PRAKTIKUM
PENGELOLAAN GULMA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
Oleh :
No Mahasiswa : C1M015015
Kelompok : 3 (TIGA)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
I. IDENTIFIKASI GULMA
Tujuan : Untuk mengetahui dan memahami tentang ciri-ciri, distribusi,
habitat, daerah asal, reproduksi, penyebaran, taksonomi,
klasifikasi, pertumbuhan dan informasi lainnya tentang
jenis/species gulma.
Bahan dan alat : Gulma yang ada pada beberapa habitat, buku /panduan
identifikasi.
LandasanTeori :
Gulma didefinisikan antara lain sebagai ‘tumbuhan yang tumbuh pada
tempat yang tidak dikehendaki’, hal ini dapat berarti tumbuhan tersebut
akan menimbulkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
lebih memahami gulma dengan segala potensi masalah yang ditimbulkannya
maka sangat diperlukan pengetahuan tentang identitas suatu species gulma
dengan segala ciri, biologi dan ekologinya, melalui tindakan identifikasi.
Informasi tentang identitas gulma dan habitatnya akan menjadi dasar dalam
pemilihan teknik pengelolaan yang akan dilakukan. Identifikasi berasal dari kata
“identik” yang artinya sama atau serupa dengan. Berdasarkan kesamaan atau
kemiripan ciri yang ditunjukkan maka penggolongan gulma berdasarkan
klasifikasi ilimiah maupun klasifikasi umum dapat dilakukan. Dalam indentifikasi
kita tidak dapat lepas dari nama ilmiah (Latin) yang disepakati dan diterima
scara internasional. Sebagai contoh, jika kita menyebut nama babadotan, ahli
gulma India atau Afrika atau bahkan yang terletak di pulau Jawa sering
tidak mengetahuinya. Tetapi dengan menyebutkan nama latinnya yaitu
Ageratum conyzoides L., maka hampir dapat dipastikan orang-orang yang
mempelajari gulma akan mengetahui, atau jika tidak, ia dapat dengan mudah
mencari informasi dengan memakai nama latin gulma tersebut. Klasifikasi
umum dilakukan berdasarkan pengamatan tentang daur hidupnya,
morfologinya, saat berkecambah dan tumbuhnya, habitat, bentuk daun, serta
kepekaannya terhadap bekerjanya herbisida. Pengelompokkan ini tidak
berkaitan secara langsung dengan taksonomi tumbuhan atau kekerabatan
diantara gula tersebut, tetapi semata-mata merupakan cerminan
penampakkan visual di lapang atas respon yang ditunjukkan terhadap
perubahan lingkungan.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk identifikasi gulma,
dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa cara di bawah
ini:
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di
harbarium.
2. Mencari sendiri melalui kunci indentifikasi
3. Membandingkannya dengan determinasi yang ada
2
Daur hidup. Daur hidup tumbuhan adalah jangka waktu antara tumbuhan
itu berkecambah atau muncul di permukaan tanah sampai tumbuhan
tersebut
menghasilkan biji/bagian vegetatif yang mampu tumbuh menjadi tumbuhan
baru lalu mati. Daur hidup gulma akan menentukan lama gulma
tumbuh dan kemudahan pengendaliannya.
1. Gulma Semusim (Annual). Gulma ini berkecambah dan berkembang
biak terutama dengan biji, serta hidup selama satu musim. Musim yang
dimaksud adalah pada musim yang sama dan berkisar antara 4 –
16 minggu (bergantung pada spesiesnya). Tumbuhan tua mati dan
tumbuhan muda muncul dari biji-bijinya. Contoh: Ageratum
conyzoides, Cyperus iria, Echinochloa colonum, Leptochloa chinensis
dan Rottboellia exaltata.
2. Gulma Dua Musim (Biennial). Gulma ini dapat hidup lebih dari satu
tahun tetapi kurang dari dua tahun, atau memerlukan dua musim
pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Pada periode
musim pertama berbentuk roset, pada periode musim kedua
membentuk bunga dan memproduksi biji lalu mati. Penyebaran gulma
biennial dapat dihambat dengan menghambat produksi biji. Contoh:
Daucus carota, Sonchus arvensis, Senecio vulgaris dan Cirsium arvense.
