Anda di halaman 1dari 9

MODEL FUZZY MADM METODE AHP SEBAGAI MEDIA MENENTUKAN

JENIS SAKIT KEPALA BERDASARKAN GEJALANYA

Suhendi Saputra
Jurusan Sistem Informasi STMIK Pringsewu Lampung
Jl. Wisma Rini No. 09 pringsewu Lampung
Telp. (0729) 22240 website: www.stmikpringsewu.ac.id
Email : Suhendisaputra9@gmail.com

Abstrak

Terkadang orang bingung untuk mengobati sakit kepala, karna faktor ekonomi dan minimnya tenaga kesehatan
Ada beberapa jenis sakit kepala dan memerlukan pengobatan yang sesuai, namun permasalahan yang muncul
adalah sistem pengambilan keputusan untuk menentukan penyakit masih menggunakan cara manual yang
dilakukan dokter. Dengan kemajuan teknologi saat ini, berbagai permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan
memanafatkan teknologi salah satunya dengan membangun aplikasi sistem pendukung keputusan Decision
Support System (DSS) untuk menentukan jenis Sakit Kepala dengan metode Fuzzy Multi Attribute Decision
Making (FMADM) dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan salah satu metode yang
membantu pengambil keputusan dalam melakukan pengambilan keputusan terhadap beberapa kriteria yang akan
menjadi bahan pertimbangan. Diharapkan dengan adanya system ini dapat membantu memudahkan tenaga
kesehatan dalam menetukan jenis sakit kepala pasien.

Kata Kunci : Sakit Kepala, Kriteria, Fuzzy Multi Attribute Decision Making, AHP

1. Pendahuluan Wardoyo 2013) mengembangkan metode Fuzzy


1.1. Latar Belakang Masalah Decision Making (FDM), dalam 3 langkah penting
Kesehatan merupakan suatu indikator yang penyelesaian, yaitu : representasi masalah, evaluasi
himpunan fuzzy, dan menyeleksi alternatif yang
menggambarkan tingkat kebersihan pembangunan
optimal.
suatu Negara. Tujuan pembangunan kesehatan Studi-studi terdahulu tentang penerapan
adalah untuk mencapai derajat kesehatan bagi fuzzy multi-attribute decision making adalah :
masyarakat yang maksiamal upaya peningkatkan C.B Chen dalam An Efficient Approach to Solving
kesehatan tidak dilakukan oleh satu pihak saja, tetapi Fuzzy MADM menjelaskan apabila dalam suatu
harus dilakukan secara bersama-sama baik permasalahan data-data atau informasi yang
Pemerintah, Swasta, maupun Masyarakat. Sesuai diberikan, baik oleh pengambil keputusan maupun
data tentang atribut suatu alternatif tidak dapat
dengan tujuan tersebut, maka masyarakat harus
disajikan dengan lengkap, mengandung
berupaya untuk mendapatkan kesehatannya sendiri ketidakpastian atau ketidakkonsistenan, maka
yang setinggi-tingginya (Depkes,1992). metode MCDM biasa tidak dapat digunakan untuk
Profil kesehatan Indonesia tahun 2006 menunjukan menyelesaikan permasalahan tersebut Chen, C.B.,
bahwa dari penduduk yang memiliki keluhan dan Klein, 1997 Muhamad Munawar Yusro,
kesehatan, sebanyak 71,44% memilih pengobatan Retantyo Wardoyo (2013). Selanjutnya dijelaskan
sendiri. Jumlah ini lebih tinggi dari tahun untuk mengatasimasalah tersebut, maka digunakan
sebelumnya, yaitu sebesar 69,88% (Depkes, 2007). metode fuzzy MCDM, dan terbukti memiliki kinerja
Sementara itu, peran Sistem Pendukung Keputusan yang sangat baik.
yaitu untuk mempercepat tenaga medis, mengurangi
beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan daya Kusumadewi memberikan pembahasan
dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan tentang Fuzzy Multi-Attribute Decision Making
masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan. (MADM) dan menjelaskan tentang metode
Fuzzy Multi Attribute Decision Making (Fuzzy pengembangan lain untuk menyelesaikan masalah
MADM) dikembangkan untuk pengambilan MDAM, yaitu melalui pendekatan subyektif,
keputusan terhadap beberapa alternatif keputusan obyektif dan integrasi antara pendekatan subyektif
untuk mendapatkan suatu keputusan yang akurat dan dan obyektif Kusumadewi, S (2006). Penerapan
optimal. (Moon Hyun Joo dan Chang Sun Kang Fuzzy Multi Criteria Decision Making (FMCDM)
2004), (Muhamad Munawar Yusro dan Retantyo dalam penentuan lokasi pemancar televisi
Sakit kepala mungkin merupakan gejala tenaga kesehatan dalam menentukan jenis penyakit
dari suatu proses patologis yang jelas atau bisa dan pengobatan pada pasien.
terjadi tanpa sebab yang mendasar, Sakit kepala
timbul sebagai hasil perangsangan terhadap 2. Landasan Teori
bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher 2.1. Sakit Kepal
yang peka terhadap nyeri. Bukan hanya masalah Sakit kepala yang secara medis dikenal
fisik semata sebagian sebab nyeri kepala tersebut sebagai cephalalgia adalah kondisi terdapatnya rasa
namun masalah pisikis juga sebagai sebab dominan. sakit di kepala, kadang di leher bagian belakang
Untuk nyeri kepala yang disebabkan faktor fisik leher atau punggung bagian atas. Nyeri kepala
lebih mudah didiagnosis karna pada pasien akan timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian
ditemukan gejala fisik lain yang menyertai sakit tubuh di wilayah kepala dan leher yang peka
kepala, namun tidak begitu hanya dengan nyeri terhadap nyeri atau bisa dikatakan nyeri atau
kepala yang disebabkan oleh faktor psikis Pada diskomfortasi antara orbital dan oksiput yang
tahun 2004, the International Headache Society berawalan dari pain –sensitive structure(Victor,
(IHS) memperbaharui sistem klasifikasi dan kriteria 2002). Menurut Oxford Concise Medical Dictionary,
diagnostik untuk sakit kepala, cranial neuralgias, nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang
dan facial pain. Untuk memudahkan hasil diagnosa bervariasi dari nyeri yang ringan hingga ke nyeri
dalam praktek klinis dan riset, HIS menggolongkan yang berat. Nyeri ini adalah respons terhadap impuls
sakit kepala menjadi 2, yaitu: sakit kepala primer dan dari nervus perifer dari jaringan yang rusak atau
sakit kepala sekunder. berpotensi rusak(Burton, 2007). Otak sendiri adalah
tidak sensitif terhadap nyeri dan bisa dipotong atau
