Nim : A31114512
Matkul : Pengauditan 1
SEJARAH PENGAUDITAN
Pengauditan telah mulai dilakukan sejak abad ke lima belas. Tahun kelahiran pengauditan
laporan keuangan secara pasti tidak diketahui, tetapi dari berbagai sumber dapat diketahui bahwa
pada sekitar awal abad ke limabelas jasa auditor telah mulai digunakan di Inggris. Meskipun
pengauditan telah lahir sejak beberapa abad yang lalu, namun perkembangan yang pesat baru
terjadi pada abad ini.
Tidak adanya peraturan undang-undang yang mengharuskan audit atas laporan yang
diberikan kepada para pemegang saham, menyebabkan audit pada abad ke semblin belas menjadi
beraneka-ragam, kadang-kadang hanya meliputi neraca saja, tapi ada pula yang berupa audit atas
semua rekening yang ada pada perusahaan dan dilakukan secara menyeluruh dan mendalam.
Auditor biasanya mendapat penugasan dari manajemen atau dari dewan komisaris perusahaan,
dan laporan hasil audit biasanya dialamtkan kepada pihak intern perusahaan, bukan kepada para
pemegang saham. Pemberian laporan kepada pemegang saham pada waktu itu tidak biasa
dilakukan. Para manajer perusahaan hanya mengingikan untuk mendapat jaminan dari auditor
bahwa kecurangan dan kekeliruan dalam pencatatan tidak terjadi.
Pada awalnya, para akuntan publik menyusun laporan tanpa mengikuti pedoman resmi.
Akan tetapi pada 50 tahun terakhir, profesi dengan cepat mengembangkan redaksi laporan yang
umum digunakan melalui AICPA. Redaksi atau susunan kalimat dalam laporan hasil audit tidak
lagi merupakan pekerjaan mengarang kalimat dalam laporan, melainkan merupakan proses
pengambilan keputusan. Alternatif bentuk tipe laporan yang dapat dipilih auditor tidak banyak,
dan sekali auditor memilih jenis pendapat yang diberikan dalam situasi tertentu, auditor tinggal
memilih jenis laporan yang dirncang untuk menyatakn pendapat tersebut.
Tongga penting perkembangan akuntansi di Indonesia terjadi pada tahun 1973, yaitu
ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetapkan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Prinsip akuntansi dan norma pemeriksaan
tersebut hampir sepenuhnya mengadopsi prinsip akuntansi dan standar audit yang berlaku di
Amerika Serikat. Penetapan prinsip akuntansi dan norma pemeriksaan di Indonesia terutama
dipicu oleh lahirnya pasar modal yang mensyaratkan perusahaan yang akan menjual sahamnya di
pasar modal untuk memliki laporan keuangan yang telah diaudit. Selain itu perkembangan yang
terjadi dalam dunia perbankan sejak tahun 1988 semakin menuntut dilakukannya audit atas
laporan keuangan bagi perusahaan-perusahaan yang akan mengajukan permohonan kredit ke
bank. Pada tahun 1995 lahir Undang-undang Perseroan Terbatas yang mewajibkan suatu
perseroan terbatas menyusun laporan keuangan dan jika perseroan merupakan perusahaan
publik, maka laporan keuangannya wajib diaudit oleh akuntan publik. Pada tahun yang sama
lahir pula Undang-undang Pasar Modal yang semakin meningkatkan peran akuntansi dan
pengauditan, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang sahamnya dijual di pasar modal
(perusahaan publik).
Sejalan dengan perkembangan profesi akuntansi dan dunia usaha di Indonesia, IAI telah
berkali-kali melakukan penyempurnaan dan pemutahiran prinsip akuntansi dan norma
pemeriksaan akuntan agar dapat mangakomodasiperkembangan yang sangat pesat dalam dunia
usaha, dengan tetap mangacu pada perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat dan profesi
akuntansi internasional. Pada tahun 1994 IAI melakukan penyusunan ulang prinsip akuntansi dan
standar audit yang disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP). Sejalan dengan itu Dewan Standar Akuntansi yang dibentuk IAI secara terus
menerus menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang hingga saat ini
telah mencapai 56 buah.
Seperti terjadi di Amerika Serikat seratus tahun lalu, fungsi pengauditan di Indonesia
memasuki abad ke-21 ini masih belum dipahami masyarakat. Banyak kesalahpahaman yang
terjadi atas laporan auditor, karena fungsi audit tidak dipahami dengan benar. Situasi demikian
nampak sekali ketika berbagai kasus terkenal seperti kasus Bank Summa, skandal Bank Bali
yang diaudit oleh Pricewaterhouse Coopers, dan sejumlah kasus lainnya, dikomentari berbagai
pihak. Kebanyakan komentar tersebut mencerinkan kesalahpahaman masyarakat, tidak saja
mengenai makna pendapat auditor atas laporan keuangan yang diperiksanya, tetap juga mengenai
perbedaan antara berbagai jenis audit yang bisa dilakukan oleh seorang auditor.