3. Gulma tahunan (Perennial). Gulma yang berkembang biak terutama
dengan organ vegetatifnya yaitu umbi (tuber), rimpang (rhizome), umbi
lapis (bulb), subang (corm) dan geragih (stolon). Gulma ini hidupnya
lebih lama dan biasanya melebihi masa satu musim bahkan dapat
mencapai tiga – empat musim apabila didukung oleh lingkungan
tumbuhnya. Tunas gulma dapat tumbuh menjadi tua dan akhirnya mati,
tetapi organ vegetatif tersebut akan tetap hidup dan menumbuhkan tunas-
tunas baru. Dengan karakteristik seperti itu, biasanya gulma tahunan
lebih sulit dikendalikan dibanding gulma semusim. Contoh: Imperata
Cylindrica, Mikania chordata, dan Cyperus rotundus.
Morfologi Daun Gulma. Pengelompokan ini berdasarkan mentuk/ukuran
daun, dan pada kenyataannya hal ini berkaitan dengan kesamaan
reaksi gulma dengan morfologi daun tertentu terhadap herbisida yang
serupa. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gulma dikelompokkan kedalam
kelompok rumput, kelompok teki, dan kelompok daun lebar.
1. Kelompok berdaun sempit ≈ rumput (Grasses). Spesies-spesies
gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis), memanjang dan
sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis
tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada marga Poaceae
(Gramineae).
2. Kelompok teki-tekian (Sedges). Spesies-spesies gulma dari
marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya
berbentuk garis (linearis). Contoh yang termasuk kelompok ini: Cyperus
rotundus dan Fymbristilis miliaceae.
3. Kelompok berdaun lebar (Broad leaf). Spesies-spesies gulma
dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus),
bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus),
segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips.Kelompok ini memiliki arah
4
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Gambar dan karakteristik gul;ma yang diidentifikasi (1)
Ciri-ciri morfologi Penjelasan Gambar
1. Akar Berserabut
2. Batang Tegak dan tidak memiliki
bulu.
3. Daun Lebar tidak berbulu dan
ada yang berbulu dibagian
permukaan lidah daun.
4. Bunga Majemuk
5. Buah/Biji Tidak memiliki buah,
tetapi memiliki biji yang
kecil.
Habitat Rumput ini memilih situasi
yang cerah setengah teduh
di tanah cukup lembab
sebagai tempat tumbuh.
Penyebaran Menyebar di Indonesia dan
penyebarannya melalui
angin dengan
mengeluarkan biji-bijinya.
Reproduksi Rumput berkembang biak
dengan cara penanaman,
pengairan,dan pada
penyedian unsur hara.
Pertumbuhan Tumbuh pada ketinggian
1300M dengan curah hujan
625-1250 mm/tahun.
Pengendalian yang Pengendalian dengan cara
paling efektif mencabut gulma pada saat
baru tumbuh atau
tanamannya kecil dan pada
saat besar jarang dirusak
karna dapat diambil dengan
5
5. Kelas Magnoliopsida
6. Sub Difisi Magnoliophyta
7. Difisi Spermatophyta
8. Kingdom Plantae
Pembahasan
Dalam praktikum ini yaitu pengenalan gulma diamati tiga gulma yaitu
Setaria Sphacelata , Eleusine indica, dan Amaranthus spinosus. Ketiga gulma ini
adalah gulma semusim. Gulma-gulma ini memiliki pertumbuhan yang sangat cepat
sehingga para petani harus waspada terhadap gulma-gulma ini. Sehingga perlu adanya
pengendalian sedini mungkin untuk mencegah lebih banyak pertumbuhan gulma ini.
Tanaman Setaria sp adalah Rumput setaria merupakan salah satu rumput
7
hijauan yang biasanya digunakan untuk pakan ternak, terutamanya ternak ruminansia
seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan juga lainnya. Rumput setaria ini berasal dari
dari Afrika tropic, dan menyebar luas keberbagai wilayah dengan cepat. Selain itu,
rumput ini memiliki siklus hidup parenial dan juga dapat berkembangbiak dengan cepat
curah hujan 750 – 100 mm/ tahun dan juga dengan ketinggian 1.000 – 3.000 m dpl.
