Anda di halaman 1dari 14

HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA

Dosen Pembimbing: NELLY ARMAYANTI, Sp, M.Sp.

Mata Kuliah: Pend. Kewarganegaraan

Disusun Oleh:

Samuel Richardo Lumbantoruan (5161122016)

Hawari Alwi

Roy Budi Ilham

Risky Ayunan (5161122016)

Fakultas Teknik Prodi Pend. Teknik Otomotif

Universitas Negeri Medan

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kelompok ini ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan KaruniaNyalah, sehingga Kelompok ini dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
“Pendidikan Kewarganegaraan“ yang berjudul “Hak Negara dan Warga Negara ”. Saya
berterima kasih kepada Ibu Dosen NELLY ARMAYANTI, Sp, M.Sp Atas bimbingan
Beliaulah sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Kelompok ini juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena
itu Kelompok ini minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan Kami ini, Akhir Kata
Kelompok ini Ucapkan Terimah Kasih.

Medan,….November 2018

Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam
praktik harus dijalankan dengan seimbang . Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan
mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada
dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan / kewajiban bagi
individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan
akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut . Jika hak dan kewajiban tidak
berjalan secara seimbang dalam praktik kehidupan , maka akan terjadi suatu ketimpangan
yang akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik
dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa , maupun bernegara .
Dewasa ini sering terlihat ketimpangan antara hak dan kewajiban , terutama dalam
bidang lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak bagi setiap warga negara .
Lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan hal yang perlu
diperhatikan . Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa “ Tiap - tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “ . Secara garis besar
dapat dijelaskan bahwa pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan hak untuk
setiap warga negara sebagai salah satu tanda adanya perikemanusiaan . Lapangan pekerjaan
merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan yang akan digunakan
dalam pemenuhan kehidupan yang layak . Penghidupan yang layak diartikan sebagai
kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar , seperti : pangan , sandang , dan
papan .
Warga Negara merupaka salah satu unsure pokok dalam suatu Negara, selain adanya wilayag
dan pemerintahan yang berdaulat. Semua orang yang berada di suatu Negara tentu perlu
mengerti tentang status atau kedudukannya baik menyangkut hak dan kewajibannya sebagai
anggita dari sebuah Negara. Setiap warga Negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap
negaranya. Sebaliknya, Negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan dan
kesejatraan terhadap warga negaranya.
Pada era globalisasi ini sering terlihat tingginya angka akan tuntutan hak tanpa diimbangi
dengan kewajiban .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Warga Negara merupaka salah satu unsure pokok dalam suatu Negara, selain adanya
wilayag dan pemerintahan yang berdaulat. Semua orang yang berada di suatu Negara tentu
perlu mengerti tentang status atau kedudukannya baik menyangkut hak dan kewajibannya
sebagai anggita dari sebuah Negara. Setiap warga Negara mempunyai hak dan kewajiban
terhadap negaranya. Sebaliknya, Negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan
dan kesejatraan terhadap warga negaranya.
B. Konsep Warga Negara
Warga Negara dalam bahasa Indonesia disebut citizen, dalam bahasa Yunani
civics(asal katanya civicus) yang berarti penduduk sipil(citizen). Merujuk kepada bahasa
Yunani Kuno polites atau Latin civis, yang didefenisikan sebagai anggota dari polis(kota)
Yunani Kuno atau res publika(perkumpulan orang orang atau masyarakat) Romawi bagi
persekutuan orang orang di Mediterania kuno, yang selanjutnya kepada peradaban Eropa dan
Barat (Kalidjernih, 2007)
Aristoteles mengatakan bahwa seseorang yang patut disebut sebagai warga Negara dalam
suatu Negara demokratis belum tentu dapat dusebut sebagao warga Negara dalam sebuah
Negara oligarkis. Menurutnya, perbedaan bentuk pemerintahan berpengaruh besar dalam
menentukan siapakah warga Negara yang sesungguhnya dari suatu Negara. Orang yang
diperintah dan yang memerintah itu sewaktu waktu dapat bertukar peran. Jadi warga Negara
harus sanggup memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara (Reoaar,
1993:67)
Sri Wuryan Syaifullah (2009:108) menjelaskan bahwa warga Negara dibagi kedalam
dua golongan, yaitu (1) yang menguasai atau yang memerintah, (2) yang dikuasai atau yang
deperintah. Warga Negara yang menguasai haruslah memeliki kebjikan dan keutamaan yakni
sifat kebaikan dan diperintah tidaklah berlaku untuk waktu yang selamanya. Dalam waktu
tertentu keadaan itu bisa bertukar posisi, dimana yang diperintah bergantii menjadi yang
memerintah. Hal ini didsarkan pada argumentasi bahwa seluruh warga Negara itu adalah
orang bebas sederajat sehingga mereka semua harus siap sedia untuk diperintah dan
memerintah.
AS hikam (1999:166) mendefenisikan bahwa warga Negara (citizenship) adalah
anggota dari sebuah komunitas yang membentuk Negara itu sendiri. Oleh karenanya,
kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi (1) dimensi keterlibatan
aktif dalam komunitas, (2) dimensi pemenuhan hak hak dasar hak politik, ekonomi, dan hak
social cultural, serta (3) dimensi dialog keberadaan ruang yang bebas.
Dalam buku yang berjudul Civics : Citizen in action, Turner (1990) menjelaskan bahwa warg
Negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah hokum
tertentu.
C. Warga Negara Indonesia
Secara teoritis, upaya mendefenisikan warga Negara dan siapa yang menjadi warga Negara
untuk suatu Negara tidak mudah. Aristoteles (Barker, 199584-85) pernah mengantisipasi
bahwa “The definition of a citizen is a question which is often disputed; there is no general
agreement on who is a citizen”.
Konstitusi adalah hokum dasar bagi suatu Negara. Ada konstusi tertulis (written constitution)
dan ada yang tidak tertulis (unwritten constitution). Ada beberapa UUD yang pernah berlaku
di Indonesia dan mengatur tentang kewarganegaraan UUD 1945 sebagai konstusi tertulis di
Indonesia pasal 26 menyatakan sebagai berikut:
1. Yang menjadi warga Negara ialah orang orang bangsa Indonesia asli dan orang orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang undang sebagai warga Negara.
2. Penduduk ialah warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia
3. Hal hal mengenai warga Negara dan penduduk diatur dengan undang undang.
Ketentuan Pasal 5 ayat 1 yang dimaksud adalah ketentuan dalam UU No 3 1946 yang
berbunyi: “Kewarganegaraan Indonesia dengan cara naturalisasi diperoleh dengan berlakunya
undang undang yang memberiikan naturalisasi ini.
Pertama, orang yang menurut persetujuan Perihal pembagian warga Negara(PPPWN) KMB
(Lembaran Negara No 2 Tahun 1950) memperoleh kewarganegaraan Indonesia.
Kedua, orang yang berdasarkan atas PPPWN KMB memperoleh kewarganegaraan Indonesia.
Kesempatan ini diberika kepada mereka karena mereka mereka dilahirkan diwilayan
Indonesia atau pada saat penyerahan kedaulatan tanggal 27 desember 1949 bertempat tinggal
diwilayah Republik Indonesia sekurang kurangnya 6 bulan(pasal 3 PPPWN).
Ketiga, orang yang kewarganegaraannya tidak ditetapkan oleh PPPWN KMB sudah menjadi
warga Negara Indonesia menurut undang undang Republik Indonesia.
Menurut Guatama (1970), setelah terbitnya pasal 144 UUDS maka ketentuan yang
dimaksudkan dalam UU No 3 1946 tentang status kawula Negara Belanda tidak berlaku lagi.
UU No 3 Tahun 1946 mengatur tentang kewarganegaraan dan kepedudukan Republik
Indonesia yang melalui UU No 6 Tahun 1947 dinyatakan berlaku surut sejak 17agustus 1945.
Pasal 1 menetapkan bahwa wara Negara Indonesia ialah:
1. Orang yang asli dalam daerah Indonesia
2. Orang yang tidak masuk dalam golongan itu yang lahir dan bertempat kedudukann
dan kediaman di dalam daerah Negara Indonesia, dan orang bukan turunan seorang
dari golongan termaksud, yang lahir dan bertempat dudukan dan kediaman selama
sedikitnya 5 tahun berturut turut yang paling akhir didalam daerah Negara Indonesia,
yang telah berumur 21 tahun, atau lebih atau telah kawin, kecuali jika ia menyatakan
keberatan menjadi warga Negara Indonesia karena ia adalah warga Negara lain.
3. Orang yang mendapat kewarganegaraan Negara Indonesia dengan cara naturalisasi
4. Anak yang sah, disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh bapaknya yang pada
waktu lahirnya bapaknya mempunyai kewarganegaraan Negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dalam 300 hari setelah bapaknya yang mempunyai kewarganegaraan
