Sop Imunisasi Lengkap
Sop Imunisasi Lengkap
No. :
Dokumen
Terbitan :
Revisi :
SOP Tgl. Mulai :
berlaku
Halaman : Puskesmas Waetuno
Dinkes
Kab.Wakatobi
1. Pengertian Alat suntik Auto-Disable adalah alat suntik yang setelah dipakai mengunci
sendiri dan hanya dapat dipakai sekali. Alat suntik ini yang direkomendasikan
untuk semua jenis pelayanan imunisasi. Setiap alat suntik AD adalah steril dan
diberi segel oleh pabrik. Ada beberapa jenis alat suntik AD yang berbeda-beda
antara lain : Uniject, Soloshot, Destroject, Univec, Terumo, K1, Medico injet.
Semua alat suntik AD mempunyai penutup plastik untuk menjaga agar jarum
tetap steril dan beberapa juga memiliki penutup pada pistonnya.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penggunaan
Alat Suntik Auto-Disable.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas waetuno No.________________________ tentang
Standar Pelayanan Publik Puskesmas waetuno
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012
5. Prosedur / Langkah-langkah umum menggunaan alat suntik AD
Langkah-langkah 1) Keluiarkan alat suntik dan jarum dari bungkus plastik (lepaskan dan buka
ujung piston alat suntik dari paket) atau lepaskan tutup plastiknya.
2) Pasang jarum pada alat suntik jika belum terpasang.
3) Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum.
4) Masukkan jarum ke dalam vial/ampul vaksin dan arahkan ujung jarum ke
bagian paling rendah dari dasar vial/ampul (dibawah permukaan vaksin).
5) Tarik piston untuk mengisi alat suntik. Piston secara otomatis akan berhenti
setelah melewati tanda 0,05 ml/0,50 ml dan anda akan mendengar bunyi
“klik”.
6) Tekan/dorong piston hingga isi alat suntik sesuai dosis 0,05 ml/0,5 ml.
lepaskan jarum dari botol. Untuk menghilangkan gelembung udara, pegang
alat suntik tegak lurus dan buka penyumbatnya.
7) Kemudian tekan dengan hati-hati ke tanda tutup.
8) Tentukan tempat suntikan.
9) Dorong piston ke depan dan suntikkan vaksin. Setelah suntikan, piston
secara otomatis akan mengunci dan alat suntik tidak bisa digunakan lagi.
Jangan lagi menutup jarum setelah digunakan.
10) Segera masukkan jarum dan alat suntik langsung ke dalam safety box.
Safety box adalah penampung ADS bekas yang tahan bocor dan tahan
tusukan.
Catatan :
Keuntungan alat suntik AD :
1) Sterilitas ADS terjamin.
2) Alat ini mengeliminasi penyebaran penyakit dari penerima vaksin ke orang
lain yang disebabkan oleh penggunaan jarum dan alat suntik yang
terkontaminasi.
3) Tidak perlu sterilisasi.
6. Unit Terkait Puskesmas, posyandu
PEMBERIAN & PENYUNTIKAN VAKSIN BCG
No. Dokumen :
Terbitan :
Revisi :
SOP Tgl. Mulai :
berlaku
Dinkes Halaman :
Puskesmas Waetuno
Kab.Wakatobi
Ditetapkan Oleh Muh. Aswin Mukka Ipo,S.Kep
Kepala Puskesmas Waetuno Nip.19830821 200502 1 001
1. Pengertian Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycobacterium
bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyuntikan
BCG.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas waetuno No. ____________________ tentang Standar
Pelayanan Publik Puskesmas waetuno
1. Pengertian Vaksincampak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5
ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan
tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.’
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap campak.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyuntikan
Campak.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas waetuno No. ____________________ tentang Standar
Pelayanan Publik Puskesmas waetuno.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes tahun 2012.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis Vaksin Campak :
Langkah-langkah Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan
pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada
usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 2-3 tahun
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label VVM.
Vaksin yang usdah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 6 jam.
Cara Penyuntikan Vaksin Campak :
1. Suntikan diberikan pada lengan kiri atas, pertengahan M.Deltoideus secara
subkutan dengan dosis 0,5 cc.
2. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan
telanjang.
3. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda untuk
menekan ke atas lengan bayi.
4. Pegang lengan seperti mencubit menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
Kemudian jarum suntik disuntikkan dengan sudut 45o.
5. Terhadap permukaan kulit, dengan kedalaman jarum tidak lebih dari ½ inchi.
(lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan jarum tidak menembus
pembuluh darah).
6. Suntikkan vaksin pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
Dinkes
Puskesmas Waetuno
Kab.Wakatobi
Di Tetapkan Oleh Muh. Aswin Mukka Ipo,S.Kep
Kepala Puskesmas Waetuno Nip.19830821 200502 1 001
1. Pengertian Vaksin DPT/HB/Hib adalah vaksin jerap Difteri Pertusis Tetanus, Hepatitis B
Rekombinaan, Haemophilus influenza tipe B, berupa suspensi homogen yang
mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk rejan)
inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius, dan
komponen HiB sebagai vaksin bakteri.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemberian dan
Penyuntikan Vaksin DPT/HB/HiB.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. __________________________ tentang
Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes 2012
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis Vaksin DPT/HB/Hib :
Langkah-langkah Vaksin harus disuntikkan secara intramuscular.
Penyuntikan sebaiknya dilakukan pada anterolateral paha atas.
Penyuntikan pada bagian bokong anak dapat menyebabkan luka saraf siatik dan
tidak dianjurkan.
Suntikan yang digunakan adalah spuit 0,5 ml.
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label VVM.
Cara Penyuntikan Vaksin DPT/HB/Hib :.
1. Pegang lokasi suntikan dengan ibu jari dan jari telunjuk.
2. Suntikan vaksin dengan posisi jarum suntik 90o terhadap permukaan kulit
(lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan jarum tidak menembus
pembuluh darah).
3. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke
dalam otot.
4. Suntikkan pelan-pelan untuk mengurang rasa sakit.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
1. Pengertian Vaksin Oral Polio hidup (Oral Polio Vaccine = OPV) adalah Vaksin Polio
Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3 (Strain
Sabin) yang sudah dilemahkan.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemberian dan
Penyuntikan Vaksin Polio.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No.____________________
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4
kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PEMBERIAN VAKSIN TETANUS TOXOID
No. Dokumen :
Terbitan :
Revisi :
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman :
1. Pengertian Vaksin TT merupakan suspense kolodial homogen berwarna putih susu dalam
vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi ke dalam alumunium
fosfat.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Pemberian
Vaksin TT.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No. ____________________
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga
setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus
pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat dan
kelima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis
ketiga dan keempat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa
kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI UNTUK
MEMPERCEPAT PROSES PELAYANAN
Nomor :
Terbit ke :
SOP No.Revisi :
Tgl.Diberlaku :
Halaman :
Puskesmas M. Aswin Mukka Ipo, S.Kep
Waetuno NIP. 198308212005021001
1. Pengertian Vaksin DT merupakan suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial
gelas, mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang teradsorbsi kedalam
alumunium fosfat.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Pemberian dan
Penyuntikan Vaksin DT.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara_______________________ tentang Standar
Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian
0,5 ml. dianjurkan untuk anak usia di bawah 7 tahun. Untuk usia 7 tahun atau lebih
dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td.
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label VVM.
6. Unit Terkait Puskesmas, sekolah dasar
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI UNTUK
MEMPERCEPAT PROSES PELAYANAN
Nomor :
Terbit ke :
SOP No.Revisi :
Tgl.Diberlaku :
Halaman :
Puskesmas M. Aswin Mukka Ipo, S.Kep
Waetuno NIP. 198308212005021001
1. Pengertian Lemari es atau peralatan rantai dingin adalah peralatan yang digunakan dalam
pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Perawatan Lemari
Es.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No. ____________________ tentang Standar
Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / a. Prosedur Harian :
Langkah-langkah 1. Memantau suhu dengan melihat termometer atau alat pemantau suhu digital
setiap hari pada pagi dan sore.
2. Periksa apakah terjadi bunga es dan periksa ketebalan bunga es.
Apabila bunga es lebih dari 0,5 cm lakukan defrosting ( pencairan bunga es).
3. Lakukan pencatatan langsung pada kartu pencatatn suhu setelah selesai
pengecekan suhu dan defrosting.
b. Prosedur Mingguan :
1. Memeriksa steker jangan sampai kendor, bila kendor kencangkan baut dengan
obeng.
2. Perhatikan adanya tanda-tanda steker hangus dengan melihat perubahan warna
pada steker, jika itu terjadi gantilah steker dengan yang baru.
3. Sebelum membersihkan badan lemari es, cabut steker terlebih dahulu agar tidak
terjadi konsleting/arus pendek.
4. Bersihkan seluruh badan lemari es dengan menggunakan lap basah, kuas yang
lembut/spon busa dan sabun.
5. Pergunakan lap kering untuk mengeringkan badan lemari es.
6. Ketika membersihkan badan lemari es, jangan membuka pintu lemari es untuk
menjaga suhu tetap 2 s/d 8 oC.
7. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali steker.
8. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai kegiatan
pemeliharaan mingguan.
1. Pengertian Kotak pengaman merupakan kotak / tempat pembuangan sementara sampah limbah
tajam dan limbah imunisasi lainnya.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Pembuangan Kotak
Pengaman.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No._____________________ tentang Standar
Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / Ada lima cara yang biasa digunakan untuk memusnahkan kotak pengaman yang telah
Langkah-langkah berisi penuh atau untuk menjauhkannya dari jangkaun orang-orang :
1. Insinerasi.
Incinerator dapat memusnahkan alat suntik dan jarum dengan sempurna. Api yang
membakar pada suhu lebih tinggi dari 800 C membunuh mikro organisme dan
mengurangi volume sampah.insinerator ini berfungsi dengan baik menjamin
pemusnahan alat suntik dan jarum yang paling sempurna. Alat ini menimbulkan
lebih sedikit polusi udara ketimbang api yang membakar pada temperatur yang
lebih rendah.
2. Membakar dalam drum logam.
Untuk membakar dalam sebuah drum atau wadah logam
a. Tentukan tempat pembakaran di area yang tidak digunakan sejauh mungkin
dari gedung. Area tersebut harus diberi pagar dan bersih.
b. Letakkan empat batu bata di atas tanah dengan berbentuk segi empat.
c. Letakkan layar logam atau panggangan di atas batu bata.
d. Lepaskan kedua sisi drum baja 210 liter (55 galon US). Ini memungkinkan
udara mengalir melalui drum dan isinya akan terbakar lebih sempurna. Jika
tidak ada drum logam, anda bisa membuat silender dari pelat logam, batu bata
atau tanah liat. Bagian atas drum atau wadah yang dapat dilepas bisa diberi
cerobong asap.
1. Pengertian Vaksin adalah produk biologis yang sangat mudah rusak dan kehilangan potensi bila
tidak dikelola dengan benar.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penanganan Vaksin.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Waetuno No.____________________ tentang Standar
Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyeanggaran Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / 1. Penyimpanan Vaksin
Langkah-langkah a) Semua vaksin disimpan pada suhu 2 s/d 8 C
b) Letakkan cool pack di bagian bawah lemari es sebagai penahan dingin dan
menjaga kestabilan suhu.
c) Peletakan dus vaksin mempunyai jarak antara minimal 1-2 cm atau satu jari
tangan
d) Vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat dengan evaporator.
e) Vaksin FS (Hep. B, DPT/HB/Hib, DT, Td, TT dan IPV) diletakkan jauh dengan
evaporator.
f) Vaksin dalam lemari es harus diletakkan dalam kotak vaksin
2. Penanganan Vaksin di Unit Pelayanan
Tempat pelayanan imunisasi baik di komponen statis maupun di posyandu adalah
merupakan mata rantai paling akhir dari system rantai vaksin. Oleh karena itu
perlakuan vaksin di unit ini sangat penting.
a) Di puskesmas dan unit pelayanan statis lainnya (RS, Klinik Bersalin,
Dokter/Bidan Praktek Swasta).
1) Vaksin disimpan dalam vaccine carrier yang diberi kotak dingin cair.
2) Letakkan vaccine carrier di meja yang tidak terkena sinar matahari
langsung.
3) Dalam penggunaan, letakkan vaksin diatas spon/busa yang berada di dalam
vaccine carrier.
4) Di dalam vaccine carrier tidak boleh ada air yang merendam vaksin. Ini
untuk mencegah kontaminasi vaksin dari bakteri lain.
1. Pengertian Semua alat suntik pada akhirnya harus dimusnahkan. Alat suntik dan jarum untuk
mencampur yang sekali digunakan rusak atau dibuang (auto-disable atau disposable)
sebaiknya digunakan sekali dan kemudian dimusnahkan. Limbah imunisasi yang lain
seperti vial/flacon vaksin, tutup vial, kapas bekas suntikan dan lain-lain, sebaiknya
tidak dibuang bersama dengan jenis-jenis sampah lainnya, karena dapat mencemari
dan membahayakan lingkungan. Maka harus ditangani sama seperti menangani limbah
tajam imunisasi.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Pembuangan Sampah
Limbah Tajam dan Limbah Imunisasi Lainnya.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No. ___________________ tentang Standar
Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / 1. Letakkan kotak pengaman di tempat yang terjangkau oleh petugas kesehatan.
Langkah-langkah Setiap kali selesai melakukan penyuntikan, segera masukkan alat suntik dan jarum
ke dalam kotak pengaman atau wadah untuk benda-benda tajam.
Jika tersedia pencabut atau pemotong jarum, segera pisahkan jarum dan alat suntik
bekas stiap kali setelah digunakan untuk menyuntik. Setelah mencabut jarum
dengan sebuah alat, segera masukkan ke dalam kotak pengaman.
2. Setelah pelayanan imunisasi atau ketika isi kotak pengaman sudah ¾ penuh, tutup
kotak tesebut.
Jangan memindahkan alat suntik dan jarum bekas dari kotak pengaman ke wadah
lain. Kotak pengaman dengan kapasitas lima liter dapat menampung kurang lebih
dari 100 alat suntik dan jarum. Selain itu terdapat juga safety box ukuran 0,25 ml
yang dapat menampung 10 HB PID bekas.
3. Kirim ke Dinas Kesehatan untuk dilakukan pemusnahan sampah medis.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI UNTUK
MEMPERCEPAT PROSES PELAYANAN
Nomor :
Terbit ke :
SOP No.Revisi :
Tgl.Diberlaku :
Halaman :
Puskesmas M. Aswin Mukka Ipo, S.Kep
Waetuno NIP. 198308212005021001
1. Pengertian Keberhasilan program imunisasi sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan imunisasi
oleh petugas imunisasi di Puskesmas, mulai dari persiapan pelayanan imunisasi.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyiapan Pelayanan
Imunisasi
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No. _________________________ tentang
Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / 1. Logistik
Langkah-langkah Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan imunisasi :
a. Vaksin carrier
b. Cool pack / kotak dingin cair
c. Vaksin, pelarut dan penetes (dropper)
d. Alat suntik
e. Safety box
f. Pemotong / kikir ampul pelarut
g. Formulir KIPI
h. Kapas dan wadah
i. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dll)
j. Alat tulis (kertas, pensil, dan pena)
k. Catatan imunisasi (buku KIA, KMS, kartu TT)
l. Buku register (kohort) bayi dan ibu
m. Tempat samah
n. Sabun dan wadah air mengalir untuk cuci tangan
o. Anafilaktik kit
p. Pingset
2. Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari lemari es
a. Sebelum membuka pintu lemari es, tentukan berapa banyak vial vaksin yang
dibutuhkan untuk pelayanan.
b. Buku lemari es, periksa freeze tag atau fridge tag dan termometer untuk
mengetahui keadaan vaksin sebelumnya.
c. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai kondisi VVM, tanggal kadaluarsa/early
expired first out (EEFO), yang masuk duluan dikeluarkan lebih dulu/first in
first out (FIFO). Prioritas dalam mengeluarkan mengacu kepada kondisi
VVM.
3. Memeriksa apakah vaksin aman diberikan
Sebelum memberikan vaksin, harus dipastikan bahwa vaksin yang akan diberikan
masih baik, dengan melakukan langkah-langkah berikut :
a. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunakan vaksin
atau pelarut tersebut.
b. Periksa alat pemantau vaksin (VVM).
c. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika telah
melewati tanggal kadaluarsa.
d. Periksa alat pemantau suhu beku (freeze tag) dalam lemari es. Jika freeze tag
menunjukkan tanda silang, berarti pernah terjadi penyimpangan suhu
(dibawah 2o C) selama lebih dari 60 menit.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI UNTUK
MEMPERCEPAT PROSES PELAYANAN
Nomor :
Terbit ke :
SOP No.Revisi :
Tgl.Diberlaku :
Halaman :
Puskesmas M. Aswin Mukka Ipo, S.Kep
Waetuno NIP. 198308212005021001
5. Prosedur / e. Pada kondisi tersebut, diduga pernah terjadi pembekuan pada vaksin
Langkah-langkah yang sensitif beku seperti DT, TT, Td, Hepatitis B, DPT/HB,
DPT/HB/Hib dan IPV. Untuk memastikan vaksin dalam kondisi baik
atau rusak, maka sebaiknya dilakukan shake test (uji kocok).
Langkah-langkah uji kocok :
a) Pilih satu dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku,
utamakan yang dekat dengan evaporator atau bagian lemari es yang
paling dingin. Beri label “Tersangka Beku”. Bandingkan dengan
vaksin dari tipe dan batch yang sama yang sengaja dibekukan hingga
beku padat seluruhnya dan beri label “Dibekukan”.
b) Biarkan contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku”
sampai mencair seluruhnya.
c) Kocok contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”
secara bersamaan.
d) Kemudian taruh berdekatan, dan diamkan.
e) Amati contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”, utk
membandingkan lamanya waktu pengendapan (5 – 30 mnt).
f) Jika :
Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” lebih lambat dari contoh
vaksin “Dibekukan”, maka vaksin boleh digunakan.
Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” sama atau lebih cepat dari pada
contoh vaksin “Dibekukan”, maka vaksin tidak boleh digunakan
(vaksin sudah rusak).
g) Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch
dan jenis vaksinnya dengan kontrol “Dibekukan” yang sesuai.
4. Pemeliharaan vaksin & rantai vaksin selama pelaksanaan imunisasi
a. Hindari vaccine carrier yang berisi vaksin dari sinar matahari langsung.
b. Sebelum sasaran datang, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier yang tertutup rapat.
c. Jika sasaran imunisasi sudah datang, maka vaksin dilarutkan dengan
jenis pelarut yang sesuai.
d. Pada saat melarutkan vaksin, suhu vaksin dan pelarut harus sama.
e. Vaksin yang sudah dilarutkan diberi label yang berisikan waktu
pelarutan. Setelah dilarutkan, vaksin BCG hanya boleh digunakan
selama 3 jam, dan vaksin campak selama 6 jam.
f. Vaksin yang lainnya, setelah dibuka harus diberi label yang ditulis
tanggal dan waktu vaksin dibuka. Penggunaannya mengikuti standar
penggunaan vaksin multidose.
g. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu vaksin dan
pelarut tetap terjaga.
h. Tidak diperkenankan membuka vial baru sebelum vial yang sudah
dibuka habis.
i. Apabila sasaran selanjutnya belum datang, vaksin yg sudah dilarutkan
harus diletakkan di lubang busa yang terdapat di bagian atas vaccine
carrier, dan dilindungi agar tidak terkena sinar matahari langsung.
j. Setiap vaccine carrier sebaiknya dilengkapi dgn empat buah cool pack
k. Apabila vaksin yang sudah dilarutkan habis, pelarutan selanjutnya
dilakukan jika sasaran berikutnya telah datang.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI UNTUK
MEMPERCEPAT PROSES PELAYANAN
Nomor :
Terbit ke :
SOP No.Revisi :
Tgl.Diberlaku :
Halaman :
Puskesmas M. Aswin Mukka Ipo, S.Kep
Waetuno NIP. 198308212005021001