SISTEM
Kompetensi :
Setelah menyelesaikan pertemuan ini, mahasiswa diharapkan :
- mampu mendefinisikan tentang sistem.
- mampu menggambarkan konsep dasar sistem.
- mampu membedakan sistem waktu kontinyu dan diskrit
- mampu mengklasifikasikan sistem berdasarkan sifat-sifat dasar sistem.
- mampu mengenal dan menganalisa sistem LTI
- mampu melakukan operasi tentang konvolusi
(a) (b)
Gambar 2.2 Representasi Sistem (a) Waktu Kontinyu (b) Waktu Diskrit
Sistem waktu diskrit dapat dipandang sebagai suatu transformasi atau operator yang
memetakan suatu deret masukan x[n] menjadi deret keluaran y[n]. Untuk menggambarkan proses
suatu sistem diskrit, biasanya digunakan diagram blok yang berupa simbol-simbol operasi dari
model matematis. Berikut ini akan diperlihatkan simbol-simbol tersebut.
1. Adder (penjumlah)
x1[n]
x[n] y[n] = x[n] + w[n]
y[n] = x1[n] + x2[n]
w[n] x2[n]
(a) Operasi Adder (b) Flowgraph Adder
x2[n]
Z -1
x[n] y[n] = x[n-1]
Z
x[n] y[n] = x[n+1]
Salah satu contoh diberikan persamaan matematis dari sinyal waktu diskrit sebagai berikut :
𝑦[𝑛] = 𝑎1 𝑥[𝑛] + 𝑎2 𝑥[𝑛 − 1] − 𝑎3 𝑥[𝑛 − 2] + 𝑎4 𝑥[𝑛 − 3], maka struktur sistem waktu diskrit
dapat digambarkan menjadi
x[n] Z -1 Z -1 Z -1
a1 a2 - a3 a4
y[n]
Gambar 2.8 Contoh Struktur Sistem Diskrit
2.4 Klasifikasi Sistem
Berdasarkan dari sifat-sifat sistem, maka sistem waktu diskrit dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Sistem linier dan non linier
Suatu sistem dikatakan linier jika memenuhi prinsip superposisi dan homogenitas.
a. Superposisi. Bila sistem diberikan masukan x1[n] maka akan dihasilkan keluaran y1[n]
dan jika diberikan masukan x2[n] akan dihasilkan y2[n]. Jika sistem yang sama
diberikan masukan x1[n] + x2[n] akan dihasilkan keluaran y1[n] + y2[n]. Dapat dikatakan
bahwa sistem tersebut memenuhi prinsip superposisi.
b. Homogenitas. Bila sistem diberikan masukan a.x[n] dengan a adalah suatu bilangan
konstanta, maka akan dihasilkan keluaran a.y[n]. Berarti sistem ini memenuhi prinsip
homogenitas.
Dari kedua prinsip superposisi dan homogenitas, jika digabungkan dan disimpulkan bahwa
sistem bersifat linier bila memenuhi
T{𝑎1 . 𝑥1 [𝑛] + 𝑎2 . 𝑥2 [𝑛]} = 𝑎1 . 𝑇{𝑥1 [𝑛]} + 𝑎2 . 𝑇{𝑥2 [𝑛]} (2.6)
Sistem yang tidak memenuhi persamaan (2.6) disebut sistem non linier.
Sebagai contoh :
1. Diberikan sistem y[n] = x[n].x[n-1]. Apakah sistem tersebut linier ? Jawaban yang pasti
untuk menguji bahwa sistem disebut linier dan tidak linier harus memenuhi pada
persamaan (2.6). Bila diberikan :
→ masukan ax1[n] diperoleh keluaran
y1[n] = a.x1[n].a.x1[n-1] = a2.x1[n].x1[n-1],
→ masukan bx2[n] diperoleh keluaran
y2[n] = b.x2[n].b.x2[n-1] = b2.x2[n].x2[n-1],
→ masukan ax1[n] + bx2[n] diperoleh keluaran
y[n] = {a.x1[n] + b.x2[n]}.{a.x1[n-1] + b.x2[n-1]} ≠ y1[n] + y2[n].
Jadi sistem tersebut tidak linier.
2. Diberikan sistem y[n] = 1⁄3 {𝑥[𝑛] + 𝑥[𝑛 − 1] + 𝑥[𝑛 − 2]}. Apakah sistem tersebut
linier ? Bila diberikan :
→ masukan a.x1[n] diperoleh keluaran
y1[n] = 1⁄3 {𝑎. 𝑥1 [𝑛] + 𝑎. 𝑥1 [𝑛 − 1] + 𝑎. 𝑥1 [𝑛 − 2]}.
dengan C adalah kapasitansi. Dari persamaan (2.9) jelas bahwa nilai keluaran tergantung
dari nilai masukan masa lalu.
Sebagai contoh :
Sistem y(t) = x(t – a) dengan a ˃ 0 adalah sistem dengan memori oleh sebab jika diinginkan
untuk mendapatkan nilai pada saat t = 0 akan memberikan hasil
y(0) = x(-a)
yang bergantung dari nilai masukan sebelumnya.
4. Sistem kausal dan non-kausal
Sistem dikatakan kausal jika keluaran dari sistem tersebut hanya tergantung dari nilai
masukan saat ini dan masa lalu yaitu x(t), x(t – 1), x(t -2), . . . tetapi tidak tergantung pada
masukan masa depan yaitu x(t + 1), y(t + 2), . . . Sistem kausal juga dikenal sebagai sistem
yang dapat direalisasikan secara fisik. Sistem yang tidak memenuhi syarat kausal disebut
sistem non-kausal.
Sebagai contoh :
Sistem y[n] = x[n] – x[n – 1], y[n] = ∑𝑛𝑘=−∞ 𝑥[𝑘] dan y[n] = a.x[n] adalah sistem kausal
karena hanya tergantung dari nilai masukan saat ini dan masa lalu. Sistem y[n] = x[n] +
3.x[n + 4] dan y[n] = x[𝑛2 ] adalah sistem non-kausal oleh karena untuk nilai n ˃ 0 akan
tergantung dari masukan masa depan. Untuk sistem y[n] = x[-n] merupakan sistem non-
kausal, sebab untuk nilai n ˂ 0 tergantung dari masukan masa depan.
5. Sistem stabil
Sistem dikatakan sistem stabil jika memenuhi bounded-input bounded-output (BIBO), yaitu
jika sistem diberikan masukan nilai yang terbatas maka diperoleh nilai keluaran yang juga
terbatas. BIBO didefinisikan sebagai
Keluaran y(t) memenuhi
|𝑦(𝑡)| ≤ 𝑀𝑦 < ∞ untuk semua t (2.10)
Ketika masukan x(t) memenuhi
|𝑥(𝑡)| ≤ 𝑀𝑥 < ∞ untuk semua t (2.11)
Sebagai contoh :
Diberikan sistem y[n] = y2[n – 1] + x[n] dengan asumsi y[-1] = 0. Ambil sinyal terbatas
sebagai masukan, misalnya x[n] = C.δ[n] dengan C adalah konstanta. Nilai keluaran untuk n
= 0 adalah y[0] = y2[-1] + C.δ[0] = C, untuk n = 1 adalah
y[1] = y2[0] + C.δ[1] = C2, dan seterusnya. Sehingga didapatkan
𝑛
y[0] = C, y[1] = C2, y[2] = C4 , . . . , y[n] = 𝐶 2
Jelas bahwa keluaran akan semakin besar dan tidak terbatas untuk nilai masukan
1 < |𝐶| < ∞ sehingga sistem ini tidak stabil.
6. Sistem invers
Sistem disebut mempunyai invers jika dengan menginvestigasi keluaran dapat menentukan
sinyal masukan. Sistem invers ditunjukkan pada gambar 2.9
x(t) y(t) z(t) = x(t)
Sistem Sistem
Invers
Jika dua masukan yang berbeda menghasilkan keluaran yang sama maka sistem tersebut
tidak mempunyai invers. Persamaan yang menggambarkan sistem invers adalah sebagai
berikut
𝑧(𝑡) = 𝐻 𝑖𝑛𝑣 {𝑦(𝑡)} = 𝐻 𝑖𝑛𝑣 {𝐻{𝑥(𝑡)}} = 𝑥(𝑡) (2.12)
Sebagai contoh :
Sistem y(t) = 2.x(t) mempunyai invers z(t) = 1⁄2.y(t). Sistem y(t) = cos x(t) tidak
mempunyai invers karena x(t) dan x(t) + 2π mempunyai nilai keluaran yang sama (sistem
periodik dengan periode 2π).
