Anda di halaman 1dari 19

PENGUKURAN

SIFAT FISIK PADA PAKAN PELLET TERNAK

“Diajukan Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Matakuliah Teknologi Pakan”

Oleh :
Ari Firmansah Ginting 240321161
Gery Marius 240321161
Rodiana 24032116120
Wahyu Ilahi 24032116123

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana
telah melimpahkan rahmat, dan kasih sayang-Nya,sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah matakuliah dengan judul materi
“Pengukuran Sifat Fisik Pada Pellet Ternak”dengan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sudah melakukan semaksimal
mungkin dengan upaya,kemampuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Walaupun sebenarnya banayk sekali rintangan yang kami hadapi dalam
penyusunan makalah ini. Nmaun berkat dukungan yang kuat dari berbagai
pihak, maka semuanya dapat diatasi dan penyusunannya lancar. Untuk itu
kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
dan membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini...
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banayk kekurangan, baik
dari segi penyusunan bahasa atau dari segi aspek lainnya. Oleh karena itu,
kami meminta kritik dan sarannya kepada pembaca makalah ini,untuk
perbaikan dimasa mendatang khususnya dosen matakuliah yang
bersangkutan.
Akhirnya, penyusun sangat mengharapkan semoga makalah yang kami
susun ini dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahun dan
pemahaman dalam matkuliah TEKNOLOGI PAKAN, Sekian dan
terimaksih.
Garut,06 Oktober 2018

Penyusun.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1.Latar Belakang ...........................................................................................
1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................
1.3.Tujuan Penulisan ........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
2.1. Definisi Pellet ............................................................................................
2.2. Pengukuran Sifat Fisik Pellet ....................................................................
BAB III PENUTUPAN ..................................................................................
3.1. Kesimpulan ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pakan merupakan komponen utama dalam sebuah peternakan, bahkan pakan
merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan dalam pemeliharaan ternak.
Kualitas pakan sangat menentukan produktifitas ternak, semakin baik kualitas
pakan maka produktifitasnya pun semakin tinggi. Pakan dalam bentuk ransum
merupakan pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari
berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya
berdasarkan kebutuhan industri dan energi yang diperlukan.
Karakteristik atau sifat ransum sangat berpengaruh dalam menunjang
keberhasilan suatu usaha peternakan. Kebanyakan peternak lebih memilih
menggunakan ransum buatan pabrik ketimbang memformulasi sendiri, hal ini
menyebabkan biaya produksi lebih besar. Padahal ketersediaan bahan baku
lokal cukup banyak dan mudah didapatkan. Akan tetapi kebanyakan bahan
pakan ternak mempunyai perbedaan karakteristik atau sifat.Selain bentuk
ransum, penyimpanan juga turut andil dalam mendukung keberhasilan bisnis
beternak, karena salah satu fungsi penyimpanan adalah menjaga stabilitas
ketersedian pakan yang cukup dan aman untuk dikonsumsi ternak. Pakan yang
sudah jadi (siap konsumsi) pada umumnya telah mengalami perubahan baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
Bahan bakupakan yang menyusun pakan jadi harus diawasi kualitasnya
juga. Pengujian bahan baku pakan dapat berupa pengujian fisik dan pengujian
kimiawi. Salah satu uji yang digunakan untuk mengukur kualitas ransum ini
adalah uji sifat fisik, yaitu : berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan
pemadatan tumpuan, dan sudut tumpukan. Sekurang-kurangnya keempat uji ini
sangat penting diketahui oleh para peternak, karena disamping bisa dijadikan
indikator penurunan kualitas ransum, turut juga mempengaruhi volume ruang
penyimpanan baik curah atau berwadah, penimbangan dan pengangkutan.

1
1.2. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan pellet ?
- Apa saja sifat fisik pada pellet ?
- Mengapa sifat fisik pellet perlu di ukur ?
- Bagaiamana cara mengukur sifat Fisik Pellet ?