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dibakar tanpa apa-apapun dirasakan (Matthews,
dikembangka suatu aplikasi system penunjang 1975). Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala
keputusan menentukan jenis sakit kepala melalui bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit
gejala-gejala yang dirasakan dari pasien. System ini organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress,
bertujuan untuk membantu dokter dalam vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit
pengambilan keputusan yang efektif dan cepat. kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut
Penggunaan teknologi dalam system ini diharapkan (Brunner & Suddart), Meskipun nyeri ini tidak
dapat mempermudah akses bagi pengguna tanpa menyenangkan,ia berfungsi sebagai petanda awal
dibatasi waktu dan tempat. kemungkinan adanya masalah atau penyakit pada
tubuh kita(Sembulingam, 2006)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat 2.2. AHP sebagai Pengambilan Keputusan
dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan Analytical Hierarchy Process (AHP)
bagaimana merancang sebuah system pendukung dikembangkan oleh Thomas L. Saaty padatahun
keputusan dengan menggunakan Fuzzy MADM 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model
(Multiple Attribute Decission Making) dengan pengambilan keputusan multikriteria yang dapat
metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor
menentukan penyakit sakit kepala yang disebabkan logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa
oleh gejala yang di derita pasien. Dengan dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis.
menggunakan sebuah program untuk membantu Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang
menyelesaikan persmasalahan sehingga jauh lebih digunakan untuk memecahkan masalah yang
mudah dan efisien kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok –
kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut
1.3. Batasan Masalah ke dalam suatu hierarki, kemudian dimasukkan nilai
Dalam penelitian ini dibutuhkan batasan- numeric sebagai pengganti persepsi manusia dalam
batasan agar sesuai dengan apa yang sudah melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu
direncanakan sebelumnya, Penelitian ini bertujuan sintesa maka akan dapat ditentukan elemen mana
memberikan tindakan sebelum memberikan yang mempunyai prioritas tertinggi.
pengobatan lebih mendalam kepada pasien yang Menurut Badiru (1995), AHP merupakan
sedang sakit kepala. suatu pendekatan praktis untuk memecahkan
masalah keputusan kompleks yang meliputi
1.4. Tujuan Masalah perbandinagn alternatif. AHP juga memungkinkan
Adapun tujuan Jurnal ini yaitu membangun pengambilan keputusan menyajikan hubungan
suatu model pengambilan keputusan dengan hierarki antara faktor, atribut, karakteristik atau
mengunakan Fuzzy Multiple Attribute Decision alternative dalam lingkungan pengambilan
Making (FMADM) duntuk mencocokkan kriteria keputusan. Dengan cirri – ciri khusus, hierarki yang
dari sakit kepala agar membantu memudahkan dimilikinya, masalah kompleks yang tidak
terstruktur dipecahkan dalam kelompok - - Nyerinya seperti apa yang anda rasakan?
kelompoknya. - Berapa lama sakit yang dirasakan dalam 1
hari/minggu?
2.3. FMADM - Apakah tidur anda nyenyak?
Fuzzy Multiple Attribute Decision Making - Apakah anda mual atau muntah?
FMADM adalah suatu metode yang digunakan - Apakah sakit sebelah yang anda rasakan
untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah sampai mengeluarkan cairan dari mata dan
alternatif dengan kriteria tertentu. Inti dari FMADM hidung?
adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, 3.1.3. Metode Studi Pustaka
kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan Metode yang dilakukan adalah dengan
yang akan menyeleksi alternatif yang sudah cara mencari bahan yang mendukung dalam
diberikan. Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk pendefinisian masalah melalui buku-buku,
mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan internet, yang erat kaitannya dengan objek
subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan permasalahan.
integrasi antara subyektif & obyektif. Masing-
masing pendekatan memiliki kelebihan dan 3.2 AHP
kelemahan. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot Analytical Hierarchy Process (AHP)
ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para Menurut Badiru (1995) merupakan suatu
pengambil keputusan, sehingga beberapa factor pendekatan praktis untuk memecahkan masalah
dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan keputusan kompleks yang meliputi perbandinagn
secara bebas. Sedangkan pada pendekatan obyektif, alternatif. yang memungkinkan pengambilan
nilai bobot dihitung secara matematis sehingga keputusan menyajikan hubungan hierarki antara
mengabaikan subyektifitas dari pengambil faktor, atribut, karakteristik atau alternative dalam
keputusan. ( Kusumadewi, 2007). lingkungan pengambilan keputusan. Dengan cirri –
Penelitian dilakukan melalui langkah- ciri khusus, hierarki yang dimilikinya, masalah
langkah (Kusumadewi, Sri, Guswaludin Idham kompleks yang tidak terstruktur dipecahkan
2005) (Rika Rosnelly, Retantyo Wardoyo 2011): dalam kelompok -kelompoknya.
1. Representasi masalah, meliputi : penetapan
tujuan keputusan, identifikasi alternatif, Dari beberapa literatur yang
identifikasi kriteria, dan membangun struktur mengindikasikan bahwa terdapat sejumlah langkah
hirarki keputusan. yang harus ditempuh untuk mengaplikasikan
2. Evaluasi himpunan fuzzydari alternatif-alternatif FMCDM, yang diungkapkan oleh Joo (2004), Wang
keputusan, meliputi : menetapkan variabel and Lee (2005), Wang (2005), Kusumadewi (2004)
linguistic dan fungsi keanggotaan, menetapkan yang sependapat dengan Joo (2004), Winda Nur
rating untuk setiap kriteria, dan menghitung Cahyo dan Wahyuni R (2009) yang sependapat
indeks kecocokan fuzzy pada setiap alternatif. dengan ketiganya. Ketiganya menyampaikan
3. Melakukan defuzzy dalam rangka mencari nilai langkah-langkah yang serupa dengan Fauziati
alternatif yang optimal. (2004). Ketiga artikel tersebut menyampaikan
langkah-langkah penyelesaian FMCDM yang juga
3. METODE PENELITIAN mirip antara satu dengan lainnya. Dengan
3.1. Pengumpulan Data mengadaptasi ketiga artikel tersebut ada tiga langkah
Dalam melakukan penelitian untuk dalam proses FMCDM yang harus dilakukan :
mendapatkan data dan informasi, maka metode yang representasi masalah, evaluasi himpunan fuzzy pada
digunakan dalam proses pengumpulan data setiap alternatif keputusan, dan melakukan seleksi
dilakukan sebagai berikut: terhadap alternatif yang optimal [4]
3.1.1. Metode Observasi 3.2.1 Representasi Masalah
Dalam hal ini yang dilakukan adalah Pada bagian ini ada 3 aktivitas yang harus
melakukan penelitian serta mempelajari secara dilakukan, yaitu :
langsung permasalahan yang ada dilapangan a. Identifikasi Tujuan dan alternative keputusannya
untuk mendapatkan objek yang diteliti tentang Tujuan keputusan dapat direpresentasikan
jenis sakit kepala. dengan menggunakan bahasa alami atau nilai
3.1.2. Wawancara numeris sesuai dengan karakteristik dari masalah
Wawancara merupakan metode tersebut. Jika ada n alternative keputusan dari
pengumpulan data dengan cara melakukan masalah, maka alternative-alternatif keputusan
kegiatan berbicara langsung kepada pesien sakit dari suatu masalah, maka alternative-alternatif
kepala ditempat penelitian, mewawancarai tersebut dapat ditulis sebagai A = {Ai I
pasien sebagai berikut : i=1,2,…,n}
- Sudah berapa lama anda sakit? b. Identifikasi kumpulan kriteria
Jika ada K kriteria untuk menentukan pilihan dari bobot kriteria dan derajat kecocokan setiap
beberapa alternatif keputusan maka dapat alternatif dengan kriterianya, dapat
dituliskan C = {Ct I t=1,2,…,k}. Membangun menggunakan beberapa metode agregasi seperti :
struktur hirarki dari masalah tersebut mean, max, min, median, dan operator campuran.
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan Apabila untuk melakukan agregasi terhadap hasil
tertentu. keputusan menggunakan metode mean, dan
c. Membangun struktur hirarki dari masalah operator ⊗ dan ⊗ adalah operator yang
tersebut berdasarkan pertimbangan- digunakan untuk perkalian dan penjumlahan
pertimbangan tertentu. fuzzy, maka Fi dapat dirumuskan sebagai:
3.2.2 Evaluasi himpunan fuzzy 1
Fi = ( ) [(𝑆1𝑘 ⨂ 𝑊1 )⨂(𝑆2𝑘 ⨂ 𝑊2 )⨂. … ⨂(𝑆𝑖𝑘 ⨂ 𝑊𝑘 )
Pada langkah ini ada 3 aktifitas yang harus 𝑘
dilakukan, yaitu: Selanjutnya, dengan cara mensubstitusikan Sit =
a. Memilih himpunan rating untuk bobot-bobot (oit, pit, qit ); dan Wt = at,bt,ct); maka Fi dapat
kriteria, dan derajat kecocokan setiap alternatif didekati sebagai Fi = (Yi, Qi, Zi) dengan
𝑘
dengan kriterianya. Secara umum, himpunan- 1
himpunan rating terdiri atas 3 elemen, yaitu: 𝑌i = ( ) ∑(𝑜𝑖𝑡 , 𝑎𝑖
𝑘
variabel linguistik (x) yang merepresentasikan 𝑡=1
𝑘
bobot kriteria, dan derajat kecocokan setiap 1
alternatif dengan kriterianya; T(x) yang Q i = ( ) ∑(𝑝𝑖𝑡 , 𝑏𝑖
𝑘
merepresentasikan rating dari variabel linguistik; 𝑡=1
𝑘
dan fungsi keanggotaan yang berhubungan 1
dengan setiap elemen dari T(x). Sesudah zi = ( ) ∑(𝑞𝑖𝑡 , 𝑐𝑖
𝑘
himpunan rating ini ditentukan, selanjutnya 𝑡=1