∑ 𝑎𝑘 𝑦[𝑛 − 𝑘] = ∑ 𝑏𝑘 𝑥[𝑛 − 𝑘]
𝑘=0 𝑘=0
(2.13)
atau
𝑀 𝑁
1
𝑦[𝑛] = (∑ 𝑏𝑘 𝑥(𝑛 − 𝑘) − ∑ 𝑎𝑘 𝑦(𝑛 − 𝑘))
𝑎0
𝑘=0 𝑘=1
(2.14)
dengan 𝑎𝑘 dan 𝑏𝑘 adalah konstanta. Jika konstanta 𝑎𝑘 tidak nol maka persamaan beda tersebut
disebut recursive, sedangkan jika semua konstanta 𝑎𝑘 bernilai nol maka disebut nonrecursive.
Dengan mendefinisikan suatu operator
𝐷𝑘 𝑦[𝑛] = 𝑦[𝑛 − 𝑘] (2.15)
Maka persamaan (2.13) dapat ditulis sebagai
𝑁 𝑀
∑ 𝑎𝑘 𝐷 𝑦[𝑛] = ∑ 𝑏𝑘 𝐷𝑘 𝑥[𝑛]
𝑘
𝑘=0 𝑘=0
(2.16)
Dalam bentuk yang lain, persamaan (2.13) sering ditulis sebagai
𝑁 𝑀
∑ 𝑎𝑘 𝑦[𝑛 + 𝑘] = ∑ 𝑏𝑘 𝑥[𝑛 + 𝑘] , 𝑛 ≥ 0
𝑘=0 𝑘=0
(2.17)
Supaya persamaan (2.17) kausal maka 𝑀 ≤ 𝑁.
Sebagai contoh :
3 1 1 𝑛
Diberikan persamaan beda : 𝑦[𝑛] − 4 𝑦[𝑛 − 1] + 8 𝑦[𝑛 − 2] = (2) , 𝑛 ≥ 0 dan diketahui
∑ 𝑎𝑘 𝑦[𝑛 − 𝑘] = 0
𝑘=0
(2.18)
Solusi persamaan tersebut adalah fungsi eksponensial yaitu
𝑦ℎ [𝑛] = 𝐴 ∝𝑛 (2.19)
Substitusi persamaan (2.19) ke persamaan (2.18) menghasilkan
𝑁
∑ 𝑎𝑘 𝐴 ∝𝑛−𝑘 = 0
𝑘=0
(2.20)
Persamaan karakteristik yang menggambarkan persamaan (2.20) adalah
𝑁
∑ 𝑎𝑘 ∝−𝑘 = 0
𝑘=0
(2.21)
Dari persamaan karakteristik tersebut menghasilkan N akar, yaitu ∝1 , ∝2 , … , ∝𝑁 . Jika semua
akar-akar tersebut berbeda maka solusi homogen adalah kombinasi linear dari ∝1𝑛 , yaitu
𝑦ℎ [𝑛] = 𝐴1 ∝1𝑛 + 𝐴2 ∝𝑛2 + ⋯ + 𝐴𝑁 ∝𝑛𝑁 (2.22)
Jika ada akar yang berulang, sebagai contoh akar ∝1 berulang sebanyak 𝑃1 kali dan akar-akar
sisanya sebanyak 𝑁 − 𝑃1 yang berbeda semua, maka solusi homogennya menjadi
𝑦ℎ [𝑛] = 𝐴1 ∝1𝑛 + 𝐴2 𝑛 ∝1𝑛 + ⋯ + 𝐴𝑃1 𝑛𝑃1 −1 ∝1𝑛 + 𝐴𝑃1 +1 ∝𝑛𝑃1 +1 + ⋯ + 𝐴𝑁 ∝𝑛𝑁 (2.23)
Sebagai contoh :
13 3 1
1. Diberikan persamaan beda 𝑦[𝑛] − 12 𝑦[𝑛 − 1] + 8 𝑦[𝑛 − 2] − 24 𝑦[𝑛 − 3] = 0 dengan nilai
1 −2 1 −2 1 −2
𝑦[−2] = 𝐴1 ( ) + 𝐴2 ( ) 𝐴3 ( ) = 6
2 3 4
= 4𝐴1 + 9𝐴2 + 16𝐴3 = 6
1 −3 1 −3 1 −3
𝑦[−3] = 𝐴1 ( ) + 𝐴2 ( ) 𝐴3 ( ) = −2
2 3 4
= 8𝐴1 + 27𝐴2 + 64𝐴3 = −2
10 1
Dengan menggunakan eliminasi/substitusi diperoleh 𝐴1 = 7, 𝐴2 = − 3 , dan 𝐴3 = 2
1 𝑛 10 1 𝑛 1 1 𝑛
sehingga penyelesaiannya adalah 𝑦ℎ [𝑛] = 7 (2) − (3) + 2 (4)
3
5 1 1
2. Diberikan persamaan beda 𝑦[𝑛] − 4 𝑦[𝑛 − 1] + 2 𝑦[𝑛 − 2] − 16 𝑦[𝑛 − 3] = 0 dengan nilai
∑ 𝑎𝑘 𝑦[𝑛 − 𝑘] = ∑ 𝑏𝑘 𝑥[𝑛 − 𝑘]
𝑘=0 𝑘=0
Solusi partikular untuk persamaan tersebut di atas adalah 𝑦𝑝 [𝑛] yang memenuhi persamaan
beda untuk 𝑥[𝑛] yang diberikan. Tabel 2.1 menunjukkan beberapa solusi partikular untuk
masukan, 𝑥[𝑛] yang sering dijumpai.