1.3. Tujuan Penulisan


- Mahasiswa bisa mengetahui definisi dari pellet
- Mahasiswa bisa mengetahui dan paham tentang sifat fisik pellet
- Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari pengukuran sifat fisik pellet
- Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sifat fisik pada pellet

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pellet
Pellet merupakan ransum berbentuk silinder atau tabung dengan diameter
tertentu, atau berbentuk bulat mengandung nutrien lengkap yang
diformulasikan sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan ternak pada umumnya
diperuntukkan untuk unggas. Menurut Rizal (2005), Pellet adalah bentuk
ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan
komposisi yang telah dihitung dan ditentukan. Kemudian bahan-bahan tersebut
diolah menggunakan mesin pellet (pelletizer). Tujuan ransum dibuat menjadi
pellet untuk mengurangi loss nutrisi dan dalam bentuk yang lebih utuh.
Pengolahan limbah padat industri menjadi bentuk pellet untuk meningkatkan
kecernaan, meningkatkan efisiensi, memudahkan penanganan dan transportasi.
Selain itu pengolahan pakan menjadi pellet dapat mengurangi sifat voluminus,
sehingga dapat meningkatkan konsumsi bahan kering, mengurangi pakan
tercecer tersisa (Slinger, 1973).
Pellet adalah bahan baku pakan yang telah dicampur, dikompakkan
dan dicetak dengan mengeluarkan dari die melalui proses mekanik
(Nilasari, 2012). Pengolahan pakan bentuk pellet dapat dijadikan pilihan
karena mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya: 1) meningkatkan
densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi tempat
penyimpanan, menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan
penyajian pakan; 2) densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi
pakan dan mengurangi pakan yang tercecer; 3) mencegah “de-mixing” yaitu
penguraian kembali komponen penyusun pellet sehingga konsumsi pakan
sesuai dengan kebutuhan standar (Stevent, 1981; dalam sitasi Sutrisno et al.,
2005).
Usaha untuk mendapatkan pellet dengan kualitas yang baik menurut
Parker (1986) dalam sitasi Sutrisno et al. (2005) dilakukan dengan
beberapa tahapan yaitu penggilingan (grinding), pencampuran (mixing),

3
penguapan (conditioning), pencetakan (pelleting), pendinginan (cooling) dan
pengeringan (drying). Pencampuran (mixing) adalah proses
mengkombinasikan bahan baku sehingga masing-masing bahan baku dapat
terdistribusikan secara merata. Tujuan dari proses pencampuran adalah
untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai nutrisi yang homogen
(Suparjo, 2010). Penguapan (conditioning) adalah proses pemanasan dengan
uap air pada bahan yang ditujukan untuk membentuk proses gelatinisasi agar
terjadi perekatan antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan
pellet menjadi kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus
(Sutrisno et al., 2005).
Pelleting adalah proses pengolahan menjadi bentuk yang kompak
melalui proses penekanan dan penguapan. Proses pelleting bertujuan untuk
membentuk suatu kesatuan pakan yang tidak mudah tercecer. Keuntungan
pelleting adalah penurunan segresi ransum, meningkatkan kerapatan jenis,
mengurangi debu dan memudahkan penanganan. Keberhasilan proses
pelleting dipengaruhi sifat fisik dan kimia bahan baku (Suparjo, 2010).
Proses pelleting dapat dilakukan tanpa melalui proses pemanasan
(conditioning) atau metode dingin.
Pelleting dengan metode dingin dilakukan apabila bahan yang
digunakan mengandung pati yang bila terkena air akan mampu
merekatkan bahan (Tillman et al., 1998). Kualitas fisik pellet yang dapat
diukur antara lain durasi, kekerasan, penampakan, tekstur,
warna,keseragaman dan kekompakkan (Behnke, 2013). Tabel 1. Kualitas
Pellet Minimum yang Direkomendasikan untuk Pabrik
Diameter pellet (mm) Kekerasan (kg) Durabilitas (tumbling can = %)

6,0 – 8,0 6,37 96


4,0 – 5,0 3,92 96
3,0 – 3,2 Tidak dapat diukur 96
Sumber : Kaliyan dan Morey (2009).