Morfologi rumput setaria Akar rumputsetaria berserabut. Batang tegak Selain itu,
batang pada rumput ini memiliki warna kemerahan dan juga memiliki daun lunak dan
juga lembut Keuntungan rumput setaria tahan terhadap genangan air, tahan terhadap
musim kemarau, sumber pakan hijauan ternak, tahan terhadap serangan berbagai
penyakit mudah dibudidayakan di perbanyak mudah beradaptasi dengan iklim tertentu
Pengendalian dengan cara mencabut gulma pada saat baru tumbuh atau tanamannya
kecil dan pada saat besar jarang dirusak karna dapat diambil dengan menggunakan
sabit untuk memberikan pakan ternak sapi. Selain itu dapat juga dikendalikan dengan
herbisida
Eleusie indica adalah gulma dalam golongan gulma rerumputan. Gulma ini
memiliki akar serabut dan batang yang memanjang berbentuk lancip. Bunga dari gulma
ini adalah bunga terminal yang menjadi 3 dan berwarna hijau serta buahnya berukuran
sangat kecil juga berwarna hijau. Eleusine indica biasanya dapat dikendalikan dengan
cara langsung mencabutnya atau memotongnya dengan alat-alat pertanian. Selain itu
dapat juga dikendalikan dengan herbisida. Cara lain yang paling efektif adalah dengan
cara penggenangan secara terus menerus sebab gulma golongan ini termasuk gulma
yang sangat sulit untuk diatasi. Gulma Eleusine indica dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak.
Amaranthus spinosu merupakan gulma berdaun lebar yang memiliki cirri
khas yaitu adanya duri dibagian buku batangnya. Gulma ini memiliki akar tunggang
dengan batang bulat dan berair. Bunganya berwarna hijau dan berkelamin tunggal
dengan biji berwarna hitam mengkilap yang berukuran sanga kecil. Amaranthus
spinosu dapat dikendalikan dengan menggunakan alat-alat pertanian juga menggunakan
atau memanfaatkan bahan kimia atau herbisida yang sesuai. Gulma ini dapat
dimafaatkan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti disentri, bisul,
keputihan, gangguan pernafasan, bronchitis, serta mperlancar dan memperbanyak
produksi ASI.
Tanaman ini juga termasuk Gulma ini hanya berumur kurang dari satu tahun.
Umumnya berkembang biak dengan biji, pertumbuhannya cepat, dengan kemampuan
bereproduksi yang amat tinggi. Setelah biji masak, biasanya gulma akan mati.Biji yang
dihasilkan pada tahun pertama umumnya akan mengalami dormansi, dan tumbuh
kembali pada tahun berikutnya. Ada gulma daun lebar semusim, teki semusim, dan
rumput semusim sebenarnya gulma ini secara ekonomis merupakan gulma penting
pada tanaman padi. Eksistensinya karena melimpahkan produksi biji. Tetapi gulma ini
pengendaliannya membutuhkan biaya yang cukup besar Oleh karena itu gulma ini
merupakan gulma merugikan petani.
2. Saran
Gulma ini jangan terlalu sering dirusak karena memiliki manfaat untuk manusi
dan makana ternak tetapi jika merusak tanaman budidaya baru menggunakan
pengendalian yang efektif.
Gambar 1. Siklus hidup annual biji gulma dalam ‘soil seed bank’ dan
perubahan yang terjadi sepanjang waktu
Heterogennya biji-biji gulma memberikan suatu tambahan untuk adanya ‘seed
bank’ yang aktif dan yang dorman sebagai input deposit ‘seed bank’. Nasib
‘seed bank’ beragam, dapat hilang karena: predasi, busuk oleh patogen, mati
fisiologis dan mati karena aktifitas budidaya. Biji-biji gulma ini dapat pula hilang
karena penyebaran jauh keluar dari lokasi aslinya. Seed bank sebenarnya juga
mengalami penurunan setiap tahun karena perkecambahan. Perkecambahan biji
gulma ini dapat berakibat tumbuh dan bertahannya gulma tsb dan dapat pula
mengalami kematian oleh berbagai sebab. Ukuran seed bank berubah sesuai
perjalanan waktu. Keseimbangan repatif antara input dan kehilangan biji gulma
merefleksikan suatu ‘dinamika seed bank’. Ukuran seed bank (seed bank size)
cenderung menurun dengan meningkatnya latitude (letak lintang), meningkatnya
altitude (ketingian tempat) dan pada tahap akhir suksesi tumbuhan.