Negara Indonesoa meniggal dunia.
6. Anak yang hanya ibunya diakui dengan ara yang sah yang pada waktu lahirnya
mempunyai kewarganegaraan Negara Indonesia.
7. Anak yang diangkat dengan cara yang sah oleh seorang warga Negara Indonesia.
8. Anak yang lahir di dalam daerah Indonesia , yang oleh bapaknya ataupun oleh ibunya
tidak diakui dengan cara yang sah
9. Anak yang lahir dalam daerah Indonesia yang tidak diketahui siapa orang tuanya atau
kewarganegaraan Negara orang tuanya.
Tentang siapa warga Negara Indonesia, dinyatakan pada Pasal 4 UU No 12 Tahun 2006,
yaitu:
1. orang orang bangsa indonesia dan orang orang bangsa lain yang disahkan dengan undang
undang sebagai warga negara.
2. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang undangan dan atau berdasarkan
perjanjian pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga
negara Indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warga negara indonesia dan ibu warga
negara indonesia
4. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warga negara indonesia dan ibu asing
5. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah asing dan ibu warga negara indonesia
6. Anak yang lahir di luar perkawinan sah dari seorang ibu warga negara indonesia dan ayah
tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum warga negara asal ayahnya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak itu.
7. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara indonesia
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari ibu seorang warga negara asing yang
diakui oleh seorang ayah warganegara indonesia sebagai anaknya dan pengakuan tersebut
dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun dan atau tidak kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah negara Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan ibunya
10. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara RI selama ayah dan ibunya tidak
diketahui
11. Anak yang lahir di wilayah negara RI dari seorang warga negara Indonesia yang karena
ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada
anak yang bersangkutan
12. Anak dari seseorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah dan ibu meninggal dunia sebelum mengucapkan atau
menyatakan janji setia.
D. Asas-asas kewarganegaraan
Seseorang dinyatkan warga negara apabila memenuhi syarat dari negara
tersebut,setiap negara mempunyai hak untuk menentukan asas kewarganegaraan.ada 2 asas
pedoman untuk menetukan kewarganegaraan
1. Asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan
2. Asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran
Namun di dalam literatur hukum dan dalam praktek ada tiga asas kewarganegaraan
1. Ius soli
Asas kedaerahan,berasal dari bahasa latin ;ius yang berarti hukum dan pedoman,sedangkan
soli berasal dari kata solum yang berarti negeri,tanah,atau daerah,jadi ios soli adalah
penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat dan daerah atau kelahiran
seseorang.seseorang di anggap warga negara karena ia dilahirkan di negara tersebut.
2. Ius sanguinis
Asas darah atau asas keturunan .asas ini menetapkan seseorang mendapat warga negara jika
orangtuanya adalah warga negara suatu negara.
3. Asas campuran
Namun demikian dalam praktik ada negara yang menganut keduanya,misalnya india dan
pakistan termasuk negara sangat menikmati kebijakan yang mereka terapkan dengan sistem
dwi kewarganegaraan
Selain dilihat dari sisi kelahiran,kewarganegaraan juga di lihat dari sisiperkawinan
yang mencakup asas kesatuan atau kesamaan hukum dan persamaan derajat.
Dalam hukum negara juga mengatur tentang asas warga negara yaitu UU Nomor 12 Tahun
2006 tentang kewarga negaraan republik indonesia
Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2006 asas kewarganegaraan umum terdiri atas 4
asas.yaitu asas kelahiran,asas keturunan,asas kewarga negaraan tunggal,dan asas
kewarganegaraan ganda terbatas
Sedangkan asas kewarganegaraan khusus ialah asas asas yang terdiri atas beberapa
macam asas atau pedoman kewarganegaraan.
a) Asas kepentingan nasional
Mempertahankan kepentingan nasional dan mempertahankan kedaulatan.
b) Asas perlindungan maksimum
Memberikan perlindungan kepada setiap warga negara
c) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintah
Warga negara memiliki kesamaan hukum
d) Asas kebenaran substansif
`prosedur kewarganegaraan tidak hanya bersifat administratif,tetapi juga bersifat substansi

