Nama Anggota :
1. Dewi Nur Oktaviani (108116039)
2. Dewi Apriliani (108116041)
3. Dita Rizki Baerawati (108116043)
4. Ahmad Fatoni (108116050)
5. Ayu Safitri (108116063)
Prodi : S1 Keperawatan 3B
Penilaian : Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya
cium baik (normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat
mencium sama sekali disebut anosmi.
a. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas
kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral.
Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari
pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang / ke
atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara
kronik pula.
b. Gerakan bola mata.
Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint
ke arah medial, atas, dan bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan
ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan
gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus
(juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.
c. Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi :
1. Bentuk dan ukuran pupil
2. Perbandingan pupil kanan dan kiri
Perbedaan Æ pupil sebesar 1mm masih dianggap normal
3. Refleks pupil
Meliputi pemeriksaan :
a) Refleks cahaya langsung (bersama N. II)
b) Refleks cahaya tidak langsung (bersama N. II)
c) Refleks pupil akomodatif atau konvergensi
Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya
sendiri) kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua
bola mata ini disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola
mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil (otot siliaris
berkontraksi) (Tejuwono) atau pasien disuruh memandang jauh dan
disuruh memfokuskan matanya pada suatu objek diletakkan pada
jarak ± 15 cm didepan mata pasien dalam keadaan normal terdapat
konstriksi pada kedua pupil yang disebut reflek akomodasi.
a. Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita raba m. Masseter
dan m. Temporalis, perhatikan besarnya, tonus serta bentuknya.
b. Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan perhatikan apakah ada deviasi
rahang bawah.
c. Bila ada parese, maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yang lumpuh
a. Diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah yang
dipersyarafi.
b. Periksa reflek kornea.
6. Pemeriksaan N.VI Abdusen
Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah (tes
kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan:
a. Asimetri wajah
Kelumpuhan nervus VII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut
unilateral dan kerutan dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada
kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih tampak simetrik
b. Gerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus
sardonicus tremor dan seterusnya
c. Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng).
1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.
2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudian pemeriksa
mencoba membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan
kiri.
3. Memperlihatkan gigi (asimetri)
4. Bersiul dan mencucu (asimetri / deviasi ujung bibir)
5. Meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing.
6. Menarik sudut mulut ke bawah.
8. Pemeriksaan N. VIII Akustikus/vestibulokoklealis
a. Ketajaman pendengaran
b. Tes swabach
c. Tes Rinne
d. Tes weber
Cara untuk menilai keseimbangan :
a. Tes romberg yang dipertajam :
1) Pasien berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain, tumit
kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lain
2) Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup
3) Orang normal mampu berdiri dalam sikap romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih
b. Tes melangkah di tempat
1) Pasien disuruh berjalan di tempat dengan mata ditutup, sebanyak 50
langkah dengan kecepatan berjalan seperti biasa
2) Suruh pasien untuk tetap di tempat
3) Tes abnormal jika kedudukan pasien beranjak lebih dari 1 m dari
tempat semula atau badan berputar lebih 30 o
c. Tes salah tunjuk
1) Pasien disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh
telunjuk pemeriksa
2) Kemudian pasien disuruh menutup mata, mengangkat lengannya
tinggi-tinggi dan kemudian kembali ke posisi semula
3) Gangguan (+) bila didapatkan salah tunjuk
9. Pemeriksaan N. IX Glossofaringeus