Prosedur Kerja :
Perlakuan dan pemeliharan :
1. Siapkan 2 (dua) lokasi/daerah yang akan diuji potensi Seed Bank yang
dikandungnya.
2. Gali tanah pada lokasi yang telah ditentukan sedalam 20-30 cm, kemudian
tanah tsb dimasukkan ke bak kecambah sampai setinggi 3 cm.
3. Lakukan hal yang sama untuk di lokasi yang kedua.
4. Siram tanah pada masing-masing bak kecambah hingga cukup lembab, tetapi
tidak sampai tergenang. Kelembaban dijaga selama pengamatan dlakukan.
Pengamatan :
1. Amati dan hitung jumlah kecambah yang tumbuh setiap hari pada masing-
masing bak kecambah.
10
Hasil Pengamatan
Narmada 1
Narmada 2
Narmada 3
Labu Api 1
Labu Api 2
Labu Api 3
Haari Peengamatan
Gambar 2. Grafik potensi tanah sebagai bank biji gulma selama pengamatan
11
Pembahasan
Tanah selalu menjadi masalah yang sangat penting dalam urusan budidaya
tanaman. Sehingga kebersihan tanah selalu menjadi faktor paling penting dalam
keberhasilan budidaya. Pentignya tanah disini karena tanah dapat saja mengandung
benih-benih gulma. Gulma merupakan tiumbuhan yang tidak dinginkan untuk tumbuh
disekitar pertanaman. Sebab gulma mampu mengganggu tanaman budidaya dan merusak
tanaman yang dibudiyakan sehingga akan menimbulkan kerugian secara ekonomis bagi
para petani. Dalam praktikum ini damati tanah persawahan dari daerah Narmada dan
tanah pekarangan dari daerah Labu Api.
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik
terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah
tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi akan tetapi istilah ini lebih merupakan
salah satu jenis penggunaan tanah yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya
tanaman padi dan juga merupakan istilah umum seperti halnya,tanah hutan, tanah
perkebunan, dan sebagainya
Tanah pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dan menjadi
bagian tak terpisahkan dengan suatu bangunan atau terkait dengan kepemilikan dalam
suatu persil. Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami bunga, atau
kadang-kadang memiliki kolam. Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau
samping sebuah bangunan, tergantung seberapa besar sisa tanah yang tersedia setelah
dipakai untuk bangunan utamanya.
Tanah sampel dari daerah Narmada yang berupa tanah persawahan meiliki
pertumbuhan gulma yang sangat banyak dan relatif cepat. Pertumbuhan gulmanya bisa
mencapai angka 25 gulma sampai pada hari pengamatan yang ke-23. Adapun rata-rata
pertumbuhan gulma pada sampel tanah ini mulai dari hari ke-5 hingga hari ke-23 adalah
0,77; 4,67; 10,67; 14,67; 18; 20,33 dan 23,33. Benih gulma yang tumbuh pada sampel
tanah daerah ini lebih banyak dari jenis teki-tekian dan rerumputan. Sedangkan untuk
tanah sampel dari Labu Api yang berupa tanah pekarangan ini memiliki pertumbuhan
yang sedkit lambat dan hanya ditumbuhi 15 gulma hingga hari ke-23. Rata-rata
pertumbuhan gulma pada sampel ini selama 23 hari pengamatan adalah 1,33; 4; 6,67;
9,33; 12,67; 15 dan 15,67. Dengan jenis gulma yang lebih banyak tumbuh adalah dari
kelompok gulma berdaun lebar.