Audit atas laporan keuangan terutama diperlukan oleh perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas (PT). biasanya setahun sekali dalam rapat umum pemegang saham (RUPS)
para pemegang saham akan meminta pertanggungjawaban manajemen perusahaan dalam bentuk
laporan keuangan.
Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu di audit oleh
akuntan public yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena :
a. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung
kesalahan, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja. Karena itu laporan keuangan
yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
b. Jika laporan keuangan telah diaudit dan mendapatkan opini unqualified (wajar tanpa
pengecualian) dari KAP (Kantor Akuntan Publik), berarti pengguna laporan keuangan
bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan
sajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu PSAK.
c. Sejak tahun 2001 perusahaan yang total asetnya Rp. 25 miliyar ke atas harus
memasukkan audited financial statements-nya ke departemen perdagangan dan
perindustrian.
d. Perusahaan yang go public harus memasukkan audited financial statemennya ke bapepam
paling lambat 90 hari setelah tahun buku
e. SPT yang didukung oleh audited financial statement lebih percaya oleh pihak pajak
dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum diaudit.
JENIS-JENIS AUDIT
1. Audit kepatuhan/ketaatan
2. Audit operasional
Audit ini melibatkan pengkajian sistematis atas aktivitas organisasi, atau bagian dari itu,
sehubungan dengan penggunaan sumber daya yang efesien dan efektif. Tujuan dari audit
operasional adalah untuk menilai kinerja, mengidentifikasikan area yang perlu diperbaiki,
dan mengembangkan rekomendasi.
3. Audit Forensik
Tujuan dari audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah berbagai jenis kecurangan
(fraud). Penggunaan auditor untuk melaksanakan audit forensik telah tumbuh pesat.
Beberapa contoh di mana audit forensik bisa dilaksanakan termasuk:
A31114322
SEJARAH AUDIT
Audit sudah dikenal dahulu pada zaman Mesopotamia dengan ditemukannya simbol-simbol
pada angka-angka transaksi keuangan seperti titik, cek list, dan lain-lain.
Di Mesir audit terlihat dari beberapa transaksi keuangan yang diperiksa oleh auditor.
Di Yunani menerapkan audit namun untuk posisi ini kerajaan menempatkan para budak agar
jika ada penyimpangan mudah untuk mencari informasi dengan cara menyiksa para budak
tersebut.
Dan di Romawi, audit menggunakan sistem "dengar transaksi keuangan", jadi setiap transaksi
disaksikan oleh auditor.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, audit sendiri dikenal sebagai pemeriksa tentang
kegiatan operasional, transaksi keuangan serta kepatuhan terhadap peraturan/kebijakan
perusahaan (System Operational Procedure) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Jika tidak diaudit, ada kemungkin bahwa laporan keuangan tersebuot mengandung
keselahan baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja. Karena itu laporan keuangan
yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak – pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan tersebut.
b. Jika laporan keuangan telah diaudit dan mendapatkan opini Unqualified (wajar tanpa
pengecualian) dari KAP (Kantor Akuntan Publik), berarti pengguna laporan keuangan bisa
yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di indonesia yaitu PSAK.
c. Sejak tahun 2001 perusahaan yang total asetnya Rp25 Miliar keats harus memasukkan
audited financial statements-nya ke departemen Perdagangan dan perindustrian.
d. Perusahaan yang go public harus memasukkan audited fiancial statement-nya ke Bapepam
paling lambat 90 hari setelah tahun buku.
e. SPT ynag didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh pihak pajak
dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum diaudit.
JENIS-JENIS AUDIT
4. Audit kepatuhan/ketaatan
Audit ini melibatkan pengkajian sistematis atas aktivitas organisasi, atau bagian dari itu,
sehubungan dengan penggunaan sumber daya yang efesien dan efektif. Tujuan dari
audit operasional adalah untuk menilai kinerja, mengidentifikasikan area yang perlu
diperbaiki, dan mengembangkan rekomendasi.
6. Audit Forensik
Tujuan dari audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah berbagai jenis kecurangan
(fraud). Penggunaan auditor untuk melaksanakan audit forensik telah tumbuh pesat.
Beberapa contoh di mana audit forensik bisa dilaksanakan termasuk: