Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AMENORRHEA

OLEH :
Kelompok 1

I Dewa Ayu Agung Yuli Umardewi (183222909)

I Gusti Ayu Murtini (183222910)

Ni Luh Putu Very Yanthi (183222932)

Ni Wayan Cintia Devi Utami (183222947)

Ni Komang Megawati (183222929)

Ni Luh Ayu Karmini (143222930)

Ni Putu Sri Apriantini (183222945)

Devira Pradnya Pratisista (183222904)

Ni Wayan Wahyu Esty Udayani (183222950)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2018
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Amenorrhea”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Maternitas II.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari
semua pihak yang telah member kami bantuan dukungan kjuga semangat, buku dan
sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu melalui media
ini kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
kelompok miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.
“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 26 Oktober 2018

Kelompok

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.. ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Amenorrhea ................................................................................ 3
2.2 Etiologi Amenorrhea ..................................................................................... 4
2.3 Manifestasi Klinis Amenorrhea .................................................................... 6
2.4 Patofisiologi Amenorrhea ............................................................................. 6
2.5 Pathway Amenorrhea .................................................................................... 8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Amenorrhea ........................................................... 8
2.7 Penatalaksanaan ............................................................................................ 9
2.8 Komplikasi .................................................................................................... 9
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Amenorrhea ......................................... 10
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian ................................................................................................... 17
3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................................................. 22
3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................. 23
3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................... 24
3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................... 27
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ...................................................................................................... 28
4.2 Saran ............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejadian yang terpenting dalam pubertas anak perempuan ialah timbulnya
haid yang pertama kali (menarche). Walaupun begitu menarche merupakan gejala
pubertas yang lambat. Paling awal terjadi pertumbuhan payudara (thelarche),
kemudian tumbuh rambut kemaluan (pubarche), disusul dengan tumbuhnya rambut di
ketiak. Setelah tu barulah terjadi menarche, dan sesudah itu haid datang secara siklik.
Menstruasi merupakan tanda penting maturitas organ seksual seorang wanita.
Dimana definisi menstruasi adalah keluarnya darah, mukus dan debris – debris seluler
yang berasal dari uterus secara periodik dengan siklus teratur. Siklus menstruasi pada
wanita normal berlangsung teratur, yaitu 21 – 35 hari dengan volume darah yang
dikeluarkan selama menstruasi sebanyak 40 ml dan cairan serosa sebanyak 35 ml.
Menstruasi merupakan suatu proses yang kompleks, karena melibatkan berbagai
organ, sistem endokrin, hormon – hormon reproduksi dan enzim. Proses menstruasi
diregulasi oleh sistem endokrin dan perubahan hormonal yang terjadi melalui
mekanisme timbal balik (feed back mechanism) antara hipotalamus, pituitari dan
ovarium atau yang dikenal dengan axis endokrin Hipotalamus – Pituitary – Ovarium
(HPO). Amenorrhea adalah tidak terjadinya atau abnormalitas siklus menstruasi
seorang wanita pada usia reproduktif.
Secara umum amenorrhea dibedakan menjadi 2 yaitu amenorrhea primer dan
sekunder. Amenorrhea primer adalah tidak terjadinya menstruasi pertama kali
(menarche) pada usia 13 tahun dengan pertumbuhan seks sekunder normal atau tidak
terjadinya menarche dalam waktu lima tahun setelah pertumbuhan payudara, apabila
terjadi sebelum usia 10 tahun.6,7 Sedangkan, amenorrhea sekunder adalah
berhentinya siklus menstruasi yang teratur selama 3 bulan atau berhentinya siklus
menstruasi yang tidak teratur selama 6 bulan.
Dewasa ini, insidensi terjadinya amenorrhea primer mengalami peningkatan.
Berdasarkan data penelitian, insidensi amenorrhea primer di Amerika < 1%.9

1
Sedangkan, di Indonesia menurut penelitian yang dilakukan oleh Tri Indah Winarni
pada tahun 2009, insidensi amenorrhea primer di Semarang sebesar 11,83%.10
Menurut sejumlah penelitian menyebutkan bahwa persentase frekuensi penyebab
amenorrhea primer antara lain abnormalitas gonadal (50,4%), abnormalitas
hipotalamus dan dan kelenjar pituitari (27,8%), abnormalitas saluran genitalia
(21,8%), dan hymen imperforata atau septum transversal vagina (3%-5%).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.2.1 Bagaimanakah konsep dasar mengenai amenorrhea?
1.2.2 Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan amenorrhea?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar mengenai amenorrhea.
1.3.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
amenorrhea.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar mengenai amenorrhea.
1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan
amenorrhea

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Amenorrhea
Amenorrhea adalah kondisi di mana seorang wanita atau remaja putri tidak
mengalami menstruasi, meskipun berdasarkan periode mentruasi seharusnya wanita
tersebut mengalami menstruasi(Pinkerton & Stuenkel, 2011). Amenorrhea adalah
tidak terjadinya atau adanya penghentian siklus menstruasi pada wanita usia
reproduktif (Ezechi,2018). Amenore merupakan gambaran normal pada prapubertas,
kehamilan dan wanita post menopouse (Widijanti, 2014).
Amenorrhea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan dengan mencakup
salah satu tiga tanda sebagai berikut.
a. Tidak terjadi haid pada usia 14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan atau
perkembangan tanda kelamin sekunder.
b. Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun disertai adanya pertumbuhan normal dan
perkembangan tanda kelamin sekunder.
c. Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada perempuan
yang sebelumnya pernah haid.
Amenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a) Amenorrhea fisiologik : Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi


dan sesudah menopause.
b) Amenorrhea Patologik
1. Amenorrhea primer : Ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual
sekunder normal atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuhan seksual sekunder,
tidak mendapatkan menstruasi. Amenorrhea primer umumnya mempunyai
sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-
kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Diagnosa yang terjadi
pada amenorrhea primer termasuk diantaranya vaginal agenesis, sindroma
insensitifitas androgen, sindroma Turner. Diagnosa yang lain tergantung pada
pemeriksaan yang lain (Andreeff, 2014)

3
2. Amenorrhea sekunder : Ketika wanita yang pernah mendapatkan menstruasi,
tetapi kemudian berhenti selama 3 - 6 bulan atau dalam jangka waktu yang
setara dengan siklus haid.

2.2 Etiologi Amenorrhea


Amenorrhea bisa terjadi secara fisiologis dan patologis, ada beberapa penyebab
amenorea fisiologis, yaitu kehamilan, menopause, prepubertas. Dan laktasi.
Sedangkan pada amenorrhea patologis bisa disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya : ada kelainan pada otak, gangguan pada kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid,
kelenjar adrenal, kelenjar ovarium, kelainan kejiwaan, gangguan pada hipothalamus.
Jika dibagi penyebab amenorrhea sesuai dengan kategorinya maka penyebab
amenorrhea primer dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1) Dengan kekurangan karakteristik seksual sekunder (hypogonal)
a. Hypogonadotropic Hypogonadism:
 Keterbelakangan mental.
 Kallaman’s Syndrom (difisiensi GnRH).
 Tumor sistem saraf pusat.
 Disfungsi pituitary/ hypothalamic: anoreksia dan kehilangan berat badan,
kegiatan yang berlebihan, penyakit sistemik.
 Hypothyroidism.
 Hiperprolaktenia.
b. Hypergonadotropic Hypogonadism:
 Perkembangan abnormal kelamin (Gonadal Dydgnesis); 45XO,46XX, 46XY.
 Perkembangan abnormal kelamin murni.
 Kelainan kromosom seks (Sex Cromosom Mosaicism).
 Kegagalan ovarium karena radiasi.
 Gonadotropin Resitance (Savage or Jones Syndrom).
 Defisiensi enzim galaktosemia.

4
2) Karena karakteristik keberadaan alat seksual sekunder:

 Bentuk abnormal:
 Hymen Imperforata: yaitu selaput dara tidak berlubang. Sehingga darah
menstruasi terhambat untuk keluar. Biasanya keadaan ini diketahui bila cewek
sudah waktunya mens tetapi belum mendapatkannya. Dia mengeluh sakit
perut setiap bulan. Untuk mengatasi hal ini biasanya dioperasi untuk
melubangi selaput daranya.
 Transverse Vaginal Septum
 Androgen Insensitivity
 Hemaprodit
 Endrometrium tidak terbentuk atau Menstruasi anovulatoire, yaitu rangsangan
hormon-hormon yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding
rahim, hingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit. Kurangnya rangsangan
hormon ini menyebabkan endometrium tidak terbentuk dan keadaan ini
menyebabkan cewek tidak mengalami masa subur karena sel telur tidak
terbentuk. Pengobatannya dengan terapi hormon.
 Kegagalan ovarium

Amenorrhea Sekunder memiliki beberapa penyebab yaitu

 Kehamilan
 Kontrasepsi
 Menyusui
 Stres
 Obat-obatan
 Ketidakseimbangan hormone
 Berat badan rendah
 Olahraga berlebihan
 Kerusakan tiroid
 Masalah di jaringan rahim
5
 Ketidakcukupan ovarium primer.
 Anoreksia Nervosa
 Menopause
 Olahraga yang berlebih

2.3 Manifestasi Klinis Amenorrhea

Gejala amonorea bervariasi tergantung dari penyebabnya, jika penyebabnya


adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-tanda
pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut
ketiak saat perubahan bentuk tubuh.

Jika penyebabnya kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran


perut. Jika penyebabnya adalah hormone tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah
denyut jantung cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab. Gejala lain yang
mungkin ditemukan antara lain:
 Sakit kepala
 Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
menyusui)
 Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
 Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
 Vagina kering
 Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria),
perubahan suara, dan perubahan payudara.

2.4 Patofisiologi Amenorrhea

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom
hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenorrhea
primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan
aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan
menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina
kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina.

6
Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad,
yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini
menyebabkan pasien mengalami amenorrhea yang permanen.
Amenorrhea primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana
terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan
hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan
estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang.
Terjadilah amenorrhea. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi
hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenorrhea
primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH
dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu
menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau
gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior.
Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes
kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita
tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini
dikarenakan gonad (ovarium) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan
jaringan pengikat.
Amenorrhea sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-
hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat
bekerja secara fungsional. Amenorrhea yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh
adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena
adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan
polycystic ovary syndrome.

7
2.5 Pathway Amenorrhea

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


 Biopsi endometrium
 Progestin withdrawal
 Kadar prolactin
 Kadar hormon (misalnya testosterone)
 Tes fungsi tiroid
 Tes kehamilan
8
 Kadar FSH (follicle stimulating hormone)<LH (luteinizing hormone), TSH
(thyroid stimulating hormone)
 Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom
 CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)
2.7 Penatalaksanaan
1) Amenorrhea Primer:
 Pada pasien hypergonadotropic hypogonadal dengan penggantian estrogen
(diawali dengan dosis rendah), dan kombinasi penggantian hormone lain atau
dengan kontrasepsi oral untuk memulai pubertas dan memelihara
perkembangan tulang.
 Untuk dysgenetic gonad dilakukan pembedahan
 Pasien dengan keterbelakangan perkembangan vagina dapat menormalkan
vagina dengan vagina dilator, jika tidak bisa maka dibutuhkan pembedahan.
 Pasien dengan Hypogonadotropic hypogonadal membutuhkan pengkajian
secara hati-hati dalam diet, latihan , dan faktor stress.
2) Amenorrhea Sekunder:
 Penatalaksanaan pada amenorrhea sekunder tergantung dari etiologinya dan
gangguan reproduksi
 Pasien dengan estrogen normal harus disikluskan dengan progesterone agent
(medroxyprogesterone acetate 10 mg oral selama 10-12 hari/bulan) atau
dengan kontrasepsi oral setiap hari untuk mencegah hyperplasia endometrium
dan karsinoma.
 Pasien hypoestrogen seperti pada hypothalamic amenorrhea, ovarian failure
atau hyperprolactemia membutuhkan terapi penggantian hormon.

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas.Komplikasi lainnya
adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV
(lingkungan)

9
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Amenorrhea
2.9.1 Pengkajian
1) Identitas pasien dan penanggung jawab
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang
lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau
memperberat keadaan penyakit infeksi.
2) Keluhan utama : biasanya klien dengan amenorrhea mengeluh tidak menstruasi
3) Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan pasien merasakan keluhan sampai
dengan dibawa ke rumah sakit. Pada kasus pasien dengan amenorrhea
biasanya didapatkan keluhan tidak mengalami menstruasi sehingga sering
menimbulkan kecemasan.
 Riwayat Kesehatan sebelumnya
Adanya riwayat penggunaan obat psikofarmaka, pernah atau rutin setiap
bulannya merasakan nyeri perut bagian bawah tetapi tidak terjadi menstruasi,
ada
 Riwayat Kehamilan
 Riwayat menstruasi : menarche, siklus, hari pertama haid terakhir, durasi,
teratur/tidak, jumlah pembalut per hari, nyeri
 Riwayat perkawinan dan kontrasepsi
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah
ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan
pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya
menggunakan kontrasepsi

10
4) Pola Aktivitas sehari-hari
Dapat dikaji menggunakan pola Gordon dengan menekankan pada kebiasaan-
kebiasaan dalam kehidupan seksual, penggunaan obat-obatan, olahraga atau
aktivitas fisik yang berlebih, penurunan atau peningkatan berat badan yang
drastis, situasi dirumah dan sekolah dan kelainan psikisnya juga penting untuk
ditanyakan.
5) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-tanda vital
dan juga termasuk tinggi badan, berat badan dan perkembangan seksual. Pemeriksaan
fisik yang ditegaskan adalah:
a) Mata : ada atau tidaknya gangguan lapang pandang.
b) Keadaan payudara : galactorrhea-palpasi payudara; gonadal dysgenesis (sindroma
turner) –tidak berkembangnya payudara dengan normalnya
c) Keadaan rambut kemaluan dan genetalia eksternal : Hiperandrogenisme –
distribusi rambut kemaluan dan adanya rambut di wajah ; sindroma insensitifitas
androgen-tidak ada atau jarangnya rambut ketiak dan kemaluan dengan
perkembangan payudara ; tumor adrenal atau ovarium-clitoromegali, virilisasi ;
massa pada pelvis- kehamilan, massa ovarium, dan genital anomali.
d) Keadaan vagina : Imperforasi hymen (menggembung atau edema pada vagina
eksterna) ; agenesis (sindroma rokitansky-hauser-)- menyempitnya vagina tanpa
uterus dan rambut kemaluan normal; sindrom insensitifitas androgen
(menyempitnya vagina tanpa uterus dan tidak adanya rambut kemaluan.
e) Uterus : bila uterus membesar kehamilan bisa diperhitungkan
f) Servik : periksa lubang vagina, estrogen berekasi dengan mukosa vagina dan
sekresi mukus, adanya mukus adalah tanda bahwa estradiol sedang diproduksi
oleh ovarium. Kekurangan mukus atau keringnya vagina adalah tanda bahwa
tidak adanya estreadiol yang sedang diproduksi.

11
2.9.2 Diagnosis Keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
2) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat tentang
penyakitnya.
3) Harga Diri Rendah situasional berhubungan dengan perubahan body image.
4) Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh.

12
2.9.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosis
No NOC NIC
Keperawatan
Anxiety Reduction (penurunan
 Anxiety control
kecemasan)
 Coping
a. Kaji tingkat kecemasan : ringan,
Setelah dilakukan asuhan
sedang, berat, panik
keperawatan selama .. x 24 jam
b. Gunakan pendekatan yang
cemas klien dapat teratasi dengan
menenangkan
Kriteria Hasil :
c. Berikan kenyamanan dan
 Klien mampu
ketentraman hati
mengidentifikasi dan
Ansietas berhubungan d. Beri dorongan pada klien untuk
mengungkapkan gejala cemas
1 dengan perubahan status  Mengidentifikasi, mengungkapkan pikiran dan
perasaan untuk
kesehatan. mengungkapkan dan
mengeksternalisasikan kecemasan
menunjukkan tehnik untuk
e. Singkirkan stimulasi yang
mengontol cemas
berlebihan
 Vital sign dalam batas normal
f. Berikan informasi faktual
 Postur tubuh, ekspresi wajah, mengenai diagnosis, tindakan
bahasa tubuh dan tingkat prognosis
aktivitas menunjukkan g. Anjurkan pasien melakukan teknik
berkurangnya kecemasan distraksi seperti nonton tv,
dengarkan radio, permainan untuk

13
mengurangi kecemasan.
h. Kolaborasikan dengan pemberian
obat untuk mengurangi kecemasan
 Knowledge : disease process Teaching : disease Process
 Knowledge : health a. Identifikasi kemungkinan
Behavior penyebab, dengan cara yang tepat
Setelah dilakukan asuhan b. Eksplorasi kemungkinan sumber
keperawatan selama …. x …. jam atau dukungan, dengan cara yang
, klien mampu menjelaskan tepat
penyakit dan mampu mengenal c. Sediakan informasi pada pasien
penyakitnya dengan tentang kondisi, dengan cara yang
Kurang Pengetahuan tepat
Kriteria Hasil :
berhubungan dengan  Pasien dan keluarga d. Hindari harapan yang kosong
2 kurang informasi yang menyatakan pemahaman e. Sediakan bagi keluarga informasi
tentang penyakit, kondisi, tentang kemajuan pasien dengan
didapat tentang cara yang tepat
prognosis dan program
penyakitnya. pengobatan f. Diskusikan perubahan gaya hidup
 Pasien dan keluarga mampu yang mungkin diperlukan untuk
melaksanakan prosedur yang mencegah komplikasi di masa
dijelaskan secara benar yang akan datang dan atau proses
 Pasien dan keluarga mampu pengontrolan penyakit
menjelaskan kembali apa g. Diskusikan pilihan terapi atau
yang dijelaskan perawat/tim penanganan
kesehatan lainnya h. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan

14
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
i. Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
j. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
k. Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara yang tepat.
l. Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
m. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
n. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
Harga Diri Rendah  Body Image, disturbed Self Esteem Enhancement
situasional berhubungan  Coping, ineffective Counseling
3
 Personal identity, disturbed a. Monitor frekuensi komunikasi
dengan perubahan body
 Health behavior, risk verbal klien yang negatif

15
image.  Self esteem situasional, low b. Kaji alasan-alasan untuk
Setelah dilakukan asuhan mengkritik atau menyalahkan diri
keperawatan selama …. x …. jam sendiri
, klien tidak merasa rendah diri c. Tunjukkan rasa percaya diri
dengan kriteria hasil : terhadap kemampuan pasien untuk
 Adaptasi terhadap mengatasi situasi
ketunadayaan fisik : respon d. Dorong pasien mengidentifikasi
adaptif klien terhadap kekuatan dirinya.
tantangan fungsional penting e. Dukung peningkatan tanggung
akibat ketunadayaan fisik jawab diri, jika diperlukan
 Resolusi berduka : f. Buat statement positif terhadap
penyesuaian dengan klien
kehilangan actual atau g. Dukung klien untuk menerima
kehilangan yang akan terjadi tantangan
 Penyesuaian psikososial : h. Gunakan proses pertolongan
perubahan hidup (respon- interaktif yang berfokus pada
psikososial adaptif individu kebutuhan, masalah, atau perasaan
terhadap perubahan bermakna pasien dan orang terdekat untuk
dalam hidup meningkatkan datau mendukung
 Menunjukkan penilaian koping dan pemecahan masalah
pribadi tentang harga diri. i. Ajarkan keterampilan perilaku
 Mengungkapkan penerimaan yang positif melalui bermain
diri peran, model peran, diskusi.
 Komunikasi terbuka
 Optimisme tentang masa

16
depan
 Mengungkapkan strategi
koping efektif
 Body image Body image enhancement
 Self Esteem a. Kaji secara verbal dan non verbal
Setelah dilakukan asuhan respon klien terhadap tubuhnya.
keperawatan selama …. x …. jam b. Monitor frekuensi mengkritik
, klien tidak mengalami gangguan dirinya.
citra tubuh dengan kriteri hasil : c. Identifikasi arti pengurangan
Gangguan Citra Tubuh
 Body image positif melalui pemakaian alat bantu
4 berhubungan dengan  Mampu d. Dorong klien mengungkapkan
perubahan fungsi tubuh. mengindentifikasikan perasaannya
kekuatan personal e. Fasilitasi kontak dengan individu
 Mendeskripsikan secara dalam kelompok kecil
factual perubahan fungsi f. Jelaskan tentang pengobatan,
tubuh perawatan, kemajuan dan
 Mempertahankan interaksi prognosis penyakit.
sosial

17
2.9.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan
keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons
klien terhadap tindakan tersebut (Kozier et al. 2010).
2.9.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam konteks
ini aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien dan
professional kesehatan menentukan kemajuan kemajuan klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan
apakah evaluasi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau dirubah (Kozier et al.
2010).
Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut (Dinarti et al.,
2009) yaitu format SOAP yang terdiri dari :
a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien apendiktomi
dengan nyeri akut diharapkan pasien tidak mengeluh nyeri atau nyeri berkurang
b. Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada pasien
dengan retensi urin indikator evaluasi menurut Moorhead et al. (2013)
c. Analisis, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala bentuk
masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah tercapai, perawat
dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan :
1) Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang diharapkan
2) Tujuan tercapai sebagian;, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang
berhasil dicapai (4 indikator evaluasi tercapai)
3) Tujuan tidak tercapai
d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analog.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

Nn.K usia 19 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan cemas karena tidak

mengalami haid padahal umurnya sudah 19 tahun. Sepengetahuannya seharusnya di

umurnya 19 tahun sudah mendapatkan mestruasi.

3.1. Pengkajian
1. Identitas Pasien Penanggung Jawab
Nama : Nn. K : Tn. H
Umur : 19 Tahun : 40 tahun
Agama : Kristen : Kristen
Suku Bangsa : Medan/Indonesia : Medan/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA : Strata 1
Pekerjaan : Mahasiswi : PNS
Alamat : Jalan Permata No. 44, Bangka : Jalan Permata No. 44, Bangka
Hubungan dengan Pasien : Ayah
No. RM : 130397
Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2018
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan cemas karena sudah berumur 19 tahun namun belum menstruasi
sama sekali.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan sampai umur 19 tahun masih belum menstruasi dan belum pernah
memeriksakan kondisinya. Pasien tampak meringis dan cemas.
4. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Pasien mengatakan pasien maupun keluarga tidak pernah dan tidak sedang menderita
penyakit menular, penyakit keturunan , masalah kejiwaan sehingga memerlukan obat
psikofarmaka maupun penyakit genekologi.

19
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Pasien mengatakan tidak pernah atau sedang dalam keadaan hamil . status obstetric :
G0P0A0H0
6. Riwayat Kontrasepsi
Pasien belum pernah menggunakan alat maupun metode kontrasepsi apapun.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Persepsi-Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan selalu memperhatikan kesehatannya, apabila ada keluarga yang
sakit selalu dibawa berobat ke rumah sakit maupun ke faskes.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Pasien mengatakan pasien makan 3 x sehari dan minum kurang lebih 1,5 liter sehari.
Tidak ada penurunan berat badan maupun peningkatan berat badan yang drastis 3
bulan belakangan. BB = 46 kg, TB = 160 cm
c. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAB sehari sekali,konsistensi lunak. BAK 4-5 kali sehari, tidak
pernah terbangun malam untuk ke kamar mandi.
d. Pola Latihan-Aktivitas
Pasien mengatakan pasien biasa berolahraga seminggu 4 kali masing-masing 2 jam
per sekali kedatangan dan merupakan anggota disalah satu pusat kebugaran di
Bangka.
e. Pola Kognitif Perseptual
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan pengelihatan maupun indra yang
lain. Orientasi pasien baik, pasien telah menyelesaikan pendidikan SMA dan kini
menempuh pendidikan strata 1 di salah satu kampus swasta di Bangka sembari
melakukan pekerjaan part-time di restoran.
f. Pola Istirahat-Tidur
Pasien mengatakan biasa tidur 4-5 jam sehari dan terkadang terjadi insomnia.
g. Pola Konsep Diri-Persepsi diri

20
Pasien mengatakan dirinya merasa khawatir dan tidak percaya diri karena belum
pernah menstruasi sama sekali.
h. Pola Peran dan Hubungan
Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga maupun rekan
kerjanya hanya saja pasien selalu menghindari topik pembicaraan ke arah pacaran
maupun topik mengenai seksualitas.
i. Pola Reproduksi/ Seksual
Pasien mengatakan belum pernah menstruasi dan tidak pernah melakukan hubungan
seksual.
j. Pola Pertahanan Diri
Pasien mengatakan apabila dia memiliki masalah pasien akan menceritakannya ke
teman dekatnya, tetapi untuk masalah yang tidak bisa ia ceritakan atau bersifat
rahasia bagi pasien maka pasien memilih menulisnya di buku catatan pribadi, karena
mengetahui dirinya belum menstruasi sampai usia 19 tahun ini pasien mengaku
perasaannya tidak karuan dan bingung.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Pasien mengatakan pasien memeluk agama Kristen dan pasien selalu mengikuti
persembahyangan di Gereja tiap minggunya.
8. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
b. Tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,50C
c. Antropometri
TB : 160 cm
BB : 46 kg
d. Kepala dan leher
21
Hiperpigmentasi : tidak ada hiperpigmentasi pada wajah dan leher
Mata : simetris, sclera putih, konjungtiva merah mudah
Mulut : bibir merah muda, lembab
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis
e. Payudara : bentuk tidak simetris, pembesaran payudara tidak normal, areola belum
menonjol.
f. Abdomen : abdomen dalam keadaan bersih, tidak ada nyeri abdomen, bising usus
10 x/menit.
g. Ekstermitas
Edema : tidak ada
Varices : tidak ada
Reflek patella : +
h. Genetalia luar
Sindroma insensitifitas androgen ( pertumbuhan rambut kemaluan sedikit)
Tanda chadwick : tidak ada
Varices : tidak ada
Bekas luka :tidak ada
Kelenjar bartholini: tidak ada pembengkakan kelenjar bartolini
Pengeluaran : tidak ada lendir darah atau pun keputihan yang keluar
i. Anus : tidak ada hemoroid

2. Pemeriksaan dalam/ ginekologis


Tidak dilakukan, karena pasien belum pernah menikah atau masih gadis
3. Pemeriksaan penunjang
PP Test (Tes Kehamilan) negative

22
Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Penyakit, stres, Ansietas
Pasien mengatakan cemas karena oabt-obatan
sudah berumur 19 tahun namun
belum menstruasi sama sekali. Sirkulasi menstruasi
DO : terganggu
Pasien tampak meringis dan
cemas Tidak terjadi
menstruasi

Amenore sekunder
2 DS: Kelainan genetic Harga Diri Rendah
Pasien mengatakan dirinya Situasional
merasa khawatir dan tidak Disenesis gonad
percaya diri karena belum pernah
menstruasi sama sekali. Pasien Ovarium gagal
juga mengatakan untuk masalah berkembang
yang tidak bisa ia ceritakan atau
bersifat rahasia bagi pasien maka Ovarium berupa
pasien memilih menulisnya di jaringan pengikat
buku catatan pribadi, karena
mengetahui dirinya belum Tidak dapt
menstruasi sampai usia 19 tahun mengalami
ini pasien mengaku perasaannya menstruasi
tidak karuan dan bingung.
Aminore primer
DO:
23
Pasien tampak cemas dan
bingung
3.2. Diagnose Keperawatan
1 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
2 Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan body image

24
3.3.Intervensi Keperawatan
Diagnosis
No NOC NIC
Keperawatan

1 Ansietas  Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan


 Coping kecemasan)
berhubungan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Kaji tingkat kecemasan : ringan,
dengan perubahan selama 1 x 2 jam cemas klien dapat sedang, berat, panik
status kesehatan. teratasi dengan Kriteria Hasil : b. Gunakan pendekatan yang
 Klien mampu mengidentifikasi dan menenangkan
mengungkapkan gejala cemas c. Berikan kenyamanan dan
 Mengidentifikasi, mengungkapkan ketentraman hati
dan menunjukkan tehnik untuk d. Beri dorongan pada klien untuk
mengontol cemas mengungkapkan pikiran dan
 Vital sign dalam batas normal perasaan untuk
 Postur tubuh, ekspresi wajah, mengeksternalisasikan kecemasan
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas e. Singkirkan stimulasi yang
menunjukkan berkurangnya berlebihan
kecemasan f. Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
g. Anjurkan pasien melakukan teknik
distraksi seperti nonton tv,
dengarkan radio, permainan untuk
mengurangi kecemasan.

25
Diri  Body Image, disturbed
Self Esteem Enhancement
3 Harga
 Coping, ineffective Counseling
Rendah
 Personal identity, disturbed a. Monitor frekuensi komunikasi
situasional  Health behavior, risk verbal klien yang negatif
berhubungan  Self esteem situasional, low b. Kaji alasan-alasan untuk
Setelah dilakukan asuhan keperawatan mengkritik atau menyalahkan diri
dengan perubahan sendiri
selama 1 X 2 jam , klien tidak merasa
body image. rendah diri dengan kriteria hasil : c. Tunjukkan rasa percaya diri
 Adaptasi terhadap ketunadayaan terhadap kemampuan pasien untuk
fisik : respon adaptif klien mengatasi situasi
terhadap tantangan fungsional d. Dorong pasien mengidentifikasi
penting akibat ketunadayaan fisik kekuatan dirinya.
e. Dukung peningkatan tanggung
 Resolusi berduka : penyesuaian
jawab diri, jika diperlukan
dengan kehilangan actual atau
f. Buat statement positif terhadap
kehilangan yang akan terjadi
klien
 Penyesuaian psikososial :
g. Dukung klien untuk menerima
perubahan hidup (respon-
tantangan
psikososial adaptif individu
h. Gunakan proses pertolongan
terhadap perubahan bermakna
interaktif yang berfokus pada
dalam hidup
kebutuhan, masalah, atau perasaan
 Menunjukkan penilaian pribadi
pasen dan orang terdekat untuk
tentang harga diri.
meningkatkan datau mendukung
 Mengungkapkan penerimaan diri
koping dan pemecahan masalah
 Komunikasi terbuka
i. Ajarkan keterampilan perilaku
 Optimisme tentang masa depan
26
 Mengungkapkan strategi koping yang positif melalui bermain
efektif peran, model peran, diskusi.

27
3.4. Implementasi Keperawatan
Hari dan
No Waktu Pelaksanaan Respon klien
Tanggal

30 Oktober a. Mengunakan pendekatan yang a. Pasien membalasa salam dan


2018 menenangkan. Dengan memberi memperkenalkan dirinya
salam dan memperkenalkan diri
Pukul 10.00 kepada pasien
wita b. Mengkaji tingkat kecemasan : b. Pasien tampak sesekali
ringan, sedang, berat, panic bernafas pendek, muka
berkerut, nada suara pasien
terkadang meninggi.
c. Mengkaji alasan-alasan untuk c. Pasien mengatakan malu
mengkritik atau menyalahkan diri karena belum mendapatkan
sendiri menstruasi
d. Memberikan kenyamanan dan d. Pasien masih tampak cemas.
ketentraman hati
e. Memberikan informasi faktual e. Pasien tampak kooperatif
mengenai diagnosis, tindakan mendengarkan
prognosis
f. Pasien mengatakan cemas
f. Memberikan dorongan pada klien
karena d usia 19 tahun dia
untuk mengungkapkan pikiran dan
belum mendapatkan
perasaan untuk
menstruasi. Dia merasa
minder dengan teman-teman
sebayanya. Pasien juga
mengatakan merasa malu jika
diajak bercakap-capak
mengenai masalah
menstruasi dan asmara.
g. Pasien mengatakan merasa
g. Mengeksternalisasikan kecemasan
dengan teknik visualisasi diri . lebih tenang
h. Menganjurkan pasien melakukan h. Pasien kooperatif
teknik distraksi seperti nonton tv,
dengarkan radio, permainan untuk
mengurangi kecemasan.

28
i. Menyingkirkan stimulasi yang i. Pasien kooperatif
berlebihan
j. Menunjukkan rasa percaya diri j. Pasien sempat mengatakan
terhadap kemampuan pasien untuk tidak mampu.
mengatasi situasi
k. Mendorong pasien mengidentifikasi k. Pasien tampak kooperatif.
kekuatan dirinya. Pasien mengatakan masih
bias melakukan kegiatan
sehari-harinya dengan baik
l. Mengajarkan keterampilan perilaku l. Pasien tampak malu-malu
yang positif melalui bermain peran,
model peran, diskusi.
m. Mendukung peningkatan tanggung m. Pasien kooperatif
jawab diri, jika diperlukan
n. Membuat statement positif terhadap n. Pasien tampak kooperatif dan
klien sesekali tampak tersenyum
o. Memonitor frekuensi komunikasi o. Sesekali pasien tampak
verbal klien yang negative berbicara dengan nada tinggi
dan terkadang dia
mengecilkan nada suaranya.
p. Mendukung klien untuk menerima p. Pasien mengtakan masih
tantangan merasa sedikit malu, tampak
malu

q. Mengunakan proses pertolongan q. Keluarga pasien kooperatif


interaktif yang berfokus pada
kebutuhan, masalah, atau perasaan
pasen dan orang terdekat untuk
meningkatkan datau mendukung
koping dan pemecahan masalah

