Anda di halaman 1dari 6

DATA PENGAMATAN

1. Pengukuran awal sampel


Nama sampel : Limbah cair batik
Warna (Fp 10x) : merah pekat
Warna (Tanpa Fp) : merah
Bau : tidak berbau
Wujud : Cair

Sampel Absorbansi Panjang Gelombang (nm)


Sampel awal 1,703 590
Sampel awal Fp 100x 0,164 590
Blangko -0,003 380

Tabel 1. Data Scanning Sampel


Panjang gelombang (nm) Tanpa Fp (abs) Fp 10x (abs)
380 1,714 0,150
440 3,034 0,284
500 3,649 0,545
560 3,073 0,315
620 0,465 0,037
680 0,060 -0,001
740 0,030 -0,003
800 0,020 -0,004

2. Penentuan Dosis Koagulan

a. TAWAS
Tabel 2. Data Hasil Penentuan Dosis Koagulan untuk Tawas
pH DHL (µS/cm) TDS (mg/L)
4 1098 552
5 989 494
6 973 485
7 1031 515
8 1071 535
9 1075 536

Tabel 3. Data Hasil Penentuan Jumlah Tawas yang Dibutuhkan


Jumlah Tawas (mL) DHL (µS/cm) TDS (mg/L)
1 943 470
2 987 497
3 1118 556
4 1226 613
5 1427 715
6 1539 764

b. PAC
Tabel 4. Data Hasil Penentuan Dosis Koagulan untuk PAC
pH DHL (µS/cm) TDS (mg/L)
4 1320 660
5 1221 611
6 890 446
7 905 453
8 947 474
9 977 489

Tabel 5. Data Hasil Penentuan Jumlah PAC yang Dibutuhkan


Volume PAC (mL) DHL (µS/cm) TDS (mg/L)
1 806 404
2 1132 563
3 1759 874
4 2,05 1025
5 2,85 1427
6 2,95 1465

Tabel 6. Data Hasil Pembacaan di Spektrofotometri

Kode PAC Tawas


Sebelum Filtrasi Setelah Filtras Sebelum Filtrasi Setelah Filtrasi
Sampel abs (nm) abs (nm) abs (nm) abs (nm)
A 1,040 485 -0,043 270 1,241 490 -0,008 228
B 0,662 485 0,118 262 1,016 485 0,061 475
C 0,397 485 1,085 222 0,745 485 0,815 223
D 1,064 485 0,313 485 1,988 490 0,318 485
E
F 1,024 485 0,096 337 1,670 490 -0,002 470

3. Hasil Dosis Koagulan


a. PAC
pH Optimum : 6 mL
Dosis Optimum : 1 mL
Bau : bau khas limbah batik
Warna : sebelum filtrasi (jingga kecoklatan)
setelah filtrasi (tidak berwarna)
Jenis Arang : Arang A sedikit kasar

Tabel 7. Data Hasil Pembacaan spektrofotometri (Tanpa Filtrasi)


Panjang gelombang (nm) 400 430 460 485 525 565 600
Abs (A) 0,176 0,297 0,536 0,662 0,335 0,020 -0,006

Catatan : - sebelum penyaringan ƛmax = 485 nm , Absmax = 0,662 abs


- setelah penyaringan ƛmax = 262 nm , Absmax = 0,118 abs

b. TAWAS
pH Optimum : 6 mL
Dosis Optimum : 1 mL
Bau : bau khas limbah batik
Warna : sebelum filtrasi (jingga kekuningan)
setelah filtrasi (putih keruh)
Jenis Arang : Arang A sedikit kasar

Tabel 8. Data Hasil Pembacaan Spektrofotometri (Tanpa Filtrasi)


Panjang gelombang (nm) 400 430 460 485 525 565 600
Abs (A) 0,394 0,547 0,833 1,016 0,664 0,232 0,098

Catatan : ƛmax = 485 nm , Absmax = 1,016 abs

Tabel 9. Data Hasil Pembacaan Spektrofotometri (Filtrasi)


Panjang gelombang (nm) 430 445 460 475 510 530 660
Abs (A) 0,053 0,055 0,058 0,061 0,048 0,030 0,010