4
2.2. Pengukuran Sifat Fisik Pellet
2.2.1. Kadar Air
Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Kadar air berdasarkan
berat basah adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan
berat total bahan, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering adalah
perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan berat kering bahan
tersebut (Syarif dan Halid, 1993). Pada umumnya keawetan bahan pangan
mempunyai hubungan erat dengan kadar air yang terkandung.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability
dan daya tahan bahan. Air yang terdapat dalam suatu bahan menurut
derajat keterikatannya terbagi menjadi empat tipe, yaitu: 1) tipe satu adalah
molekul air yang terikat pada molekul-molekul lain melalui suatu ikatan
hidrogen yang berenergi besar. Air tipe ini tidak dapat membeku pada
proses pembekuan, tetapi sebagian air ini dapat dihilangkan dengan cara
pengeringan biasa, 2) tipe dua adalah molekul-molekul air yang membentuk
ikatan hidrogen dengan molekul air lain.
Air tipe ini lebih sulit dihilangkan, dan apabila dihilangkan akan
mengakibatkan penurunan aktivitas air (Aw), apabila air ini dihilangkan
sebagian, maka pertumbuhan mikroba, reaksi browning,hidrolisis atau oksidasi
lemak dapat dikurangi, sedangkan apabila air ini dihilangkan semuanya, kadar
air bahan berkisar 3-7% dan kestabilan produk suatu bahan akan tercapai,
kecuali pada produk-produk yang dapat mengalami oksidasi akibat adanya
kandungan lemak tidak jenuh, 3) tipe tiga adalah air yang secara fisik
terikat dalam jaringan matriks bahan.
Air tipe ini mudah diuapkan dan dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi. Apabila air
ini diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan berkisar 12-25% dengan
Aw kira- kira 0,8 tergantung dari jenis bahan dan suhu. Air tipe ini
disebut dengan air bebas, 4) tipe empat adalah air yang tidak terikat
dalam jaringan suatu bahan atau air murni (Winarno, 1997). Mengukur kadar

5
air menggunakan metode pemanasan. Cawan aluminium ditimbang (x
gram).Sampel sebanyak 5 gram (y gram) dimasukkan kedalam cawan
aluminium, kemudian dimasukkan ke dalam oven 105 C selama 24 jam.
Setelah itu sampel dalam cawan ditimbang (z gram) Rumus yang digunakan
untuk mengukur kadar air pada pellet adalah :
kadar Air (KA) = (x+y+z)/y x 100 %
keterangan :
x = cawan alumunium (gram)
y = sampel (gram)
z = sample dalama cawan (gram)
contoh soal :

Berat Cawan Berat Sampel Berat Cawan Setelah Perhitungan (%


No
Awal (g)/x (g)/y di open (g)/z kadar air)

Openan I = 15,4390

Openan II = 15,4373
1 14,5302 1,0118 10.515912%
Openan III = 15,4356

Openan IV = 15,4374

Openan I = 14,6921

Openan II = 14,6860
2 13,7574 1,0206 9,3278464 %
Openan III = 14,6828

Openan IV = 14,6832

Openan I = 14,6060

Openan II = 14,6026
3 13,7012 1,0049 10,299532 %
Openan III = 14,6026

Openan IV = -

6
2.2.2. Aktivitas Air
Aktivitas air bahan pakan adalah air bebas yang terkandung dalam
bahan pakan yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya
(Syarif dan Halid, 1993).Winarno(1997), menyatakan berbagai
mikroorganisme mempunyai aw minimum agar dapat tumbuh dengan baik,
misalnya bakteri tumbuh pada Aw 0,90, khamir pada aw 0,80-0,90, dan
kapang pada aw 0,60-0,70. Suatu bahan yang akan disimpan sebaiknya
memiliki aktivitas air dibawah 70% atau pada kelembaban relatif
dibawah 70%( Winarno, 1997). Suatu bahan dengan kadar air dan
aktivitas air yang rendah dapat lebih awet dalam proses penyimpanan
dibanding dengan bahan dengan kadar air dan aktivitas air yang lebih
tinggi (Syarief dan Halid, 1993).
Mikroba Aktivitas Air (Aw)
Bakteri 0,9
Ragi 0,88
Kapang 0,80
Bakteri Halofilik 0,75
Bakteri Xerofilik 0,65
Ragi Osmofilik 0,61
Sumber : Winarno et al. (1980).
Alat yang digunakan untuk mengukur aktivitas air (Aw) adalah Aw
meter. Cara kerja alat yaitu sebagai berikut; Aw meter dikalibrasikan dengan
memasukan cairan BaC12.2H2O, kemudian ditutup dibiarkan 3 menit
sampai angka pada skala pembacaan Aw menjadi 0,9. Aw meter dibuka
dan tempat sampel dibersihkan. Sampel dimasukkan dan alat ditiup,
ditunggu hingga 3 menit. Setelah 3 menit,skala Aw dibaca dan dicatat.
Perhatikan skala temperatur untuk faktor koreksi. Nilai aktivitas air
dihitung dengan menggunakan rumus:
Aw = PSA + (PSTT-20) X 0,002
Keterangan:
PSA = Pembacaan skala awal
PST = Pembacaan skala temperatur
Contoh Soal : tabel hasil pengukuran Pada bahan pakan