Dari kurva atau grafik potensi tanah sebagai seed bank gulma dapat dilihat
bahwa tanah persawah didaerah Narmada lebih berpotenso dibandingkan dengan tanah
pekarangan daerah Labu Api. Hal ini terjadi karena biasanya tanah dari daerah
persawahan selalu diolah tanahnya dengan menggunakan bajak. Sedangkan tanah
pekarangan merupakan tanah tanpa olah. Jika tanah telah diolah maka memungkinkan
biji gilma yang berada didalam tanah naik ke permukaan dan tumbuh.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari kedua sampel tanah, tanah yang paling berpotensi menjadi seed bank bagi
gulma adalah tanah persawahan dari daerah Narmada dibandingkan dengan tanah
pekarangan dari daerah Labu Api. Dimana hal ini dapat terjadi karena tanah sawah
sering kali diolah sehingga biji gulma yang ada didalam tanah naik ke atas dan mulai
tumbuh perlahan merusak area penanaman budidaya pertanian.
Saran
Dalam pengolahan tanah sebaiknya dilakukan dengam tepat dan benar juga
segera dilakukan penyaingan agar mampu membasmi gulma sebelum mulai menanam
tanaman budidaya.
12
Bahan dan Alat : Meteran, tali rafia, patok bambo/kayu, buku panduan
identifikasi gulma, millimeter blok dan alat tulis menulis.
Landasan Teori :
Konsep dan metode analisa vegetasi gulma sangat bervariasi,
tergabtung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Tujuan analisa
vegetasi ada beberapa misalnya untuk mempelajari tingkat suksesi dan untuk
eveluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus
sesuai dengan komposisi vegetasi.
Analisa vegetasi yang ditujukan untuk suatu eveluasi pengendalian gulma dapat
memberi informasi tentang beberapa hal misalnya: perubahan flora (shifting)
akibat metode pengendalian tertentu, evaluasi percobaan herbisida (trial) untuk
menentukan aktivitas syatu kombinasi herbisida terhadap jenis gulma di
lapangan, dan juga eveluasi pengendalian herba tahunan (perennial).
Data yang diperoleh dari analisa vegetasi dapat dibagi atas dua kelompok yaitu data
kualitatif dan kuantitatif. Data kauntitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis
tumbuhan tersebar dan berkelompok, stratifikasinya, periddesitas, dsb;
sedangkan data kuantitatif menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering
suatu jenis, dan luas daerah yang ditumbuhinya.
A. Pengamatan Pendahuluan
Pengamatan ini terdiri atas pengamatan sepintas secara menyeluruh
terhadap suatu komunitas vegetasi sehingga diperoleh suatu gambaran umun
mengenai garis besar kelompoknya, komp[osisi flora, dan bagaimana
hubungannya dengan lingkungannya secara timbal balik. Pada penelitian
pendahuluan dilakukan penjelajahan seluruh area, lalu dibuat catatan
tentang: komunitas, jenis yang dominan, serta adakah korelasi antara
vegetasi dan jenis faktor lingkungannya.
subyektif, bertingkat.
a. Cara Subyektif.-- Merupakan sampling yang paling sederhana, yaitu
dengan memilih petak contoh yang menurut pengamatan dapat mewakili
populasi seluruh area.
b. Sampling Acak Tidak Langsung.-- Cara ini adalah yang paling
sederhana dan memenuhi syarat statistika (valid). Seluruh area dibagi- bagi dalam
jarak yang sama, kemudian sejumlah petak contoh yang diperlukan (mis. 10
petak), letaknya dipilih secara acak. Dapat dilakukan dengan membuat petak
kotak-kotak secara kasar, lalu pada sumbu koordinat X dan Y dipilih dengan
undian secara acak sebagai petak contoh.
