Anda di halaman 1dari 20

Organ serta Mekanisme Kerja Sistem Pencernaan pada

Manusia

Agusdianto Bello Chrisdarmanta A.Putra


102012222
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
E-mail : agusdianto.putra@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Saluran pencernaan makanan menerima makanan dari luar dan
mempersiapkan bahan makanan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses
pencernaan (mengunyah, menelan, dan penyerapan) dengan bantuan zat cair
yang terdapat mulai dari mulut sampai ke anus. Setiap set dalam tubuh
memerlukan suplai makanan yang terus-menerus untuk bertahan hidup.
Makanan tersebut memberikan energi, menambah jaringan baru, mengganti
jaringan yang rusak, dan untuk pertumbuhan. Fungsi utama sistem pencernaan
adalah menyediakan zat nutrisi yang sudah dicerna secara berkesinambungan
untuk didistribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur air,
elektrolit, dan zat gizi. Sebelum zat ini diserap oleh tubuh, makanan harus
bergerak sepanjang saluran pencernaan.
Makanan yang kita makan harus diubah terlebih dahulu menjadi benda
cair agar dapat diserap (diabsorpsi). Zat makanan tersebut mengalami
perubahan kimiawi dan fisik sepanjang saluran pencernaan. Zat makanan
merupakan sumber energi dari sel yang membentuk adenosin trifosfat (ATP)
untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tubuh, untuk mempertahankan
suhu tubuh, dan energi untuk bekerja dan bergerak. Pembuangan sisa makanan
dari metabolisme akan diekskresikan melalui saluran akhir sistem dalam bentuk
feses.1

Pembahasan
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan
elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh.

1
Makanan yang ditelan merupakan sumber energi yang digunakan sel untuk
menghasilkan ATP. Nantinya, ATP tersebut akan digunakan untuk melaksanakan
berbagai aktivitas yang memerlukan energi, seperti transpor aktif, kontraksi,
sintesis dan sekresi. Selain sebagai sumber energi, makanan yang masuk ke dalam
tubuh juga menjadi bahan baku untuk memperbaharui dan menambah jaringan
tubuh.1
Makanan mula-mula harus dicerna atau diuraikan secara biokimiawi, dari
molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul kecil sederhana yang dapat
diserap dari saluran cerna ke dalam sistem sirkulasi untuk didstribusikan ke sel-
sel. Dalam keadaan normal, 95% dari makanan yang ditelan dapat digunakan oleh
tubuh.1
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ
pencernaa tambahan. Saluran pencernaan yang dimaksud terdiri dari mulut,
faring, esophagus, gaster/lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Sementara itu
organ-organ pencernaan tambahan meliputi lidah, gigi, kelenjar-kelenjar liur,
pankreas, hati, dan kadung empedu.

Makroskopis

Intestinum Tenue
Interstinum tenue atau usus halus terdiri dari duodenum yang
retroperitonealis serta jejunum dan ileum yang intraperitonealis. Interstinum tenue
terdiri dari pylorus yaitu awal duodenum, yang dilanjutkan ke flexura
duodenojejunalis menjadi jejunum dan seterusnya menjadi ileum sampai
bermuara ke caecum. Interstinum tenue ini berfungsi untuk mengakhiri proses
pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di gaster yaitu penyerapan
nutrient. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pancreas serta dibantu
oleh empedu dalam hati, usus halus mengabsorbsi produk pencernaan secara
selektif.