7
Nama Pembacaan Pembacaan Skala Nilai
Bahan Skala AW Temperatur Aw

Dedak 0,61 39 0,99


Kasar
Pollard 0,59 40 0,99

Sekam 0,59 40 0,99

Pellet 0,60 40 1,00

Aktivitas air (Water Activity) adalah jumlah air bebas yang dapat
digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Istilah aktivitas air digunakan
untuk menjabarkan air bebas dalam suatu sistem yang dapat menunjang reaksi
biologis dan kimiawi. Air yang terkandung dalam bahan, apabila terikat kuat
dengan komponen bukan air lebih sukar digunakan baik untuk aktivitas
mikrobiologis maupun aktivitas kimia hidrolitik (Fennema, 1985).
Water Activity memberikan data stabilitas mikroba suatu produk yang
disimpan. Pada pengukuran aktivitas air (Aw) bahan yang diamati adalah
dedak kasar, pollard, sekam, dan pellet. Nilai aktivitas air (Aw) dari setiap
bahan ini berbeda- beda. Untuk dedak kasar memiliki nilai kadar air (Aw)
0,99%, pollard memiliki nilai aktivitas air (Aw) 0,99% . Sekam memiliki nilai
kadar air (Aw) 0,99%, dan pellet memiliki nilai kadar air (Aw) 1,00% .
Menurut Supriyono (2003), bahan pangan atau pakan yang mempunyai
Aw 0,70 sudah dianggap cukup baik untuk disimpan, karena pada kondisi
tersebut mikroba tidak dapat hidup. Sehingga untuk keempat bahan diatas
dapat dikatakan memiliki nilai aktivitas air (Aw) yag tidak baik. Karena
dengan aktivitas air tinggi akan menghasilkan air bebas yang tinggi, dan
sebagai konsekuensinya kelembababan relatifnya tinggi.
Kondisi tersebut menyebabkan mikroorganisme mudah berkembang dan
bahan pakan kurang aman disimpan dan dikonsumsi oleh ternak. Ayu (2003)
menyatakan bahwa pengukuran Aw mencerminkan air bebas yang terdapat

8
dalam bahan pakan atau kelembaban relatif kesetimbangan ruang penyimpanan
bahan. Aktivitas air menjadi tinggi disebabkan kerana terlalu lama bahan
disimpan. Menurut Yusawisana (2002), aktivitas air bahan pakan meningkat
seiring dengan lama penyimpanan. Peningkatan suhu juga berpengaruh
terhadap peningkatan aktivitas air pada kadar air yang sama, juga
meningkatkan laju reaksi kerusakan yang terjadi.
2.2.3. Ukuran Partikel
Ukuran Partikel Merupakan indeks dari kadar kehalusan dari bahan pakan
atau Ransum. Pengecilan ukuran partikel dilakukan untuk meningkatkan
konsumsi dan kecernaan pakan konsumsi dan kecernaan pakan. Pembesaran
ukuran partikel dilakukan untuk ternak ruminansia, memperkecil penyusutan
bahan, menghindari pemilihan pakan yang lebih disukai ternak, dan
meningkatkan efisiensi penanganan.
Teknik yang digunakan untuk mengukur ukuran partike adalah dengan
menggunakan alat Vibrator Ballmill German The Sieve Analysis nomor
mesh./sieve 4,8,16,30, 50, 100, 400. Bahan ditimbang sebanyak 500 gram
dan diletakkan pada bagian paling atas dari sieve, kemudian bahan
disaring dan bahan yang tertinggal pada tiaptiap sieve ditimbang. Derajat
kehalusan (Modulu's of Finenes/Mfl) dihitung dengan cara:
Drajat Kehalusan = Σ (%bahan x No perjanjian ) / 100
Ukuran Partikel Rata-rata = 0,0041 x 2MF inchi x 2,54 cm x 10 mm
Berdasarkan rumus tersebut maka dapat diperoleh nilai ukuran partikel sebagai
berikut :
- Kategori Bahan Kasar (MF) :
MF = 4,1 – 7 Up > 1,79 – 13,33 mm
- Kategori Bahan Sedang :
MF = 2,1 – 4,1 Up > 0,78 – 1,79 mm
- Kategori Bahan Halus :
MF = 0 - 2,1 Up > 0,10 – 1,78 mm