harus ditentukan fungsi keanggotaan untuk


Dimana I = 1,2,3, … ,n
setiap rating. Apabila dipilih fungsi keanggotaan
segitiga, maka dapat digambarkan seperti
3.2.3 Menyeleksi alternatif yang optimal
Gambar 1
Pada langkah ini ada 2 aktifitas yang harus
dilakukan, yaitu:
a. Memprioritaskan alternatif keputusan
berdasarkan hasil agregasi. Prioritas dari hasil
agregasi dibutuhkan dalam rangka proses
perangkingan alternatif keputusan. Karena hasil
agregasi direpresentasikan dengan menggunakan
bilangan fuzzy segitiga, maka dibutuhkan
Gambar 1 Fungsi keanggotaan bilangan fuzzy
metode perangkingan untuk bilangan fuzzy
segitiga
tersebut. Salah satu metode perangkingan yang
(𝑥 − 𝑐)
; 𝑎≤𝑥≤𝑏 dapat digunakan adalah metode nilai total
(𝑏 − 𝑐) integral. Misalkan G adalah bilangan fuzzy
(𝑥 − 𝑐) segitiga, G = (a, b, c), maka nilai total integral
𝜇 (𝑥) = (𝑏 − 𝑐) ; 𝑏 ≤ 𝑥 ≤ 𝑐 dapat dirumuskan sebagai berikut:
1
I ∝ (𝐺) = ( ) (∝ 𝑐 + 𝑏 + (1−∝)𝑎)
2
{0 ; x ≤ a atau x ≥ c Nilai α adalah indeks keoptimisan yang
merepresentasikan derajat keoptimisan bagi
Misalkan Wt adalah bobot untuk kriteria Ct; dan pengambil keputusan 0 ≤ ∝ ≤ 1 Apabila α
Sit adalah rating fuzzy untuk derajat kecocokan semakin besar mengindikasikan bahwa derajat
alternatif keputusan Ai dengan kriteria Ci; dan Fi keoptimisannya semakin besar.
adalah indeks kecocokan fuzzy dari alternatif Ai b. Memilih alternatif keputusan dengan prioritas
yang merepresentasikan derajat kecocokan tertinggi sebagai alternatif yang optimal. Apabila
alternatif keputusan yang diperoleh dari hasil t = 1 ... n, dan ada beberapa bilangan fuzzy Gt
agregasi Sit dan Wt, dengan i = 1, 2, 3, ... k dan maka semakin besar nilai Iα (Gt) berarti
t = 1, 2, ... n. menunjukkan kecocokan terbesar dari alternatif
b. Mengevaluasi bobot-bobot kriteria, dan derajat keputusan untuk kriteria keputusan, dan nilai Iα
kecocokan setiap alternatif dengan kriterianya. (Gt) terbesar inilah yang menjadi tujuannya.
c. Mengagregasikan bobot-bobot kriteria dan Sehingga bias ditentukan alternatif terbaik yang
derajat kecocokan setiap alternatif dengan dipilih adalah yang memiliki nilai Iα (Gt) terbear.
kriterianya. Untuk mengagregasikan bobot-
Tujuan keputusan dari permasalahan ini 4.1 Pembahasan Representasi masalah
adalah dipilihnya jenis sakit kepala yang mempunyai a. Tujuan pengambilan keputusan ini adalah
kriteria tertinggi/ mendekati. menentukan pilihan terbaik untuk jenis sakit
kepala berdasarkan kriteria yang sudah
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ditentukan. Ada 3 jenis sakit kepala yang akan
Pengujian sistem dilakukan dengan menjadi alternatif, yaitu: Sakit Kepala Tegang,
mengumpulkan data gejala sakit kepala yang di Sakit Kepala Sebelah, Sakit kepala Cluster.
derita pada pasien. urutan langkah-langkah b. Ada 5 atribut kriteria pemilihan calon kepala
penyelesaiannya selalu sama, yaitu : representasi daerah yang telah ditentukan, yaitu:, Pengaruh
masalah, evaluasi himpunan fuzzy dari alternatif- nyeri (C1),telat Makan (C2), Berlangsungnya
alternatif pilihan, dan menyeleksi alternatif yang nyeri(C3), Mual Muntah (C4), Mata Merah(C5).
optimal. Adapun langkah penyelesaian kasus tersbut c. Struktur hirarki masalah dapat digambarkan
adalah sebagai berikut : seperti pada Gambar 2