Duodenum
Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar
25 cm yang merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Duodenum

2
adalah organ penting karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus
dan ductus pancreaticus. Dudoneum melengkung di sekitar caput pancreatis. Satu
inci (2,5 cm) pertama duodenum menyerupai gaster, yang permukaan anterior dan
posteriornya diliputi oleh peritoneum dan mempunyai omentum minus yang
melekat pada pinggir atasnya dan omentum majus yang melekat pada pinggir
bawahnya. Bursa omentalis terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa
duodenum yang lain terletak retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi
oleh peritoneum.2

Gambar 1. Bagian-bagian Duodenum.2

Duodenum terletak pada regio epigastrica dan umbilicalis dan untuk


tujuan deskripsi dibagi menjadi empat bagian.2
Pars Superior Duodenum panjangnya 5 cm, mulai dari pylorus dan
berjalan ke atas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis l. Jadi bagian ini
terletak pada planum transpyloricum.2
Pars Descendens Duodenum, bagian kedua duodenum panjangnya 8 cm
dan berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan
vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah, pada margo
medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding
duodenum.2
Pars Horizontalis Duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan horizontal
ke kiri pada planum subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan
mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.2

3
Pars Ascendens Duodenum panjangnya 5 cm dan berjalan ke atas dan ke
kiri ke flexura duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum,
ligamentum Treitz, yang melekat pada crus dextrum diaphragma.2

Vaskularisasi Duodenum
Setengah bagian atas duodenum diperdarahi oleh arteria
pancreaticoduodenalis superior, cabang arteria gastroduodenalis. Setengah bagian
bawah diperdarahi oleh arteria pancreaticoduodenalis inferior, cabang arteria
mesenterica superior. Vena pancreaticoduodenalis superior bermuara ke vena
portae hepatik, vena pancreaticoduodenalis inferior bermuara ke vena mesenterica
superior.
Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari plexus
coeliacus dan plexus mesentericus superior

Jejunum dan Ileum


Jejunum dan ileum panjangnya 6 meter, 2/5 merupakan jejunum dan 3/5
bagian ileum . Masing- masing bagian mempunyai gambaran yang berbeda, tetapi
dapat perubahan yang bertahap dari bagian yang satu ke bagian yang lain.
Jejunum dimulai pada duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis.2
Lengkung-lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan
melekat pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum
yang berbentuk kipas dan dikenal sebagai mesenterium. Pinggir bebas lipatan
yang panjang meliputi usus halus yang bebas bergerak. Pangkal lipatan yang
pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietale pada dinding posterior
abdomen sepanjang garis yang berjalan ke bawah dan ke kanan dari sisi kiri
vertebra lumbalis II ke daerah articulatio sarcoiliaca dextra. Radix mesenterii ini
memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteria dan vena mesenterica
superior, pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua
lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.2

4
Gambar 2. Beberapa Perbedaan Eksternal dan Internal Antara Jejunum dan
Ileum.2

Pada orang hidup, jejunum dapat dibedakan dari ileum berdasarkan gambaran
berikut ini:2
1. Lengkung-lengkung jejunum terletak pada bagian atas cavitas peritonealis
di bawah sisi kiri mesocolon transversum; ileum terletak pada bagian
bawah cavitas peritonealis dan di dalam pelvis.
2. Jejunum lebih lebar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah dibandingkan
ileum. Dinding jejunum terasa lebih tebal; karena lipatan yang lebih per-
manen pada tunica mucosa, plicae circulares lebih besar, lebih banyak, dan
tersusun lebih rapat pada jejunum; sedangkan pada bagian atas ileum plica
circulares lebih kecil dan lebih jarang; dan di bagian bawah ileum tidak
ada plicae circulares.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan
kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat di bawah dan kanan
aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua
arcade dengan cabang- cabang panjang dan jarang yang berjalan ke
dinding intestinum tenue. Ileum menerima banyak pembuluh darah pendek
yang berasal dari tiga atau empat atau lebih arcade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat radix dan jarang
ditemukan di dekat dinding jejunum. Pada ujung mesenterium ileum,

5
lemak disimpan di seluruh bagian sehingga lemak ditemukan mulai dari
radix sampai dinding ileum.
6. Kelompok jaringan limfoid (lempeng Peyer) terdapat pada tunica mucosa
ileum bagian bawah sepanjang pinggir antimesenterica. Pada orang hidup,
lempeng Peyer dapat dilihat dari luar pada dinding ileum.