9
2.2.4. Berat Jenis
Berat jenis merupakan perbandingan antara berat dengan volume bahan.
Sampel bahan dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL menggunakan sendok
secara perlahan sampai mencapai volume 30 mL. Gelas ukur yang sudah berisi
bahan ditimbang. Selanjutnya sebanyak 50 mL aquades dimasukkan ke dalam
gelas ukur tersebut. Untuk menghilangkan udara antar partikel maka dilakukan
pengadukan menggunakan pengaduk. Sisa bahan yang menempel pada
pengaduk dibilas dengan cara menyemprotkan aquades dan ditambahkan ke
dalam volume awal. Pembacaan volume akhir dilakukan setelah konstan.
Perubahan volume bahan setelah dicampur aquades merupakan volume bahan
sesungguhnya (Widyaningrum, 2007).
Pakan buatan harus mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis
media tetapi harus lebih kecil dari berat jenis tanah dasar kolam atau tambak.
Agar pakan yang tenggelam tidak terbenam dalam lumpur. Secara matematis
dapat ditulis :
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 (𝐠)
Berat Jenis =
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑩𝒂𝒉𝒂𝒏 (𝑪𝒎𝟑)

Contoh :

2.2.5. Uji Ketahanan Pellet Terhadap Benturan (Durabilitas)


Durabilitas pellet adalah ketahanan partikel pellet yang dirumuskan
sebagai persentase dari banyaknya pakan pellet utuh setelah melalui perlakuan
fisik dalam alat uji tumbling cane terhadap jumlah pakan semula sebelum
dimasukkan ke dalam alat. Pellet yang baik mempunyai durabilitas di atas 90
% atau kandungan tepung di bawah 10 %. Nilai durabilitas pellet sangat
ditentukan oleh penggunaan bahan baku dalam formulasi pakan dan teknis
operasional pellet mill.
Untuk memperoleh durabilitas tinggi digunakan bahan baku yang
mempunyai pelletabilitas tinggi, sebagai contoh jagung bernilai sedang, bekatul
bernilai rendah, dan wheat pollard bernilai tinggi. Apabila perhitungan
formulasi least cost tidak memungkinkan maka biasa ditambahkan binder

10
(perekat sintetis) untuk meningkatkan durabilitas. Penyesuaian teknis
operasional pelleting dapat mempengaruhi durabilitas yaitu penggunaan ukuran
die yang tepat (diameter dan compression ratio / perbandingan antara panjang
lubang efektif terhadap ketebalan die), kombinasi steam conditioner dan
kecepatan feeder yang efektif, kerja cooler pendingin yang optimal dll.
Uji durabilitas menggunakan tumbling cane.Terbaik dilakukan segera
setelah bahan pellet melewati cooler pada saat suhu partikel sudah dianggap
dingin. Apabila nilai durabilitas diperoleh dari perlakuan setelah 1 jam sejak
cooling maka hasil 95 harus dituliskan sebagai (95). Apabila uji dilakukan
sebelum cooler maka nilai durabilitas akan lebih kecil disebabkan oleh adanya
penguapan kandungan air.
Metode Tumbling Cane yaitu metode yang dilakukan dengan memasukan
sample bahan sebanyak 500 gram kedalam sebuah drum yang berputar selama
10 menit dengan kecepatan 50 rpm ,kemudian disaring dan pelllet yang
tertinggal pada saringan ditimbang. Rumus Durabilitas atau uji ketahanan
pellet yaitu :
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐥𝐥𝐞𝐭 𝐬𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫
Durabilitas = 𝟏𝟎𝟎%
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒑𝒆𝒍𝒍𝒆𝒕 𝒂𝒘𝒂𝒍