Menentukan Jenis sakit kepala

Pengaruh nyeri C1 Telat Makan C2 Nyeri berlangsung C3 Mual muntah C4 Mata Merah C5

Sakit Kepala Sakit Kepala Sakit Kepala


tegang A1 Sebelah A2 cluster A3

Gambar 2 Struktur hirarti kasus

4.2 Evaluasi
4.3 Himpunan Fuzzy dari alternative pilihan JRG = (0, 0.25, 0.5) SRG = (0.75, 1, 1)
a. Variabel-variabel linguistik yang b. Derajat kecocokan alternatif-alternatif dengan
merepresentasikan bobot kepentingan untuk kriteria keputusan adalah : T(kecocokan) S =
setiap kriteria, adalah T(kepentingan) W = {TA, {SK, K, C, B, SB} dengan SK =Sangat Kurang,
SLH, SH, KDS, NB 1, NB 2, NB 3, NB 4, TP, K = Kurang, C = Cukup, B = Baik, dan SB =
JRG, P, SRG}, dengan SH = Sebelah, KDS = Sangat Baik; yang masing-masing
Kedua Sisi, TA = Tidak Ada, SLH= Seluruh; NB direpresentasikan dengan bilangan fuzzy
1= 15 Mnt-3 Jam, NB 2= 4 Mnt – 42 Jam, NB segitiga sebagai berikut:
3= 30 Mnt – 168 Jam, NB 4= 4 Jam – 72 Jam; SK = (0, 0, 0.25)
TP= Tidak Pernah, JRG= Jarang, P= Pernah, K = (0, 0.25, 0.5)
SRG= Sering; yang masing-masing C = (0.25, 0.5, 0.75)
direpresentasikan dengan bilangan fuzzy B = (0.5, 0.75, 1)
segitiga sebagai berikut : SB = (0.75, 1, 1)
TA = (0, 0, 0.25) NB 1 = (0, 0, 0.25) c. Rating untuk setiap kriteria keputusan seperti
SLH = (0, 0.25, 0.5) NB 2 = (0, 0.25, 0,5) terlihat pada Tabel 1 Sedangkan derajat
SH = (0.5, 0.75, 1) NB 3 = (0.5, 0.75, 1)
kecocokan kriteria dan alternatif keputusan
KDS = (0.75, 1, 1) NB 4 = (0.75, 1, 1)
seperti terlihat pada Tabel 2.
TP = (0, 0, 0.25) P = (0.5, 0.75, 1)