Sebagai contoh :
3 1 𝑛𝜋
Diberikan persamaan beda 𝑦[𝑛] − 4 𝑦[𝑛 − 1] + 8 𝑦[𝑛 − 2] = 2 sin[ 2 ], solusi totalnya dapat
3 1
∝2 − ∝+ =0
4 8
1 1
Sehingga menghasilkan ∝1 = 4 dan ∝2 = 2. Oleh karena itu solusi homogennya adalah
1 𝑛 1 𝑛
𝑦ℎ [𝑛] = 𝐴1 ( ) + 𝐴2 ( )
4 2
Solusi Partikular
𝜋
Berdasarkan Tabel 2.1, karena 𝑥[𝑛] berbentuk 𝐶𝑠𝑖𝑛[𝑛𝜔0 ], dengan 𝐶 = 2 dan 𝜔0 = maka
2
𝑛𝜋 𝑛𝜋
solusi partikularnya adalah 𝑦𝑝 [𝑛] = 𝐶1 cos [ 2 ] + 𝐶2 sin [ 2 ]. Kita akan mensubstitusi solusi
partikular ini ke persamaan beda sehingga perlu juga dicari
(𝑛 − 1)𝜋 (𝑛 − 1)𝜋
𝑦𝑝 [𝑛 − 1] = 𝐶1 cos [ ] + 𝐶2 sin [ ]
2 2
(𝑛 − 2)𝜋 (𝑛 − 2)𝜋
𝑦𝑝 [𝑛 − 2] = 𝐶1 cos [ ] + 𝐶2 sin [ ]
2 2
Dengan menggunakan prinsip trigonometri didapatkan
(𝑛 − 1)𝜋 1 𝑛𝜋 𝑛𝜋
𝑐𝑜𝑠 [ ] = cos [− 𝜋 + ] = sin [ ]
2 2 2 2
(𝑛 − 1)𝜋 1 𝑛𝜋 𝑛𝜋
𝑠𝑖𝑛 [ ] = sin [− 𝜋 + ] = −cos [ ]
2 2 2 2
(𝑛 − 2)𝜋 𝑛𝜋 𝑛𝜋
𝑐𝑜𝑠 [ ] = cos [−𝜋 + ] = −cos [ ]
2 2 2
(𝑛 − 2)𝜋 𝑛𝜋 𝑛𝜋
𝑠𝑖𝑛 [ ] = sin [−𝜋 + ] = −sin [ ]
2 2 2
Sehingga
𝑛𝜋 𝑛𝜋
𝑦𝑝 [𝑛 − 1] = 𝐶1 sin [ ] −𝐶2 cos [ ]
2 2
𝑛𝜋 𝑛𝜋
𝑦𝑝 [𝑛 − 2] = −𝐶1 cos [ ] −𝐶2 sin [ ]
2 2
Substitusi nilai-nilai tersebut ke persamaan beda menjadi
𝑛𝜋 𝑛𝜋 3 𝑛𝜋 𝑛𝜋 1 𝑛𝜋 𝑛𝜋
𝐶1 𝑐𝑜𝑠 [ ] + 𝐶2 𝑠𝑖𝑛 [ ] − (𝐶1 sin [ ] − 𝐶2 cos [ ]) + (−𝐶1 cos [ ] − 𝐶2 sin [ ])
2 2 4 2 2 8 2 2
𝑛𝜋 7 3 𝑛𝜋 3 7 𝑛𝜋 𝑛𝜋
= 2 sin ( 𝐶1 + 𝐶2 ) cos [ ] + (− 𝐶1 + 𝐶2 ) sin [ ] = 2 sin
2 8 4 2 4 8 2 2
Dengan metode identitas didapatkan
7 3
𝐶1 + 𝐶2 = 0
8 4
3 7
− 𝐶1 + 𝐶2 = 2
4 8
96 112
Dengan eliminasi/substitusi didapatkan 𝐶1 = − 85 dan 𝐶2 = − . Dari langkah-langkah tersebut
85
diperoleh
96 𝑛𝜋 112 𝑛𝜋
𝑦𝑝 [𝑛] = − cos [ ] + 𝑠𝑖𝑛 [ ]
85 2 85 2
Sehingga solusi total adalah
1 𝑛 1 𝑛 112 𝑛𝜋 96 𝑛𝜋
𝑦[𝑛] = 𝐴1 ( ) + 𝐴2 ( ) + 𝑠𝑖𝑛 [ ] − cos [ ]
4 2 85 2 85 2
∑ 𝑥𝑖 [𝑛]
𝑖=𝑀
∑ 𝑦𝑖 [𝑛]
𝑖=𝑀
dengan 𝑀 ≤ 𝑁. Begitu juga dengan sistem yang bersifat time-invariant maka berlaku hubungan
seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut
Sebagai contoh :
Diberikan sinyal masukan sistem LTI adalah
𝑥[𝑛] = 2𝛿[𝑛 + 2] + 0,5𝛿[𝑛] + 𝛿[𝑛 − 3] + 3,1𝛿[𝑛 − 5] + 2,1𝛿[𝑛 − 7]
