinyatakan dengan
istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau biomassa atau volume.
18

Hasil Pengamatan

Jumlah petak contoh minimal :


Gambar 6. Jumlah petak contoh minimal kurve area terhadap jumlah jenis
19

Luas petak contoh minimal (m2) :


Gambar 7. Luas petak contoh minimal kurve area terhadap jumlah jenis
Tabel 8. Data nilai kuantitatif vegetasi gulma (kerapatan, frekuensi, nilai penting,
nilai abudansi dan penyebaran gulma)
Jenis Gulma FM FN KM KN NP Penyeb
Petak Sampel/contoh (%) (%) (%) aran
1 2 3 4 5 6 7 8
Cyperus rotundus 3 0 8 35 15 0 12 29 6 13.33 102 18.61 15.97 Cukup
Luas
Murdannia sp. 19 25 87 43 27 26 23 15 8 17.78 265 48.35 33.06 Sangat
Luas
Marsilea sp. 15 11 4 3 34 2 15 22 8 17.78 106 19.34 18.56 Cukup
Luas
Chroton hirtus 4 0 2 3 0 0 0 3 4 8.89 12 2.18 5.53 Sedang
Vernonia cinerea 0 0 0 0 0 0 0 6 1 2.22 6 1.09 1.65 Sedikit
Prophyllum ruderale 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2.22 1 0.18 1.20 Sedikit
Bidens pilosa L. 6 0 2 7 0 10 4 0 5 11.11 29 5.29 8.20 Sedang
Cyperus sp. 5 17 3 3 0 0 0 0 4 8.89 28 5.10 6.99 Sedang
Phyllanthus debilis 0 0 1 0 8 2 8 13 5 11.11 32 5.83 8.47 Sedang
Mimosa pudica L. 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2.22 1 0.18 1.20 Sedikit
Bergia ammannioides 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2.22 1 0.18 1.20 Sedikit
Commelina diffusa 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2.22 1 0.18 1.20 Sedikit
burm
Total 45 99.99 548 106.5 103.2
1 3
20

Keterangan :
1. Jenis gulma A = ;B= : C = …………………………….; Z =
2. KM = Kerapatan mutlak; KN = Kerapatan nisbi
3. FM = Frekuensi mutlak; FN = Frekuensi nisbi
4. NP = Nilai penting

Pembahasan
21

Analisa vegetasi merupakan suatu penggambaran mengenai pertumbuhan suatu


tanaman dalam suatu wilayah. Analisa vegetasi pada gulma adalah penggambaran
mengenai pertumbuhan gulma dalma suatu wilayah yang diamati. Melakukan
penganalisisan vegetasi pada gulma sangatlah penting. Karena sangat berguna dalam
menemukan pertumbuhan gulma dalam wilayah pertanaman tanaman budidaya.
Sehingga memudahkan dalam pengendalian.
Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan alat Square Method atau
metode Kuadrat yaitu dengan menggunakan sebuah alat berbentuk persegi sama sisi
dengan panjang sisi 50cm x 50cm. Sampel diambil dengan cara melemparkan alat
Square Method ke tanah atau lahan yang ditumbuhi gulma, selanjutnya seluruh gulma
yang terdapat dalam alat dicabut hingga bersih kemudian dianalisis untuk mengetahui
jenis dari gulma tersebut. Pada analisis ini digunakan buku deskripsi gulma untuk
membantu memudahkan dalam mengidentifikasi nama gulma dengan membandingkan
ciri- ciri morfologi gulma dengan gambar yang ada dalam buku deskripsi gulma.setelah
selesai gulma dicuci untuk membersihkan kotoran yang menempel pada bagian tanaman
dan dikering anginkan yang kemudian dikeringkan untuk mengetahui kerapatan,
frekuensi, dan dominasi masing- masing jenis gulma
Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan vegetasi persawahan didaerah
Narmada. Dari hasil pengamatan yang dilakukan ditemukan 13 jenis gulma yang
tumbuh dan berkembang didaerah vegetasi persawahan tersebut. Terdapat lima jenis
gulma yang memiliki penyebaran pertumbuhannya sangat sedikit berdasarkan analisa
vegetasi yang dilakukan. Kelima gulma itu adalah Vernonia cinerea, Prophyllum
ruderale , Mimosa pudica L., Bergia ammannioides dan Commelina diffusa burm.
Dimana persentase nilai penting kelima gulma ini berturut-turut adalah 1,65%; 1,2%;
1,2%; 1,2% dan 1,2%.Terdapat satu jenis gulma yang memiliki penyebaran yang sangat
luas dari hasil analisa vegetasi yang dilakukan. Gulma itu adalah Murdannia sp. dengan
persentase nilai pentingnya adalah 33,06%.
Dan terdapat beberapa jenis gulma yang lain yang memiliki vegetasi
penyebarannya hanya sedang dan cukup luas. Untuk gulma dengan nilai penyebaran
yang sedang ada empat yaitu Chroton hirtus, Bidens pilosa L., Cyperus sp. dan
Phyllanthus debilis. Keempat jenis gulma ini memiliki persentase nilai pentingnya
berturut-turut adalah 5,53%; 8,2%; 6,99% dan 6,47%. Serta untuk gulma yang memiliki
penyebaran yang cukup luas ada dua yaitu Cyperus rotundus dan Marsilea sp. kedua
gulma ini memiliki persentase nilai penting berturut-turut adalah 15,97% dan 18,56%.
22