Tabel 1 Ranting Kepentingan untuk Setiap Kriteria


Kriteria C1 C2 C3 C4 C5
Ranting KDS P NB 4 JRG JRG
Kepentingan

Tabel 2. Ranting kecocokan setiap alternate terhadap Kreteria

Alternatif Ranting Kecocokan


C1 C2 C3 C4 C5
Sakit Kepala Tegang SB SB B C B
Sakit Kepala Sebelah C K SB SB C
Sakit Kepala Cluster C C K C SB

Gambar 3 Input Ranting Kecocokan setiap alternative terhadap kriteria

d. Dengan cara mensubstitusikan bilangan fuzzy segitiga ke setiap variabel linguistik ke dalam persamaan (1)
sampai persamaan (5) akan diperoleh nilai kecocokan fuzzy seperti pada Tabel 5, dengan detil perhitungannya
sebagai berikut:

 Pada Alternatif A1
(0,75 x 0,75) +(0,5 x 0,5) +(0 x 0,25) +(0 x 0,5)
+(0,5 x 0,75)
𝑌1 = = 0,2375
5
(1 x 1) +(0,75 x 1) +(0,75 x 0,75) +(0,25 x 0,5) +(0,25 x 0,75)
𝑄1 = = 0,5250
5
(1 x 1) +(1 x 1) +(1 x 1) +(0,5 x 0,75) +(0,5 x 1)
𝑍1 = = 0,7750
5

 Pada Alternatif A2
(0,75 x 0,25) +(0,75 x 0,75) +(0 x 0,75) +(0 x 0,25)
+(0,5 x 0)
𝑌2 = = 0,1500
5
(1 x 0,5) +(0,75 x 0,25) +(0,75 x 1) +(0,25 x 1) +(0,25 x 0,5)
𝑄2 = = 0,3625
5
(1 x 0,75) +(1 x 0,5) +(1 x 1) +(0,5 x 1) +(0,5 x 0,75)
𝑍2 = = 0,6250
5
 Pada Alternati A3
(0,75 x 0,25) +(0,75 x 0) +(0 x 0,25) +(0 x 0,75)
+(0,5 x 0,25)
𝑌3 = = 0,0625
5
(1 x 0,5) +(0,75 x 0,5) +(0,75 x 0,25) +(0,25 x 0,5) +(0,25 x 1)
𝑄3 = = 0,2875
5
(1 x 0,75) +(1 x 0,75) +(1 x 0,5) +(0,5 x 0,75) +(0,5 x 1)
𝑍3 = = 0,5750
5
Tabel 4 Indeks Kecocokan fuzzy untuk setiap Alternatif

Alternatif C1 C2 C3 C4 C5 Indeks Kecocokan Fuzzy


Sakit Kepala Tegang SB SB B C B 0,2375 0,5250 0,7750
Sakit Kepala Sebelah C K SB SB C 0,1500 0,3625 0,6250
Sakit Kepala Cluster C C K C SB 0,0625 0,2875 0,5750