Catatan : ƛmax = 475 nm , Absmax = 0,061 abs

Pembahasan :
Industri batik merupakan salah satu industri tekstil yang ada di industri. Limbah
cair yang dihasilkan oleh industri batik berasal dari proses pewarnaan berpotensi
merusak lingkungan. Limbah car batik merupakan limbah cair yang memiliki
warna bau, suhu, pH, BOD, COD, TSS, dan TDS yang tinggi sehingga perlu
dilakukannya pengolahan limbah cair tersebut terlebih dahulu sebelum dibuang ke
badan air. Pengolahan limbah cair batik bertujuan untuk mengurangi tingkat
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah tersebut. Pada percobaan
ini, proses pengolahan dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara kimia dan fisika.
Secara kimia dilakukan dengan merode koagulasi dan flokulasi, koagulan yang
digunakan pada percobaan ini ada dua, yaitu PAC dan tawas. Sebelum dilakukan
pengolahan, limbah cair batik dilakukan pengukuran absorban dan panjang
gelombang maksimum, didapatkan panjang gelombang maksimum 500 nm dan
absorbansi maksimum tanpa pengenceran 3,649 A. Sedangkan setelah dilakukan
pengenceran 10x absorbansi maksimumnya turun menjadi 0,545 A. Absorban
turun disebabkan setelah diencerkan kepekatan dari limbah cair batik menjadi
turun. Kepekatan larutan limbah diakibatkan oleh banyaknya zat padat yang
terlarut dalam limbah. zat padat yang terlarut bisa berupa logam-logam. Setelah
itu, dilakukan pengolahan terhadap limbah cair batik secara kimia yaitu dengan
jartest dengan penambahan bahan koagulan berupa PAC dan tawas. Metode jartest
ini dilakukan untuk mengetahui pH dan dosis optimum yang dibutuhkan untuk
proses pengolahan, dalam metode jartest terjadi proses koagulasi dan flokulasi.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel koloid dengan penambahan
koagulan dan pengadukan secara cepat. Sedangkan Flokulasi adalah proses
penggabungan partikel koloid yang telah mengalami destabilisasi menjadi flok-
flok besar dengan pengadukan lambat kemudian terendapkan. Pada percobaan
jartest 1 pada tanggal 26 Oktober 2018 didapat data untuk PAC pada penentuan
pH optimum berdasarkan kekeruhan yaitu pH 9 dengan 7. Data tersebut dianggap
gagal karena berdasarkan alat yang berbeda dihasilkan pengukuran yang berbeda
pula termasuk saat dilakukan pengaatan visual sehingga perlu dilakukan pengujian
jartest kedua.
Percobaan metode jartest 2 pada tanggal 30 Oktober 2018didapat data
untuk PAC pada penentuan pH optimum berdasarkan TDS yaitu pH 6 dengan
DHL 890 µS/cm dan TDS 446 mg/L serta untuk penentuan dosis optimum
berdasarkan TDS yaitu dosis 1 mL dengan DHL 806 µS/cm dan TDS 440 mg/L.
Sedangkan tawas pada penentuan pH optimum berdasarkan TDS yaitu pH 6
dengan DHL 1031 µS/cm dan TDS 515 mg/L serta untuk penentuan dosis
optimum berdasarkan TDS yaitu dosis 1 mL dengan DHL 943 µS/cm dan TDS
470 mg/L. Berdasarkan data tersebut PAC jauh lebih efektif untuk mereduksi
kandungan TDS pada limbah cair batik. Menurut Indriyati (2008) berdasarkan
hasil penelitian terhadap limbah cair pabrik, PAC lebih cepat membentuk flok,
TSS, TDS, NH3 kadarnya menurun hampir 60 %. Pada tanggal 31 Oktober 2018,
dilakukan pengolahan dengan melakukan penyaringan menggunakan arang aktif.
Arang aktif yang digunakan sedikit kasar butirannya.Kemudian dilakukan
pengecekan dengan menggunakan alat spektrofotometer didapatkan pada PAC
panjang gelombang maksimal 485 nm dan absorbansi maksimal 0,662 A. Secara
visual sebelum penyaringan warna yang dihasilkan jingga kekuningan, setelah
penyaringan warnanya tidak berwarna dan panjang gelombang maksimal menjadi
262 nm dan absorbansi maksimal 0,118 A. Sedangkan yang menggunankan tawas,
panjang gelombang maksimal sebesar 485 nm dan absorbansi maksimum sebesar
1,016 A. Secara visual sebelum dilakukan penyaringan warnanya jingga
kecoklatan, setelah penyaringan warnanya menjadi putih keruh dan panjang
gelombang maksimum menjadi 475 nm dan absorbansinya 0,061 A. Berdasarkan
data tersebut PAC memang lebih efektif digunakan sebagai pengolahan limbah
cair batik daripada tawas. PAC memiliki kelebihan sebagai koagulan yang tingkat
korosifitasnya rendah sebab bebas dari sulfat sehingga aman, PAC tidak
menyebabkan perubahan penurunan pH yang drastis karena membentuk logam
hidroksida yang dapat menstabilkan pH air. Sedangkan tawas akan menyebabkan
air yang diolah lebih asam karena aluminium sulfat menyebabkan pelepasan ion
hidrogen untuk setiap gugus hidrogen yang dihasilkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum pengolahan limbah cair batik menggunakan PAC


dan tawas, didapatkan pH optimum untuk PAC dan tawas yaitu 6 dan dosis
optimum untuk PAC dan tawas yaitu 1 mL. praktikum kali ini juga membuktikan
bahwa PAC lebih efisien dalam pengolahan limbah cair batik dibandingkan
dengan tawas karena PAC mampu menurunkan kadar TSS, TDS dan NH3 hampir
60%, selain itu PAC memiliki tingkat korosifitas yang rendah dan juga dapat
membentuk logam hidroksida yang mampu menstabilkan pH air.
untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal seharusnya arang aktif
dihaluskan lagi untuk memperluas pemukaanya, sehingga saat proses filtrasi arang
aktif dapat lebih banyak menjerap zat warna yang lolos saat proses koagulasi dan
flokulasi.

Anda mungkin juga menyukai