PENDAHULUAN
Pendahuluan
Kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia yang menitikberatkan pada
pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam
tanpa memperhatikan aspek lingkungan dapat menimbulkan
tekanan terhadap lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan luas lahan yang
tetap juga akan mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan
semakin berat. Berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah
tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi
sumbangan pada penurunan kualitas air sungai (Suriawiria, 2003).
2. Metode Penelitian
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Data yang diperlukan terdiri data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi data kualitas air Sungai Blukar baik parameter fisika,
kimia maupun mikrobiologi. Parameter fisika meliputi suhu, dan
padatan tersuspensi, parameter kimia yaitu pH, BOD, COD, DO, Total
fosfat, Nitrat, Nitrit, logam Pb, Phenol, minyak dan lemak dan
parameter mikrobiologi bakteri total coliform. Data primer didapatkan
dengan melakukan pengamatan dan pengambilan sampel secara
langsung kemudian dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Data
sekunder meliputi jumlah penduduk, luas wilayah DAS, debit air
sungai, luas lahan pertanian, debit dan kualitas air limbah industri. Data
sekunder diperoleh dari dinas/intansi terkait.
4
5. Segmen 5 (12,44 – 16,07 km)
Segmen 5 dimulai dari Jembatan Desa Gebang Kecamatan Gemuh
sampai dengan Desa Truko Kecamatan Kangkung.Penggunaan lahan
pada segmen 5 ini didominasi untuk persawahan.
5
Nitrit, Phenol, Minyak dan Lemak, BOD, COD dan Bakteri
Total Coliform. Baku mutu yang digunakan mengacu kriteria
mutu air sesuai kelas air pada Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Hasil analisis sampel air disajikan pada tabel
sebagai berikut :
T T2 T T4 T T T I I I IV
1 3 5 6 7 I I
I
pH 7 7 7 7 7 7 7 6- 6- 6- 6-9
9 9 9
Pb mg/ < < < < < < < 0.0 0.0 0. (-)
l 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 3 3 03
Total fosfat sbg P mg/ 0.07 0.07 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07 0.2 0.2 1 5
l 96 91 79 72 82 785
NO3 sbg N mg/ 0.17 0.17 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 10 10 20 20
l 56 93 415 63 75 37 245
Nitrit sbg N mg/ 0.01 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.0 0.0 0. (-)
l 47 4 785 52 92 38 945 6 6 06
Phenol ug/l < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 1 1 1 (-)
Minyak dan Lemak ug/l 0.01 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 10 10 10 (-)
9 2 5 7 4 8 65 00 00 00
COD mg/ 6.99 6.99 20.9 18.6 18.9 22.6 41.8 10 25 50 100
l 8 2 8 3 5
Total Coliform jml/ 93 97.0 4550 2800 2300 4300 4375 10 50 10 1000
100 0 .00 00 00 00 0
ml 0
6
Sumber : Data primer (2012), Baku mutu air sungai mengacu PP Nomor 82
Tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
Gambar 1. Konsentrasi BOD (a) COD (b) dan Total Coliform (c) di
Sungai Blukar
7
melebihi 1000 sel/100 ml. Sedangkan bila dibandingkan dengan baku
mutu air sungai kelas II parameter yang melebihi baku mutu adalah
BOD dan COD. Konsentrasi BOD yang tinggi terjadi terutama di titik
3,4,5,6 dan 7, sedangkan konsentrasi COD tertinggi terjadi di segmen 6
yaitu titik pengambilan sampel 7.Pada titik 3 konsentrasi BOD, COD
dan Total Coliform lebih tinggi jika dibandingkan dengan titik2 dan
titik 4.Kondisi ini berkaitan dengan aktivitas masyarakat di segmen 2
yaitu ruas antara titik 2 dan titik 3.Pada segmen 2 ini terdapat aktivitas
masyarakat yang menggunakan air sungai Blukar sebagai tempat
mandi, cuci dan buang air besar terutama di Desa Sojomerto Kecamatan
Gemuh, Desa Kedunggading Kecamatan Ringinarum dan Desa Galih
Kecamatan Gemuh.Aktivitas masyarakat tersebut menyebabkan
peningkatan bahan organik dalam air sungai.Kualitas air sungai paling
buruk ditunjukkan pada titik 7 lokasi Desa Tanjungmojo Kecamatan
Kangkung setelah industri pengolahan ikan. Hal ini kemungkinan
disebabkan aktivitas industri yang membuang air limbahnya ke sungai
yang menyumbang beban pencemaran sungai.Tingginya konsentrasi
BOD dan COD di titik 7 kemungkinan juga disebabkan proses self
purifikasi sungai di segmen 6 berlangsung tidak optimal.