Gambar 4 Hasil perhitungan Indeks Kecocokan

4.4 Menyeleksi alternatif yang optimal


a. Dengan mensubstitusikan indeks kecocokan fuzzy pada Tabel 5 ke persamaan 6 dan dengan mengambil 3
nilai derajat keoptimisan, yaitu (α) = 0 (tidak optimis), α = 0,5 dan α = 1 (sangat optimis), maka akan diperoleh
nilai total integral untuk setiap alternatif, seperti pada Tabel 6. Proses perhitungannya adalah sebagai berikut
:
 Untuk α= 0
1
I10 = ( ) ((0)(0,775) + (0,525) + (1 − 0)(0,2375)) = 0.3813
2
1
I10 = ( ) ((0)(0,625) + (0,3625) + (1 − 0)(0,015)) = 0,1888
2
0
1
I1 = ( ) ((0)(0,575) + (0,2875) + (1 − 0)(0,0625)) = 0,1750
2
 Untuk α= 0,5
1
I10 = ( ) ((0,5)(0,775) + (0,525) + (1 − 0,5)(0,2375)) = 0,5157
2
0
1
I1 = ( ) ((0,5)(0,625) + (0,3625) + (1 − 0,5)(0,015)) = 0,3413
2
0
1
I1 = ( ) ((0,5)(0,575) + (0,2875) + (1 − 0,5)(0,0625)) = 0,3032
2
 Untuk α= 1
1
I10 = ( ) ((1)(0,775) + (0,525) + (1 − 1)(0,2375)) = 0,6500
2
0
1
I1 = ( ) ((1)(0,625) + (0,3625) + (1 − 1)(0,015)) = 0,4938
2
0
1
I1 = ( ) ((1)(0,575) + (0,2875) + (1 − 1)(0,0625)) = 0,4313
2
Gambar 5 Hasil Perhitungan Nilai Total Integral

Tabel 5 Hasil Total Integral

Alternatif α=0 α = 0,5 α =1


Sakit Kepala Tegang A1 0,3813 0,5150 0,6500
Sakit Kepala Sebelah A2 0,1888 0,3413 0,4938
Sakit Kepala Cluster A3 0,1750 0,3032 0,4313

Dari Tabel 5, terlihat bahwa Alternatif 1 (A1) memiliki nilai total integral terbesar untuk setiap nilai derajat
keoptimisan, sehingga menurut sistem Jenis sakit kepala yang paling layak dipilih adalah Sakit Kepala Tegang

5. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Penelitian dan perancangan program Pemilihan nyeri kepala dengan Fuzzy MADM ini, memberikan hasil
bahwa program SPK ini dapat digunakan untuk menentukan jenis sakit kepala berdasarkan gejala-
gejala yang dirasakan pasien tujuan sebagai alat bantu dokter-dokter atau paramedis dalam
menentukan jenis nyeri, dengan menggunakan Metode Fuzzy MADM proses penentuan pilihan
menggunakan beberapa kriteria dan masing-masing kriteria menggunakan nilai total integral tidak selalu sama
yang mempunyai bobot berbeda-beda. Pemilihan nyeri kepala bisa dilakukan dengan lebih cepat dengan
menggunakan program aplikasi Fuzzy MADM.

SARAN
Aplikasi Fuzzy MADM dalam pemilihan nyeri kepala ini bisa dikembangkan dengan menggunakan metode
Fuzzy Group Decision Making (FGDM) sehingga dapat diterapkan dalam proses penjaringan calon kepala
daerah di tingkat partai politik.

DAFTAR PUSTAKA

- Joo, H.M; dan Kang, C.S, 2004, Application of Fuzzy Decision Making Method to the Evaluation of Spent
Fuel Storage Options. South Korea
- Chen, C.B., dan Klein, 1997, An Efficient Approach to Solving Fuzzy MADM, Fuzzy Sets and Systems
vol 88, hal. 51-56
- Kusumadewi, S, 2006, Fuzzy Multi-Attribut Decision Making (Fuzzy MADM), Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta
[4] Kusumadewi, Sri, Guswaludin Idham, 2005, Fuzzy Multi-Criteria Decision Making, Media Informatika Vol.
3 No.1 Juni 2005, 25-38, ISSN : 0854-474
- Buckley, J. J., 1985, “Fuzzy Hierarchical Analysis”Fuzzy sets and systems 17:233247
- Kusumadewi, Sri, Guswaludin Idham, 2005, Fuzzy Multi-Criteria Decision Making, Media Informatika
- Vol. 3 No.1 Juni 2005, 25-38, ISSN : 0854-4743
-

Anda mungkin juga menyukai