Gambar 1. Hubungan antara sinus paranasal dan kavum nasi dan struktur
yang terdapat pada kompleks ostiomeatal meatus medius.12
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan rinosinusitis kronik (tanpa polip nasi),
rinosinusitis kronik tanpa polip nasi terapi pembedahan mungkin menjadi
pada orang dewasa dibedakan menjadi pilihan yang lebih baik dibanding
dua yaitu penatalaksanaan terapi medikamentosa. Adanya latar
medikamentosa dan pembedahan. Pada belakang seperti alergi, infeksi dan
kelainan anatomi rongga hidung tanpa polip nasi pada orang dewasa
memerlukan terapi yang berlainan antara lain:1,2,20,21,22
juga.20 1. Antibiotika, merupakan modalitas
tambahan pada rinosinusitis kronik
Terapi Medikamentosa mengingat terapi utama adalah
Terapi medikamentosa pembedahan. Jenis antibiotika yang
memegang peranan dalam penanganan digunakan adalah antibiotika
rinosinusitis kronik yakni berguna spektrum luas antara lain:
dalam mengurangi gejala dan keluhan a. Amoksisilin + asam
penderita, membantu dalam diagnosis klavulanat
rinosinusitis kronik (apabila terapi b. Sefalosporin: cefuroxime,
medikamentosa gagal maka cenderung cefaclor, cefixime
digolongkan menjadi rinosinusitis c. Florokuinolon :
kronik) dan membantu memperlancar ciprofloksasin
kesuksesan operasi yang d. Makrolid : eritromisin,
dilakukan.20,21,22 Pada dasarnya yang klaritromisin, azitromisin
ingin dicapai melalui terapi e. Klindamisin
medikamentosa adalah kembalinya f. Metronidazole
fungsi drainase ostium sinus dengan 2. Antiinflamatori dengan
mengembalikan kondisi normal rongga menggunakan kortikosteroid
hidung.20,21 topikal atau sistemik.
Jenis terapi medikamentosa yang
digunakan untuk rinosinusitis kronik
Kortikosteroid sederhana dengan peralatan yang
topikal : sederhana sampai operasi
beklometason, menggunakan peralatan canggih
flutikason, endoskopi.23 Beberapa jenis tindakan
mometason pembedahan yang dilakukan untuk
a. Kortikosteroid sistemik, rinosinusitis kronik tanpa polip nasi
banyak bermanfaat pada ialah:1,23
rinosinusitis kronik dengan 1. Sinus maksila:
polip nasi dan rinosinusitis a. Irigasi sinus
fungal alergi. (antrum lavage)
b. Nasal antrostomi
3. Terapi penunjang lainnya meliputi: c. Operasi
a. Dekongestan oral/topikal yaitu Caldwell-Luc
golongan agonis α-adrenergik 2. Sinus etmoid:
b. Antihistamin a. Etmoidektomi intranasal,
c. Stabilizer sel mast, sodium eksternal dan transantral
kromoglikat, sodium 3. Sinus frontal:
nedokromil a. Intranasal,
d. Mukolitik ekstranasal
e. Antagonis leukotrien b. Frontal sinus
f. Imunoterapi septoplasty
g. Lainnya: humidifikasi, irigasi c. Fronto-
dengan salin, olahraga, etmoidektomi
avoidance terhadap iritan dan 4. Sinus sfenoid :
nutrisi yang cukup a. Trans nasal
Terapi Pembedahan b. Trans sfenoidal
Terapi bedah yang dilakukan 5. FESS (functional endoscopic sinus
bervariasi dimulai dengan tindakan surgery), dipublikasikan pertama
kali oleh Messerklinger tahun g. Tumor (terutama jinak, atau
1978. Indikasi tindakan FESS pada beberapa tumor ganas)
adalah: h. Dekompresi
a. Sinusitis (semua sinus orbita / n.optikus
paranasal) akut rekuren atau i. Fistula likuor serebrospinalis
kronis dan meningo ensefalokel
b. Poliposis nasi j. Atresia koanae
c. Mukokel sinus k. Dakriosistorinot
paranasal omi
d. Mikosis sinus l. Kontrol
paranasal epistaksis
e. Benda asing m. Tumor pituitari, ANJ, tumor
f. Osteoma kecil pada skull base
KOMPLIKASI
Pada era pra antibiotika, lakrimalis, perforasi septum
komplikasi merupakan hal yang sering nasi, hilangnya lapangan
terjadi dan seringkali membahayakan pandang, mukokel/mukopiokel,
nyawa penderita, namun seiring septikemia.