Seperti diketahui bahwa melakukan analisa vegetasi peda daerah pertanaman


sangatlah penting. Karena mampu membantu para petani dalam melihat pertumbuhan
dan perkembangan gulma yang hidup didaerah pertanaman tempat membudidayakan
tanaman budidaya. Selain itu juga dengan analisa vegetasi pada gulma juga mampu
membantu petani dalam menentukan teknik pengendalian yang tepat dengan dosis yang
tepat jika menggunakan herbisida.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Gulma yang memiliki penyebaran yang sedikit pada vegetasi yang diamati ada
lima gulma yaitu Vernonia cinerea, Prophyllum ruderale , Mimosa pudica L., Bergia
ammannioides dan Commelina diffusa burm dengan persentase nilai pentingnya
berturut-turut 1,65%; 1,2%; 1,2%; 1,2% dan 1,2%. Sedangkan gulma yang memiliki
vegetasi yang saangat luas pada daerah persawahan yang diamati adalah gulma
Murdannia sp. dengan nilai persentase nilai pentingnya 33,06%.

Saran
Sangat baik jika petani melakukan analisa vegetasi didaerah persawahannya.
Terutama analisa vegetasi pada partumbuhan gulma didaerah pertanaman mereka. Sebab
hal ini akan sangat membantu petani dalam menentukan teknik pengendalian. Serta
pengaplikasian analisa vegetasi ini juga tidak terlalu susah untuk dilakukan oleh petani.
23

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, W. P., 1983. Weed Science: Principles. 2nd ed. West Publishing
Company, St Paul, Minnesota.

Damalas, C.A., 2004. Review: Herbicide Tank Mixtures: Common Interactions.


International Journal of Agric. and Biol. 1560–8530/2004/06–1–209–212.
http://www.ijab.org. (Diakses 3 September 2011).

Hatzios, K.K. and D. Penner, 1985. Interactions of Herbicides wth Other


Agrochemicals in Higher Plants. Review of weed Science (1): 1-52.

Moenandir. J. 1991. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma-


Buku I). Rajawali Press, Jakarta.
Moenandir, J. 1990. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma (Ilmu
Gulma-Buku III). Rajawali Press, Jakarta.
Moenandir. J. 1992. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. Rajawali Press,
Jakarta.

Rao, V.S.,2000. Principles of Weed Science, 2nd ed.,Science Publisher. Inc.


New Hampshire
Rukmana, R. 2000. Gulma dan Teknik Pengendalian. Rajawali Press, Jakarta.
.
Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo dan J. Wiroatmojo, 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta.
.

Anda mungkin juga menyukai