2. Metode Pengamatan
Ada empat metode yang lazim digunakan yaitu estimasi visual, metode
kuadratik, metode garis atau rintisan dan metode titik. Selanjutnya akan
dibicarakan hanya metode estimasi visual dan metode kuadratik.
a. Metode Estimasi.-- Setelah letak letak dan kuas petak
contoh yang akan diamati ditentukan, lazimnya berbentuk lingkaran, pengamatan
dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, m isalnya selalu di
tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah
terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan dalam persentse
penyebaran. Karena nilai penyebaran tiap jenis dalam area dihitung dalam
persen, maka bila dijumlah akan diperoleh 100% (trmasuk % daerah kosong jika
14
ada). Dapat juga dominansi dihitung berdasar suatu skala abundansi (scale
abundance) yang bernilai 1 – 5 (Braun-Blannquat; Weaver), 1 – 10 (Domin) atau
1 – 3 (Wirahardja & Dekker). Cara ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi
cukup merata dan tidak banyak waktu tersedia. Tetapi memiliki kelemahan yaitu
terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis yang menyolok
(warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih sedikit jenis-jenis yang
sulit dan kurang menarik perhatian. Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan
populasi vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran msing-masing
komponen tidak terkamin ketepatannya.
b. Metode Kuadrat.-- Yang dimaksud kuadrat disini adalah
ukuran luas dalam satuan kuadrat (m2, cm2, dsb), tetapi bentuk petak-contoh
dapar berupa segi empat, segi-panjang ataupun lingkaran. Untuk vegetasi
yang pendek/rendah, bentuk lingkaran lebih menguntungkan karena ukurannya
dapat diperluas dengan cepat dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang
dikaitkan pada titik pusat petak. Untuk gulma berbebtuk herba rendah lebih
efisien menggunakan metode kuadrat segi-panjang dari pada kuadrat segi-empat,
karena kelompok tumbuhan berkembang membentuk sebuah lingkaran.
Dengan kuadrat segi panjang akan lebih memungkinkan memotong kelompok
tumbuhan dan lebih banyak kelompok yang bisa diamati. Jika yang ditinjau
distribusi suatu kelompok tumbuhan, kuadrat lingkaran kurang efiasien dibanding
semua bentuk segi-empat, tetapi lingkaran mempunyai keuntungan dibanding
semua bentuk geometri lainnya karena lingkaran mempunyai perbandingan
terkecil antara tepi dan luasnya. Bentuk lingkaran juga paling cocok untuk
evaluasi asosiasi gulma di daerah yang luas dan bila menggunakan sampling
estimasi visual.
Prosedur Kerja
1. Penentuan luas dan jumlah minimal petak contoh:
Karena luas dan keadaan vegetasi yang sangat bervariasi maka yang
selalu menimbulkan pertanyaan adalah berapa luas/jumlah petak contoh yang
memedai. Terutama bila kita hanya menggunakan petak contoh tunggal
(gambar 2), luas yang memadai harus kita tentukan. Luas/jumlah petak-contoh
minimal ini berbentuk kaudrat atau lingkaran, dapat ditentukan dengan
menyusun sebuah kurva area terhadap jenis. Dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pilih satu komunitas vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh acak, tentukan
batasnya.
2. Di tengah komunitas, letakkan sebuah petak-contoh 1 x 1 m (p.c. 1) atau sebuah
lingkaran dengan jari-jari 0.56 m. Luas petak contoh = 1 m2.
3. Catat jumlah jenis dalam p.c. 1 pada lembar data (daftar 9?) dengan sebuah
tanda (X) pada kolom 1.
4. Perluas dua kali lipat p.c. 1 (= p.c. 2), catat semua jenis dalam petak contoh 1
+ 2.
5. Perluas ssseterusnya dua kali (p.c. 1 + 2 + 3), dan catat jumlah, jenis dalam
p.c. 1 + 2 + 3 (kumulatif). Hentikan bila kenaikan jumlah jenis yang diperoleh
tidak berarti. Bentuk petak-contoh menjadi seperti pada gambar 4 berikut.
15
Garis m ditarik dari titik 0 ke koordinat (A) dari jumlah jenis dan 10%
daripada luas petak-contoh. Garis m ini merupakan tempat kedudukan dari
10% luas petak contoh tempat terdapat 10% daripada jumlah jenis.
Tari garis n // m yang menyinggung kurva pada K. Proyeksi K pada
sumbu X (titik B) adalah luas minimal petak contoh (± 3 m2).