Intestinum Crassum
Intestinum crassum terbentang dari ileum sampai anus, Intestinum
crassum terbagi menjadi caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, colon
transversum, colon descendens, dan colon sigmoideum, rectum.2

Gambar 3. Caecum dan Appendix Vermiformis.2

Caecum adalah bagian intestinum crassum yang terletak di perbatasan


ileum dan intestinum crassum. Caecum terletak pada fossa iliaca dextra dan
diproyeksikan pada dinding depan abdomen pada pertengahan garis SIAS kanan-
symphysis pubis. Panjang caecum sekitar 6 cm dan seluruhnya diliputi oleh
peritoneum. Caecum mudah bergerak, walaupun tidak mempunyai mesenterium.
Adanya lipatan peritoneum di sekitar caecum membentuk recessus ileocaecalis
superior, recessus ileocaecalis inferior, dan recessus retrocaecalis.2
Perdarahan caecum adalah arteria caecalis anterior dan arteria caecalis
posterior membentuk arteria ileocolica, sebuah cabang arteria mesenterica
superior. Venae mengikuti arteriae yang sesuai dan mengalirkan darahnya ke vena
mesenterica superior. Saraf-saraf berasal dari cabang-cabang saraf simpatis dan
parasimpatis (nervus vagus) membentuk plexus mesentericus superior.

6
Pada caecum bermuara:
1. Ileum: pada muara terdapat katup yang disebut valvula coli Bauhini.
Katup tersebut mempunyai labium superior dan inferior.
2. Appendix vermiformis/processus vermiformis
Muara appendix vermiformis ke dalam coecum sesuai titik Lanz. Titik
lanz terletak pada batas 1/3 kanan-1/3 tengah garis Lanz. Garis Lanz,
garis yang menghubungkan SIAS kanan-kiri.

Batas-batas:
- Depan: dinding perut→caecum berisi banyak gas sehingga pada perkusi
terdengar tympani.
- Belakang : M.Psoas

Topografi Appendix

Gambar 4 : Tempat letak appendix

Appendix adalah suatu organ lymphoid yang terdapat pada caecum yang
terletak pada proximal colon. Appendix dalam bahasa latin disebut sebagai
Appendix Vermiformis dan berfungsi sebagai organ imunologik dan secara aktif
berperan dalam sekresi alpha immunoglobin (Ig-A) sebagai perlindungan terhadap
infeksi yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) walaupun
dalam jumlah kecil. Appendix juga menghasilkan lendir sebanyak 1 – 2 ml per
hari yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara
normal dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.
Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks.

7
Oleh karena lumennya kecil, appendix cenderung menjadi tersumbat dan terutama
rentan terhadap infeksi. Appendix ini terbentuk dari caecum yang berasal dari
midgut pada tahap embrio. Appendix merupakan organ yang berbentuk tabung
panjang dan sempit. Panjangnya kira-kira 10cm pada orang.3,4

Gambar 5: Variasi posisi appendix

Walaupun lokasi appendix selalu tetap yaitu berpangkal di caecum, lokasi


ujung appendix boleh terletak pada tempat berbeda. Pada kebanyakan orang
appendix terletak di retrocaecal atau di pinggang atau pelvis yang pasti tetap
terletak di peritoneum. Pada appendix terdapat 3 tanea coli yang menyatu kepada
caecum dan dapat digunakan untuk menandakan tempat appendix. Posisi
appendix terbanyak adalah retrocaecalis (64%) diikuti oleh caudo positio (32%),
latero positio (2%) dan medio positio anterior dan posterior (2%).

