Data Pengamatan
Data Pengamatan
a. TAWAS
Tabel 2. Data Hasil Penentuan Dosis Koagulan untuk Tawas
pH DHL (µS/cm) TDS (mg/L)
4 1098 552
5 989 494
6 973 485
7 1031 515
8 1071 535
9 1075 536
b. PAC
Tabel 4. Data Hasil Penentuan Dosis Koagulan untuk PAC
pH DHL (µS/cm) TDS (mg/L)
4 1320 660
5 1221 611
6 890 446
7 905 453
8 947 474
9 977 489
b. TAWAS
pH Optimum : 6 mL
Dosis Optimum : 1 mL
Bau : bau khas limbah batik
Warna : sebelum filtrasi (jingga kekuningan)
setelah filtrasi (putih keruh)
Jenis Arang : Arang A sedikit kasar
Pembahasan :
Industri batik merupakan salah satu industri tekstil yang ada di industri. Limbah
cair yang dihasilkan oleh industri batik berasal dari proses pewarnaan berpotensi
merusak lingkungan. Limbah car batik merupakan limbah cair yang memiliki
warna bau, suhu, pH, BOD, COD, TSS, dan TDS yang tinggi sehingga perlu
dilakukannya pengolahan limbah cair tersebut terlebih dahulu sebelum dibuang ke
badan air. Pengolahan limbah cair batik bertujuan untuk mengurangi tingkat
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah tersebut. Pada percobaan
ini, proses pengolahan dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara kimia dan fisika.
Secara kimia dilakukan dengan merode koagulasi dan flokulasi, koagulan yang
digunakan pada percobaan ini ada dua, yaitu PAC dan tawas. Sebelum dilakukan
pengolahan, limbah cair batik dilakukan pengukuran absorban dan panjang
gelombang maksimum, didapatkan panjang gelombang maksimum 500 nm dan
absorbansi maksimum tanpa pengenceran 3,649 A. Sedangkan setelah dilakukan
pengenceran 10x absorbansi maksimumnya turun menjadi 0,545 A. Absorban
turun disebabkan setelah diencerkan kepekatan dari limbah cair batik menjadi
turun. Kepekatan larutan limbah diakibatkan oleh banyaknya zat padat yang
terlarut dalam limbah. zat padat yang terlarut bisa berupa logam-logam. Setelah
itu, dilakukan pengolahan terhadap limbah cair batik secara kimia yaitu dengan
jartest dengan penambahan bahan koagulan berupa PAC dan tawas. Metode jartest
ini dilakukan untuk mengetahui pH dan dosis optimum yang dibutuhkan untuk
proses pengolahan, dalam metode jartest terjadi proses koagulasi dan flokulasi.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel koloid dengan penambahan
koagulan dan pengadukan secara cepat. Sedangkan Flokulasi adalah proses
penggabungan partikel koloid yang telah mengalami destabilisasi menjadi flok-
flok besar dengan pengadukan lambat kemudian terendapkan. Pada percobaan
jartest 1 pada tanggal 26 Oktober 2018 didapat data untuk PAC pada penentuan
pH optimum berdasarkan kekeruhan yaitu pH 9 dengan 7. Data tersebut dianggap
gagal karena berdasarkan alat yang berbeda dihasilkan pengukuran yang berbeda
pula termasuk saat dilakukan pengaatan visual sehingga perlu dilakukan pengujian
jartest kedua.
Percobaan metode jartest 2 pada tanggal 30 Oktober 2018didapat data
untuk PAC pada penentuan pH optimum berdasarkan TDS yaitu pH 6 dengan
DHL 890 µS/cm dan TDS 446 mg/L serta untuk penentuan dosis optimum
berdasarkan TDS yaitu dosis 1 mL dengan DHL 806 µS/cm dan TDS 440 mg/L.
Sedangkan tawas pada penentuan pH optimum berdasarkan TDS yaitu pH 6
dengan DHL 1031 µS/cm dan TDS 515 mg/L serta untuk penentuan dosis
optimum berdasarkan TDS yaitu dosis 1 mL dengan DHL 943 µS/cm dan TDS
470 mg/L. Berdasarkan data tersebut PAC jauh lebih efektif untuk mereduksi
kandungan TDS pada limbah cair batik. Menurut Indriyati (2008) berdasarkan
hasil penelitian terhadap limbah cair pabrik, PAC lebih cepat membentuk flok,
TSS, TDS, NH3 kadarnya menurun hampir 60 %. Pada tanggal 31 Oktober 2018,
dilakukan pengolahan dengan melakukan penyaringan menggunakan arang aktif.
Arang aktif yang digunakan sedikit kasar butirannya.Kemudian dilakukan
pengecekan dengan menggunakan alat spektrofotometer didapatkan pada PAC
panjang gelombang maksimal 485 nm dan absorbansi maksimal 0,662 A. Secara
visual sebelum penyaringan warna yang dihasilkan jingga kekuningan, setelah
penyaringan warnanya tidak berwarna dan panjang gelombang maksimal menjadi
262 nm dan absorbansi maksimal 0,118 A. Sedangkan yang menggunankan tawas,
panjang gelombang maksimal sebesar 485 nm dan absorbansi maksimum sebesar
1,016 A. Secara visual sebelum dilakukan penyaringan warnanya jingga
kecoklatan, setelah penyaringan warnanya menjadi putih keruh dan panjang
gelombang maksimum menjadi 475 nm dan absorbansinya 0,061 A. Berdasarkan
data tersebut PAC memang lebih efektif digunakan sebagai pengolahan limbah
cair batik daripada tawas. PAC memiliki kelebihan sebagai koagulan yang tingkat
korosifitasnya rendah sebab bebas dari sulfat sehingga aman, PAC tidak
menyebabkan perubahan penurunan pH yang drastis karena membentuk logam
hidroksida yang dapat menstabilkan pH air. Sedangkan tawas akan menyebabkan
air yang diolah lebih asam karena aluminium sulfat menyebabkan pelepasan ion
hidrogen untuk setiap gugus hidrogen yang dihasilkan.
KESIMPULAN