Berdasarkan pengalaman, setelah luas petak-contoh yang diamati melebihi
10% daripada seluruh area, jenis-jenisnya hanya akan bertambah 10%
saja, sehingga secara umum cara diatasi dapat diterima. Untuk
mengetahui berapa jumlah minimal petak-contoh yang diperlukan,
caranya sama dengan C.1 (luas minimal), hanya sumbu X menyatakan
jumlah petak-contoh yang diperlukan.
6. Hitunglah jumlah dan luas minimal petak contoh berdasarkan hasil
pengamatan, gunakan cara seperti contoh di atas.
7. Distribusikan petak contoh yang sidah diketahui jumlah minimal dan luas
minimalnya.
8. Parameter Kuantitatif
Parameter dalam analisa vegetasi yang digunakan adalah kerapatan, frekwensi,
dan dominansi.
a. Persentase penyebaran/skala abundansi : Luas penyebaran komponen
vegetasi dapat dinyatakan dalam bentuk persen, selain itu sering diubah ke
dalam 5 – 10 kelas skala abundansi (Tabel 2 dan 3).
Tabel 6. Contoh Persentase Penyebaran Vegetasi
+ Ada
a. Kerapatan : Menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak-
contoh. Masalah: Memakan waktu dalam menghitung, dan kesulitan dalam
menentukan satuan tumbuhan yang menjalar atau berumpun. Kerapatan
berhubungan erat dengan musim dan vitalitas tumbuhan. Efek tepi: diperlukan
suatu ‘perjanjian’ untuk menentukan sekelompok tumbuhan apakah berada di
luar petak contoh. Misalnya suatu kelompok berumpun dari rumput yang
terletak di tepi petak-contoh. Dianggap terletak dalam petak-contoh
seluruhnya’ bila lebih dari separuh rumpunnya berada dalam petak-contoh,
dan sebaliknya. Perjanjian lain yang diperlukan adalah untuk tumbuhan yang
berimpang (stolon) dan menjalar dengan tunas dan buku-bukunya dalam
menentukan berapa bagian yang dipandang sebagai ‘satu unit tumbuhan.
c. Frekuensi : Frekuensi jenis tumbuhan adalah berapa jumlah petak-contoh
(%) yang memuat jenis tsb dari semua petak-contoh yang dibuat. Misalnya
tumbuhan A ditemukan dalam 80 petak-contoh dari 200 petak-contoh yang
dibuat, maka frekuensi A = 80/200 x 100% = 43%. Dengan kata lain
frekuensi adalah : ada tidaknya sejenis tumbuhan dalam petak-contoh.
d. Dominansi : Istilah ini digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang
ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan, atau kemampuan sesuatu jenis tumbuhan
dalam hal bersaing dengan jenis yang lainnya. Dominansi dinyatakan dengan
istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau biomassa atau volume.
18
Hasil Pengamatan
Keterangan :
1. Jenis gulma A = ;B= : C = …………………………….; Z =
2. KM = Kerapatan mutlak; KN = Kerapatan nisbi
3. FM = Frekuensi mutlak; FN = Frekuensi nisbi
4. NP = Nilai penting
Pembahasan
21
Kesimpulan
Gulma yang memiliki penyebaran yang sedikit pada vegetasi yang diamati ada
lima gulma yaitu Vernonia cinerea, Prophyllum ruderale , Mimosa pudica L., Bergia
ammannioides dan Commelina diffusa burm dengan persentase nilai pentingnya
berturut-turut 1,65%; 1,2%; 1,2%; 1,2% dan 1,2%. Sedangkan gulma yang memiliki
vegetasi yang saangat luas pada daerah persawahan yang diamati adalah gulma
Murdannia sp. dengan nilai persentase nilai pentingnya 33,06%.
Saran
Sangat baik jika petani melakukan analisa vegetasi didaerah persawahannya.
Terutama analisa vegetasi pada partumbuhan gulma didaerah pertanaman mereka. Sebab
hal ini akan sangat membantu petani dalam menentukan teknik pengendalian. Serta
pengaplikasian analisa vegetasi ini juga tidak terlalu susah untuk dilakukan oleh petani.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, W. P., 1983. Weed Science: Principles. 2nd ed. West Publishing
Company, St Paul, Minnesota.