Appendix memiliki mesenterium kecil yang menurun di belakang ileum


terminalis yang disebut mesenteriolum yang berupa selapis jaringan ikat yang
melekatkan appendix pada struktur lain pada abdomen dan juga memiliki lumen
yang relative lebar pada bayi dan perlahan-lahan menyempit dengan
bertambahnya usia, seringkali menghilang pada manula. Pada saat lahir, appendix
pendek dan melebar dipersambungan dengan caecum dan pertumbuhannya
berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal. Teniae coli
caecum juga mencapai pangkal appendix. Lipatan Treves tak berdarah atau
lipatan ileocaecal adalah nama yang diberikan pada refleksi peritoneal kecil yang
berjalan dari ileum terminal anterior ke appendix.4,5

8
Penentuan letak pangkal dan ujung appendix yang normal boleh
ditetapkan dengan menggunakan garis-garis Monro dan Lanz. Menurut garis
Monro, pangkal appendix terletak pada 1/3 lateral dari garis ini disebut titik
McBurney. Garis Monro ini adalah garis yang menghubungkan SIAS dan
umbilicus. Manakala menurut garis Lanz, ujung appendix adalah pada titik 1/6
lateral dextra. Garis Lanz adalah garis horizontal yang menghubungkan SIAS
dextra dan SIAS sinistra.6

Vaskularisasi dan Inervasi Appendix

Appendix mendapat perdarahan dari arteri appendicularis yang merupakan


cabang dari bagian bawah arteri ileocolica yang berasal dari arteri mesenterica
superior. Arteri appendix termasuk arteri akhir atau ujung. Karena pasokan arteri
adalah dari arteri akhir, perfusi tidak dapat ditingkatkan dalam pengaturan
inflamasi akut, jadi potensi iskemia dan perforasi akan meningkat. Karakteristik
arteri perfusi mungkin merupakan faktor penyebab penting dalam perdarahan
keseluruhan appendicitis. Appendix memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi
mesoappendix menuju ke nodus limfe ileocaecal.1,2,4

Appendix dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan simpatis. Persarafan


parasimpatis berasal dari cabang nervus Vagus yang mengikuti arteri mesenterica
superior dan arteri appendicularis. Sedangkan persarafan simpatis berasal dari
nervus thoracalis X. Karena itu nyeri visceral pada appendicitis boleh terasa
disekitar umbilicus.1,4

Appendicitis

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendix


vermiformis,dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Pada
masyarakat umum,sering juga disebut dengan istilah radang usus buntu.
Appendicitis dipengaruhi oleh pelbagai faktor, yaitu faktor obstruksi, bakteri,
infeksi saluran pernapasan dan sebagainya. Lebih dari 70% kasus disebabkan oleh
fekalith, benda asing, tumor appendix atau sekum, atau benda berserat. Ketika
obstruksi definitif tersebut hadir, appendix kemungkinan untuk maju pesat dan
mengakibatkan gangrene dan perforasi, dikenal sebagai apendisitis akut

9
obstruktif. Pada sekitar 30% dari pasien dengan apendisitis akut tidak mempunyai
penyebab luminal obstruksi yang ditemukan. Sebaliknya, pada hiperplasia folikel
limfoid submukosa akan mengkompromi lumen appendix. Hiperplasia limfoid
terkait dengan insiden bersamaan saluran pernapasan atas atau infeksi virus
lainnya terutama pada anak-anak. Apendisitis akut obstruktif dapat berkembang
dalam waktu 12 sampai 24 jam menjadi gangrene dari dinding usus buntu dan
perforasi.

Gambar 6. Aa. Mesenterica Inferior dan Cabang-cabangnya.2

Colon ascendens sekitar 13 cm dan terletak di kuadran kanan bawah.