e) Asas Non-diskriminatif
Tidak membedakan suku,ras,dan warna kulit atau Dll.
f) Asas pengakuan dan permohonan terhadap HAM
Menjamin dan melindungi warga negara dan memulikan nya pada persamaan HAM
g) Asas keterbukaan
Segala sesuatu yang bersifat warga nnegara harus bersifat terbuka
h) Asas pulisitas
Bahwa seseorang yang kehilangan warga negaraan RI akan di umumkan
E. Cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan iondesia
Biasa nya cara memperoleh status kewarganegaraan ada dua cara,yaitu status
kewarganegaraan dengan kelahiran di di wilayah hukum indonesia dan dengan cara
pewarganegaraan (naturalization)
Adapun 5 metode perolehan status kewarganegaraan yang dikenal dalam praktik tersebut
1. Citizenship by birth
Cara memperoleh kewarganegaraan dengan berdasarkan kelahiran
2. Citizenship by descent
Cara peroleh kewarganegaraan berdasarkan faktor keturunan
3. Citizenship by naturalization
Pewarganegaraan orang asing melalui permohonan menjadi warganegara setelah memenuhi
persyaratan.
Adapun syarat pemohon untuk menjadi warga negara
a) Telah berusia 18 tahun atau sudah menikah
b) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di
wilayah iondonesia palingsingkat 5 tahun
c) Sehat jamani rohani
d) Dapat berbahasa indoneisa serta mengakui dasar negara yaitu pancasila
dan undang undang dasar 1945
e) Tidak pernah dijatuhi tindak pidana dengan tindak pidana penjara 1
tahun
f) Tidak menjadi berkewarganegaraan ganda
4. Citizenship by registration
Perolehan kewarganegaraan bagi mereka yang telah memenuhi syarat syarat tertentu dianggap
cukup dilakukan melalui prosedur administrasi yang lebih sederhana
5. Citizenship by incorporation of lerrito
Proses pewarganegraan karena terjadinya perluasan wilayah
Terdapat 3 kemungkinan kehilangan kewarganegaraan
1. Renunciation
Tindakan sukarela untuk meninggalkan salah satu status kewarganegaraan nya
2. Termination
Penghentian statuys kewarganegaraan karena tindakan hukum
3. Deprivation
Penghentian secara paksa,atas perintah pejabat yang berwenang
UU No 12 Tahun 2006 mengatur pula bagaimana cara kehilangan kewarganegaraan
1. Memperoleh kewarganegaraan lain dengan kemauan sendiri
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain
3. Dinyatakan hilang kewarga negaraan oleh presiden atas permohonan sendiri
4. Masuk dinas ke tentara asing tanpa izin terlebih dahulu
5. secara sukarela masuk ke tentara asing
6. mengangkat sumpah terhadap negara asing
7. mempunyai paspor
8. bertempat tinggal di luar negara selama 5 tahun terus menerus
cara memperoleh status kewarganegaraan melalui prosedur pewarganegaraan sebagaimana
dimagsud dalam pasal 18 dan pasal 22.pasal 32 mengatakan
1. mengajukan permohonan tertulis melauli proeedur yang di maksud pasal 9 sampai
dengan pasal 17
2. apabila tinggal di luar wilayah nkri,permohonan di sampaikan melalui perwakilan
repuiblik indonesia yang wilayah kerjanya meliputi permohonoan
3. permohonan boleh di ajukan laki laki maupun perempuan yang kehilangan
kewarganegaraan nya yang diu magsud pasal 26 ayat 1
meneruskan permohonan tersebut kepada mentri dalam kurun waktu paling lama 14 hari

F. Konsep Dasar HAM


(HAM Menurut UU No 39 Tahun 1999)Pengertian HAM ~ Menurut undang-undang
ini, inti pengertian hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa hak asasi manusia
merupakan hak universal yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah Tuhan dan
dibawa sejak lahir. Secara lebih khusus, hak asasi manusia ini dapat dilihat dari dua makna.
1. HAM merupakan hak alami yang melekat dalam diri setiap manusia sejak ia
dilahirkan ke dunia. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang diperkenankan
merampas hak tersebut dari tangan pemiliknya.
2. HAM merupakan instrumen untuk menjaga harkat dan martabat manusia sesuai
dengan kodrat kemanusiaannya yang luhur. Tanpa adanya hak asasi, manusia tidak
akan dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya sebagai
makhluk Tuhan yang paling mulia.
G. Sejarah HAM
Pada masa kenabian , di kota madinah disusun sebuah piagam madinah (shahifatul madinah
atau mitsaaqu al madinah). Piagam ini merupakan dokumen kesepakatan masyarakat
madinah untuk melindungi dan menjamin hak –hak sesame warga masyarakat tanpa
memandang latar belakang ,suku, dan agama. Piagam madinah bersifat revolusioner, karena
menentang tradisi kesukuan orang – orang arab pada saat itu. Tidak ada satu pun
yangmemiliki keistimewaan atau kelebihan di bandingkan dengan suku lain . piagam ini
dideklarasikan di madinah pada 622 M ( Didik B. arif, 2014: 134-135) menurut musthafa
kamal pasha (pasha,2002: 126) . terdapat 2 landasan pokok bagi kehidupan bermasyarakat
yang diatur dalam piagam madinah yaitu
1. Semua pemeluk islam adalah umat walaupun mereka beda suku dan bangsa.
2. Hubungan Antara komunitas muslim dan non muslim didasarkan pada prinsip-
prinsip:
a. Berinteraksi secara baik dengan sesame tetangga.
b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.
c. Saling menasehati.
d. Menghormati kebebasan beragama.

Di kawasan eropa, pada tahun 1215 lahir Magna Charta,piagam ini merupakan
perjanjian Antara raja dan bangsawan melalui piagam ini
Konsep HAM bukan hanya ada di Indonesia saja, melainkan di seluruh dunia. Hal ini karena
pada hakikatnya konsep HAM berasal dari dunia Barat. Sejarah perkembangan HAM
ditandai dengan tiga peristiwa penting berikut ini.
1. Magna Charta
Magna Charta (1215) merupakan piagam kesepakatan antara para bangsawan dengan Raja
John di Inggris. Kesepakatan ini menyatakan bahwa raja memberi jaminan beberapa hak
untuk para bangsawan dan keturunannya. Hak tersebut di antaranya adalah hak untuk tidak
dipenjara tanpa proses pemeriksaan pengadilan. Hak tersebut menjadi bagian dari sistem
konstitusional Inggris sejak saat itu.
2. Revolusi Amerika
Revolusi Amerika merupakan peristiwa perjuangan rakyat Amerika Serikat dalam melawan
Inggris sebagai penjajah kala itu. Hasil dari peristiwa ini adalah Declaration of Independence
dan Amerika Serikat merdeka pada 4 Juli 1776.
3. Revolusi Perancis
Revolusi Prancis (1789) merupakan peristiwa pemberontakan rakyat Perancis terhadap
rajanya sendiri karena dianggap telah bertindak absolut dan sewenang-wenang. Peristiwa ini
menghasilkan Pernyataan Hak-hak Manusia dan Warga Negara yang memuat tentang hak
kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan.
HAM mencakup berbagai bidang dalam kehidupan manusia dan bukan hanya milik negara-
negara Barat. HAM bersifat universal dan telah diakui secara internasional.
H. prinsip- prinsip pokok HAM
Ada beberapa prinsip pokok yang terkait dengan penghormatan
pemerintah,pemenuhan,pemajuan,dan perlindungan HAM. Prinsip – prinsip tersebut adalah :
1. prinsip universal, bahwa HAM itu berlaku bagi semua orang, apa pun jenis
kelaminannya ,statusnya,agama,suku bangsa atau kebangsaannya.
2. Prinsip tidak dapat dilepaskan (inalienable), yaitu siapapun, dengan alasan apapun,
tidak dapat dan tidak boleh mencerubut atau mengambil hak asasi seseorang.
Seseorang tetap mempunyai hak asasinya kendati hokum di Negaranya tidak
mengakui dan menghormati hak asasi orang itu atau bahkan melanggar hak asasi
tersebut
3. Prinsip tidak dapat dipisahkan (indivisible) artinya bahwa hak- hak ekonomi, social
dan budaya serta hak pembangunan
4. Prinsip saling tergantung (inter dependent) yaitu bahwa di samping tidak dapat
dipisahkan, hak- hak asasi itu saling tergantung satu sma lain
5. Prinsip keseimbangan,artinya bahwa perlu ada keseimbangan dan keselarasan
diantara HAM perorangan dan kolektif di satu pihak.sesuaii dengan kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk social
6. Prinsip partikularisme yatu bahwa kekhususan nasional dan regional serta berbagai
latar belakang sejarah, buday, dan agama adalah sesuatu yang penting dan harus
menjadi pertimbangan
I. HAM dalam UUD 1945
Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis
tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut Pancasila sebagai dasar dari bangsa
Indonesia hakikat manusia adalah tersusun atas jiwa dan raga, kedudukan kodrat sebagai
makhluk Tuhan dan makhluk pribadi, adapun sifat kodratnya sebagai mahluk individu dan
makhluk sosial. Dalam pengertian inilah maka hak-hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan
dengan hakikat kodrat manusia tersebut. Konseksuensinya dalam realisasinya maka hak asasi
manusia senantiasa memilik hubungan yang korelatif dengan wajib asasi manusia karena sifat
kodrat manusia sebaga individu dan mahluk sosial.
Dalam rentangan berdirinya bangsa dan negara Indonesia telah lebih dulu dirumuskan dari
Deklarasi Universal hak-hak asasi manusia PBB , karena Pembukaan UUD 1945 dan pasasl-
pasalnya diundangkan pada tanggal 18 Agustus 1945 , adapun Deklarasi PBB pada tahun
1948. Hal itu merupakan fakta pada dunia bahwa bangsa Indonesia sebelum tercapainya
pernyataan hak-hak asasi manusia sedunia oleh PBB, telah mengangkat hak-hak asasi
manusia dan melindunginya dalam kehidupan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Hal
ini juga telah ditekankan oleh para pendiri negara, misalnya pernyataan Moh. Hatta dalam
sidang BPUPKI sebagai berikut :
“Walaupun yang dibentuk itu Negara kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan beberapa
hak dari warga Negara agar jangan sampai timbul negara kekuasaan (Machsstaat atau negara
penindas)”.
Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya termuat dalam naskah Pembukaan UUD 1945,
dan Pembukaan UUD 1945 inilah yang merupakan sumber normativ bagi hukum positif
Indonesia terutama penjabaran dalam pasal pasal UUD 1945.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea kesatu dinyatakan bahwa “Kemerdekaan ialah hak
segala bangsa”. Dalam pernyataan tersebut terkandung pengakuan secara yuridis hak asasi
manusia tentang kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak
Asasi Manusia PBB pasal I.
Dasar filosofi hak-hak asasi manusia tersebut bukanlah kebebasan individualis, malainkan
menempatkan manusia dalam hubungannya dengan bangsa (makhluk sosial) sehingga hak
asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban asasi manusia .Kata-kata berikutnya
adalah pada alinea ketiga Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut :
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan yang
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya”.
Penyataan tentang “ atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…” mengandung arti bahwa
dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan manusia yang berketuhanan Yang
Maha Esa, dan diteruskan dengan kata “…supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas…”
dalam pengertian bangsa maka bangsa Indonesia mengakui hak-hak asasi manusia untuk
memeluk agama sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia
PBB pasal 18, dan dalam pasal UUD 1945 dijabarkan dalam pasal 29 ayat (2) yaitu negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Melalui Pembukaan UUD 1945 dinyatakan dalam alinea empat bahwa Negara Indonesia
sebagai suatu persekutuan bersama bertujuan untuk melindungi warganya terutama dalam
kaitannya dengan perlindungan hak-hak asasinya. Adapun tujuan negara yang merupakan
tujuan yang tidak pernah berakhir (never ending goal) adalah sebagai berikut :
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
 Untuk memajukan kesejahteraan umum.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Tujuan Negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal maupun material
tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh
warganya dengan suatu undang-undang terutama untuk melindungi hak-hak asasi manusia
demi untuk kesejahteraan hidup bersama.
Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut,
Negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia pada warganya terutama
dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah, antaralain
berkaitan dengan hak-hak asasi di bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan,
dan agama.

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurnal 1
    Jurnal 1
    Dokumen12 halaman
    Jurnal 1
    Hamdanil Panggabean's
    Belum ada peringkat
  • Bab 7-1
    Bab 7-1
    Dokumen24 halaman
    Bab 7-1
    Hamdanil Panggabean's
    Belum ada peringkat
  • Bab 7-1
    Bab 7-1
    Dokumen24 halaman
    Bab 7-1
    Hamdanil Panggabean's
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Hamdanil Panggabean's
    Belum ada peringkat