berkembangnya teknologi diagnostik
dan antibiotika, maka hal tersebut
dapat dihindari.1 Komplikasi
rinosinusitis kronik tanpa polip nasi RINGKASAN
dibedakan menjadi komplikasi orbita, Rinosinusitis kronik tanpa polip
oseus/tulang, endokranial dan nasi pada orang dewasa merupakan
komplikasi lainnya.1 salah satu masalah kesehatan yang
3.3.Komplikasi orbita : sering didapatkan dan memberikan
a) Selulitis periorbita dampak bagi kualitas hidup penderita.
b) Selulitis orbita Patofisiologi rinosinusitis kronik tanpa
c) Abses polip nasi pada orang dewasa bersifat
subperiosteal multifaktorial dan faktor predisposisi
d) Abses orbita terjadinya dapat dibedakan menjadi
3.4.Komplikasi oseus/tulang : faktor fisiologik/genetik, faktor
Osteomielitis (maksila dan lingkungan dan faktor struktural.
frontal) Diagnosis ditetapkan berdasarkan
3.5.Komplikasi endokranial: kombinasi kriteria obyektif dan
a) Abses epidural / subyektif serta ditunjang oleh
subdural pemeriksaan endoskopi nasal dan CT-
b) Abses otak scan (bila diperlukan). Modalitas terapi
c) Meningitis rinosinusitis kronik tanpa polip nasi
d) Serebritis pada orang dewasa dibedakan menjadi
e) Trombosis sinus terapi medikamentosa dan terapi
kavernosus pembedahan.
3.6.Komplikasi lain yang sangat
jarang terjadi : abses glandula
DAFTAR PUSTAKA
1. Fokkens W, Lund V, Mullol J, et al. Baroody FM, eds. Chronis
European position paper on rhinosinusitis pathogenesis and
rhinosinusitis and nasal polyps. medical management. New York:
Rhinology, 2007; 45(suppl 20): 1- Informa, 2007;1-12.
139. 12. Shah DR, Salamone FN, Tami TA.
2. Busquets JM, Hwang PH. Acute & chronic rhinosinusitis. In
Nonpolypoid rhinosinusitis: Lalwani AK, eds. Current diagnosis
Classification, diagnosis and and treatment in otolaryngology –
treatment. In Bailey BJ, Johnson JT, head and neck surgery. New York:
Newlands SD, eds. Head & Neck Mc Graw Hill, 2008; 273-281.
Surgery – Otolaryngology. 4th ed. Vol 13. Hamilos DL. Chronic sinusitis.
1. Philadelphia: Lippincott Williams Current reviews of allergy and
& Wilkins, 2006; 406-416. clinical immunology, 2000; 106: 213-
3. Jr File. Sinusitis: Epidemiology. In 226.
Brook I, eds. Sinusitis from 14. Jackman AH, Kennedy DW.
microbiology to management. New Pathophysiology of sinusitis.In Brook
York: Taylor & Francis,2006; 1-13. I, eds. Sinusitis from microbiology to
4. Lund VJ. Impact of chronic management. New York: Taylor &
rhinosinusitis on quality of life and Francis, 2006;109-129.
health care expenditure. In Hamilos 15. Ferguson BJ, Johnson JT. Chronic
DL, Baroody FM, eds. Chronis sinusitis. In Cummings CW, Flint
rhinosinusitis pathogenesis and PW,et al eds. Cummings:
medical management. New York: otolaryngology - head & neck
Informa,2007; 15-21. surgery. 4th ed. Philadelphia: Elsevier
5. Gosepath J, Mann WJ. Current Mosby, 2005; 1-4.
concepts in therapy of chronic 16. Naclerio RM, Gungor A. Etiologic
rhinosinusitis and nasal polyposis. factors in inflammatory sinus disease.
ORL,2005; 67: 125-136. In Kennedy DW, Bolger WE,
6. NN. Sinusitis termasuk penyakit Zinreich SJ, eds. Diseases of the
mahal. Waspada Online.2007 sinuses diagnosis and management.
Agustus 9. http://www.waspada.co.id. Hamilton: BC Decker Inc, 2001;47-
Accessed at 20th September 2008. 53.
7. Clement PAR. Classification of 17. Bernstein JM. Chronic rhinosinusitis
rhinosinusitis. In Brook I, eds. with and without nasal polyposis. In
Sinusitis from microbiology to Brook I, eds. Sinusitis from
management. New York: Taylor & microbiology to management. New
Francis, 2006; 15-34. York: Taylor & Francis, 2006;371-
8. Pawankar R, Nonaka M, Yamagishi 398.
S, et al. Pathophysiologic 18. Mulyarjo. Diagnosis klinik
mechanisms of chronic rhinosinusitis. rinosinusitis. In Mulyarjo, Soedjak S,
Immunol Allergy Clin N Am, 2004; Kentjono WA, Harmadji S, JPB
24:75-85. Herawati S, eds. Naskah lengkap
9. Kentjono WA. Rinosinusitis: etiologi perkembangan terkini diagnosis dan
dan patofisiologi. In Mulyarjo, penatalaksanaan rinosinusitis.
Soedjak S, Kentjono WA, Harmadji Surabaya: Dep./SMF THT-KL
S, JPB Herawati S, eds. Naskah Univ.Airlangga,2004; 17-23.
lengkap perkembangan terkini 19. Farina D, Tomenzoli D, et al.
diagnosis dan penatalaksanaan Inflammatory lessions. In Leuven
rinosinusitis. Surabaya: Dep./SMF ALB, Heidelberg KS, eds. Imaging in
THT-KL Univ.Airlangga,2004; 1-16. treatment planning for sinonasal
10. Osguthorpe JD. Adult rhinosinusitis : diseases. New York : Springer, 2005;
diagnosis and management. American 68.
Family Physician, 2001; 63:69-74. 20. Mulyarjo. Terapi medikamentosa
11. Hamilos DL. Chronic rhinosinusitis pada rinosinusitis. In Mulyarjo,
pattern of illness. In Hamilos DL, Soedjak S, Kentjono WA, Harmadji
S, JPB Herawati S, eds. Naskah
lengkap perkembangan terkini
diagnosis dan penatalaksanaan
rinosinusitis. Surabaya: Dep./SMF
THT-KL Univ.Airlangga,2004; 59-
65.
21. Clerico DM. Medical treatment of
chronic sinus disease. In Kennedy
DW, Bolger WE, Zinreich SJ, eds.
Diseases of the sinuses diagnosis and
management. Hamilton: BC Decker
Inc,2001;155-165.
22. Chiu AG, Becker DG. Medical
management of chronic
rhinosinusitis. In Brook I, eds.
Sinusitis from microbiology to
management. New York: Taylor &
Francis, 2006; 219-229.
23. Siswantoro. Tatalaksana bedah pada
rinosinusitis. In Mulyarjo, Soedjak S,
Kentjono WA, Harmadji S, JPB
Herawati S, eds. Naskah lengkap
perkembangan terkini diagnosis dan
penatalaksanaan rinosinusitis.
Surabaya: Dep./SMF THT-KL
Univ.Airlangga,2004; 67-74.