9
sesuai kelas air pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Hasil perhitungan indeks pencemaran di 7 titik lokasi pengambilan
sampel disajikan pada gambar berikut:
10
kualitas air sungai Blukar berkaitan dengan penggunaan lahan dan
aktivitas masyarakat di sekitarnya. Pada titik pengambilan sampel 2
nilai indeks pencemaran justru menurun bila dibandingkan nilai indeks
pencemaran pada titik 1.Hal ini tersebut mungkin saja terjadi mengingat
sungai mempunyai kemampuan memulihkan dirinya sendiri (self
purification) dari bahan pencemar, dimana kandungan bahan organik
mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan nilai BOD yang
menurun bila dibandingkan titik 1.Kemampuan self purification sungai
terjadi karena penambahan konsentrasi oksigen terlarut dalam air yang
berasal dari udara. Kandungan oksigen di dalam air akan menerima
tambahan akibat turbulensi sehingga berlangsung perpindahan (difusi)
oksigen dari udara ke air yang disebut proses reaerasi. Proses reaerasi
dinyatakan dengan konstanta reaerasi yang tergantung pada kedalaman
aliran, kecepatan aliran, kemiringan tepi sungai, dan kekasaran dasar
sungai (KepMenLH 110/2003). Semakin panjang jarak maka
kemampuan self purifikasi sungai akan semakin bagus yang ditandai
dengan semakin meningkatnya nilai DO dalam air dengan catatan tidak
ada masukan beban pencemaran dari luar (Noviriana, 2010). Kondisi ini
akan diiringi dengan penurunan konsentrasi bahan organik karena telah
mengalami dekomposisi. Pada titik 3 terjadi kenaikan nilai indeks
pencemaran bila dibandingkan pada titik 2.Kondisi ini berkaitan dengan
aktivitas masyarakat di segmen 2 yaitu ruas antara titik 2 dan titik
3.Pada segmen 2 ini terdapat aktivitas masyarakat yang menggunakan
air sungai Blukar sebagai tempat mandi, cuci dan buang air besar
terutama di Desa Sojomerto Kecamatan Gemuh, Desa Kedunggading
Kecamatan Ringinarum dan Desa Galih Kecamatan Gemuh.Aktivitas
masyarakat tersebut menyebabkan peningkatan bahan organik dalam air
sungai. Dibandingkan baku mutu air sungai kelas I, parameter yang
menyebabkan terjadinya pencemaran adalah kandungan BOD, COD
dan bakteri total coliform yang telah melebihi ambang batas yang
11
ditentukan. Sedangkan Dibandingkan baku mutu air sungai kelas II
parameter yang telah melebihi ambang batas adalah parameter BOD
dan COD.
Pengambilan
12
4 160,67 598,33 449,87 5,99 0,49 2,50
5 169,51 643,45 542,43 6,36 0,65 2,62
6 318,30 1.029,02 636,60 8,35 0,63 3,56
7 866,30 2.339,00 726,57 10,19 0,53 4,35
13
2011-2031. Perhitungan beban pencemaran domestik parameter BOD
disajikan pada tabel sebagai berikut :
(Ha) BOD N P
14
Tabel 5. Perhitungan Beban Pencemaran Industri
Jenis Debit
(mg/Liter) (kg/hari)
PT. Sinar Bahari Agung Ikan 300 26 64,75 16 7,80 19,43 4,80
PT. Laut Jaya Abadi Ikan 3 142 247,8 16 0,43 0,74 0,05
15
Tabel 6. Beban pencemaran BOD per segmen dari aktivitas permukiman,
pertanian dan industri
Segmen
16
mutu air dan beban pencemaran sungai di masing-masing titik
menunjukkan kualitas air sungai yang paling buruk ditunjukkan pada
titik 7 (segmen 6), disusul titik 6 (segmen 5) kemudian titik 3 (segmen
2). Hal ini menunjukkan bahwa sungai telah mengalami proses
pemurnian diri (self purifikasi). Proses self purifikasi terjadi terutama di
segmen 2, sedangkan pada segmen 6 proses pemurnian diri sungai
berlangsung belum optimal. Panjang segmen 2 yang cukup panjang
yaitu mencapai 7,28 km memungkinkan terjadinya perpindahan (difusi)
oksigen dari udara ke dalam air, sedangkan pada segmen 6 mempunyai
jarak yang cukup pendek yaitu sekitar 2,63 km. Menurut Noviriana
(2010), semakin panjang jarak maka kemampuan self purifikasi sungai
akan semakin bagus. Morfologi sungai Blukar di segmen 2 mempunyai
kedalaman sungai relatif dangkal. Hal ini juga mempengaruhi
terjadinya proses self purifikasi. Persamaan laju reaerasi menurut
O’connor and Dobbins (1985) dalam KepmenLH 110/2003, bahwa
koefisien reaerasi merupakan fungsi kecepatan aliran sungai dan
kedalaman.Semakin besar kecepatan aliran (v) maka koefisien reaerasi
semakin besar.Semakin kecil kedalaman (h) atau semakin dangkal maka
koefisien reaerasi juga semakin besar.
1. Kondisi kualitas air sungai Blukar dari hulu ke hilir telah mengalami
penurunan kualitas air terutama disebabkan oleh kandungan bahan
organik, dengan status mutu air cemar ringan.
2. Penggunaan lahan yang ditandai dengan aktivitas masyarakat yaitu
permukiman, pertanian dan industri telah memberikan sumbangan
bahan organik sehingga mempengaruhi kualitas Air Sungai Blukar.
17
3. Morfologi sungai yang meliputi kekasaran dasar sungai, panjang
sungai, kecepatan aliran, dan kedalaman sungai mempengaruhi
proses pemurnian diri sungai.
4. Aktivitas permukiman dan pertanian yang merupakan sumber
pencemar nonpoint source menyumbang bahan pencemar organik
paling besar.
4.2. Saran
1.2.3. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia (H2O) satu
molelul air memiliki dua atom hydrogen kovalen terikat pada atom
oksigen tunggal. Air muncul dialam dalam semua tiga Negara umum
dari materi dan dapat mengambil berbagai bentuk di bumi : uap air
18
dan awan dilangit; air laut dan gunung es dilautan kutub, gletser dan
sungai-sungai dipegunungan, dan cairan pada akuifer dalam tanah.
2. pH
penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada
umumnya disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbon
dioksida. Pengaru yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpanagn standart kualitas air minum dalam hal pH adalah lebih
kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 namun demikian, hal tersebut dapat
19
menyebabkan beberapa senyawa kimia dapat meyebabkan beberapa
senyawa kimia beruba menjadi racun yang sangat menggu kesehatan.
3. DO ( Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari hasil fotesintesa dan absorbsi atmosfer atau udara. Semakin banyak
kadar DO didalam air semakin baik kualitas dari air tersebut.
20
Alkalinity adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukkan
jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali
tanah pada perairan tawar.
21
penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai
kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah
kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara
hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel.
Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan
berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.
Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum
powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
yang mengandung 1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel juga
akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
mengandung 1.000 mg / L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut
mengandung nilai TSS yang sama.
BAB II
METODELOGI
22
13. Neraca Analitik : 1 buah
14. Tabung Vacuum : 1 buah
15. Statif dan Klem : 1 buah
16. Corong Bucher : 1 buah
17. Cawan Petri : 8 buah
18. Pompa Vakum : 1 buah
19. Beaker glass 1000 ml : 1 buah
B. Bahan
1. Ijuk : 300 gr
2. Pasir silika : 3 kg
3. Batu Kerikil : 2,5 kg
4. Bio Ring : 1,5 kg
5. Busa : 150 gr
6. Batu kerikil besar : 1,5 kg
7. Batu zeolit : 1,5 kg
8. Arang : 300 gr
9. Toples : 1 buah
10. Kran Air : 1 buah
11. H2SO4 0,02 N : 1000 ml
12. Indikator PP : 100 ml
13. Indikator MO : 100 ml
14. Air Sungai Sebelum Filtrasi : 2000 ml
15. Air Sungai Setelah Filtrasi : 2000 ml
16. Air Aqua : 1500 ml
17. Air Vit : 1500 ml
18. Kertas Saring : 4 buah
19. Aquadest : 1000 ml
20. Tissue : 1 kotak
2.3. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS, dan TSS
2.3.1. Perancangan Alat
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Toples yang digunakan sebagai wadah penjernihan air telah
terpasang dengan kran air.
3. Bahan-bahan yang digunakan untuk filtrasi air dicuci terlebih
dahulu seperti ijuk, pasir, kerikil, batu besar, bioring, dan
arang.
23
4. Sebelum bahan dimasukkan bahan ditimbang sesuai dengan
yang akan digunakan.
5. Bahan pertama yang dimasukkan adalah batu besar ke dalam
toples.
6. Bahan kedua yaitu busa filtrasi di masukkan ke dalam
menutupi batu besar.
7. Bahan selanjutnya yaitu arang , kemudian ditutupi kembali
dengan busa filtrasi.
8. Bahan selanjutnya yaitu ijuk dan diatasnya diletakkan bioring
mengelilingi lingkaran toples kemudian dilapisi kembali
dengan busa filtrat.
9. Bahan selanjutnya yaitu kerikil dan dilapisi kembali dengan
busa filtrasi.
10. Kemudian pasir dimasukkan kembali dan dilapisi dengan
busa filtrasi.
11. Kemudian bahan selanjutnya yaitu ijuk dan diatasnya di
letakkan dengan busa filtrasi.
12. Setelah rancangan alat selesai maka rancangan alat tersebut
dicuci hingga air yang dihasilkan bersih. Maka alat tersebut
siap digunakan.
13. Air sungai dimasukkan kedalam beakerglass 1000 ml dan
dimasukkan ke dalam alat filtrasi . Hitung debit nya dalam
menit dan amati perubahan keluaran air sungai tersebut.
24
2. Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk
membersihkan bahan filtrasi hingga benar – benar bersih
sebanyak 3 kali.
3. Setelah dicuci dan benar – benar bersih kemudian sampel air
sungai dimasukkan kedalam alat filtrasi lalu ditampung pada
beaker glass secukupnya.
2.3.4. Prosedur Kerja Alkalinity
a. Untuk P.Alkalinity
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air sungai diukur sebanyak 20 ml dalam gelas ukur
50 ml, kemudian dituang kedalam erlenmeyer.
3. Indikator PP ditambahkan sebanyak 2 tetes kedalam
sampel, lalu diamati perubahan yang terjadi. Apabila tidak
terjadi perubahan berarti kadar P alkalinity sama dengan
nol.
4. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air filtarsi alat.
b. Untuk M. Alkalinity
1. Sampel air Aqua diukur sebanyak 20 ml dalam gelas ukur 50
ml, lalu dituangkan kedalam erlenmeyer.
2. Indikator MO ditambahkan sebanyak 2 tetes, sampai
perubahan warna kuning terjadi, lalu dititrasi dengan H2SO4
0,02 N sampai terbentuk warna orange.
3. Volume titarsi dicatat pada table pengamatan.
4. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air filtarsi alat,
untuk air aqua dan untuk air Vit.
25
Gambar 2.2. Penentuan Alkalimetri untuk Air Ades dan Air
Aqua.
b. Analisa TDS
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Air Aqua yang ada pada labu vakum dituangkan kedalam
cawan lalu dipanaskan di oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C sampai kering.
3. Setelah 1 jam pemanasan, cawan didinginkan pada
desikator selama 15 menit, lalu ditimbang dan dicatat hasil
penimbangannya.
4. Lakukan percobaan yang sama untuk air Ades dalam waktu
bersamaan.
26
Gambar 2.4. Penentuan Kadar TDS
27
8. Panaskan ke empat petridisk yang telah ditandai ke dalam
oven sampai kering ( sekitar 1 jam )
9. Petridisk yang telah dipanaskan, didinginkan pada
desikator selama 15 menit.
10. Kertas saring dan petridisk yang telah dingin, kemudian
ditimbang dan dicatat hasil penimbangannya sebagai berat
kertas saring kosong + sampel.
b. Analisis TSS
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Alat vakum dirangkai, lalu kertas saring dimasukkan dalam
corong vakum.
3. Sampel air Aqua diukur sebanyak 20 ml pada gelas ukur 50
ml.
2. Pompa vakum dihidupkan, lalu sampel dituangkan secara
perlahan – lahan keatas kertas saring sampai habis.
3. Kertas saring diangkat menggunakan gegep besi, ditaruh
kedalam petri dish lalu dipanaskan selama 1 jam di oven
pada suhu 105 oC.
4. Setelah 1 jam pemanasan, kertas saring didinginkan pada
desikator selama 15 menit, lalu ditimbang dan dicatat hasil
penimbangannya.
5. Langkah yang sama diulangi untuk Air Vit pada waktu
bersamaan.
28
Gambar 2.6. Percobaan Kadar TSS
Air Sungai
baik 29
Analisis
Alkalinity,
TDS dan
TSS
Air Siap
Digunakan
Tidak baik
Proses Sedimentasi
Proses Filtrasi
Air Filtrasi
Tidak baik
Analisa
Alkalinity,
TDS dan baik
TSS
Air Siap
Gambar 2.7. Bagan Digunakan
Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS,
dan TSS
BAB III
30
1. Air sungai 10 0 0,375
Sebelum Filtrasi
B. Pengamatan
31
2. Air Sungai 10 54,6481 54,6568 0,5240 0,5348
Sesudah
Filtarsi
3. Air Aqua 10 52,3891 52,3996 0,4955 0,496
= 187,5 gr/l
= 187,5 ppm
2. Sampel air Sungai Sesudah Filtrasi
Penyelesaian :
M Alkalinity = 1000 ml/l x volume H2SO4 x N H2SO4 x BE CaCO3
Volume sampel
33
= 1000 ml/l x 0,425 x 0,2 mek/ml x 50 mg/mek
20 ml
= 212,5 gr/l
= 212,5 ppm
3. Sampel air Aqua
Penyelesaian :
M Alkalinity = 1000 x volume H2SO4 x N H2SO4 x BE H2SO4
Volume sampel
20 ml
= 162,5 gr/l
= 162,5 ppm
20 ml
= 100 gr/l
= 100 ppm
3.2.4. Perhitungan TSS
1. Sampel air sungai Sebelum Filtrasi
Penyelesaian:
TSS =(Berat kertas saring + endapan – berat kertas saring kosong) x 1000
Volume sampel
34
= (0,4938 gr – 0.4936 gr ) x 1000 ml/l
10 ml
= 0,02 gr/l
= 0,02 ppm
10 ml
= 0,41 mgr/l
= 0,41 ppm
35
TSS = (0,5370 mgr – 0,5362 mgr ) x 1000 ml/l
10 ml
= 0.08 mgr/l
= 0.08 ppm
10 ml
= 1,5 mgr/l
= 1,5 ppm
10 ml
= 0,87 mgr/l
= 0,87 ppm
36
TDS = (Berat cawan kosong + endapan – berat cawan kosong) x 1000
Volume sampel
10 ml
= 1,05 mgr/l
= 1,05 ppm
10 ml
= 1,14 mgr/l
= 1,14 ppm
37
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengolahan Air bersih merupakan salah satu solusi yang dibutuhkan untuk
pemurnian air yang kotor ( yang tidak layak pakai ) menjadi air yang bersih
( Layak Pakai). Dalam pemurnian air diperlukan pemahaman dan konsep-konsep
dasar dari pengolahan air bersih, pemahaman tentang uji kualitas dan kuantitas air
dan juga pemahaman cara untuk menanggulangi air kotor agar dapat
membandingkan parameter mutu air yang bersih dengan air yang tidak bersih.
Air merupakan senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur
hydrogen yang bersenyawa dengan unsur oksigen, dalam hal ini membentuk
senyawa H2O. Dalam pengolahan air kotor menjadi air bersih perlu dilakukan
beberapa uji kualitas salah satunya uji alkalinitas, TDS, dan TSS pada air. Uji
alkalinitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan air
dalam menetralkan asam oleh adanya kehadiran ion bikrbonat atau HCO3-.
Sedangkan Uji TDS merupkan suatu uji yang dilakukan untuk menurunkan
kadar / jumlah zat terlarut yang terdapat dalam sebuah larutan. Uji TSS
merupakan suatu uji yang dilakukan untuk megetahui jumlah residu atau kadar zat
tersuspensi yang terdapat pada larutan. Pada percobaan kali ini dilakukan
beberapa uji kualitas air yang menggunakan air sungai sebagai sampel. Sampel air
sungai difiltrasi menggunakan alat penyaring air dengan bahan penyaring zeolite
dan kerikil. Hal ini diamaksudkan untuk menurunkan kadar alkali, TDS, dan TSS
dari air sungai
38
. BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Pada praktikum harus memperhatikan kebersihan alat dengan baik
dan benar sesuai dengan prosedur yang ada.
39
LAMPIRAN
40
Tabel 1.2 Baku Mutu Air Kelas Satu (Air Baku Air Minum)
41
Tabel 1.3 Standar Nasional Indonesia untuk Air Minum dalam kemasan
42
43
44