Colon ascendens berjalan ke atas dari caecum ke permukaan inferior lobus hepatis
dexter, menempati region kanan bawah dan kuadran atas. Pada waktu mencapai
hepar, colon ascendens membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra.2
Colon transversum menyilang abdomen di region umbilicalis dari flexura
coli sinistra. Colon transversum membentuk lengkungan berbentuk huruf U besar.
Pada posisi berdiri, bagian bawah U dapat turun sampai ke pelvis. Colon
transversum, pada waktu mencapai daerah lien melengkung ke bawah membentuk
flexura coli sinistra untuk menjadi colon ascendens.2
Mesocolon transversum, menggantungkan colon transversum dari facies
anterior pancreas. Mesocolon transversum dilekatkan pada pinggir superior colon
transversum, dan lapisan posterior omentum majus dilekatkan pada pinggir

10
inferior. Karena mesocolon transversum sangat panjang, posisi colon transversum
sangat bervariasi dan kadang-kadang dapat mencapai pelvis.2
Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm dan terletak di kuadran kiri
atas dan bawah. Colon ini terbentang dari flexura coli sinistra sampai aperture
pelvis superior.2
Colon sigmoideum mulai pada aperture pelvis superior dan merupakan
lanjutan colon descendens. Colon ini tergantung ke bawah ke dalam cavitas pelvis
dalam bentuk sebuah lengkung. Colon sigmoideum beralih menjadi rectum di
depan os sacrum.
Rectum menempati bagian posterior cavitas pelvis. Ke atas merupakan
lanjutan colon sigmoideum dan berjalan ke bawah turun di depan os sacrum,
meninggalkan pelvis dengan menembus diphragma pelvis. Di sini rectum
melanjutkan diri sebagai canalis analis di dalam perineum.

Hubungan rectum dengan peritoneum:


- 1/3 proximal : tertutup peritoneum (bagian anterior dan lateral)
- 1/3 tengah : sebagian tengah tertutup peritoneum
- 1/3 distal : tidak tertutup peritoneum
Perdarahan

Arteri :
- A.rectalis superior
- A. rectalis media
- A. rectalis inferior

Vena

Darah dari rectum dialirkan melalui:

- V. rectalis superior → V.mesenterica inferior


- V. rectalis medius → V. vesicalis inferior→ V.iliaca interna→ V.iliaca
communis→V.mesenterica inferior
- V. rectalis inferior→ V.iliaca interna→ V.iliaca communis→
V.mesenterica inferior
Darah dari V.mesenterica inferior → V.porta.

11
Persarafan

Simpatis melalui saraf spinalis Nn.Splanchnicus lumbales dan plexus


hypogastricus/pelvis pelvicus.

Parasimpatis berasal dari nervus spinalis S2-4 melalui N.splanchnicus pelvicus,


plexus hypogastricus inferior kanan dan kiri menuju plexus rectalis/pelvicus.

Mikroskopis
Duodenum

Gambar 7. Duodenum.

Dinding duodenum terdiri atas empat lapisan: mukosa dengan epitel


pelapisnya, lamina propria, dan mukosa muskularis; jaringan ikat submukosa di
bawahnya dengan kelenjar duodenal (Brunner) mukosa; kedua lapisan otot polos
muskularis eksterna; dan serosa (peritoneum viseral). Lapisan-lapisan ini menyatu
dengan lapisan yang serupa pada gaster, usus halus, dan usus besar.6
Usus halus ditandai banyak tonjolan mirip jari yang disebut vili; epitel
pelapis berupa selapis sel silindris dengan mikrovili yang membentuk striated
borders; sel-sel goblet yang terpulas pucat; dan kelenjar intestinal tubular pendek
(kripti Lieberkuhn) di dalam lamina propria. Kelenjar duodenal di dalam
submukosa menjadi ciri duodenum bagian awal. Kelenjar ini tidak terdapat pada
bagian lain usus halus maupun usus besar.6
Vili merupakan modifikasi permukaan mukosa. Ruang antarvili terlihat di
antara vili. Epitel pelapis menutupi setiap vilus dan berlanjut ke dalam kelenjar
intestinal. Setiap vilus berpusatkan lamina propria, berkas serat otot polos yang