Contoh :
2.2.6. Uji Ketahanan Pellet Terhadap Benturan
Ketahanan pellet terhadap benturan dapat diuji dengan melalukan shatter
test, yaitu dengan cara menjatuhkan pellet yang telah diketahui beratnya ke atas
sebuah lempeng besi. Ketahanan pellet terhadap benturan dapat dirumuskan
sebagai persentase banyaknya pellet yang utuh setelah dijatuhkan keatas
sebuah lempengan besi terhadap jumlah pellet semula sebelum
dijatuhkan.Ketahanan pellet terhadap benturan dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu komponen penyusun bahan baku dan kondisi bahan. Rumusnya
dapat ditulis sebagai berikut :
𝐁𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐥𝐥𝐞𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐮𝐭𝐮𝐡
KPTB = 𝟏𝟎𝟎%
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒍𝒍𝒆𝒕 𝒂𝒘𝒂𝒍

Contoh :

11
2.2.7. Sudut Tumpukan
Sudut Tumpukan adalah sudut yang dibentuk oleh bahan pakan diarahkan
pada bidang datar. Tumpukan akan terbentuk bila bahan dicurahkan pada
bidang datar melalui sebuah corong serta mengukur kriteria kebebasan
bergerak dari partikel pada sudut tumpukan bahan (Geldart et al. 1990). Sudut
tumpukan merupakan kriteria kebebasan bergerak pakan dalam tumpukan.
Sudut tumpukan berperan antara lain dalam menentukan flowabivity
(kemampuan mengalir suatu bahan, efisiensi pada pengangkutan atau
pemindahan secara mekanik, ketepatan dalam penimbangan dan kerapatan
kepadatan tumpukan (Thomson 1984). Sudarmadji (1997) menyatakan bahwa
sudut tumpukan antara 30-39o termasuk ke dalam kelompok sedang, dimana
sifat kemudahan bahan pakan dalam penanganan atas dasar pengangkutan
relatif sedang. Fasina & Sokhansanj (1993) juga menyatakan bahwa sudut
tumpukan 25-30° sangat mudah mengalir, sudut 30-38° mudah mengalir, sudut
38-45° mengalir, sudut 45-55° sulit mengalir, dan sudut >55° sangat sulit
mengalir.
Pengukuran sudut tumpukan dilakukan dengan menjatuhkan bahan
sebanyak 500 gram pada ketinggian tertentu melalui corong pada bidang
datar. Alas yang digunakan kertas karton berwarna putih. Sudut tumpukan
bahan ditentukan dengan mengukur diameter dasar (d) dan tinggi tumpukan (t).
Tinggi bahan diukur dengan menggunakan jangka sorong, panjang dan lebar
bahan diukur dengan menggunakan mistar. Besarnya sudut tumpukan dihitung
dengan menggunakan rumus:
Tg α = t/0,5d
Keterangan :
t = tinggi tumpukan
d = diameter tumpukan
α = sudut tumpukan
Contoh Soal :

12
2.2.8. Kerapatan Tumpukan (Densitas)
Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan
volume ruang yang ditempatinya dan satuannya adalah kg/m3. Kerapatan
tumpukan memiliki pengaruh terhadap daya campur dan ketelitian penakaran
secara otomatis seperti halnya dengan berat jenis. Sifat fisik ini memegang
peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu
bahan dengan berat jenis tertentu seperti pada pengisian alat pencampur,
elevator, dan silo. Nilai kerapatan tumpukan menunjukkan porositas dari
bahan, yaitu jumlah rongga udara yang terdapat diantara partikel- partikel
bahan (Khalil, 1999)
Densitas digunakan untuk mengetahui kekompakan dan tekstur pakan .
tekstur pakan yang kompak akan tahan terhadap proses penekanan sehinggga
ikatan antara partikel pemyusun pakan menjadi kuat dan ruang antara partikel
penyusun pakan menjadi sangat kuat dan ruang antara partikel bahan pakan
tidak terisi rongga udara (Murdinah, 1989). Analisis sifat fisik yaitu densitas
merupakan salah satu bagian penting untuk mengetahui pakan yang dihasilkan.
Salah satu contoh dari pengaruh densitas adalah pembuatan pellet. McEllhiney
(1994) menyatakan bahwa dua factor yang mempengaruhi ketahana serta sifat
pellet yaitu karakteristik bahan dan ukuran pertikel . hal ini juga diperkuat
pendapat Balago et al. (1988) bahwa ukuran partikel yang kecil akan
menyebabka pellet semakin kuat. Factor lain yang mempengaruhi kekerasan
pellet adalah kadar kehalusan bahan pakan.
Menurut murdjiman (1984) bahwa bahan campuran pakan yang halus akan
menyebabkan kekerasan pellet yang kuat. Factor lain yang mempengaruhi
kekerasan pellet adalah kadar kehalusan bahan .
Menurut Murdjiman (19840 sifat – sifat fisik partikel ditentukan oleh asal bhan
dan proses pengolahannya , salah satu sifat yang sangat penting dari pakan
bentuk granula dan tepung adalah ukuran partikel serta distribusi ukuran.
Pengamatan sifat fisik meliputi dnsitas, kekerasan , stabilitas pellet, berat jenis
dan kadar air. Pengamatan terhadap sifat fisik pellet merupakan bagian penting
untuk mengetahi mutu pellet yang dihasilkan.