29
3.5. Evaluasi Keperawatan
Tanggal dan
No Evaluasi Paraf
Waktu
30 Oktober
1 S : pasien mengatakan merasa
2018
lebih tenang setelah melakukan
teknik visualisasi diri dan
mendapat penjelasan mengenai
kondisinya.

O : pasien tampak tersenyum

A : masalah ansietas teratasi

P : terminasi intervensi masalah


ansietas dan kaji masalah lain
yang mungkin muncul pada
pertemuan berikutnya
30 Oktober
2 S : pasien mengatakan masih
2018
merasa sedikit malu

O : pasien tampak malu - malu

A : masalah harga diri rendah


situasional teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi masalah


harga diri rendah situasional pada
pertemuan berikutnya

30
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Amenore adalah keadaan kegagalan menarche sampai usia 16 tahun, tanpa
memandang ada tidaknya karakteristik seks sekunder atau tidak dialaminya
menstruasi selama 3 sampai 6 bulan pada perempuan yang sebelumnya memiliki
siklus menstruasi yang teratur. Klasifikasi amenore ada 2 yaitu amenore fisiologis
dan amenore patologis. Amenore fisiologis terjadi sebelum menarche dan pada saat
kehamilan, menyusui, serta menopouse. Sedangkan amenore patologis terdiri dari 2
macam yaitu amenore primer dan amenore sekunder. Setidaknya 80% kasus amenore
disebabkan oleh anovulasi kronik.

Secara umum penatalaksanaan pada amenore berupa pemberian hormon-hormon


yang merangsang ovulasi, radiasi (penyinaran) dari ovarium, pengembalian keadaan
umum, menyeimbangkan antara kerja, rekreasi, dan istirahat, serta pembedahan untuk
mengangkat tumor jika penyebabnya adalah tumor.

4.2 Saran
Jadi jangan menganggap Amenore adalah hal yang biasa, dan bagi yang sudah
terkena sebaiknya melakukan program pengobatan, dan yang belum terkena maka
marilah kita hindari amenore tersebut dengan menjaga pola hidup sehat. Agar tidak
mengakibatkan hal yang lebih buruk lagi nantinya. Semoga dengan adanya makalah
yang berjudul Amenore,dapat bermanfaat bagi yang membacanya terutama
menambah wawasan dalam sistem reproduksi, terutama bagi mahasiswa keperawatan

31
DAFTAR PUSTAKA

Andreeff, Renee EdD, MS, MPAS, P.-C., 2014. Amenorrhea. Journal of the
American Academy of PAs, 27(10), pp.50–51. Available at:
https://journals.lww.com/jaapa/Citation/2014/10000/Amenorrhea.11.aspx.
Bobak. Lowdermilk dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :
EGC.

Butcher,Howard;Bulechek,Gloria; Dochtherman,Joanne McCloskey.2012. Nursing


Intervention Clasification (NIC) 6th Editions. US: Elsevier
Ezechi, O.C., 2018. Amenorrhea : Introduction , definitions and classification
AMENORRHOEA : INTRODUCTION , DEFINITIONS AND
CLASSIFICATION. , (January 2016). Available at:
https://www.researchgate.net/publication/317759851.
Hamilto Persis Mary, Dasar-Dasar Keprawatan Maternitas, Edisi – 6, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta 1995.

Herdman,T.H & Kamitsuru,S.2014.NANDA International Nursing


Diagnoses:Definitions&Classification,2015-2017.Oxford: Wiley Blackwell.

Ida Bagus Gde Manuaba.1998. Ilmu Kebidanan Kandungan dan Keluarga


Berencana, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Maryanti, Dwi. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Moorhead,Sue; Johnson, Marion; Maas Meridean.2012.Nursing Outcomes


Classification (NOC) 5th Edition. US: Elsevier

Prawirohardjo Sarwono, Prof, Dr, DSOG, Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal Dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

V.Pinkerton., J. & Stuenkel, C.A., 2011. Amenorrhea. Journal of CLinical


Endocrinology & Metabolism, 96(5), p.35A. Available at:
https://academic.oup.com/jcem/article/96/5/35A/2833192.
Widijanti, Anik, dkk. 2014. Case Report: Amenore Primer Pada Empty Sella Vol: 27
No: 2. FK Universitas Brawijaya Malang.
32
33

Anda mungkin juga menyukai