maka keluaran sistem adalah
𝑦[𝑛] = 2ℎ[𝑛 + 2] + 0,5ℎ[𝑛] + ℎ[𝑛 − 3] + 3,1ℎ[𝑛 − 5] + 2,1ℎ[𝑛 − 7]
Secara umum, bila masukan suatu sistem LTI dinyatakan sebagai
∞
x[n] = ∑𝑘=−∞ 𝑥[𝑘]. 𝛿[𝑛 − 𝑘] (2.23)
maka keluarannya adalah
y[n] = H{x[n]} = ∑∞
𝑘=−∞ 𝑥[𝑘]. ℎ[𝑛 − 𝑘] (2.24)
Persamaan (2.24) disebut sebagai penjumlahan konvolusi dari x[n] dan h[n] yang dapat
dinyatakan secara notasi sebagai
y[n] = x[n] × h[n] (2.25)
Dari penjelasan di atas jelas bahwa persamaan (2.24) menghubungkan antara masukan dan
keluaran dari suatu sistem LTI dengan h[n] adalah respons impuls dari sistem. Dengan masukan
δ[n] pada persamaan (2.25), sesuai dengan definisi akan menghasilkan y[n] = δ[n] × h[n] = h[n].
Respons impuls h[n] sebenarnya merupakan suatu kotak hitam di mana didalamnya
terdapat berbagai macam operasi seperti penjumlahan, perkalian dan juga delay. Bila diketahui
respons impuls suatu sistem LTI, maka dapat dicari keluaran sistem LTI tersebut untuk berbagai
jenis masukan. Secara praktis, bila tidak diketahui respons impuls dari suatu sistem LTI, maka
dapat diberikan masukan berupa unit impuls dan hasil keluaran sistem adalah respons impuls.
Secara umum, cara grafik untuk mendapatkan konvolusi x[n] dan h[n] adalah sebagai
berikut :
1. Substitusi n = k sehingga didapatkan x[k] dan h[k]
2. Cari nilai h[-k], yaitu dengan mencerminkan nilai-nilai terhadap k = 0
3. Geser h[-k] sejauh n ke kanan jika n positif atau ke kiri jika n negatif sehingga didapatkan h[n
– k]
4. Kalikan h[-k] dengan h[n – k] untuk mendapatkan vn[k] = x[k].h[n – k]
5. Jumlahkan nilai-nilai pada vn[k], yaitu … + vn[1] + vn[2] + vn[3] + … untuk mendapatkan
y[n].
Sifat-sifat dari operasi konvolusi adalah sebagai berikut :
1. Komutatif, yaitu x1[n] × x2[n] = x2[n] × x1[n]
2. Asosiatif, yaitu (x1[n] × x2[n]) × x3[n] = x1[n] × (x2[n]) × x3[n])
3. Distributif, yaitu x1[n] × (x2[n]) + x3[n]) = (x1[n] × x2[n]) + (x1[n] × (x2[n])