13
Kerapatan tumpukan diukur dengan cara mencurahkan bahan ke dalam
gelas ukur dengan menggunakan corong dan sendok teh sampai volume 100
ml. Gelas ukur yang telah berisi bahan ditimbang. Perhitungan kerapatan
tumpukan adalah dengan cara membagi berat bahan dengan volume ruang yang
ditempatinya (gram/mL). Secara matematis dapat ditulis :
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐧 (𝐠)
KT = 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈 (𝒎𝒍)

Contoh nya :
2.9. Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Kerapatan pemadatan tumpukan merupakan perbandingan berat bahan
terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah mengalami proses
pemadatan seperti guncangan. Kerapatan pemadatan tumpukan dan kerapatan
tumpukan mempunyai hubungan yang sangat erat,Berperan dalam
pencampuran bahan serta penyimpanan,Nilainya menurun dengan semakin
tingginya kandungan air.
Kerapatan pemadatan tumpukan ditentukan dengan cara yang sama
dengan penentuan kerapatan tumpukan, tetapi volume bahan dibaca setelah
dilakukan proses pemadatan dengan cara menggoyang-goyangkan gelas ukur
sampai volume tidak berubah lagi. Besarnya nilai kerapatan tumpukan
sangat tergantung pada intensitas proses pemadatan penggetaran.
Sebaiknya pemadatan dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 10 menit.
Kerapatan pemadatan tumpukan dihitung dengan rumus :
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐧 (𝐠)
KPT (g/cm3) = 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒎𝒂𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏(𝒎𝒍)

Metode ujinya 100 g bahan dicurahkan ke dalam gelas ukur, kemudian


dilakukan proses pemadatan dengan cara menggoyang- goyangkan gelas ukur
hingga volume konstan/tidak berubah.

14
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Pakan yang efisien merupakan pakan yang mudah untuk dimakan ternak
dengan kandungan gizi yang lengkap sehingga kebutuhan nutrisi ternak
ternpenuhi. Pellet salah satu pakan lengkap/komplet gizi dan nutrisinya dan
efisien saat diberikan pada pakan, harus dibuat berdasrakan standar dan
memalui uji kuiltasnya ,yaitu salh satunya uji fisika. uji fisika pada pellet untuk
menguji ketahanan, kekutana, kehalusan dan kadar air pada pellet agar pellet
tidak mudah rusak, hancur, tahan lama dan tidak mudah terserang serangga
serta dapat mempertahankan gizi dan nutrisi lengkapnya.

15
DAFTAR PUSTAKA
Saenab Andi, Laconi Erika.B, Mas’ud M. Sayuti. 2010 . Quality evaluation of
shrimp by-product complete ration pellets. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner.59, 31-39.

Jayanegara Anuraga. 2000. Feed Physical Properties. Departemen Of Nutrition


And Feed Tecnology.

Akbar, M.R.L, D. M. Suci, I. Wijayanti. 2017. EVALUASI KUALITAS PELLET


PAKAN ITIK YANG DISUPLEMENTASI TEPUNG DAUN MENGKUDU
(Morinda citrifolia) DAN DISIMPAN SELAMA 6 MINGGU. Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. 104(2), 31-48.

Retnani Yuli, Hasanah Nining, Rahmayeni, Herawati Lidy. 2010. The physical
characteristic test of broiler ration pelleted that added of onggok as binder
with water spraying process. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai