Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


1. Menentukan sifat keasaman dan kebasaan senyawa-senyawa karbonat,
bikarbonat dan hidroksida.
2. Mengetahui jenis-jenis indikator dan penggunaan indicator
3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinity
4. Mampu menganalisa alkalinity dengan metode asidimetri
5. Untuk mengetahui atau mengukur total dissolved solid sampel air yang
diteliti.
6. Untuk mengetahui atau mengukur totl suspended solid sampel air yang
diteliti.
1.2. Landasan Teori
1.2.2. Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan
Penggunaan Lahan di Sungai Blukar Kabupaten
Kendal

Pendahuluan
Kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia yang menitikberatkan pada
pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam
tanpa memperhatikan aspek lingkungan dapat menimbulkan
tekanan terhadap lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan luas lahan yang
tetap juga akan mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan
semakin berat. Berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah
tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi
sumbangan pada penurunan kualitas air sungai (Suriawiria, 2003).

Sungai Blukar merupakan sungai utama yang berada di DAS


Blukar dengan panjang sungai 51,94 km. DAS Blukar adalah
bagian dari Satuan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai SWP DAS
1
Banger Blukar. Wilayah Kabupaten Kendal yang termasuk dalam
cakupan DAS Blukar meliputi Kecamatan Weleri, Sukorejo,
Patean, Pageruyung, Ringinarum, Gemuh, Cepiring dan Kangkung.
Pemanfaatan aliran sungai Blukar digunakan untuk pemasok air
irigasi untuk kegiatan pertanian, serta perikanan di tambak
(BPDAS, 2011)

Berbagai aktivitas penggunaan lahan di wilayah DAS Blukar


seperti permukiman, pertanian dan industri diperkirakan telah
mempengaruhi kualitas air Sungai Blukar.Aktivitas permukiman
dan pertanian menyebar meliputi segmen tengah DAS.Kegiatan
pertanian terutama akibat menggunakan pupuk dan pestisida akan
mempengaruhi kualitas air sungai melalui buangan dari lahan
pertanian yang masuk ke badan air. Menurut Ruchirawat dan
Shank (1996) yang melakukan studi literatur yang relevan dalam
bidang pertanian dan kehutanan, bahwa pada saat proses
penyemprotan di lahan pertanian, sekitar 3-30% dari bahan aktif
pestisida mencapai target yang dituju baik itu daun, bunga atau
yang lain. Sedangkan sisanya sekitar 70% akan terbuang dan
hanyut bersama aliran air sehingga menyumbang terjadinya
pencemaran air di perairan.Menurut Priyambada et al (2008)
bahwa perubahan tata guna lahan yang ditandai dengan
meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan
mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas
air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan
konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai.Berdasarkan uraian
tersebut di atas maka perlu dilakukan analisis kualitas air sungai
Blukar serta perhitungan beban pencemaran dari masing-masing
aktivitas masyarakat sebagai penyumbang pencemaran. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas air sungai Blukar
serta menganalisis beban pencemaran yang berasal dari aktivitas
2
permukiman, pertanian dan industri yang memberikan masukan
pencemaran ke sungai Blukar.

2. Metode Penelitian
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sungai Blukar yang merupakan sungai


utama di DAS Blukar.Panjang sungai Blukar sebagai lokasi penelitian
adalah sepanjang ± 18,70 km dimulai dari Bendung Sojomerto yang
berlokasi di Kecamatan Gemuh sampai dengan Desa Tanjungmojo
Kecamatan Kangkung.Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium
Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang.Pengambilan
sampel air sungai dilakukan pada tanggal 16 Juli 2012.

2.2 Bahan dan Metode

Data yang diperlukan terdiri data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi data kualitas air Sungai Blukar baik parameter fisika,
kimia maupun mikrobiologi. Parameter fisika meliputi suhu, dan
padatan tersuspensi, parameter kimia yaitu pH, BOD, COD, DO, Total
fosfat, Nitrat, Nitrit, logam Pb, Phenol, minyak dan lemak dan
parameter mikrobiologi bakteri total coliform. Data primer didapatkan
dengan melakukan pengamatan dan pengambilan sampel secara
langsung kemudian dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Data
sekunder meliputi jumlah penduduk, luas wilayah DAS, debit air
sungai, luas lahan pertanian, debit dan kualitas air limbah industri. Data
sekunder diperoleh dari dinas/intansi terkait.

Penelitian dilakukan dengan membagi sungai menjadi 6 segmen


dimulai dari Bendung Sojomerto Kecamatan Gemuh dengan 7 titik
lokasi pengambilan sampel air.Pembagian segmen dan titik
pengambilan sampel didasarkan pada pola penggunaan lahan yang ada
dengan tetap memperhatikan kemudahan akses, biaya dan waktu
3
sehingga ditentukan titik yang mewakili kualitas air sungai. Pembagian
segmen sungai adalah sebagai berikut :

1. Segmen 1 (0 - 1,80 km)


Segmen 1 dimulai dari Bendung Sojomerto Kecamatan Gemuh
sampai dengan Desa Sojomerto Kecamatan Gemuh.Penggunaan
lahan pada segmen 1 ini terdiri dari hutan tanaman, permukiman dan
sawah.

2. Segmen 2 (1,80 – 9,08 km)


Segmen 2 dimulai dari Desa Sojomerto Kecamatan Gemuh sampai
dengan jembatan Desa Galih Kecamatan Gemuh. . Penggunaan
lahan pada segmen 2 ini terdiri dari permukiman dan sawah.Pada
segmen ini terdapat aktivitas masyarakat yang menggunakan sungai
sebagai tempat melakukan aktivitas domestik seperti cuci dan buang
air besar.

3. Segmen 3 (9,08 – 11,36 km)


Segmen 3 dimulai dari jembatan Desa Galih Kecamatan Gemuh
sampai dengan Jembatan Desa Sedayu Kecamatan
Gemuh.Penggunaan lahan pada segmen 3 ini terdiri dari
permukiman dan sawah. Pada segmen ini terdapat aktivitas
masyarakat yang membuang sampah ke sungai yag ditandai dengan
banyaknya sampah rumah tangga di sungai.

4. Segmen 4( 11,36 – 12,44 km)


Segmen 4 dimulai dari Jembatan Desa Sedayu Kecamatan Gemuh
sampai dengan Jembatan Desa Gebang Kecamatan
Gemuh.Penggunaan lahan pada segmen 4 ini didominasi untuk
persawahan.

4
5. Segmen 5 (12,44 – 16,07 km)
Segmen 5 dimulai dari Jembatan Desa Gebang Kecamatan Gemuh
sampai dengan Desa Truko Kecamatan Kangkung.Penggunaan lahan
pada segmen 5 ini didominasi untuk persawahan.

6. Segmen 6 (16,07 – 18,70 km)


Segmen 6 dimulai dari Desa Truko Kecamatan Kangkung sampai
dengan Jembatan Desa Tanjungmojo Kecamatan
Kangkung.Penggunaan lahan pada segmen 5 ini terdiri dari
permukiman, industri dan sawah. Pada segmen ini terdapat masukan
beban pencemaran yang berasal dari industri pengolahan ikan PT.
Sinar Bahari Agung dan PT. Laut Jaya Abadi

2.3 Prosedur dan Analisis Data

Analisis kualitas air dilakukan dengan membandingkan kualitas


air sungai Blukar hasil pengukuran dengan Baku mutu kualitas air
sungai sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Penentuan
status mutu air dengan menggunakan metode indeks pencemaran
(pollution index) sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115
Tahun 2003.

Hasil Dan Pembahsan

3.1 Kualitas air sungai

Data hasil analisis kualitas air sungai Blukar dilakukan di


7 titik lokasi pengambilandengan menggunakan 12 parameter
yaitu TSS, DO, pH, logam Pb, Total fosfat sebagai P, Nitrat,

5
Nitrit, Phenol, Minyak dan Lemak, BOD, COD dan Bakteri
Total Coliform. Baku mutu yang digunakan mengacu kriteria
mutu air sesuai kelas air pada Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Hasil analisis sampel air disajikan pada tabel
sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil analisis kualitas air Sungai Blukar

Parameter Sat Lokasi Pengambilan Baku Mutu Air,


uan Sampel Kelas

T T2 T T4 T T T I I I IV
1 3 5 6 7 I I
I

TSS mg/ 10 9 11.5 14 16 14 13 50 50 40 400


l 0

DO mg/ 6.8 6.8 6.75 6.6 6.5 6.7 6.6 6 4 3 0


l

pH 7 7 7 7 7 7 7 6- 6- 6- 6-9
9 9 9

Pb mg/ < < < < < < < 0.0 0.0 0. (-)
l 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 3 3 03

Total fosfat sbg P mg/ 0.07 0.07 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07 0.2 0.2 1 5
l 96 91 79 72 82 785

NO3 sbg N mg/ 0.17 0.17 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 10 10 20 20
l 56 93 415 63 75 37 245

Nitrit sbg N mg/ 0.01 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.0 0.0 0. (-)
l 47 4 785 52 92 38 945 6 6 06

Phenol ug/l < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 < 0.5 1 1 1 (-)

Minyak dan Lemak ug/l 0.01 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 10 10 10 (-)
9 2 5 7 4 8 65 00 00 00

BOD mg/ 3 2 6.5 5 5 7 15.5 2 3 6 12


l

COD mg/ 6.99 6.99 20.9 18.6 18.9 22.6 41.8 10 25 50 100
l 8 2 8 3 5

Total Coliform jml/ 93 97.0 4550 2800 2300 4300 4375 10 50 10 1000
100 0 .00 00 00 00 0
ml 0

6
Sumber : Data primer (2012), Baku mutu air sungai mengacu PP Nomor 82
Tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air

Gambar 1. Konsentrasi BOD (a) COD (b) dan Total Coliform (c) di
Sungai Blukar

Dari hasil pengujian sampel air sungai Blukar menunjukkan


bahwa bila dibandingkan baku mutu air sungai kelas I menurut PP
82/2001, parameter yang melebihi baku mutu adalah parameter BOD,
COD dan Total Coliform. Dari 7 titik lokasi pengambilan sampel
terdapat 6 titik lokasi yang parameter BOD melebihi 2 mg/l, untuk
parameter COD terdapat 5 titik lokasi yang parameter COD melebihi 10
mg/l serta untuk parameter Total Coliform terdapat 5 titik lokasi yang

7
melebihi 1000 sel/100 ml. Sedangkan bila dibandingkan dengan baku
mutu air sungai kelas II parameter yang melebihi baku mutu adalah
BOD dan COD. Konsentrasi BOD yang tinggi terjadi terutama di titik
3,4,5,6 dan 7, sedangkan konsentrasi COD tertinggi terjadi di segmen 6
yaitu titik pengambilan sampel 7.Pada titik 3 konsentrasi BOD, COD
dan Total Coliform lebih tinggi jika dibandingkan dengan titik2 dan
titik 4.Kondisi ini berkaitan dengan aktivitas masyarakat di segmen 2
yaitu ruas antara titik 2 dan titik 3.Pada segmen 2 ini terdapat aktivitas
masyarakat yang menggunakan air sungai Blukar sebagai tempat
mandi, cuci dan buang air besar terutama di Desa Sojomerto Kecamatan
Gemuh, Desa Kedunggading Kecamatan Ringinarum dan Desa Galih
Kecamatan Gemuh.Aktivitas masyarakat tersebut menyebabkan
peningkatan bahan organik dalam air sungai.Kualitas air sungai paling
buruk ditunjukkan pada titik 7 lokasi Desa Tanjungmojo Kecamatan
Kangkung setelah industri pengolahan ikan. Hal ini kemungkinan
disebabkan aktivitas industri yang membuang air limbahnya ke sungai
yang menyumbang beban pencemaran sungai.Tingginya konsentrasi
BOD dan COD di titik 7 kemungkinan juga disebabkan proses self
purifikasi sungai di segmen 6 berlangsung tidak optimal.

Berdasarkan perhitungan beban pencemaran industri sebagaimana


ditunjukkan pada tabel 44, menunjukkan bahwa beban pencemaran
BOD yang berasal dari kegiatan industri tidak memberikan sumbangan
beban pencemaran BOD yang signifikan terhadap beban pencemaran
sungai.Hal ini mengindikasikan terdapat masukan beban pencemaran di
segmen 6 yaitu lokasi sebelum industri pengolahan ikan dan setelah
industri pengolahan ikan yang berasal dari aktivitas pertanian dan
domestik yang memberikan masukan bahan organik.Tingginya beban
pencemaran di lokasi pengambilan sampel titik 7 kemungkinan juga
disebabkan terdapat saluran pembuangan limbah yang berasal dari
industri yang tidak melalui IPAL tetapi langsung dibuang ke sungai
8
(saluran bypass). Tingginya beban pencemaran di lokasi pengambilan
sampel titik 7 kemungkinan juga disebabkan proses self purifikasi
sungai belum berjalan optimal. Self purifikasi sungai berjalan belum
optimal kemungkinan disebabkan kandungan padatan tersuspensi dalam
air limbah yang berasal dari industri pengolahan ikan menghambat
terjadinya purifikasi.Padatan tersuspensi dalam air limbah berasal dari
potongan-potongan bagian ikan yang hancur dan tersuspensi dalam air
yang dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air.Self purifikasi
sungai berjalan belum optimal kemungkinan juga disebabkan jarak
antara titik 6 dan titik 7 relatif cukup pendek yaitu ± 2,63 km. Menurut
Noviriana,(2010) semakin panjang jarak maka kemampuan self
purifikasi sungai akan semakin bagus yang ditandai dengan semakin
meningkatnya nilai DO dalam air dengan catatan tidak ada masukan
beban pencemaran dari luar. Morfologi sungai blukar di segmen 6
kemungkinan juga menyebabkan Self purifikasi sungai berjalan belum
optimal.Pada segmen 6, morfologi sungai Blukar mempunyai
karakteristik lurus dan kekasaran dasar sungai relatif datar.
Karakteristik sungai yang relatif datar menunjukkan pola aliran yang
relative tenang dan tidak ada olakan (turbulensi) yang menyebabkan
proses reaerasi udara ke dalam air menjadi berkurang sehingga
kemampuan self purifikasi sungai menjadi tidak optimal. Menurut Eko
Harsono (2010), peningkatan kemiringan dasar sungai dapat menaikkan
kemampuan pulih diri DO pada kondisi kecepatan aliran rendah

3.2 Status Mutu Air Sungai

Perhitungan Indeks Pencemaran sungai Blukar pada penelitian ini


dilakukan di 7 titik lokasi pengambilan sampel dengan menggunakan
12 parameter yaitu TSS, DO, pH, logam Pb, Total fosfat sebagai P,
Nitrat, Nitrit, Phenol, Minyak dan Lemak, BOD, COD dan Bakteri
Total Coliform. Baku mutu yang digunakan mengacu kriteria mutu air

9
sesuai kelas air pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Hasil perhitungan indeks pencemaran di 7 titik lokasi pengambilan
sampel disajikan pada gambar berikut:

Gambar 2.Indeks Pencemaran sungai Blukar berdasarkan mutu air


sungai kelas I (a), mutu air sungai kelas II (b), mutu air
sungai kelas III (c), dan mutu air sungai kelas IV (d)

Dari hasil perhitungan indeks pencemaran tersebut di atas


menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas air sungai Blukar
dari hulu ke hilir. Kualitas air sungai yang paling buruk terjadi di titik 7
yaitu berlokasi di Desa Tanjungmojo Kecamatan Kangkung setelah
industri pengolahan ikan dengan kondisi mutu air sungai telah tercemar
ringan. Nilai indeks pencemaran dari hulu ke hilir cenderung
mengalami peningkatan meskipun di beberapa titik pengambilan
sampel mengalami fluktuasi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi

10
kualitas air sungai Blukar berkaitan dengan penggunaan lahan dan
aktivitas masyarakat di sekitarnya. Pada titik pengambilan sampel 2
nilai indeks pencemaran justru menurun bila dibandingkan nilai indeks
pencemaran pada titik 1.Hal ini tersebut mungkin saja terjadi mengingat
sungai mempunyai kemampuan memulihkan dirinya sendiri (self
purification) dari bahan pencemar, dimana kandungan bahan organik
mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan nilai BOD yang
menurun bila dibandingkan titik 1.Kemampuan self purification sungai
terjadi karena penambahan konsentrasi oksigen terlarut dalam air yang
berasal dari udara. Kandungan oksigen di dalam air akan menerima
tambahan akibat turbulensi sehingga berlangsung perpindahan (difusi)
oksigen dari udara ke air yang disebut proses reaerasi. Proses reaerasi
dinyatakan dengan konstanta reaerasi yang tergantung pada kedalaman
aliran, kecepatan aliran, kemiringan tepi sungai, dan kekasaran dasar
sungai (KepMenLH 110/2003). Semakin panjang jarak maka
kemampuan self purifikasi sungai akan semakin bagus yang ditandai
dengan semakin meningkatnya nilai DO dalam air dengan catatan tidak
ada masukan beban pencemaran dari luar (Noviriana, 2010). Kondisi ini
akan diiringi dengan penurunan konsentrasi bahan organik karena telah
mengalami dekomposisi. Pada titik 3 terjadi kenaikan nilai indeks
pencemaran bila dibandingkan pada titik 2.Kondisi ini berkaitan dengan
aktivitas masyarakat di segmen 2 yaitu ruas antara titik 2 dan titik
3.Pada segmen 2 ini terdapat aktivitas masyarakat yang menggunakan
air sungai Blukar sebagai tempat mandi, cuci dan buang air besar
terutama di Desa Sojomerto Kecamatan Gemuh, Desa Kedunggading
Kecamatan Ringinarum dan Desa Galih Kecamatan Gemuh.Aktivitas
masyarakat tersebut menyebabkan peningkatan bahan organik dalam air
sungai. Dibandingkan baku mutu air sungai kelas I, parameter yang
menyebabkan terjadinya pencemaran adalah kandungan BOD, COD
dan bakteri total coliform yang telah melebihi ambang batas yang

11
ditentukan. Sedangkan Dibandingkan baku mutu air sungai kelas II
parameter yang telah melebihi ambang batas adalah parameter BOD
dan COD.

3.3 Beban Pencemaran

Beban pencemaran sungai dihitung berdasarkan besarnya


konsentrasi masing-masing unsur pencemar dan debit air sungai. Data
perhitungan beban pencemaran sungai Blukar disajikan pada tabel
sebagai berikut :

Tabel 2. Perhitungan Beban Pencemaran Sungai

Titik Beban Pencemaran (kg/hari)

Pengambilan

Sampel BOD COD TSS NO3-N NO2-N Phospat-P

1 33,59 78,27 111,97 1,97 0,16 0,89


2 41,91 146,49 188,61 3,76 0,08 1,66
3 186,88 603,18 330,63 5,29 0,51 2,30

12
4 160,67 598,33 449,87 5,99 0,49 2,50
5 169,51 643,45 542,43 6,36 0,65 2,62
6 318,30 1.029,02 636,60 8,35 0,63 3,56
7 866,30 2.339,00 726,57 10,19 0,53 4,35

Total 1.777,15 5.437,74 2.986,68 41,91 3,05 17,87

Dari hasil perhitungan beban pencemaran di Sungai Blukar


seperti tabel tersebut di atas, terlihat bahwa beban pencemaran Sungai
Blukar yang terbesar ditunjukkan oleh parameter COD (Chemical
Oxygen Demand) yaitu sebesar 5.437,74 kg/hari dan TSS (Total
Suspended Solid) yaitu sebesar 2.986,68 kg/hari sedangkan beban
pencemaran terendah adalah parameter Nitrit yaitu sebesar 3,05
kg/hari.Beban pencemaran parameter COD, BOD dan TSS tertinggi
ditunjukkan pada segmen 6 yaitu sebesar 2.339 kg/hari dan 866,30
kg/hari dan 726,57 kg/hari. Beban pencemaran COD, BOD dan TSS
yang tinggi berasal dari buangan air limbah yang mengandung bahan
organik yang berasal dari permukiman, pertanian dan industri.

Sumber pencemar di sungai Blukar dibedakan atas sumber


pencemar point source dan non point source.Sumber point source
berasal dari aktivitas industri yang membuang limbahnya ke sungai,
sedangkan sumber non point source berasal dari aktivitas permukiman
yang menghasilkan air limbah domestik dan aktivitas pertanian. Beban
pencemaran domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk di
wilayah DAS dan proyeksi jumlah penduduk, beban pencemaran
pertanian dihitung berdasarkan luas lahan pertanian di wilayah DAS
Blukar dan proyeksi luas lahan pertanian menurut Perda Kabupaten
Kendal Nomor 20 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Kendal Tahun

13
2011-2031. Perhitungan beban pencemaran domestik parameter BOD
disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Estimasi Beban Pencemaran BOD Domestik DAS Blukar


Tahun 2012-2031

Segmen Beban Limbah Domestik (kg/hari)

2012 2016 2021 2026 2031

1 51,06 53,42 56,52 59,80 63,27

2 211,40 221,42 234,64 248,69 263,62

3 68,92 71,52 74,91 78,46 82,18

4 26,56 27,56 28,87 30,23 31,67

5 166,31 171,29 177,74 184,44 191,41

6 117,50 120,51 124,39 128,39 132,51

Total 641,75 665,72 697,06 730,01 764,66

Tabel 4 .Estimasi Beban Pencemaran Pertanian Per segmen Tahun 2010

Segmen Luas Beban Pencemaran (Kg/Hari)

(Ha) BOD N P

1 27,208 4,52 1,810 1,131

2 651,685 108,37 43,347 27,092

3 74,100 12,32 4,929 3,081

4 66,965 11,14 4,454 2,784

5 525,932 87,46 34,983 21,864

6 363,872 60,51 24,203 15,127

Beban pencemaran industri dihitung berdasarkan debit dan


konsentrasi air limbah. Hasil perhitungan beban pencemaran industri
disajikan pada tabel sebagai berikut :

14
Tabel 5. Perhitungan Beban Pencemaran Industri

Konsentrasi Beban Pencemaran

Jenis Debit

(mg/Liter) (kg/hari)

Nama Perusahaan Industri (m3/hari)

BOD COD TSS BOD COD TSS

PT. Sinar Bahari Agung Ikan 300 26 64,75 16 7,80 19,43 4,80

PT. Laut Jaya Abadi Ikan 3 142 247,8 16 0,43 0,74 0,05

Jumlah Total 303 8.23 20.17 4.85

Hasil perhitungan beban pencemaran BOD dari masing-masing sumber


pencemar di sungai Blukar disajikan sebagai berikut :

15
Tabel 6. Beban pencemaran BOD per segmen dari aktivitas permukiman,
pertanian dan industri

Segmen

Beban Pencemaran BOD (Kg/Hari)

Permukiman Pertanian Industri Total

1 51,06 4,52 0 56,58

2 211,40 108,37 0 321,77

3 68,92 12,32 0 84,24

4 26,56 11,14 0 41,70

5 166,31 87,46 0 25877

6 117,50 60,51 8,23 192,24

Total 641,75 284,32 8,23 955,30

Berdasarkan hasil perhitungan beban pencemaran yang berasal


dari aktifitas permukiman, pertanian dan industri menunjukkan bahwa
aktivitas permukiman memberikan masukan beban pencemaran bahan
organik yang paling tinggi. Beban pencemaran bahan organik yang
tinggi ditandai dengan tingginya beban pencemaran parameter BOD
dan COD. Selain dari aktivitas permukiman beban pencemaran BOD
yang tinggi juga berasal dari kegiatan pertanian.Kegiatan industri juga
memberikan masukan beban pencemaran organik ke dalam sungai
tetapi nilainya masih lebih kecil bila dibandingkan dari permukiman
dan pertanian.

Berdasarkan sumbangan beban pencemaran terhadap kualitas air


sungai Blukar seperti pada tabel di atas menunjukkan bahwa segmen 2
memberikan beban pencemaran yang paling tinggi kemudian segmen 5
dan segmen 6. Semakin besar masukan beban pencemaran ke dalam
sungai akan menyebabkan kualitas air semakin buruk. Akan tetapi
apabila dibandingkan dengan hasil analisis konsentrasi BOD, status

16
mutu air dan beban pencemaran sungai di masing-masing titik
menunjukkan kualitas air sungai yang paling buruk ditunjukkan pada
titik 7 (segmen 6), disusul titik 6 (segmen 5) kemudian titik 3 (segmen
2). Hal ini menunjukkan bahwa sungai telah mengalami proses
pemurnian diri (self purifikasi). Proses self purifikasi terjadi terutama di
segmen 2, sedangkan pada segmen 6 proses pemurnian diri sungai
berlangsung belum optimal. Panjang segmen 2 yang cukup panjang
yaitu mencapai 7,28 km memungkinkan terjadinya perpindahan (difusi)
oksigen dari udara ke dalam air, sedangkan pada segmen 6 mempunyai
jarak yang cukup pendek yaitu sekitar 2,63 km. Menurut Noviriana
(2010), semakin panjang jarak maka kemampuan self purifikasi sungai
akan semakin bagus. Morfologi sungai Blukar di segmen 2 mempunyai
kedalaman sungai relatif dangkal. Hal ini juga mempengaruhi
terjadinya proses self purifikasi. Persamaan laju reaerasi menurut
O’connor and Dobbins (1985) dalam KepmenLH 110/2003, bahwa
koefisien reaerasi merupakan fungsi kecepatan aliran sungai dan
kedalaman.Semakin besar kecepatan aliran (v) maka koefisien reaerasi
semakin besar.Semakin kecil kedalaman (h) atau semakin dangkal maka
koefisien reaerasi juga semakin besar.

4. Kesimpulan Dan Saran


4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :

1. Kondisi kualitas air sungai Blukar dari hulu ke hilir telah mengalami
penurunan kualitas air terutama disebabkan oleh kandungan bahan
organik, dengan status mutu air cemar ringan.
2. Penggunaan lahan yang ditandai dengan aktivitas masyarakat yaitu
permukiman, pertanian dan industri telah memberikan sumbangan
bahan organik sehingga mempengaruhi kualitas Air Sungai Blukar.

17
3. Morfologi sungai yang meliputi kekasaran dasar sungai, panjang
sungai, kecepatan aliran, dan kedalaman sungai mempengaruhi
proses pemurnian diri sungai.
4. Aktivitas permukiman dan pertanian yang merupakan sumber
pencemar nonpoint source menyumbang bahan pencemar organik
paling besar.

4.2. Saran

1. Perlu dilakukan perhitungan daya tampung beban pencemaran


sungai Blukar berdasarkan peruntukkan air sungai per segmen
sehingga dapat ditentukan beban pencemaran maksimum yang
diperbolehkan bagi masing-masing sumber pencemar. Daya tampung
beban pencemaran dapat digunakan sebagai dasar Penetapan izin
lokasi bagi usaha dan/atau kegiatan, Penetapan izin lingkungan yang
berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air, Penetapan
kebijakan dalam pengendalian pencemaran air, dan Penyusunan
RTRW.
2. Perlu dilakukan peningkatan peran serta masyarakat baik masyarakat
umum, petani maupun industri dalam upaya pengendalian
pencemaran air melalui penyuluhan program sanitasi dan
penggunaan pupuk dan pestisida serta pembinaan dan pengawasan
industri.

1.2.3. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia (H2O) satu
molelul air memiliki dua atom hydrogen kovalen terikat pada atom
oksigen tunggal. Air muncul dialam dalam semua tiga Negara umum
dari materi dan dapat mengambil berbagai bentuk di bumi : uap air

18
dan awan dilangit; air laut dan gunung es dilautan kutub, gletser dan
sungai-sungai dipegunungan, dan cairan pada akuifer dalam tanah.

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan


manusia yang tidak dapatditinggalkan karena air diperlukan untuk
macam-macam kegiatan seperti : minum,pertanian, industri,
perikanan, rekreasi. Air merupakan substansi kimia dengan rumus
kimia (H2O) satu molekul air memiliki dua atom hidrogen kovalen
terikat pada atom tunggal. Air muncul di alam dalam semua tiga
negara umum dari materi dan dapat mengambil berbagai bentuk di
Bumi : uap air dana wan langit; air laut dan gunung es dilautan kutub,
gletser dan sungai-sungai dipegunungan, cairan pada alkuifer dalam
tanah. Pada suhu dan tekanan yang tinggi, seperti dipedalaman planet
raksasa, ia berpendapat bahwa air ada air ionik dimana molekul terurai
menjadi sup ion hidrogen dan oksigen, dan pada tekanan bahkan lebih
tinggi sebagai air superionik dimana oksigen mengkristal tetapi ionik
hidrogen mengapung dengan bebas dalam kisi hidrogen.

1.2.4. Karakteristik Air


1. Kesadahan

Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk


membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Secara lebih rinci
kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: (1) kesadahan umum (general
hardness atau GH) dan (2) kesadahan karbonat (carbonate hardness atau
KH).

2. pH
penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada
umumnya disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbon
dioksida. Pengaru yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpanagn standart kualitas air minum dalam hal pH adalah lebih
kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 namun demikian, hal tersebut dapat
19
menyebabkan beberapa senyawa kimia dapat meyebabkan beberapa
senyawa kimia beruba menjadi racun yang sangat menggu kesehatan.

3. DO ( Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari hasil fotesintesa dan absorbsi atmosfer atau udara. Semakin banyak
kadar DO didalam air semakin baik kualitas dari air tersebut.

4. BOD ( Biological Oxygent Demand)


BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat
di dalam air buangan secara biologi.

5. COD ( Chemical Oxygent Demand)


COD dalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.

1.2.5. Pengolahan air menjadi air minum


Proses pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air
bersih dan sehat sesuai standar mutu air untuk kesehatan. Proses
pengolahan air minum proses fisik, kimia dan biologi air agar memenuhi
syarat yang digunakan sebagai air minum. Proses kimia pada pengolahan
air minum diantaranya meliputi koagulasi, aerasi, reduksi, dan oksidasi.
Pengolahan air secara biologi untuk mematikan pathogen dapat
berlangsung bersama – sama denga reaksi kimia dan fisik denga
pemberian desinfektan.

1.2.5. Analisa Kadar Alkalinity, TDS, TSS

20
Alkalinity adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukkan
jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali
tanah pada perairan tawar.

Jenis-jenis Alkalinity yaitu:

1. Alkalinity Hidroksida (OH- Alkalinity)


2. Alkalinity Karbonat (CO- Alkalinity)
3. Alkalinity Bikarbonat (HCO – Alkalinity)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat
organic maupun anorganic, mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah
larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per
Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya
berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (2×10-
6
meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas
cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang,
proses kimia, pembuatan air mineral, dll. Setidaknya, kita dapat mengetahui
air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk
keperluan kimia (misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan,
makanan,dll). Sampai saat ini ada dua metoda yang dapat digunakan untuk
mengukur kualitas suatu larutan. Ada pun dua metoda pengukuran TDS
(Total Dissolve Solid) tersebut adalah :
1. Gravimetry
2. Electrical Conductivity
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah
residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk
TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan
jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi

21
penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai
kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah
kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara
hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel.
Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan
berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.
Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum
powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
yang mengandung 1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel juga
akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
mengandung 1.000 mg / L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut
mengandung nilai TSS yang sama.

BAB II
METODELOGI

2.2. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Erlenmeyer 300 ml : 1 buah
2. Erlenmeyer 250 ml : 1 buah
3. Erlenmeyer 200 ml : 1 buah
4. Corong : 2 buah
5. Pipet Tetes : 2 buah
6. Beaker glass 100 ml : 1 buah
7. Pipet Volum 20 ml : 1 buah
8. Pipet Volum 25 ml : 1 buah
9. Beaker gelas 200 ml : 1 buah
10. Buret 50 ml : 1 buah
11. Desikator : 1 buah
12. Oven : 1 buah

22
13. Neraca Analitik : 1 buah
14. Tabung Vacuum : 1 buah
15. Statif dan Klem : 1 buah
16. Corong Bucher : 1 buah
17. Cawan Petri : 8 buah
18. Pompa Vakum : 1 buah
19. Beaker glass 1000 ml : 1 buah

B. Bahan
1. Ijuk : 300 gr
2. Pasir silika : 3 kg
3. Batu Kerikil : 2,5 kg
4. Bio Ring : 1,5 kg
5. Busa : 150 gr
6. Batu kerikil besar : 1,5 kg
7. Batu zeolit : 1,5 kg
8. Arang : 300 gr
9. Toples : 1 buah
10. Kran Air : 1 buah
11. H2SO4 0,02 N : 1000 ml
12. Indikator PP : 100 ml
13. Indikator MO : 100 ml
14. Air Sungai Sebelum Filtrasi : 2000 ml
15. Air Sungai Setelah Filtrasi : 2000 ml
16. Air Aqua : 1500 ml
17. Air Vit : 1500 ml
18. Kertas Saring : 4 buah
19. Aquadest : 1000 ml
20. Tissue : 1 kotak

2.3. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS, dan TSS
2.3.1. Perancangan Alat
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Toples yang digunakan sebagai wadah penjernihan air telah
terpasang dengan kran air.
3. Bahan-bahan yang digunakan untuk filtrasi air dicuci terlebih
dahulu seperti ijuk, pasir, kerikil, batu besar, bioring, dan
arang.

23
4. Sebelum bahan dimasukkan bahan ditimbang sesuai dengan
yang akan digunakan.
5. Bahan pertama yang dimasukkan adalah batu besar ke dalam
toples.
6. Bahan kedua yaitu busa filtrasi di masukkan ke dalam
menutupi batu besar.
7. Bahan selanjutnya yaitu arang , kemudian ditutupi kembali
dengan busa filtrasi.
8. Bahan selanjutnya yaitu ijuk dan diatasnya diletakkan bioring
mengelilingi lingkaran toples kemudian dilapisi kembali
dengan busa filtrat.
9. Bahan selanjutnya yaitu kerikil dan dilapisi kembali dengan
busa filtrasi.
10. Kemudian pasir dimasukkan kembali dan dilapisi dengan
busa filtrasi.
11. Kemudian bahan selanjutnya yaitu ijuk dan diatasnya di
letakkan dengan busa filtrasi.
12. Setelah rancangan alat selesai maka rancangan alat tersebut
dicuci hingga air yang dihasilkan bersih. Maka alat tersebut
siap digunakan.
13. Air sungai dimasukkan kedalam beakerglass 1000 ml dan
dimasukkan ke dalam alat filtrasi . Hitung debit nya dalam
menit dan amati perubahan keluaran air sungai tersebut.

2.3.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen


1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Dipipet H2SO4 98 % sebanyak 0,54 ml lalu dimasukkan
kedalam labu ukur 1000 ml.
3. Larutan yang telah dipipet kemudian diencerkan dengan
aquadest sampai tanda batas dan dihomogenkan.

2.3.3.Prosedur Kerja Pengolahan Air


1. Alat dan bahan disediakan.

24
2. Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk
membersihkan bahan filtrasi hingga benar – benar bersih
sebanyak 3 kali.
3. Setelah dicuci dan benar – benar bersih kemudian sampel air
sungai dimasukkan kedalam alat filtrasi lalu ditampung pada
beaker glass secukupnya.
2.3.4. Prosedur Kerja Alkalinity
a. Untuk P.Alkalinity
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air sungai diukur sebanyak 20 ml dalam gelas ukur
50 ml, kemudian dituang kedalam erlenmeyer.
3. Indikator PP ditambahkan sebanyak 2 tetes kedalam
sampel, lalu diamati perubahan yang terjadi. Apabila tidak
terjadi perubahan berarti kadar P alkalinity sama dengan
nol.
4. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air filtarsi alat.

Gambar 2.1. Penentuan Alkalinity untuk Air Sebelum Filtrasi dan


sesudah filtrasi

b. Untuk M. Alkalinity
1. Sampel air Aqua diukur sebanyak 20 ml dalam gelas ukur 50
ml, lalu dituangkan kedalam erlenmeyer.
2. Indikator MO ditambahkan sebanyak 2 tetes, sampai
perubahan warna kuning terjadi, lalu dititrasi dengan H2SO4
0,02 N sampai terbentuk warna orange.
3. Volume titarsi dicatat pada table pengamatan.
4. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air filtarsi alat,
untuk air aqua dan untuk air Vit.
25
Gambar 2.2. Penentuan Alkalimetri untuk Air Ades dan Air
Aqua.

2.3.5. Prosedur Kerja TDS


a. Preparasi Cawan
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Cawan diberi label lalu dipanaskan dalam oven selama
60 menit.
3. Lalu didinginkan pada desikator selama 15 menit.
4. Cawan yang telah dingin, kemudian ditimbang dan
dicatat hasil penimbangannya sebagai berat cawan
kosong.

Gambar 2.3. Petridish

b. Analisa TDS
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Air Aqua yang ada pada labu vakum dituangkan kedalam
cawan lalu dipanaskan di oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C sampai kering.
3. Setelah 1 jam pemanasan, cawan didinginkan pada
desikator selama 15 menit, lalu ditimbang dan dicatat hasil
penimbangannya.
4. Lakukan percobaan yang sama untuk air Ades dalam waktu
bersamaan.

26
Gambar 2.4. Penentuan Kadar TDS

2.3.6. Prosedur Kerja TSS


a. Preparasi kertas saring
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Kertas saring digunting sesuai dengan ukuran corong
pengisap pada labu vakum.
3. Kertas saring yang telah digunting diberi tanda (sebelum
dan sesudah).
4. Petridish sebanyak 4 buah ditandai, 2 petridisk diberi tanda
TSS dan 2 lagi diberi tanda TDS.
5. Kertas saring diletakkan diatas corong vakum
6. Aquadesh ditambahkan secukupnya kemudian di hidupkan
pompa vakum sekitar 1 menit.
7. Setelah selesai, kertas saring (sebelum di filtrasi) tersebut
dimasukkan ke dalam petridisk yang telah ditandai untuk
mengukur TSS begitu juga dengan kertas saring (sesudah
di filtrasi).

27
8. Panaskan ke empat petridisk yang telah ditandai ke dalam
oven sampai kering ( sekitar 1 jam )
9. Petridisk yang telah dipanaskan, didinginkan pada
desikator selama 15 menit.
10. Kertas saring dan petridisk yang telah dingin, kemudian
ditimbang dan dicatat hasil penimbangannya sebagai berat
kertas saring kosong + sampel.

Gambar 2.5. Kertas Saring

b. Analisis TSS
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Alat vakum dirangkai, lalu kertas saring dimasukkan dalam
corong vakum.
3. Sampel air Aqua diukur sebanyak 20 ml pada gelas ukur 50
ml.
2. Pompa vakum dihidupkan, lalu sampel dituangkan secara
perlahan – lahan keatas kertas saring sampai habis.
3. Kertas saring diangkat menggunakan gegep besi, ditaruh
kedalam petri dish lalu dipanaskan selama 1 jam di oven
pada suhu 105 oC.
4. Setelah 1 jam pemanasan, kertas saring didinginkan pada
desikator selama 15 menit, lalu ditimbang dan dicatat hasil
penimbangannya.
5. Langkah yang sama diulangi untuk Air Vit pada waktu
bersamaan.

28
Gambar 2.6. Percobaan Kadar TSS

2.3.7. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS,


dan TSS

Air Sungai

baik 29
Analisis
Alkalinity,
TDS dan
TSS
Air Siap
Digunakan

Tidak baik

Proses Sedimentasi

Proses Filtrasi

Air Filtrasi

Tidak baik
Analisa
Alkalinity,
TDS dan baik
TSS
Air Siap
Gambar 2.7. Bagan Digunakan
Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS,
dan TSS

BAB III

DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Data Pengamatan


3.1.1. Analisa M dan P-Alkalinity
A. Data M dan p-Alkalinity
No Sampel Volume Alkalinity
Sampel
P. M.
(ml)
Alkalinity Alkalinity
( ml ) ( ml )

30
1. Air sungai 10 0 0,375
Sebelum Filtrasi

2. Air Sungai 10 0 0,425


Sesudah Filtarsi
3. Air Aqua 10 0 0,325
4. Air Ades 10 0,2

B. Pengamatan

1. Sampel + Aquadest larutan Tidak Berwarna


2. Sampel + Indikator PP larutan Tidak Berwarna
3. Sampel + Indikator MO larutan Jingga
4. Sampel + H2SO4 larutan Orange

3.1.2. Analisa TDS dan TSS


A. Data TDS dan TSS
No Sampel Volume TDS TSS
Sampel
Berat Berat Berat Berat
(ml)
Cawan Cawan Kertas Kertas
Kosong Kosong + Saring Saring +
( gr ) Endapan Kosong Endapan
( gr ) ( gr ) ( gr )

1. Air sungai 10 53,0911 53,1061 0,4936 0,4938


Sebelum
Filtrasi

31
2. Air Sungai 10 54,6481 54,6568 0,5240 0,5348
Sesudah
Filtarsi
3. Air Aqua 10 52,3891 52,3996 0,4955 0,496

4. Air Ades 10 53,2532 53,2646 0,5362 0,5370

3.2. Pengolahan Data


Perhitungan Reagen
Peny: N = % H2SO4 X BJ H2SO4 X 1000
BE
= 0.90 X 1,84 gr/ml x 1000 l/ml
49 gr/ek
= 33,79 ek/l
V1 . N1 = V2 . N2
V1. 33,79gr/ek = 1000 ml. 0,02 gr/ek
V1 = 0,59 ml
3.2.1. Perhitungan P Alkalinity
1. Sampel Air Sungai Sebelum Filtrasi
Penyelesaian :
P Alkalinity = 0
32
( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP)

2. Sampel Air Sungai Sesudah Filtrasi


Penyelesaian :
P Alkalinity = 0
( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP)

3. Sampel Air Aqua


Penyelesaian :
P Alkalinity = 0
( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP)
4. Sampel Air Ades
Penyelesaian :
P Alkalinity = 0
( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP).

3.2.3. Perhitungan M Alkalinity


1. Sampel air sungai Sebelum Filtrasi
Penyelesaian:
M Alkalinity = 1000 x volume H2SO4 X N H2SO4 X BE CuCO3
Volume sampel
=1000 ml/l x 0,375 x 0,2mek/ml x 50 mgr/mek
20 ml

= 187,5 gr/l
= 187,5 ppm
2. Sampel air Sungai Sesudah Filtrasi
Penyelesaian :
M Alkalinity = 1000 ml/l x volume H2SO4 x N H2SO4 x BE CaCO3
Volume sampel

33
= 1000 ml/l x 0,425 x 0,2 mek/ml x 50 mg/mek

20 ml

= 212,5 gr/l
= 212,5 ppm
3. Sampel air Aqua
Penyelesaian :
M Alkalinity = 1000 x volume H2SO4 x N H2SO4 x BE H2SO4
Volume sampel

= 1000 ml/l x 0,325 x 0,2 mek/ml x 50 mg/mek

20 ml

= 162,5 gr/l
= 162,5 ppm

4. Sampel Air Ades


Penyelesaian :

M Alkalinity = 1000 x volume H2SO4 x N H2SO4 x BE H2SO4


Volume sampel
= 1000 ml/l x 0,325 x 0,2 mek/ml x 50 mg/mek

20 ml

= 100 gr/l
= 100 ppm
3.2.4. Perhitungan TSS
1. Sampel air sungai Sebelum Filtrasi
Penyelesaian:
TSS =(Berat kertas saring + endapan – berat kertas saring kosong) x 1000
Volume sampel
34
= (0,4938 gr – 0.4936 gr ) x 1000 ml/l

10 ml

= 0,02 gr/l

= 0,02 ppm

2. Sampel air Sesudah Filtrasi


Penyelesaian:
TSS = (Berat kertas saring + endapan – berat kertas saring kosong) x
1000
Volume sampel
= ( 0,5348 gr – 0,5240 gr) x 1000 ml/l
10 ml
= 1.08 gr/l
= 1.08 ppm

1. Sampel Air Aqua


Penyelesaian:
TSS= (Berat kertas saring + endapan – berat kertas saring kosong) x 1000
Volume sampel
= (0,4996 mgr – 0,4955 mgr) x 1000 ml/l

10 ml

= 0,41 mgr/l
= 0,41 ppm

2. Sampel Air Ades


Penyelesaian:
TSS= (Berat kertas saring + endapan – berat kertas saring kosong) x 1000
Volume sampel

35
TSS = (0,5370 mgr – 0,5362 mgr ) x 1000 ml/l

10 ml

= 0.08 mgr/l
= 0.08 ppm

3.2.5. Perhitungan TDS


1. Sampel air sungai sebelum Filtrasi
Penyelesaian:
TDS = (Berat cawan kosong + endapan – berat cawan kosong) x 1000
Volume sampel
= (53,1061 mgr – 53,0911 mgr ) x 1000 ml/l

10 ml

= 1,5 mgr/l
= 1,5 ppm

2. Sampel air setelah Filtrasi


Penyelesaian:

TDS = (Berat cawan kosong + endapan – berat cawan kosong) x1000


Volume sampel

= ( 54,6568 mgr – 54,6481 mgr ) x 1000 ml/l

10 ml

= 0,87 mgr/l
= 0,87 ppm

3. Sampel Air Aqua


Penyelesaian:

36
TDS = (Berat cawan kosong + endapan – berat cawan kosong) x 1000
Volume sampel

= (52,3996 mgr – 52,3891 mgr ) x 1000 ml/l

10 ml

= 1,05 mgr/l
= 1,05 ppm

4. Sampel Air Ades


Penyelesaian:

TDS = (Berat cawan kosong + endapan – berat cawan kosong) x 1000


Volume sampel

= (53,2646 mgr – 53,2532 mgr ) x 1000 ml/l

10 ml

= 1,14 mgr/l
= 1,14 ppm

37
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengolahan Air bersih merupakan salah satu solusi yang dibutuhkan untuk
pemurnian air yang kotor ( yang tidak layak pakai ) menjadi air yang bersih
( Layak Pakai). Dalam pemurnian air diperlukan pemahaman dan konsep-konsep
dasar dari pengolahan air bersih, pemahaman tentang uji kualitas dan kuantitas air
dan juga pemahaman cara untuk menanggulangi air kotor agar dapat
membandingkan parameter mutu air yang bersih dengan air yang tidak bersih.

Air merupakan senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur
hydrogen yang bersenyawa dengan unsur oksigen, dalam hal ini membentuk
senyawa H2O. Dalam pengolahan air kotor menjadi air bersih perlu dilakukan
beberapa uji kualitas salah satunya uji alkalinitas, TDS, dan TSS pada air. Uji
alkalinitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan air
dalam menetralkan asam oleh adanya kehadiran ion bikrbonat atau HCO3-.
Sedangkan Uji TDS merupkan suatu uji yang dilakukan untuk menurunkan
kadar / jumlah zat terlarut yang terdapat dalam sebuah larutan. Uji TSS
merupakan suatu uji yang dilakukan untuk megetahui jumlah residu atau kadar zat
tersuspensi yang terdapat pada larutan. Pada percobaan kali ini dilakukan
beberapa uji kualitas air yang menggunakan air sungai sebagai sampel. Sampel air
sungai difiltrasi menggunakan alat penyaring air dengan bahan penyaring zeolite
dan kerikil. Hal ini diamaksudkan untuk menurunkan kadar alkali, TDS, dan TSS
dari air sungai

38
. BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. P alkalinity di peroleh pada sampel air sungai sebelum dan setelah


filtrasi, air Aqua, air Vit adalah 0 ppm dengan penambahan indicator PP
,menandakan air bersifat asam.
2. M alkalinity pada sampel air air sungai sebelum filtrasi, air setelah
filtrasi, air Aqua, air Vit adalah 15,5 ppm, 22,5 ppm,dan 12,5ppm, 10,5
ppm.
3. Kadar TSS yang terkandung pada air sungai sebelum filtrasi, air setelah
filtrasi, air Aqua, air Vit, secara berturut – turut adalah 260 ppm, 125 ppm,
1.195 ppm dan 690 ppm Kadra TSS terbesar terdapat pada air Aqua.
4. Kadar TDS yang terkandung pada air sungai sebelum filtrasi, air setelah
filtrasi, air Aqua, air Vit, secara berturut – turut adalah 130 ppm, 540 ppm,
840 ppm, dan 35 ppm . Kadra TDS terbesar terdapat pada air Aqua.

5.2. Saran
Pada praktikum harus memperhatikan kebersihan alat dengan baik
dan benar sesuai dengan prosedur yang ada.

39
LAMPIRAN

Tabel 1.1 Karakteristik Umum Air Permukaan dan Air Tanah

40
Tabel 1.2 Baku Mutu Air Kelas Satu (Air Baku Air Minum)

41
Tabel 1.3 Standar Nasional Indonesia untuk Air Minum dalam kemasan

42
43
44

Anda mungkin juga menyukai