12
berasal dari muskularis mukosa dan sebuah pembuluh limf sentral disebut
lakteal.6
Lamina propria mengandung kelenjar intestinal; kelenjar ini bermuara ke
dalam ruang antarvili. Pada irisan tertentu suatu duodenum, kelenjar submukosa
duodenal terlihat meluas sampai ke dalam lamina propria. Lamina propria juga
mengandung serat-serat jaringan ikat halus dengan sel retikulum, jaringan limfoid
difus.6
Di duodenum, hampir seluruh submukosanya diisi oleh kelenjar duodenal
tubular yang sangat bercabang. Kelenjar duodenal mencurahkan isinya ke bagian
dasar kelenjar intestinal. Pada potongan melintang sediaan duodenum biasa,
muskularis eksterna terdiri atas lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal
luar otot polos. Juga tampak sarang sel-sel ganglion parasimpatis pleksus saraf
mienterikus (Auerbach) di dalam jaringan ikat di antara kedua lapisan otot
muskularis eksterna. Pleksus saraf di antara kedua lapisan otot ini ditemukan di
seluruh usus halus dan besar. Sarang sel ganglion serupa, namun dalam jumlah
lebih kecil, ditemukan di submukosa di usus halus dan besar.6
Serosa (peritoneum viseral) mengandung sel-sel jaringan ikat, pembuluh
darah, dan sel-sel lemak) serosa adalah lapisan terluar duodenum.6

Jejunum-Ileum

Gambar 8. Jejunum-Ileum Potongan Melintang.6

13
Jejunum dan ileum serupa dengan duodenum bagian atas. Perkecualiannya
adalah tidak ada kelenjar duodenal (Brunner) yang hanya terbatas pada bagian
atas duodenum. Vili memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi pada bagian-
bagian usus halus berbeda, namun hal ini tidak selalu jelas pada sediaan
histologik. Di bagian akhir ileum, terdapat kumpulan limfonoduli (plak Peyer)
dengan interval tertentu.6
Banyak vili yang membentuk sebuah lipatan permanen besar usus halus,
yaitu plika sirkularis. Baik mukosa maupun submukosa ikut membentuk plika
sirkularis. Di dalam lumen, setiap vilus memiliki struktur khas: epitel pelapis
silindris dengan mikrovili dan sel goblet, pusat lamina propria dengan jaringan
limfoid difus, dan berkas-berkas serat otot polos mukosa muskularis. Di dalam
vili juga terdapat sebuah lakteal sentral dan pembuluh darah kecil. Kelenjar
intestinal (kripti Lieberkuhn) meluas ke dalam lamina propria. Kelenjar ini
berhimpitan, dan pada gambar terlihat terpotong memanjang dan melintang.
Kelenjar intestinal bermuara ke dalam ruang antarvili. Tampak sebuah
limfonodulus meluas dari lamina propria mukosa ke dalam submukosa,
menerobos mukosa muskularis di sekitarnya.6

Gambar 9. Histologis Usus Halus


Usus Besar
Keempat lapisan dindingnya adalah mukosa, submukosa, muskularis
eksterna, dan serosa. Lapisan-lapisan ini berlanjut dengan lapisan yang terdapat di
usus halus. Sediaan ini menampakkan sebuah lipatan temporer mukosa dan
submukosa.6

14
Tak ada vili pada kolon. Mukosanya berlekuk-lekuk oleh kelenjar
intestinal tubular panjang (kripti Lieberkuhn) yang menerobos lamina propria
sampai muskularis mukosa.6
Lamina propria, seperti pada usus halus, mengandung banyak jaringan
limfoid difus. Sebuah limfonodus terlihat di lamina propria bagian dalam.
Limfonodus yang lebih besar dapat menembus mukosa muskularis, masuk ke
dalam submukosa.6
Tampilan dan distribusi mukosa muskularis, submukosa, dan serosa sesuai
untuk saluran cerna. Lapisan memanjang muskularis eksterna disusun berupa
untaian serat otot polos yang disebut taenia koli.6
Serosa menutupi kolon transversum dan kolon sigmoid; tetapi kolon
asendens dan desendens letaknya retroperitoneal dan lapisan luar permukaan
posteriornya adalah adventisia.6

Gambar 10. Dinding Kolon.6

Fisiologi Usus Halus


Terbagi menjadi tiga segmen yaitu duodenum, jejenum dan ilieum. Pada
usus halus ini terjadi sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Motilitas pada
usus halus adalah segmentasi, metode motilitas utama usus halus yaitu proses
mencampur dan mendorong secara perlahan kimus dengan cara kontraksi bentuk
cincin otot polos sirkuler di sepanjang usus halus, diantara segmen yang
berkontraksi terdapat daerah yang berisi kimus. Cincin-cincin kontraktil timbul

15
setiap beberapa sentimeter, membagi usus halus menjadi segmen-segmen seperti
rantai sosis.
Segmen-segmen yang berkontraksi, setelah jeda singkat, melemas dan
kontraksi kontraksi berbentuk cincin kemudian muncul di daerah yang semula
melemas. Perjalanan isi usus biasanya memerlukan waktu 3-5 jam untuk melintasi
seluruh panjang usus halus, sehingga tersedia cukup waktu untuk berlangsungnya
proses pencernaan dan penyerapan. Sekresi usus halus, kelenjar brunner di
duodenum mensekresikan mukus alkalis kental yang membantu melindungi
mukosa duodenum dari asam lambung. Rangsang vagus meningkatkan sekresi
kelenjar brunner tetapi mungkin tidak menimbulkan efek pada kelenjar usus.
Selain itu, juga terdapat sekresi HCO3- dalam jumlah yang cukup banyak yang
independen terhadap kelenjar brunner.
Pencernaan di dalam lumen usus halus dilaksanakan oleh enzim-enzim
pankreas dan sekresi empedu. Enzim pankreas menyebabkan lemak direduksi
menjadi satuan-satuan monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap,
protein diuraikan menjadi fragmen peptida kecil dan beberapa asam amino, dan
karbohidrat direduksi menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Dengan
demikian proses pencernaan lemak selesai dalam lumen usus halus tapi
pencernaan protein dan karbohidrat belum.
Dari permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terbentuk tonjolan-
tonjolan seperti rambut yang disebut Brush Border, yang mengandung tiga
kategori enzim, yaitu : Enterokinase, mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen;
disakaridase (sukrose, maltase dan laktase), yang menyelesaikan pencernaan
karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa menjadi
monosakarida penyusunnya; aminopeptidase, yang menghidrolisis peptida
menjadi komponen asam aminonya, sehingga pencernaan protein selesai.
Beberapa pencernaan yang terjadi di usus halus:
1. Penyerapan Garam dan Air
Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya melalui
osmosis. Jumlah air yang diserap per harinya dari makanan adalah 2000 ml dan
dari getah-getah pencernaan sebanyak 7000 ml/ harinya. 95%nya diabsorpsi dan
hanya 100-200 ml air per hari yang dikeluarkan bersama feses. Natrium diserap

16
secara transpor aktif dari dalam sel epitel melalui bagian basal dan sisi dinding sel
masuk kedalam ruang paraseluler. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion
klorida, dimana ion klorida bermuatan negatif secara pasif ditarik oleh muatan
listrik positif ion natrium.
2. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa.
Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi
monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa
dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder sedangkan fruktosa diserap
melalui difusi terfasilitasi.
3. Penyerapan Protein
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam amino
diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptida masuk
melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya
oleh amino peptidase di brush border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke
jaringan kapiler yang ada di dalam vilus. Dengan demikian proses penyerapan
karbohidrat dan protein melibatkan sistem transportasi khusus yang diperantarai
oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta kotransportasi Na.
4. Penyerapan Lemak
Lemak diabsorpsi dalam bentuk monogliserida dan asam lemak bebas, keduanya
akan larut dalam gugus pusat lipid dari misel empedu, dan zat-zat ini dapat larut
dalam kimus. Dalam bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas
ditranspor ke permukaan mikrovili brush border sel usus dan kemudian
menembus ke dalam ceruk diantara mikrovili yang bergerak. Dari sini keduanya
segera berdifusi keluar misel dan masuk ke bagian dalam sel epitel. Proses ini
meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan
melakukan fungsinya berkali-kali membantu absorpsi monogliserida dan asam
lemak.7
Penyerapan Usus Halus

Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak dan protein, serta seagain


besar elektrolit, vitamin, dan air, normlnya diserap oleh usus halus. Hanya
penyerapan kalsium dan besi yang biasnya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.

17
Karena itu semakin banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak yang
akan dicerna dan diserap. Penyerapan sebagian besar berlangsung di duodenum
dan jejunum. 50% bagian dari usus halus dapat diangkat tanpa menyebabkan
gangguan penyerapan, namun jika ileum terminal diangkat, maka akan terjadi
gangguan penyerapan vitamin B12 dan garam empedu.

Pencernaan pada usus adalah dengan cara mensekresikan beberapa enzim


yang akan terdapat pada mikrovili intestinal. Selain sekresi enzim, ada pula
sekresi getah usus halus oleh kelenjar Brunner dan Lieberkuhn untuk membentu
menetralkan keasaman kimus dari lambung. Adapun enzim yang diekskresi
adalah di usus halus adalah:1
a) Aminopeptidase : mengubah polipeptida menjadi asam amino dan peptida
dengan ikatan yang lebih pendek dengan cara katalisa hidrolisis ikatan
peptida di ujung molekul di sisi yang mengandung asam amino bebas.
b) Dipeptidase : mengubah peptida menjadi asam amino.
c) Disakaridase : yaitu sukrase, maltase, isomaltase dan laktase. Mengubah
disakarida menjadi monosakarida.
d) Fosfatase : melepaskan fosfat dari senyawa fosfat organik yang berasal
dari makanan seperti hexofosfat, gliserofosfat dan nukleotida.
e) Polinukleotidase : mengubah asam nukleat menjadi nukleotida.
f) Nukleosida (nukleosida fosforilase) mengkatalisis perubahan nukleosida
menjadi fosforilasi pentosa, uridin, sistidin dan timidin.
g) Lesitinase mengubah lesitin menjadi gliserol, asam lemak, asam fosfat dan
kolin.
Setelah diubah menjadi bentuk yang paling sederhana, maka molekul hasil
pencernaan makanan akan diabsorbsi dengan jalan menggunakan difusi, transpor
aktif, sitotaksis, dan persorpsi. Makanan yang diabsorsi kemudian akan melalui
dua jalan yaitu melalui vena porta menuju ke hati dan melalui pembuluh limfe di
sekitar usus lalu menuju duktus thoracicus dan berakhir di darah.1

18
Kesimpulan

Proses pencernaan melibatkan sistem pencernaan serta faktor-faktor


pencernaan seperti enzim-enzim yang bekerja secara spesifik untuk mencerna
molekul organik tertentu. Empat proses dasar pencernaan terdiri atas motilitas,
sekresi, digesti serta absorbsi. Dalam sistem pencernaan, terdapat sejumlah enzim
yang digunakan untuk mengkatalis molekul-molekul makanan besar menjadi
molekul-molekul kecil.

19
Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: EGC, 2012.

2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.

3. Netter FH. Altas Anatomi Manusia. Edisi ke-5. Indonesia, Sagung Seto;
2013: 277-307
4. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM, Tibbitts RM, Richardson PE. Gray’s
atlas of human anatomy. 2nd Ed. America, Elsevier’s Heatlth Science; 2014:
79-87
5. Widjaja IH. Anatomi abdomen. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009: 52-84
6. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-
9. Jakarta: EGC; 2003.
7. Gruendemann BJ, Fernsebner B. Keperawatan perioperative. Jakarta:
EGC.2006.h.86

20

Anda mungkin juga menyukai