Anda di halaman 1dari 71

KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Dosen : Chandra Widjajanti, S.Kp.,M.kep.,Sp.Mat.

Disusun Oleh (Reg. 7A dan Reg 7B) :

Della Larasati 11141011


Farida Safitri 11141020
Ihdina Khoirin Nisa 11141030
Resah Larasvia 11141040
Tya Henarani 11141051
Esa Tri Arifah 11141070
Desy Irawati 11141061

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA


TAHUN AKADEMIK 2016
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Asuhan
Keperawatan pada Pasien Bayi Berat Badan Lahir Rendah" Makalah ini disusun untuk
memberikan gambaran bagi para perawat untuk memberikan asuhan keperawatan dalam
pelayanan kesehatan yang baik dalam segi kemampuan atau dalam segi etika.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan Ibu Chandra Widjajanti,
S.Kp,M.kep.,Sp.Mat. dan kami mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah
memberikan tugas serta bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga tugas ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami menerima masukan serta saran
dan kritikan yang membangun untuk memperbaiki kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Jakarta, 11 November 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 5
D. Sistematika Penulisan ......................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 6
A. Definisi ............................................................................................................................... 7
B. Etiologi ............................................................................................................................... 7
C. Klasifikasi ......................................................................................................................... 10
D. Manifestasi Klinis ............................................................................................................. 11
E. Patofisiologi ...................................................................................................................... 12
F. Pathway ............................................................................................................................ 13
G. Komplikasi........................................................................................................................ 13
H. Penatalaksanaan ................................................................................................................ 37
I. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................................... 39
ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................................. 40
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................................. 55
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 70
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 70
B. Saran ................................................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 71

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan pada bayi yang baru
lahir. Rata-rata berat badan bayi yang normal adalah sekitar 3.200 gram. Secara dasar,
bayi dengan berat lahir yang rendah dan bayi dengan berat badan yang berlebihan
yaitu lebih dari 3.800 gram mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami
masalah kesehatan (Usman,2010). BBLR termasuk salah satu faktor utama dalam
peningkatan mortalitas dan morbiditas bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang dalam kehidupannya. Frekuensi bayi berat lahir rendah (BBLR) di
negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 % manakala di negara berkembang,
frekuensinya berkisar antara 10–43 %. Prevalensi BBLR diperkirakan 15 % dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3-3,8% dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau negara dengan sosio-ekonomi rendah (Mochtar,1998 dalam
Cendekia, 2012).Analisa statistik menunjukkan bahwa 90% kejadian BBLR terjadi di
negara berkembang dan angka kematiannya adalah 35 kali lipat dibandingkan dengan
bayi yang lahir dengan berat badan lahir yang lebih dari 2,500 gram (Muyawan, 2009
dalam Cendekia, 2012).
Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di
Indonesia adalah 10,5% masih diatas angka rata – rata Thailand (9,6%) dan Vietnam
(5,2%). Angka kematian bayi terjadi penurunan menjadi 33 per 1000 kelahiran hidup.
Angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun
2006 didapat angka sebesar 4,25%. Data di Puskesmas Kramat Jati tahun 2007,
ratarata jumlah kelahiran BBLR adalah 2 orang dengan kelahiran tertinggi dibulan
September yaitu 5 orang sedangkan ratarata jumlah kelahiran BBLR di tahun 2008
adalah 3 orang dengan kelahiran tertinggi dibulan Maret dan Agustus yaitu
masingmasing 4 orang. Berkaitan kondisi tersebut belum ada penelitian yang
dilakukan di wilayah Puskesmas Kec.Kramat Jati, oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian tentang hubungan pemeriksaan kehamilan dengan kelahiran

4
Diketahui bersama bahwa pada saat ini angka kematian bayi di Indonesia adalah
tertinggi dinegara ASEAN. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia,
angka kematian bayi di Indonesia sekarang adalah 35 bayi per 1000 kelahiran. Bila
dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia pertahun / 430 bayi meninggal dunia perhari
dalam Millennium Development Goals, Indonesia menargetkan pada tahun 2015
angka kematian bayi menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran. Beberapa
penyebab kematian bayi baru lahir atau neonatus yang terbanyak disebabkan oleh
kegawatdaruratan dan penyulit pada masa neonatus salah satunya bayi berat lahir
rendah atau BBLR. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah didunia karena
merupakan kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir (Mariyunani, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi BBLR?
2. Apa etiologi dari BBLR?
3. Apa klasifikasi BBLR?
4. Apa manifestasi klinis BBLR?
5. Apa Patofisiologi BBLR?
6. Apa pathway BBLR?
7. Apa komplikasi BBLR?
8. Apa pemeriksaan diagnostik BBLR?
9. Apa penatalaksanaan BBLR?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien BBLR?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mempelajari secara konseptual kejadian BBLR
1. Tujuan Umum
Mampu mempelajari secara konseptual mengenai BBLR
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami secara konseptual BBLR
b. Mampu membuat Asuhan Keperawatan BBLR

D. Sistematika Penulisan
Pada makalah ini dijelaskan mengenai BBLR dari berbagai sumber di antaranya buku.
Bab I yaitu pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

5
penulisan dan sistematika penulisan makalah. Bab II yaitu konsep penyakit terdiri dari
definisi, etiologi, klasifikasi, manisfestasi klinis, patofisiologi, komplikasi,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan. Bab III yaitu asuhan keperawatan
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi. Bab IV yaitu
pembahasan. Bab V yaitu penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

6
A. Definisi
Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut
prematur.Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat
kurang 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati, 2010).
B. Etiologi
1. Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR
a. Faktor Ibu
Gizi saat hamil yang kurang selama hamil akan berakibat buruk
terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat
badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia, berat lahir rendah.
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu.Bila
dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5
kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg.
Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg.
Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya
risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau anak besar. Indikator
lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA.
LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk dan ibu berisiko untuk
melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan demikian,
bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu
agar ia lebih memperhatikan kesehatannya (Hidayati, 2009).
Faktor umur ibu juga mempengaruhi kejadian BBLR. Ibu- ibu yang
terlalu muda sering kali secara emosional dan fisik belum matang. Kelahiran
bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun.
Remaja sering kali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi
karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer
plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua,kondisi kesehatannya

7
sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan
dapat menyebabkan kelahiran BBLR.
b. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan
janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan
jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami
peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk
karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
2. Faktor Penyakit Menahun ibu
a. Asma bronkiale
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan
beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2)
atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan
berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan
premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan
pertumbuhan janin).
b. Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik).
Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria
dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan
premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia.
c. Hipertensi
Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi
plasenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering
terjadi kelahiran prematur. Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala
dini dari pre-eklamsi eklampsi dan penyebab gangguan pertumbuhan janin
sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah.
d. Gaya hidup
Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa
hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental,
BBLR dan sindrom alkohol janin (Bobak, 2004).
3. Faktor kehamilan
a. Pre-eklampsia/ Eklampsia

8
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini
disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan
perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan
oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai
makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
b. Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum
proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh
karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput
ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila
ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
c. Hamil ganda/Gemeli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin
pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan
30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan
tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin karena
regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang.
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih
ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir
umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor
penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
d. Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas
22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan
(Saifuddin, 2002). Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah
perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan
ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang
mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang
mengakibatkan kematian janin intrauterin.Bila janin dapat diselamatkan, dapat
terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia
(Wiknjosastro,2007).

9
e. Faktor janin
1) Kelainan kongenital
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya
akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi
kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan
kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% dan
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya .
2) Infeksi dalam rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan
fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme
tubuh,sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang.
Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau
persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil
dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini
dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan
kematian janin.
4. Faktor ekonomi
Keadaan sosial ekonomi yang rendah berperan terhadap timbulnya prema-
turitas. Hal ini disebabkan oleh status gizi kurang, pengawasan antenatal yang
tidak optimal.
C. Klasifikasi
1. BBLR : Bayi baru lahir dg BB lahir < 2500 gr
2. BBLSR : Bayi berat lahir sgt rendah ( 1000 gr – 1500 gr)
3. BBLASR : Bayi berat lahir amat sangat rendah (<1000 gr )
4. BKB : Bayi kurang bulan BBL dengan usia kehamilan < 37
minggu
5. Bayi Imatur : BBL usia kehamilan < 28 minggu
6. Bayi Cukup Bulan : BBL dengan usia kehamilan 37 - < 42 minggu
7. Bayi Lebih Bulan : BBL usia kehamilan > 42 minggu

Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:
1. Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut
neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

10
2. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil pada
kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi kecil untuk masa
kehamilan (Pantiawati 2010).
D. Manifestasi Klinis
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan
lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (Quickening) terjadi lebih lambat, gerakan
janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai usia kehamilan.
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia
gravidarum atau perdarahan ante partum.
2. Setelah bayi lahir
a. Berat lahir < 2500 gram.
b. Panjang badan < 45 cm.
c. Lingkaran dada < 30 cm
d. Lingkaran kepala < 33 cm
e. Umur kehamilan < 37 minggu
f. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
g. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
h. Tangisnya lemah dan jarang
i. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea
j. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
k. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan kepala
mengarah ke satu sisi.
l. Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif
m. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan
n. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
o. Kulit mengkilat, licin, pitting edema Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit
(NANDA NIC NOC,2015).

11
E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Pada bayi BBLR sebagian fungsi organ belum matang.
Sindrom gangguan pernapasan pada bayi BBLR adalah perkembangan matur
pada sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru,
defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan paru untuk mempertahankan
stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk
pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratorak yang lebih besar dan
disertai usaha inspirasi yang kuat. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik karena sistem
kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang. Selain itu, karena kulit dan selaput lendir
membrane tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan. Resiko bayi BBLR
terkena infeksi sangat tinggi.
Bayi BBLR memiliki lemak subkutan yang kurang atau sedikit, struktur kulit
yang belum matatng dan rapuh, sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya
kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan pada waktu
lama, selain itu pengaturan suhu bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas
badan, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik.
Permukaan badan relatif lebih luas dan jaringan lemak subkutan tipis. Jaringan lemak
subkutan yang tipis bisa juga mengakibatkan malnutrisi pada bayi dan menyebabkan
bayi mengalami hipoglikemia.
Bayi dengan BBLR juga mengalami kerusakan pada otak yang mungkin terjadi
dan salah satunya akan mengalami periventrikular leukomalaria (PVL). Kerusakan
bagian dalam otak yang menstransmisikan informasi antara sel-sel saraf dan sumsum
tulang belakang,juga dari satu bagian otak ke otak yang lain, jaringan otak yang rusak
mempengaruhi sel-sel saraf yang mengendalikan gerak, bayi PVL berisiko mengalami
gangguan mengendalikan otot (cerebral palsy) (Proverawati, 2010). Saluran
pencernaan pada bayi BBLR juga belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan

12
makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktivitas otot masih belum semprna,
sehingga pengosongan lambung berkurang. Bayi BBLR mudah kembung, hal ini
disebabkan oleh stenosis anorektal. (Marmi dan Rahardjo, 2012).
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi, tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu.
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kenikterus maka warna bayi harus sering
dicatat dan bilirubin diperiksa,bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat. (Marmi dan Rahardjo, 2012).
F. Pathway
Terlampir.
G. Komplikasi
Pada bayi berat lahir rendah dengan kelahiran prematur terdapat berbagai macam
komplikasi yang dapat terjadi. Berikut beberapa penyakit yang ada hubungannya
dengan BBLR dan prematur :
1. Respirasi :
a. Respiratoty Distress Syndrome (RDS) :
Masalah pernapasan ini biasa terjadi pada bayi yang lahir sebelum minggu
ke-34 kehamilan. Bayi dengan RDS mengalami kekurangan protein
yang disebut surfaktan yang berfungsi untuk menjaga kantung udara kecil di
paru-paru. Pengobatan dengan surfaktan membantu bayi bernapas lebih
mudah. Bayi dengan RDS perlu tambahan oksigen dan bantuan pernapasan
mekanik untuk menjaga paru-paru mereka (Saguil, 2012).
b. Meconeum Aspiration Syndrome (MAS)
MAS adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kulit yang berwarna
kebiruan dan kesulitan bernafas ketika bayi baru lahir karena menghisap
mekoneum sebelum, sewaktu atau setelah proses persalinan. Mekoneum
adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan feses yang
dikeluarkan bayi sebelum menelan air susu ibu. Ketika bayi menghasilkan
mekoneum di dalam rahim sebelum lahir, mekoneum tersebut berdifusi
ke cairan ketuban dan dapat terhirup oleh bayi. Proses ini disebut aspirasi
mekoneum. Mekoneum yang teraspirasi akan menyebabkan terjadinya
peradangan pada paru-paru bayi. Sindroma aspirasi mekoneum biasanya

13
terjadi ketika bayi merasa tertekan, akibat kekurangan oksigen, sebelum atau
sewaktu persalinan (Anne-Karen 2013).
c. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan
makin meningkatkan karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut (Anne-Karen 2013).
2. Kardiovaskular
Patent Ductus Arteriosus (PDA)
PDA adalah masalah hati yang sering terjadi pada bayi prematur.
Sebelum lahir, arteri besar yang disebut ductus arteriosus memungkinkan darah
tidak mengaliri paru-paru bayi. Ductus ini biasanya menutup setelah
lahir sehingga darah dapat mengalir ke paru-paru dan mengambil
oksigen. Ketika ductus tidak menutup dengan benar, dapat menyebabkan gagal
jantung. PDA dapat didiagnosis dengan bentuk khusus dari U atau tes imaging
lainnya. Bayi dengan PDA diperlakukan dengan obat yang membantu
menutup ductus, walaupun operasi mungkin diperlukan jika obat tidak bekerja
(Arun Sasi 2011).
3. Hematologik :
a. Hiperbilirubinemia
Terjadi perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan
organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah.
Antara puncaknya adalah kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga
kadar bilirubin indirek meningkat pada BBLR.
b. Infeksi Neonatorum atau Sepsis
Adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis
dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik (Saguil,2012).
4. Gastrointestinal Necrotizing Enterocolitis (NEC):
NEC adalah Masalah usus yang berpotensi berbahaya, biasanya terjadi dua sampai
tiga minggu setelah lahir. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan makan, komplikasi
perut bengkak dan lainnya.

14
5. Mata
ROP (Retinopathy of Prematurity) adalah pertumbuhan abnormal dari
pembuluh darah di mata yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Hal
ini terjadi terutama pada bayi yang lahir sebelum 32 minggu kehamilan.
Kebanyakan kasus sembuh dengan kehilangan penglihatan sedikit atau tidak ada.
Pada kasus yang parah, dokter mata mungkin menangani dengan laser
atau dengan cryotherapy untuk mempertahankan penglihatan (Saguil,2012).
6. Metabolisme Tubuh
a. Hipotermi
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu
normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,50C.Neonatus mudah
sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh permukaan tubuh bayi relatif
lebih luas dan tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan
panas menyebabkan bayi hipotermi.
b. Hipoglikemik
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah kurang
dari 45 mg/dl. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena
cadangan glukosa rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi
transfer glukosa yang| berlebihan pada janin sehingga responsinsulin
juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka
transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi sehingga
terjadi hipoglikemi.

H. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio Manusia


1. Tahapan Perkembangan janin Trimester Pertama
Trimester pertama merupakan waktu pembentukan dan perkembangan pesat
dari semua sistem dan organ tubuh bayi. Semua cikal bakal organ penting janin
terbentuk di trimester ini. Yang harus diperhatikan benar, kurun waktu ini amat
rawan terhadap kemungkinan terjadi kecacatan fatal (Campbell, 2005)
a. Bulan Pertama
Minggu ke-1 merupakan tahap perkembangan awal janin. Kurang lebih
satu jam setelah proses peleburan sel telur dan sel sperma, semua aspek
pendukung kehidupan, berupa materi genetik yang disebut gen, saling
dipertukarkan.

15
Minggu ini sebenarnya masih periode menstruasi, bahkan pembuahan pun
belum terjadi sebab tanggal perkiraan kelahiran bayi dihitung berdasarkan hari
pertama haid terakhir. Proses pembentukan antara sperma dan telur yang
memberikan informasi kepada tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim.
Selama masa ini, yang dibutuhkan nutrisi dan oksigen (melalui ibu). Sel-sel
telur yang berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkaran sinar yg
mengelilingi matahari. Sel ini akan bertemu dengan sel-sel sperma dan
memulai proses pembuahan di mana 5 juta sel sperma sekaligus berenang
menuju tujuan akhir mereka, yaitu menuju sel telur yang bersembunyi pada
saluran sel telur. Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak, tetapi pada
akhirnya hanya 1 sel saja yang bisa menembus indung telur. Pada saat ini
kepala sel sperma telah hampir masuk. Kita dapat melihat bagian tengah dan
belakang sel sperma yang tidak henti-hentinya berusaha penetrasi dinding
indung telur.
Minggu ke-2 pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. 30 jam
setelah dibuahi, sel telur akan membelah menjadi dua. Sambil terus
membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim. Setelah
membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel-sel mulai berkembang dan
terbagi kira-kira dua kali sehari sehingga pada hari yang ke-12 jumlahnya
telah bertambah dan membantu blastocyst terpaut pada endometrium. Minggu
ke-3 sampai usia kehamilan 3 minggu, ibu mungkin belum sadar jika sedang
mengandung. Sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel
pada dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-
0,2 mm.

16
Pada minggu ke-4, darah mulai mengalir dari plasenta ke janin. Plasenta
adalah organ sistem sirkulasi antara ibu dan embrio. Melalui plasenta ini, ibu memberi
nutriens dan oksigen ke embrio selain itu proses pembentukan embrio yang ada di
dalam rahim embrio atau bakal janin telah tumbuh di dalam rahim ibu di mana
ukurannya baru sebiji kacang hijau. Bahkan jika dilakukan USG maka hanya akan
terlihat seperti setitik gumpalan darah. Otak, tulang punggung, tulang belakang dan
juga syaraf mendapatkan perkembangan dan berada di lapisan atas.Tumbuh jari-jari
pada tangan, memiliki kaki, paha, dan organ dalam mulai tumbuh, seperti lidah,
esofagus, dan lambung. Selain itu, ginjal, hati, kantung empedu, dan pankreas
berkembang untuk beberapa hari. Paru-paru mulai berkembang, kelenjar tiroid, dan
lainnya terbentuk. Muka, organ indera, dan organ reproduksi mulai terbentuk, dengan
ukuran embrio sekitar 2 hingga 3,5mm, jantung mulai berdenyut dan sistem peredaran
darah sudah melaksanakan fungsinya meski masih dalam taraf yang sangat sederhana.
Fungsi plasenta bagi janin sangat banyak dari menyediakan hormon-hormon yang
diperlukan untuk tumbuh kembang dan proses pembedaan sesuai jenis kelamin janin,
sampai mensuplai nutrisi dan oksigen. Di samping itu, ia juga berfungsi sebagai alat
pernapasan dan pembuangan sisa-sisa metabolism janin.Tahap ini merupakan fase
gastrula yaitu tahap pertumbuhan embrio berbentuk mangkuk yang terdiri atas dua sel
atau masa embrio dini setelah masa blastula yaitu struktur bulat, hasil pembelahan
zigot. Tahap kedua, yang disebut tahap embrio, berlangsung lima setengah minggu.
Meskipun bentuk luar masih jauh berbeda dibandingkan manusia dewasa, beberapa
bentuk seperti mata dan tangan, bahkan telinga dan kaki mulai dapat dikenali.

17
b. Bulan Kedua

Pada minggu ke-5, embrio diperkirakan berukuran antara 5-7 mm.


Pembentukan organ-organ tubuh seperti telinga dan alat pencernaan makin sempurna
selain berbagai macam proses yang ada di dalam rahim :Embrio jika diamati
menggunakan USG, sudah berbentuk seperti kecebong. Embrio juga sedang
terbentuk usus buntu,tabung syaraf embrio sudah terbuka di mana tabung tersebut
akan terhubung ke otak dan juga ke bagian sumsum tulang belakang embrio,mulut
juga sudah ada, meski hanya membentuk lipatan kecil saja.

Pada minggu ke-6, persentase perkembangan embrio sudah lebih besar


dibanding dari minggu sebelumnya, yaitu 5 mm. Bentuknya melengkung
seperti udang. Pada minggu ini kepala dan leher sudah mulai muncul, dan mata
yang letaknya masih berjauhan juga sudah ada. Selain itu hidung yang masih
berbentuk tonjolan sudah mulai terlihat walaupun masih kecil. Pada minggu ini
juga peredaran darah dan organ penting tubuh seperti ginjal, hati sistem
pencernaan sudah mulai terbentuk.

18
Pada minggu ke-7, di minggu ini besarnya embrio seukuran kuku jari
kelingking atau sepanjang 5-13 mm., tangan sudah mulai ada dan berkembang
dengan cepat. Tonjolan-tonjolan yang di minggu sebelumnya masih tampak
pada rangka, pada minggu ini sudah jelas.

Pada akhir minggu ke-8, ukuran embrio mencapai kisaran 14-20 mm.
Secara keseluruhan embrio makin menyerupai bayi dengan taksiran berat
sekitar 2 gram. Semua organ tubuh juga mulai bekerja, meski belum
sempurna.Tubuh yang ringkih ini pun mulai bisa bergerak secara tak teratur,
yang jika dijumlahkan rata-rata sebanyak 60 kali gerakan dalam satu jam.
Janin di usia dua bulan. Tubuh embrio semakin menyerupai bayi. Cikal bakal
mata janin tampak berupa dua bintik hitam
c. Bulan ke tiga
Minggu ke-9, perkembangan janin di minggu ini, si embrio ganti nama, jadi
janin. Panjang si janin ini sekarang adalah 2.3 - 3 cm dengan berat sekitar 4
gram.

19
Dia sudah punya tangan yang besarnya sekacang kapri dan jari sudah mulai
terbentuk. Kaki sudah membentuk lutut dan jari. Di minggu ini organ genital sudah
mulai terlihat jelas.

Minggu ke-10, panjang janin sekitar 4 cm dengan berat 5 gr. Rahang atas dan
bawah sudah terbentuk dan janin sudah mulai memproduksi air seni. Bentuk
janin sudah hampir menyerupai manusia. Darah dan sel-sel tulang mulai
terbentuk.

Minggu ke-11, organ tubuh sudah terbentuk dengan lengkap dan mulai
berfungsi. Panjang sekitar 6 cm, dengan berat 10 gr. Rambut, kuku pada jari
tangan dan kaki sudah tumbuh. Janin sudah mulai bergerak dan bisa
meluruskan tubuhnya, bahkan mengubah posisinya.

20
Di minggu ke-12, struktur yang telah terbentuk akan terus bertumbuh dan
berkembang kian sempurna. Di usia 3 bulan, sistem saraf dan otot janin
mencapai tingkat kematangan. Selain bernapas, kini janin juga mulai mampu
mencerna makanan. Ukuran janin seberat 14 gram. Panjang janin sekitar 63
mm.
2. Pertumbuhan Janin Trimester Kedua
Pertumbuhan janin di trimester kedua ditandai dengan percepatan pertumbuhan
dan pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh.
d. Bulan Keempat

Pada minggu ke-13 panjang janin (dari puncak kepala sampai bokong)
ditaksir sekitar 65-78 mm dengan berat kira-kira 20 gram. Pada minggu
ini, seluruh tubuh janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut
lanugo.

Pada minggu ke-16, panjang janin mencapai taksiran 12 cm dengan


berat kira-kira 100 gram. Refleks gerak bisa dirasakan ibu, meski
masih amat sederhana, biasanya terasa sebagai kedutan. Di usia ini,

21
janin juga mulai mampu mengenali dan mendengar suara-suara dari
luar kantong ketuban.Termasuk detak jantung ibu bahkan suara-suara
di luar diri si ibu, seperti suara gaduh atau teriakan maupun sapaan
lembut.Pada bulan keempat, janin sudah peka terhadap suara-suara dari
luar perut ibunya.
e. Bulan Kelima
Pada bulan kelima, berat dan panjang janin semakin semakin meningkat.
Pada minggu ke-18 taksiran panjang janin adalah 14 cm dengan berat
sekitar 150 gram. Pada minggu ke-21,beratnya sekitar 350 gram dengan
panjang kira-kira 18cm. Pada minggu ke-21 ini, berbagai sistem organ
tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkembangan.Pada bulan
kelima, janin mulai aktif mencari tahu sekelilingnya. Di usia ini janin
mulai aktif mencari tahu apa saja yang terdapat di sekelilingnya, bahkan
bagian dari kehidupannya. Dia sering meraba-raba kantonq amnion
(ketuban) dengan kedua tanganmungilnya. Kalau bosan bermain dengan
kantong amnion, janin akan mencoba menyentuh tubuhnya sendiri.

3. Pertumbuhan Janin Trimester Ketiga


Pada trimester ketiga, masing-masing fungsi organ tubuh semakin matang.
Gerakan janin makin kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara
denyut jantungnya pun kian mudah didengar.
f. Bulan Ketujuh

Pada minggu ke-29, berat janin sekitar 1250 gram dengan panjang
rata-rata 37 cm. Kelahiran bayi prematur mesti diwaspadai karena
umumnya meningkatkan keterlambatan perkembangan fisik
maupun mentalnya. Pada minggu ke-32, berat bayi berkisar 1800-

22
2000 gram dengan panjang tubuh 42 cm.
g. Bulan Kedelapan

Pada minggu ke-33 berat janin lebih dari 2000 gram dan panjangnya
sekitar 43 cm. Pada minggu ke 34 Janin memiliki berat 2,2 kg dan
memiliki panjang sekitar 44 cm. Pada minggu ke-35, secara fisik bayi
berukuran sekitar 45 cm dengan berat 2450 gram, Namun yang terpenting,
mulai minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi paru-parunya. Ini
sangat penting karena kematangan paru-paru sangat menentukan
kemampuan si bayi untuk bertahan hidup.
h. Bulan Kesembilan

Pada minggu ke-36,berat bayi harusnya mencapai 2500 gram dengan


panjang 46 cm. Pada minggu ke-37, dengan panjang 47 cm dan berat 2950
gram, di usia ini bayi dikatakan siap lahir karena seluruh fungsi organ-
organ tubuhnya bisa matang untuk bekerja sendiri. Kepala bayi biasanya
masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir, kendati sebagian kecil di
antaranya dengan posisi sungsang. Pada minggu ke-38, berat bayi sekitar
3100 gram dengan panjang 48 cm. Meski biasanya akan ditunggu sampai
usia kehamilan 40 minggu, bayi rata-rata akan lahir di usia kehamilan 38
minggu.

23
Di usia kehamilan 38 minggu, bayi mencapai berat sekitar 3250 gram
dengan panjang sekitar 49 cm. Pada minggu ke-40, panjang bayi
mencapai kisaran 45-55 cm dan berat sekitar 3300 gram dan siap
dilahirkan (Saifullah,2015).

I. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Variasi umum/abnormalitas
Temuan Biasa Tanda potensial distres
minor
Ukuran umum
1. Lingkar Kepala : 33- Molding setelah lahir dapat Lingkar kepala <persentil 10
35 cm (13-14inci), mengubah lingkar kepala. atau >persentil 90
sekitar 2-3cm (1 inci) Lingkar kepala dan dada bisa
lebih panjang dari sama selama 1-2 hari
lingkar dada. pertama setelah lahir.
2. Lingkar dada : 30,5-
33 cm (12-13 inci)
panjang mahkota
dudukan 31-35 cm
(12,5-14 inci) kurang
lebih sama dengan
lingkar kepala.
3. Panjang kepala-tumit
: 48-53 cm (19-21

24
inci).
4. Berat badan lahir : Turun 10% dari berat badan Berat badan < persentil 10
2700-4000 gram (6-9 lahir pada minggu pertama atau > persentil 90 Mata ;
pound). dan naik kembali pada 10-14 kelopak mata biasany edema
hari. warnanya abu-abu sabak,
biru gelap, coklat.
Tidak ada air mata Mata ;
kelopak mata biasany edema
warnanya abu-abu sabak,
biru gelap, coklat.
Tidak ada air mata Mata ;
kelopak mata biasany edema
warnanya abu-abu sabak,
biru gelap, coklat.
Tidak ada air matassssy
Tanda Tanda Vital Menangis dapat sedikit Hipotermia
Suhu meningkatkan suhu tubuh.
Aksilar : 36,5ocelcius – Pemanas radiasi akan Hipertermia
37ocelcius (97,9o- 98o F) meningkatkan semu suhu
aksilar.
Denyut jantung
Apikal : 120-140 kali/menit. Menangis akan Bradikardi : denyut istirahat
meningkatkan denyut dibawah 80-100 kali/menit.
jantung, tidur akan Takikardi : denyut diatas
menurunkan denyut jantung 160-180 kali/menit.
selama periode pertama Irama tak teratur.
reaktifitas (6-8jam)
kecepatannya dapat mencapai
180 kali/menit.
Respirasi
30-60 kali/menit Menangis akan Takipnea frekuensi diatas 60
meningkatkan respirasi : kali/menit
tidur akan menurunkan Apnea 20 detik atau lebih.

25
respirasi selama periode
pertama reaktifitas (6-8jam),
frekuensinya dapat mencapai
80 kali/menit.
Tekanan darah
Osilometrik : 65/41 mmHg Menangis dan aktifitas akan Tekanan sistolik osilometrik
dilengan dan betis. meningkatkan tekanan darah. dibetis lebih rendah 6-9
Memasang manset dipaha mmHg dari ekstremitas atas
akan membuat bayi gaduh: (tanda koarktasioaorta).
tekanan darah paha menjadi
lebih tinggi dari tekanan
darah lengan atau betis
sampai 4-8 mmHg.
Penampilan umum
Postur : fleksi kepala dan Lahir spontan, tungkai Postur lumpuh, ekstensi
ekstremitas, pada dada dan esktensi, paha abduksi, dan ekstremitas.
perut rotasi penuh, oksiput datar,
leher ekstensi.
Kulit
Saat lahir, merah menyala, Jaundish neonatus setelah 24 Jaundis progresif terutama
empuk, lembut jam pertama ekimmosis atau dalam 24 jam pertama.
Hari kedua sampai ketiga, petekiee akibat trauma Sianosis umum
merah jambu, berisik, kering kelahiran. Palor/puca
Vernik caseosa Milia – glandula sebasea Bercak-bercak
Lanugo terdistensi yang tampak Abu-abu
Edema sekitar mata, wajah, sebagai papul, putih, kecil Pletora
tungkai, punggung tangan, dipipi dagu dan hidung. Perdarahan, ekimosis atau
kaki dan skrotum atau labia Miliaria atau sudamina ptekie yang menetap
Akrosianosis : sianosis kelenjar keringat Sklerema : kulit keras dan
tangan dan kaki kutis (ekrin)terdistensi yang ketat
marmorata bercak-bercak tampak sebagai vesikel kecil, Turgor kulit buruk
transien jika bayi terpajang trauma pada wajah. Ruam, pustula atau lepuh
uhu dingin Eritema toksikum : ruam

26
papular merah jambu
denganvesikel pada toraks,
punggung, pantat dan perut
dapat muncul dalam 24-48
jam dan hilang dalam
beberapa hari.
Perubahan warna harley quin Bercak cafe au lait : bercak
: perubahan warna yang coklat muda.
terlihat ketika bayi berbaring Nevus flameus : warna
pada satu sisi : setengah portwine.
tubuh bawah menjadi merah
jambu, dan setengah atas
pucat.
Bercak mongolian daerah
irreguler dengan pigmentasi
biru gelap, biasa di regio
sakral dan gluteal terutama
terlihat pada bayi baru lahir
keturunan afrika, amerika,
asia, atau hispanik.
Nevi telangiektasi (stork bite)
daerah datar terlokalisasi
merah jambu gelapa yang
biasanya terlihat dibelakang
leher.

Kepala
Fontanela anterior berbentuk Molding setelah kelahiran Sutura menyatu
berlian, 2,5-4 cm (1-1,75 pervagina Fontanela menggembung
inci). Fontanela sagitalis ke tiga atau cekung disaat sedang
Fontanela posterior segitiga, atau parietal . diam.
0,5-1 cm (0,2-0,4 inci ). Fontanela menggembung Sutura dan fontanela
Fontanela harus datar, lunak, karena menangis atau batuk melebar.

27
dan liat bagian terlebar Kaput suksedaneum edema Kraniotabes perasaan derik
fontanela diukur dari tulang jaringan kkulit kepala lunak sepanjang sutura lambdoidea
ke tulang, tidak dari sutura ke Sevalhetoma (tanpa yang menyerupai indetasi
sutura. komplikasi) hematoma antara bola pingpong
periosteum dan tulang kepala
Mata ; kelopak mata biasany Lipatan epikantus pada bayi Warna merah jambu iris
edema warnanya abu-abu oriental Cairan kurulen
sabak, biru gelap, coklat. Pencarian nistagmus atau Lipatan keatas pada non
Tidak ada air mata strabismus oriental
Adanya reflek merah Perdarahan sub konjungtifa Hipertelorisme (3cm/lebih)
Reflek kornea sebagai respon (sklera) rubtur kapiler Hipotelerisme
terhadap sentuhan. biasanya dilimbus Katarak bawaan
Reflek pupil sebagai respon Pupil dilatasi menetap
terhadap cahaya Tidak ada reflek merah
Reflek mengedip sebagai Tidak ada reflek mengikuti
respon terhdap cahaya atau objek atau cahaya terang
sentuhan kegaris tengah sklera kuning
Fiksasi rudimenter pada
objek dan kemampuan
mengikuti garis tengah
Telinga :
Posisi puncak pina pada garis Membran timpani tidak Letak telinga rendah
horizontal dengan kantus terlihat karena kanalis auralis Tidak ada reflek terkejut
lateral mata penuh sebagai respon terhadap
Refleks terkejut yang Pina menempel datar pada suara keras
dibangkitkan oleh suara kepala Abnormalitas normal
keras, mendadak pina Ukuran dan bentuknya tidak mungkin merupakan tanda
fleksibel, terdapat kartilago teratur bebagai sindom terutama
Cekungan atau tonjolan kulit renal.

Hidung :
Patensi hidung Pesek dan memar Kanalis tidak paten
Cairan hidung mukus putih, Cairan hidung, berdarah

28
cair kental
Bersin Lubang hidung (nares =
alaenasi) megar
Sekresi nnasal berlebihan
atau buntu.

Mulut dan tenggorokan :


Langit langit melengkung Gigi natal : gigi yang sudah Celah bibir
tajam dan utuh tumbuh saat lahir, jinak Celah langit-langit
Uvula digaris tengah namun mungkin Lidah besar, menonjol atau
frenulum lidah berhubungan dengan defek lidah yang terlalu kebelakang
frenulum bibir atas kongenital Salifasi berlebihan atau
refleks menghisap kuat dan Mutiara epstein kista epitel mengeces.
terkoordinasi putih, kecil sepanjang garis
reflek rooting, refleks gag tengah palatum durum
refleks ekstruksi (langit-langit keras)
tidak ada atau minimal
salfasi
menangis keras
Leher
Pendek, gemuk, biasanya Tortikolis ( tengeng) kepala Lipatan kulit berlebih
diselimuti lipatan lipatan tertahan ke salah satu sisi Ada tahanan saat di fleksi
kulit. dengan dagu mengarah ke kan
Refleks leher tonik arah sisi yang berlawanan Tidak ada tahanan refleks
leher tonik
Fraktur klafikula
Dada
Diameter anteroposterior Dada cekung Sternum masuk kedalam
sama dengan lateral Dada burung Retraksi dada dan ruang
Sedikit retraksi sternal jelas Puting berlebih interkostal terlihat selama
terlihat saat inspirasi. Sekresi cairan seperti susu respirasi
Prosesus xifoideus jelas. dari payudara Ekspansi dada terlihat
Pembesaran payudara. asimetris.

29
Kemerahan dan keras sekitar
puting
Jarak puting jauh
Paru
Respirasi terutama Frekuensi dan kedalaman Stridor inspirasi
abdominal respirasi bisa ireguler, nafas Grunt ekspirasi
Refleks batu tidak ada ketika periodik Retraksi
lahir, muncul pada hari 1-2 Krefitasi segera setelah lahir Nafas ireguler menetap
Suara nafas bronkial sama Nafas periodik dengan
dengan dilateral periode apnea berulang
Respirasi gergaji
(paradoksika)
Suara nafas tak sama
Krepitasi halus meneta[
Mengi
Suara nafas menghilang
Suara peristaltik usus pada
salah satu nafas pada sisi
yang sama
Jantung
Apeks ; ruang interkostal Aritmia sinus : denyut Dekstrokardia ; jantung disisi
empat sampai lima, sebelah jantung meningkat bersama kanan
lateral batas sternum kiri inspirasi dan menurun Apeks bergeser, tak jelas
S2 sedikit lebih tajam dan bersama ekspirasi . Kardiomegali
tinggi nadnaya dari S1 Sianosis transien saat Pintasan abdominal
menangis atau mengejan Bising
Thrills
Sianosis menetap
Prekordium hiperaktif
Abdomen
Bentuk silindris Hernia umbilikalis Distensi abdomen
Hati terba 2-3 cm dibawah Diastasis rekteri celah di Gembung lokal
batas kosta kanan garis tengah antara otor Vena distensi

30
Limpa ujung teraba pada rektus Todak ada bising usus
akhir minggu pertama Jeli wharton-tebalnya tali Hati dan limpa membesar
Ginjal teraba 1-2cm diatas pusat yang tidak lazim Asites
umbilikus Terlihat gelombang
Tali pusay : putih kebiruan peristaltik
saat lahir dengan dua arteri Perut skafoit dan konkaf
dan satu vena Talli pusat hijau
Denyut femoral-bilateral Hanya ada satu arteri dalam
sama tali pusat
Kemih atau tinja bocor
melalui tali pusat
(Wong,2008)

Temuan biasa Variasi umum / Tanda potensial distress /


abnorminalitas minor abnorminal mayor
Genetalia Femina

Labia dan klitoris biasanya Pseudomenstruasi – cairan Pembesaran klitoris dengan


edema dan meatus uretra berwarna darah atau mukoid meatus uretra di ujungnya
dibelakang klitoris verniks Tag himen Labia menyatu
kaseosa diantara labia Tiadanya lubang vagina
berkemih 24 jam Mekonium dari lubang
vagina
Tidak berkemih dalam 24
jam
Massa dalam labia
Genitalia ambigu
Genitalia maskulina

Lubang uretra di ujung glans Lubang uretra tertutup Hispospadia :lubang uretra
penis preposium pada permukaan ventral
Testis teraba dalam setiap Kulup tidak dapat di retraksi penis
skrotum Mutiara epitel lesi putih, Epispadia ; lubnag uretra
Skrotum biasanya besar , keras, kecil diujung pada perukaan dorsal penis
edema, menggantung dan di prepusium Chordee: lengkung ventral
tutupi rugae; biasanya Ereksi atau priapismus penis
berpigmen gelap pada Testis teraba dalam kanalis Testis tidak teraba skrotum
kelompok etnis kulit gelap inguinalis atau kanalis inguinalis
Smegma Skrotum kecil Tidak berkemis dalam 24
Berkemih dalam 24 jam jam
Henia inguinalis

31
Skrotum hipoplastik
Hidrokel ; cairan dalam
skrotum , masa dalam
skrotum
Mekonium dalam skrotum
Testis berwarna lain
Genetalia ambigu
Punggung dan rektum
Tulang belakang utuh, tidak Tinja cair hijau pada bayi Fisura atau vistula anal
ada lubang, masa, atau yang menjalani photo therapi Anus imperforatus
lengkungan yang menonjol Keterlambatan pengeluaran Tiadanya refleks anal
Refleks inkurvasi batang mekonium pada neonatus Tidak ada mekonium dalam
tubuh dengan berat badan lahir 36-48 jam
Refleks anal sangat rendah Kista atau sinus pilonidal
Lubang anus paten Sejumput rambut sepanjang
Keluar mekonium dalam 48 tulang belakang
jam Spina bifida (derajat tertentu)
Ekstremitas
Sepuluh jari tangan dan kaki Sindaktili parsial antara jari Polidaktili : kelebihan jari
Kisaran gerak penuh kaki kedua dan ketiga Sindaktili : jari menyatu atau
Dasar kuku merah jambu, Jari kaki kedua menumpuk berselaput
dengan sianosis transien pada jari ketiga Fokomelia : tanan atau kaki
segera setelah lahir Sela lebar antara jempol kaki dekat dengan batang tubuh
Garis garis 2/3 anterior (haluks) dan jari kedua Hemimelia : tidak ada bagian
telapak tangan Garis dalam pada permukaan distal ekstermitas
‘telapak kaki biasanya datar telapak kaki antar jari kaki Hiperfleksibilitas sendi
Ekstremitas simetris pertama dan kedua Sianosis menetap pada dasar
Tonus otot sama bilateral, Asimetri panjang jari kaki kuku
terutama tahanan terhadap Dorsofleksi dan pemendekan Kekuningan dasar kuku
fleksi yang berlawanan haluks Telapak kaki ditutupi garis
Denyut brakial sama bilateral garis
Garis telapak tangan
transfersal (simian)
Fraktur
Berkurang atau tidaka ada
ROM
Dislokasi atau subluksasi
panggul
Keterbatasan abduksi
panggul
Lipatan gluteal atau tungkai
tidak sama
Tinggi lutu tidak sama (tanda
allis atau galeazzi)
Gluk yang terdengar saat
abduksi (tanda ortolani)
Asimetri ekstremitas
Tonus atau kisaran gerak oto
asimetris
Sistem neuromuskular

32
Ekstremitas : biasanya tetap Mengigil atau tremor sekali Hipotomia – lemas kontrol
mempertahankan beberapa sekali kepala buruk, ekstremitas
derajat fleksi lumpuh
Ekstensi ekstremitas diikuti Hipertonia – tegang, lengan
posisi fleksi sebelumnya dan tangan fleksi kuat,
Lag : kepala ketika duduk, tungkai ekstensi kaku, mudah
namun sebentar sebentar terkejut
mampu menegakkan kepala Posturing asimetris (kecuali
Mampu menolehkan kepala refleks leher tonic)
dari samping ke samping Posturing opistotonik –
ketika tengkurap punggung melengkung
Mampu mempertahankan kebelakang
kepala satu garis horizontal Tanda paralisis
dengan punggung saat Tremor, kedutan, dan
digendong tengkurap gerakan mioklonik
Lag kepala yang jelas pada
semua posisi (Wong,2008)

J. Pengkajian Refleks Pada Bayi Baru Baru Lahir

Refleks Respon tingkah laku yang diharapkan


Mata Baru mengedipkan mata jika mendadak
Berkedip atau reflex Kornea muncul sinar terang atau ada benda yang
Bergerak medekati Kornea , menetap seumur
hidup .

Pupilar Pupil berkontraksi jika di sinari cahaya


terang; menetap seumur hidup.

Mata boneka Ketika kepala digerakan perlahan kekanan


atau ke kiri , Mata akan tertinggal dan tidak
several menyesuaikan keposisi kepala yang
baru, menghilang sebelah berkembang fiksasi,
jika menetap, menunjukkan adanya defisit
neurologist.

Hidung
Bersin Respon spontan saluran napas terhadap iritasi
atau obstruksi ; menetap seumur hidup.

Glabelar Tepukan cepet pada glabella (jembatan


hidung) menyebabkan Mata menurut kuat.

33
Mulut Dan Tenggorokan
Menghisap Bayi mulai melakukan gerakan menghisap
kuat diderah sirkumoral , sebagai respon
terhadap rangsang ; menetap selama masa bayi
, meskipun tanpa rangsang, seperti saat tidur .

Rangsangan pada faring posterior oleh


Gag (muntah) makanan , penghisapan atau pemasukan siang
dapat menyebabkan gag ; menetap sepajang
hidup.

Sentuhan atau goresan pada pipi sepanjang sisi


Rooting mulut menyebabkan bayi menolehkan kepala
ke arah sisi tersebut dan mulai menghisap ;
harus sudah menghilang sekitar usia 3-4 bulan,
namun bisa saja menetap sampai usia 12
bulan.

Apabila lidah disentuh atau ditekan, bayi


Ekstrusi berespon dengn mendorongnya keluar;
menghilang pada usia 4 bulan.

Repon spontan terhadap berkurangnya oksigen


Menguap dengn menungkatkan jumlah udra inspirasi ;
menetap seumur hidup.

Iritasi membran mukosa laring atau cabang


Batuk trakeoabronkial menyebabkan batuk , menetap
seumur hidup ; biasanya ada setelah hari
pertama kelahiran

Ekstremitas Sentuhan pada telapak tangan atau telapak


Menggenggam kaki dekat dasar jari menyebabkan fleksi
tangan dan jari kaki; genggaman tangan
berkurang setelah usia 3bulan, di ganti dengan
gerakan volunteer, genggaman kaki berkurang
pada usia 8 bulan.

Goresan sisi luar telapak kaki keatas dari tumit


Babinski sepanjang bola kaki menyebabkan jari jari
kaki hiperekstensi dan haluks dorso fleksi ;
menghilang setelah 1 tahun.

Dorso fleksi cepat kaki dengan menyangga


Klonus pergelangan kaki lutut pada posisi fleksi parsial menghasilkan 1
atau 2 gerakan bergelombang (“denyut”) ;
akhirnya , denyut tidak akan teraba.

34
Seluruh tubuh Goyangan tiba-tiba atau perubahan
Moro keseimbangan akan menyebabkan ekstensi dan
abduksi menandakan ekstremitas dan jari
megar, dengn ibu jari dan telunjuk membentuk
huruf C, diikuti fleksi dan adduksi ekstremitas;
tungkai sedikit fleksi, bayi mungkin menangis
; menghilang setelah usia 3-4 bulan, biasanya
paling kuat pada 2 bulan pertama .

Suara keras tiba tiba akan menyebabkan


abduksi lengan disertai fleksi siku; tangantetap
Terkejut menggenggam ; hilang pada usia 4 bulan.

Ketika bayi tengkurap diatas permukaan keras


ibu jari ditekankan sepanjang tulang belakang
dari sakrum ke leher bayi akan berespon
Perez dengn menangis, fleksi ekstremitas dan
mengangkat pelvis serta kepala ; lordosis
tulang belakang , dapat pula terjadi defekasi
dan urinasi ; hilang pada usia 4-6 bulang.

Apa bila kepala bayi ditengokkan ke satu sisi ,


lengan dan tungkai akan diekstensikan pada
sisi tersebut, sedangkan lengan dan tungkai
Tonus leher asimetris sisi yang berlawan di fleksikan; hialng pada
usia 3-4 bualng, diganti dengan pemosisian
yang simetris pada kedua sisi tubuh.

Membelai punggung bayi sepanjang tulang


belakang akan menyebabkan panggul bergerak
ke sisi yang diragsang ; hilang pada usia 4
Reflek inkurfasi batang tubuh (galante) minggu.

Apabila bayi ditahan sehingga telapak kaki


menyentuh oermukaaan keras , akan terjadi
fleksi dan ekstensi berganti ganti dari tungkai,
Menari atau menghentak seolah olah berjalan ; menghlang setelah usia
3-4 minggu, diganti dengan gerakan yang tak
beraturan.

Bial diterungkapkan , bayi akan melakukan


gerakan merangkak dengn lengan dan tungkai
; menghilang sekitar usia 6 minggu.
Merangkak
Apabila bayi dipegang tegak dibawah lengan
dan sisi dorsal kaki diletakkan mendadak ke
benda keras, seperti meja , tungkai akan
Placing diangkat , seperti ketika kaki akan melangkah
di meja; diusia menghilangnya sangan

35
bervariasi.

K. APGAR SCORE dan DOWN SCORE


1. APGAR SCORE
Tanda 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada < 100 >100
(Pulse Rate)
Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat
(Respiration)
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan katif
(Activity) sedikit
Reflek (Grimace) Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Warna kulit Seluruh tubuh Tumbuh Seluruh tubuh
(Appearance) biru atau pucat kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru
2. DOWN SCORE

Skor Down
0 1 2
Kecepatan napas <60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi Ringan Retraksi Berat
Tidak tampak
Sianosis Tidak ada Sianosis Sianosis (+) dengan O2
sianosis dengan O2
Udara masuk
Udara Masuk (+) Tidak ada udara masuk
berkurang
Terdengar melalui Terdengar tanpa
Megap-megap Tidak megap-megap
stetoskop menggunakan peralatan

36
L. Penatalaksanaan
Perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah dengan memperhatikan
gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR,
maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan
, pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.
1. Pengelolaan Ante/Intra Partum :
a. Kehamilan pertahankan hingga > 35 minggu
b. Tokolitik
c. Pematangan paru dengan menggunakan Kortikosteroid
2. Di Kamar bersalin
a. Persiapan resusitasi
b. Resusitasi
c. Pasca Resusitasi
3. Mempertahankan suhu tubuh dengan optimal. BBLR mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan optimal.
Suhu tubuh optimal :
a. 37 0 C ( 36,5 – 37,5 )
b. Bayi dengan BBLR dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 2000 gr adalah 35 0C dan untuk bayi dengan
BB 2000 gr sampai 2500 gr 34 0C , agar ia dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 37 0C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60 persen.
Kelembaban yang lebih tinggi di perlukan pada bayi dengan sindroma
gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1 0C per minggu

37
untuk bayi dengan berat badan 2000 gr dan secara berangsur angsur ia dapat
diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 0C-29 0C.
4. Oksigenasi : ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR akibat tidak adanya alveola dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan Inkubator, Head box, Sungkup
namun konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
5. Mencegah infeksi dengan optimal. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi.
Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi
disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah,
aktifitas baktersidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan
fungsi imun kurang berkembang.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari
infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi
dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan peralatan khusus dalam penanganan
bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik
dan antiseptik alat – alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi,
rasio perawat pasien yang idea, mengatur kunjungan, menghindari perawatan
yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang
tepat.
6. Nutrisi : Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh
sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.
a. Hati-hati terjadinya Hipoksemia, hipotermia, hipoglikemia, hipovolemia,
hipokalsemia.
b. Infus : Dekstrosa 5 % atau 10 %
c. Renjatan : NaCL 0,9 % 10 cc/kg BB dlm 10 menit

Kebutuhan cairan IV : Hari pertama : 60 cc/kg/hari bertahap dinaikkan setiap hari

Kebutuhan elektrolit (K,Na)

Kebutuhan Energi/kalori :

a. Glukosa/KH, Protein, lemak.


b. Nutrisi enteral : Secepat mungkin bila peristaltik usus (+), mekonium (+),
retensi lambung (-), ASI/PASI secara bertahap mulai 8 kali 1 – 2 cc.

38
M. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Hematokrit : 43% -61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal atau
perinatal).
3. Hemoglobin : 15-20 gram/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan).
4. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari dan
12mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata
rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na,K,Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
7. Pemeriksaan analisa gas darah.

39
N. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, status perkawinan,
alamat.
b. Riwayat kesehatan masalalu
1) Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis.
2) Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya.
3) Apakah ibu seorang perokok.
4) Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan berat badan <2500gram
d. Riwayat kesehatan keluarga
apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti
kardiovaskuler.
e. Apgar skor
Sistem penilaian ini untuk mengevaluasi status kardio pulmonal dan persyarafan
bayi. Penilaian ini untuk mengavaluasi status kardiopulmonal dan persyarafan
bayi. Penilaian dilakukan 1 menit setelah lahir dengan penilaian 7-10 (baik), 4-6
(asfiksia hingga sedang), dan 0-3 (asfiksia berat) dan diulang setiap 5 menit
hingga bayi dalam keadaan stabil.

Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada < 100 >100
jantung
Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan katif
sedikit
Reflek Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Warna kulit Seluruh tubuh Tumbuh Seluruh tubuh
biru atau pucat kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru

40
f. Pemeriksaan cairan amnion
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan
amnion tentang jumlah volumenya >2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau
disebut hidramnion sedangkan apabila jumlahnya <500 ml maka bayi mengalami
oligohidramnion
g. Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentuksn keadaan plasenta seperti adanya
pengapuran, nekrosis, beratnya dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting dalam
menentukan kembar identic atau tidak.
h. Pemeriksaan tali pusat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelinan dalam tali pusat
seperti adanya vena dan arteri, adnya tali simpul dan tidak.
i. Pengakajian fisik
1) Aktifitas/istirahat
Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau
tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur sehari
rata-rata 20 jam.
2) Sirkulasi
a) Nadi apical mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120-160
detik permenit)
b) Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan ductus arterious
(PDA)
3) Pernapasan
a) Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik intermiten
atau periodik (40-60 kali/menit)
b) Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga
derajat sianosis yang mungkin ada
c) Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan sindrom distress
pernapasan (RDS)
4) Neurosensori
a) Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena
ketidakadekuatan pertumbuhan mungkin terlihat

41
b) Kepala kacil dengan dahi meninjol, batang hidung cekung, hidung pendek
mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju
c) Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan
atas serta keterbatasan gerak
d) Pelebaran tampilan mata
5) Makanan/cairan
a) Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala
b) Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan
subkutan
c) Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha
d) Ketidakstabilan metabolic dan hipoglikemia / hipokalasemia
6) Genitaunaria
a) Jelaskan setiap abnormalitas genitalia
b) Jelaskan jumlah (dibandingkan engnaberta badan),warna, pH, temuan lab-
stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi)
c) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
7) Keamanan
a) Suhu berfluktuasi dengan mudah
b) Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan
c) Warma meconium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar pada tali
pusat dengan warna kehijauan
d) Menangis mungkin lemah
8) Seksualitas
a) Labia monira wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan
klitoris menonjol
b) Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada
skrotum.
9) Suhu tubuh
a) Tentukan suhu kulit dan aksila.
b) Tentukan dengan suhu lingkungan.
10) Pengkajian kulit
a) Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda iritasi,
lepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan

42
pemantau, infuse atau alat lain bersentuhan dengan kulit ; periks, dan
tempat juga dan catat setiap preparat kulit yang dipakai (missal : plester
povidone - iodine).
b) Tentukan tekstur dan tugor kulit : kering, lembut, berisik, terkelupas, dll.
c) Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir
d) Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum terpasang dengan benar,
dan periksa adanya tanda infiltrasi.
e) Jelaskan pipa infus parental : lokasi, tipe (arterial, vena, perifer, umbilicus,
sentral) : tipe infuse (obat, salin, dekstrosa, elektrolit, lipid, nutrisi parental
total) ; tipe pompa infuse dan kecepatan aliran ; tipe kateter atau jarum ;
dan tempat insersinya.
11) Pengkajian psikologis
Orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya, dan
orang tua klien berharap bayinya cepat sembuh.
12) Pemeriksaan reflek
a) Reflex berkedip : dijumpai namun belum sempurna
b) Tanda Babinski : jari kaki mengembang dan ibu jari kaki sedikit
dorsofleksi
c) Merangkak : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki,
namun belum sempurna
d) Melangkah : kaki sedikit bergerak ketas dan kebawah saat disentuhkan
kepermukan
e) Ekstrusi : lidah ekstensi kearah luar saat disentuh dengan spatel lidah
f) Gallant’s punggung sedikit begerak kearah samping saat diberikan goresan
pada punggungya
g) Morro’s dijumpai namun belum sempurna
h) Neck righting : belum ditemukan
i) Menggenggam : bayi menunjukan reflex menggenggam namun belum
sempurna
j) Rooting : bayi memperlihatkan gerakan memutar kearah pipi yang
diberikan sedikit goresan
k) Kager (stratle): bayi memberikan respon menghisap yang belum sempurna
l) Menghisap : bayi memperlihatkan respon menghisap yang belum
sempurna

43
m) Tonick nack : belum dilakukan karena refleks ini hanya terdapat pada bayi
yang berusia > 2 bulan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Pola Nafas
b. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas
c. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Hipotermi
f. Resiko infeksi

3. Intervensi
TUJUAN
DIAGNOSA INTERVENSI
NO. DAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1. Ketidakefektifan Pola NOC : NIC :
nafas a. Respiratory status : Airway Management
Ventilation a. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
Definisi : Pertukaran b. Respiratory status :
atau jaw thrust bila perlu
udara inspirasi dan/atau Airway patency. b. Posisikan pasien untuk
ekspirasi tidak adekuat. c. Vital sign Status memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : perlunya pemasangan
a. Penurunan a. Mendemonstrasika alat jalan nafas buatan
tekanan inspirasi/ n batuk efektif dan d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dada
ekspirasi. suara nafas yang
jika perlu
b. Penurunan bersih, tidak ada f. Keluarkan sekret dengan
pertukaran udara sianosis dan batuk atau suction
per menit dyspneu (mampu g. Auskultasi suara nafas,
c. Menggunakan mengeluarkan catat adanya suara
otot pernafasan sputum, mampu tambahan
tambahan. bernafas dengan h. Lakukan suction pada
mayo
d. Nasal flaring mudah, tidak ada
i. Berikan bronkodilator
e. Dyspnea pursed lips). bila perlu
f. Orthopnea b. Menunjukkan jalan j. Berikan pelembab udara
g. Perubahan nafas yang paten Kassa basah NaCl
Lembab

44
penyimpangan (klien tidak merasa k. Atur intake untuk cairan
dada tercekik, irama mengoptimalkan
h. Nafas pendek nafas, frekuensi keseimbangan.
i. Pernafasan pernafasan dalam l. Monitor respirasi dan
status O2
pursed-lip rentang normal,
j. Tahap ekspirasi tidak ada suara Oxygen Therapy
berlangsung nafas abnormal). a. Bersihkan mulut, hidung
sangat lama c. Tanda Tanda vital dan secret trakea
k. Peningkatan dalam rentang b. Pertahankan jalan nafas
diameter anterior- normal (tekanan yang paten
c. Atur peralatan oksigenasi
posterior darah, nadi,
d. Monitor aliran oksigen
l. Pernapasan rata- pernafasan). e. Pertahankan posisi
rata/minimal pasien
m. Bayi : < 25 atau > f. Onservasi adanya tanda
60 tanda hipoventilasi
Usia 1-4 : < 20 g. Monitor adanya
atau > 30 kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Usia 5-14 : < 14
atau > 25 Vital sign Monitoring
Usia > 14 : < 11 a. Monitor TD, nadi, suhu,
atau > 24 dan RR
n. Kedalaman b. Catat adanya fluktuasi
pernafasan tekanan darah
o. Dewasa volume c. Monitor VS saat pasien
tidalnya 500 ml berbaring, duduk, atau
saat istirahat berdiri
p. Bayi volume d. Auskultasi TD pada
tidalnya 6-8 kedua lengan dan
ml/Kg bandingkan
q. Timing rasio e. Monitor TD, nadi, RR,
r. Penurunan sebelum, selama, dan
kapasitas vital setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari
Faktor yang berhubungan nadi
: g. Monitor frekuensi dan
a. Hiperventilasi irama pernapasan
b. Deformitas tulang h. Monitor suara paru
c. Kelainan bentuk i. Monitor pola
dinding dada pernapasan abnormal
d. Penurunan j. Monitor suhu, warna,
energi/kelelahan dan kelembaban kulit
e. Perusakan/pelema k. Monitor sianosis perifer
han muskulo- l. Monitor adanya cushing
skeletal triad (tekanan nadi yang
f. Obesitas melebar, bradikardi,

45
g. Posisi tubuh peningkatan sistolik)
h. Kelelahan otot m. Identifikasi penyebab
pernafasan dari perubahan vital
i. Hipoventilasi sign.
sindrom
j. Nyeri
k. Kecemasan
l. Disfungsi
Neuromuskuler
m. Kerusakan
persepsi/kognitif
n. Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
o. Imaturitas
Neurologis

2. Ketidakefektifan NOC : NIC :


Bersihan jalan nafas. a. Respiratory status : Airway Suction
Ventilation a. Auskultasi suara nafas
Definisi : b. Respiratory status : sebelum dan sesudah
Ketidakmampuan untuk Airway patency suctioning.
membersihkan sekresi c. Aspiration Control b. Informasikan pada klien
atau obstruksi dari dan keluarga tentang
saluran pernafasan untuk Kriteria Hasil : suctioning
c. Minta klien nafas dalam
mempertahankan a. Mendemonstrasikan
sebelum suction
kebersihan jalan nafas. batuk efektif dan
dilakukan.
suara nafas yang
d. Berikan O2 dengan
Batasan Karakteristik : bersih, tidak ada
menggunakan nasal
a. Dispneu, Penurunan sianosis dan
untuk memfasilitasi
suara nafas dyspneu (mampu suksion nasotrakeal
b. Orthopneu mengeluarkan e. Gunakan alat yang steril
c. Cyanosis sputum, mampu sitiap melakukan
d. Kelainan suara bernafas dengan tindakan
nafas (rales, mudah, tidak ada f. Anjurkan pasien untuk
wheezing) pursed lips) istirahat dan napas
e. Kesulitan berbicara b. Menunjukkan jalan dalam setelah kateter
f. Batuk, tidak efekotif nafas yang paten dikeluarkan dari
atau tidak ada (klien tidak merasa nasotrakeal
g. Mata melebar tercekik, irama nafas, g. Monitor status oksigen
h. Produksi sputum frekuensi pernafasan pasien
i. Gelisah dalam rentang h. Ajarkan keluarga
j. Perubahan frekuensi normal, tidak ada bagaimana cara
dan irama nafas suara nafas melakukan suction

46
abnormal) i. Hentikan suction dan
Faktor-faktor yang c. Mampu berikan oksigen apabila
berhubungan: mengidentifikasikan pasien menunjukkan
a. Lingkungan : dan mencegah factor bradikardi, peningkatan
merokok, yang dapat saturasi O2, dll.
menghirup asap menghambat jalan Airway Management
rokok, perokok nafas a. Buka jalan nafas,
pasif-POK, infeksi guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila
b. Fisiologis :
perlu
disfungsi
b. Posisikan pasien untuk
neuromuskular,
memaksimalkan
hiperplasia dinding
ventilasi
bronkus, alergi jalan
c. Identifikasi pasien
nafas, asma. perlunya pemasangan
c. Obstruksi jalan alat jalan nafas buatan
nafas : spasme jalan d. Pasang mayo bila perlu
nafas, sekresi e. Lakukan fisioterapi
tertahan, banyaknya dada jika perlu
mukus, adanya jalan f. Keluarkan sekret
nafas buatan, dengan batuk atau
sekresi bronkus, suction
adanya eksudat di g. Auskultasi suara nafas,
alveolus, adanya catat adanya suara
benda asing di jalan tambahan
nafas. h. Lakukan suction pada
mayo
i. Kolaborasikan
pemberian
bronkodilator bila perlu
j. Berikan pelembab
udara kassa basah NaCl
Lembab
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

3. Risiko NOC : NIC :


ketidakseimbangan a. Hydration Temperature Regulation
temperatur tubuh b. Adherence Behavior (pengaturan suhu)
c. Immune Status a. Monitor suhu minimal
Definisi : Risiko d. Infection status tiap 2 jam
kegagalan e. Risk control b. Rencanakan monitoring
mempertahankan suhu f. Risk detection suhu secara kontinyu

47
tubuh dalam batas c. Monitor TD, nadi, dan
normal. Kriteria hasil : RR
Faktor factor resiko: a. Suhu tubuh dalam d. Monitor warna dan
a. Perubahan rentang normal suhu kulit
metabolisme dasar (36,5 C -370C).
0 e. Monitor tanda-tanda
b. Penyakit atau b. Nadi dan RR hipertermi dan
trauma yang dalam rentang hipotermi
mempengaruhi normal f. Tingkatkan intake
N: 100-150 cairan dan nutrisi
pengaturan suhu
g. Selimuti pasien untuk
c. Pengobatan mmHg.
mencegah hilangnya
pengobatan yang RR : 30-45 x/mnt.
kehangatan tubuh
menyebabkan
h. Ajarkan pada pasien
vasokonstriksi dan
cara mencegah
vasodilatasi keletihan akibat panas
d. Pakaian yang tidak i. Diskusikan tentang
sesuai dengan suhu pentingnya pengaturan
lingkungan suhu dan kemungkinan
e. Ketidakaktifan atau efek negatif dari
aktivitas berat kedinginan
f. Dehidrasi j. Beritahukan tentang
g. Pemberian obat indikasi terjadinya
penenang keletihan dan
h. Paparan dingin atau penanganan emergency
hangat/lingkungan yang diperlukan
yang panas k. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
l. Berikan anti piretik jika
perlu.

4. Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari a. Nutritional Status Nutrition Management
kebutuhan tubuh b. Nutritional Status : a. Kaji adanya alergi
food and Fluid makanan
Definisi : Intake nutrisi Intake b. Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk c. Nutritional Status : ahli gizi untuk
keperluan metabolisme nutrient Intake menentukan jumlah
tubuh. d. Weight control kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : c. Anjurkan pasien untuk
a. Berat badan 20 % a. Adanya peningkatan meningkatkan intake
atau lebih di bawah berat badan sesuai Fe
ideal dengan tujuan d. Anjurkan pasien untuk

48
b. Dilaporkan adanya b. Berat badan ideal meningkatkan protein
intake makanan sesuai dengan tinggi dan vitamin C
yang kurang dari badan e. Berikan substansi gula
RDA (Recomended c. Mampu f. Yakinkan diet yang
Daily Allowance) mengidentifikasi dimakan mengandung
c. Membran mukosa kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
dan konjungtiva d. Tidak ada tanda mencegah konstipasi
pucat tanda malnutrisi g. Berikan makanan yang
d. Kelemahan otot e. Menunjukkan terpilih ( sudah
yang digunakan peningkatan fungsi dikonsultasikan
untuk pengecapan dari dengan ahli gizi)
menelan/mengunya menelan h. Ajarkan pasien
h f. Tidak terjadi bagaimana membuat
e. Luka, inflamasi penurunan berat catatan makanan
pada rongga mulut badan yang berarti harian.
f. Mudah merasa i. Monitor jumlah nutrisi
kenyang, sesaat dan kandungan kalori
setelah mengunyah j. Berikan informasi
makanan tentang kebutuhan
g. Dilaporkan atau nutrisi
fakta adanya k. Kaji kemampuan
kekurangan pasien untuk
makanan mendapatkan nutrisi
h. Dilaporkan adanya yang dibutuhkan
perubahan sensasi
rasa Nutrition Monitoring
i. Perasaan a. BB pasien dalam batas
ketidakmampuan normal
untuk mengunyah b. Monitor adanya
makanan penurunan berat badan
j. Miskonsepsi c. Monitor tipe dan
k. Kehilangan BB jumlah aktivitas yang
dengan makanan biasa dilakukan
cukup d. Monitor interaksi anak
l. Keengganan untuk atau orangtua selama
makan makan
m. Kram pada e. Monitor lingkungan
abdomen selama makan
n. Tonus otot jelek f. Jadwalkan pengobatan
o. Nyeri abdominal dan tindakan tidak
dengan atau tanpa selama jam makan
patologi g. Monitor kulit kering
p. Kurang berminat dan perubahan

49
terhadap makanan pigmentasi
q. Pembuluh darah h. Monitor turgor kulit
kapiler mulai rapuh i. Monitor kekeringan,
r. Diare dan atau rambut kusam, dan
steatorrhea mudah patah
j. Monitor mual dan
muntah
k. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
l. Monitor makanan
kesukaan
m. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
n. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
o. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
p. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral. Catat jika
lidah berwarna
magenta, scarlet

5. Hipotermi NOC : NIC :


a. Thermoregulation Temperature Regulation
Definisi : temperatur b. Thermoregulation : a. Monitor suhu minimal
suhu dibawah rentang neonate tiap 2 jam
normal. b. Rencanakan
Kriteria Hasil : monitoring suhu
a. Suhu tubuh dalam
Batasan karateristik : secara kontinyu
rentang normal
a. Penurunan suhu c. Monitor TD, nadi, dan
b. Nadi dan RR dalam
tubuh dibawah RR
rentang normal
rentang normal. d. Monitor warna dan
b. Pucat suhu kulit
c. Kulit dingin e. Monitor tanda-tanda
d. Kuku sianosis hipertermi dan
hipotermi
f. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
g. Selimuti pasien untuk

50
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
h. Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
i. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
j. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
k. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
l. Berikan anti piretik
jika perlu

Vital sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
c. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
d. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari
nadi
g. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
h. Monitor suara paru

51
i. Monitor pola
pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis
perifer
l. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.

6. Resiko infeksi NOC : NIC :


a. Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan b. Knowledge : infeksi)
resiko masuknya Infection control a. Bersihkan lingkungan
organisme patogen c. Risk control setelah dipakai pasien
lain
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil : b. Pertahankan teknik
a. Prosedur Invasif a. Klien bebas dari isolasi
b. Ketidakcukupan tanda dan gejala c. Batasi pengunjung bila
pengetahuan untuk infeksi perlu
b. Menunjukkan
menghindari paparan d. Instruksikan pada
kemampuan untuk
patogen mencegah timbulnya pengunjung untuk
a. Trauma infeksi mencuci tangan saat
b. Kerusakan jaringan c. Menunjukkan berkunjung dan setelah
dan peningkatan perilaku hidup sehat berkunjung
paparan lingkungan meninggalkan pasien
c. Ruptur membran e. Gunakan sabun
amnion antimikrobia untuk cuci
d. Agen farmasi tangan
(imunosupresan) f. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
e. Malnutrisi
tindakan keperawatan
f. Peningkatan
g. Gunakan baju, sarung
paparan lingkungan
tangan sebagai alat
patogen
pelindung
g. Imonusupresi
h. Pertahankan
h. Ketidakadekuatan lingkungan aseptik
imum buatan selama pemasangan
i. Tidak adekuat alat

52
pertahanan sekunder i. Ganti letak IV perifer
(penurunan Hb, dan line central dan
Leukopenia, dressing sesuai dengan
penekanan respon petunjuk umum
inflamasi) j. Gunakan kateter
j. Tidak adekuat intermiten untuk
pertahanan tubuh menurunkan infeksi
primer (kulit tidak kandung kencing
k. Tingktkan intake nutrisi
utuh, trauma
l. Berikan terapi
jaringan, penurunan
antibiotik bila perlu
kerja silia, cairan
tubuh statis, Infection Protection (proteksi
perubahan sekresi terhadap infeksi)
pH, perubahan a. Monitor tanda dan
peristaltik). gejala infeksi sistemik
k. Penyakit kronik dan lokal
b. Monitor hitung
granulosit, WBC
c. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
f. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
g. Pertahankan teknik
isolasi kondisi pasien
h. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
i. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
k. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
l. Dorong masukan cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep

53
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
p. Ajarkan cara
menghindari infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur positif

54
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Identitas
 Nama : By. Ny S
 Usia : 4 hari
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 16 Februari 2008
 Alamat : Bidara Cina, Jakarta Timur
 Agama : Islam
 Nama orang tua : Ny S dan Tn S
 Pekerjaan orang tua : Buruh
 No. rekam medis : 321 29 21

2. Anamnesis
Keluhan Utama : Berat badan lahir rendah.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Bayi laki-laki, cukup bulan (H36-38 mingguP3 Janin gemeli kepala-kepala) usia empat hari dengan
berat lahir rendah (2200 gram). Bayi lahir spontan, langsung menangsis, apgar skor 9/10.
Tidak sesak, tidak biru, gerakan aktif. Saat dilahirkan ketuban dipecahkan tampak cairan
ketuban jernih, tidak ada mekonium, tidak berbau, volume sedikit, kemudian jalan napas
dibersihkan dan dilakukan perangsangan.

Riwayat Kehamilan Ibu

Ibu berusia 30 tahun G4P3A0 presentasi kepala. ANC tidak teratur, memiliki tiga risiko minor
yaitu ketuban pecah lebih dari 12 jam, keputihan yang tidak diobati, dan kehamilan ganda.
Riwayat kehamilan saat ini: nyeri saat BAK (-), demam saat hamil (+), keputihan yang tidak
diobati (+), tekanan darah tinggi (+), kencing manis (-), anemia (-), tuberculosis (-), sifilis (-).
Tidak ada pendarahan selama kehamilan.

Selama hamil ibu mengaku makan makanan yang bergizi dalam jumlah yang cukup, tidak
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, tidak mengkonsumsi jamu, dan tidak merokok. Berat
badan ibu saat hamil 52 kg, tinggi badan 150 cm.

55
Pemeriksaan yang dilakukan di akhir masa kehamilan:

Darah perifer lengkap:

Hb : 10,4 gram (normal: >11 gr/dL), Ht : 31%, leukosit : 11.600 :tidak normal(5000-10.000
mm3), trombosit 213.000 (normal : 200.000-400.000)

MCV: 76 (normal: 80-100 ferntoLiter : MCV menurun jika eritrosit lebih kecil dari biasanya
(mikrositik) seperti pada anemia karena kekurangan zat besi) MCH : 26 (nilai normal : 26-34
pg/cell) MCHC 34 (normal : 31.5 – 36.3). Gula darah : 99 (70-105 mg/dL) Bleeding time/
clotting time : 02’30”/11’30”

Urinalisis:

BJ : 1005 (nilai normal : 1.003 s/d 1.030 g/mL), pH 7 (normal : 4,5 - 8,0.), protein (-), glukosa (-),
keton (-), nitrit (-), leukosit esterase (-)

USG : janin gemeli presentasi kepala-kepala, hidup keduanya

- Janin 1 : DBP 8,6 dengan AC 28 FL 68 TBJ 2274, presentasi kepala


- Janin 2 : DBP 8,6 dengan AC 28 FL 67 TBJ 2134, presentasi kepala, ICA single poncket
plasenta dii korpus belakang.

CTG: frekuensi dasar 140 dpm(denyut per menit), variabilitas 5-25 dpm (normal (6-25dpm)),
akselerasi (+), deselerasi (-), His 1-2x/10 menit.

Riwayat obstetri ibu

1. 10 tahun, laki-laki, BL 3500 gram, hidup lahir spontan di bidan


2. 5 tahun, perempuan, BL 3500 gram, hidup, lahir spontan di bidan
3. 2 tahun, perempuan, BL 3700 gram, hidup, lahir spontan di bidan
4. ini

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, sakit batuk-batuk lama dalam keluarga
disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi

56
Ayah pasien pendidikan terakhir SMP, bekerja sebagai buruh dengan penghasilan rata-rata per
bulan Rp. 600.000,- Ibu pasien pendidikan terakhir SD, tidak bekerja. Tinggal di rumah kontrak
dengan ayah ibu, dan ketiga kakaknya.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kompos mentis, gerak aktif, langsung menangis, tidak biru.

Frekuensi nadi : 150 kali / menit, reguler, isi cukup

Frekuensi napas : 68 kali / menit, reguler, kedalaman cukup

Suhu : 370C

Status generalis saat dilahirkan

Kepala : deformitas (-), trauma jalan lahir (-)

Mata : pucat (-/-), ikterik (-/-),

Hidung : jalan napas bebas, deformitas (-)

Tenggorokan : tidak ada kelainan

Mulut : tidak ada kelainan

Leher : tidak ada kelainan

Paru : gerakan simetris, tidak ada retraksi, vesikuler, ronki-/-, wheezing -/-

Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, turgor cukup, bising usus (+) normal

Ekstremitas : tidak ikterik, tidak sianosis, akral hangat, CRT<3 detik

Genitalia : tidak fimosis, testis sudah turun

Berat lahir : 2200 gram

Panjang lahir : 42 cm (normalnya 48-51 cm)

Lingkar kepala : 34 cm ( 0 bulan : 34 – 35 cm)

Lingkar dada : 30 cm (30-38 cm)

Lingkar perut : 26 cm (31-35cm)

57
Panjang lengan : 18 cm

Panjang kaki : 20 cm

Jarak kepala-simfisis : 25 cm (normal 25 cm adalah minggu ke 25)

Kesan neonatus cukup bulan kecil masa kehamilan

Diagnosis
Neonatus cukup bulan, kecil masa kehamilan dengan 3 faktor risiko minor.

Rencana Tatalaksana
Rencana diagnosis :

- Pemeriksaan bilirubin direk, indirek saat akan dipulangkan


Rencana terapi

- Pemberian minum mulai 80 mL /KgBB/hari, ditingkatkan 14 mL/KgBB/hari hingga


mencapai 200 ml/KgBB/hari. Inisiasi dimulai dua jam pertama setelah lahir dan diberikan
tiap dua jam kemudian
- Pantau penurunan berat badan bayi di minggu pertama kelahiran
- Injeksi vitamin K 1x 1 mg saat lahir
- Rawat gabung dengan ibu.

Data Fokus

DS DO
 ibu mengatakan bayinya kecil  Frekuensi napas : 68 kali / menit,
 ibu klien mengatakan tidak ada nyeri reguler, kedalaman cukup
saat BAK  Bayi lahir cukup bulan (H36-38 mingguP3
 Selama hamil ibu mengaku makan Janin gemeli kepala-kepala
makanan yang bergizi dalam jumlah  usia empat hari dengan berat lahir
yang cukup, tidak mengkonsumsi obat- rendah (2200 gram)
obatan tertentu, tidak mengkonsumsi  Bayi lahir spontan, langsung
jamu, dan tidak merokok. menangsis,. Tidak sesak, tidak biru,
 Ibu klien menyangkal riwayat tekanan gerakan aktif. Apgar skor 9/10
darah tinggi, kencing manis, sakit batuk-  Setelah dilahirkan : ketuban
batuk lama dalam keluarga dipecahkan tampak cairan ketuban
 Ibu klien mengatakan pendidikan jernih, tidak ada mekonium, tidak

58
terakhir nya SD, tidak bekerja dan berbau, volume sedikit, kemudian
suaminya pendidikan terakhir SMP, jalan napas dibersihkan dan dilakukan
bekerja sebagai buruh dengan perangsanga
penghasilan rata-rata per bulan Rp.  memiliki tiga risiko minor yaitu
600.000 Tinggal di rumah kontrak ketuban pecah lebih dari 12 jam,
dengan ayah ibu, dan ketiga kakaknya. keputihan yang tidak diobati, dan
 Ibu klien mengatakan suhu bayi tidak kehamilan ganda
stabil sempat demam 1-2 hari setelah
lahir (data tambahan ibu)
TD : 140/90mmHg
S : 38 0 C
RR : 22 x/menit
N : 80 x/menit
 keputihan yang tidak diobati
(+)kencing manis (-), anemia (-),
tuberculosis (-), sifilis (-)Tidak ada
pendarahan selama kehamilan.
 Ibu tampak banyak bertanya kepada
petugas kesehatan tentang kondisi
bayinya. Wajah ibu tampak cemas
(data tambahan)
 BB ibu saat hamil 52 kg, TB 150 cm

Pemeriksaan penunjang akhir masa


kehamilan
Hb : 10,4 gr/dL
Ht : 31%
leukosit : 11.600 mm3
trombosit 213.000 mL
MCV: 76 ; MCH : 26 ; MCHC : 34
Gula darah : 99 mg/dL
Bleeding time/ clotting time : 02’30”/11’30”
Urinalisis:

59
BJ : 1005 g/mL), pH 7, protein (-), glukosa (-
), keton (-), nitrit (-), leukosit esterase (-)

USG :janin gemeli presentasi kepala-kepala,


hidup keduanya
- Janin 1 : DBP 8,6 dengan AC 28
FL 68 TBJ 2274, presentasi kepala
- Janin 2 : DBP 8,6 dengan AC 28
FL 67 TBJ 2134, presentasi
kepala, ICA single poncket
plasenta dii korpus belakang.
CTG :
frekuensi dasar 140 dpm, variabilitas 5-25
dpm, (akselerasi (+), deselerasi (-), His 1-
2x/10 menit

Pemeriksaan Fisik pada bayi


KU : CM, gerak aktif, langsung menangis,
tidak biru.
N : 150 kali / menit, reguler, isi cukup
RR : 60 kali / menit, reguler, kedalaman
cukup
Suhu : 370C

Status generalis saat dilahirkan


Kepala : deformitas (-), trauma jalan
lahir (-)
Mata : pucat (-/-), ikterik (-/-),
Hidung : jalan napas bebas, deformitas
(-)
Tenggorokan : tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada kelainan

60
Paru : gerakan simetris, tidak ada
retraksi, vesikuler, ronki-/-,
wheezing -/-
Jantung : BJ I/II normal, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : datar, turgor cukup, bising
usus (+) normal
Ekstremitas : tidak ikterik, tidak sianosis,
akral hangat, CRT<3 detik
Genitalia : tidak fimosis, testis sudah
turun
Berat lahir : 2200 gram
Panjang lahir : 42 cm
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut : 26 cm
Panjang lengan : 18 cm
Panjang kaki : 20 cm
Jarak kepala-simfisis : 25 cm
Kesan neonatus cukup bulan kecil masa
kehamilan

Analisa Data

Data Problem Etiologi Symptom


DS : Ketidakefektifan pola Imaturitas organ takipnea
napas
Ibu klien
mengatakan
bayinya terlihat
sepeti sesak
DO :
Frekuensi napas
68 x/menit

61
Gerak paru
tampak cepat

DS :
Ibu klien mengatakan
Resiko ketidak Perbedaan suhu
saat menyentuh bayi
seimbangan suhu tubuh dalam perut
terasa dingin dan tubuh ibu dan lingkungan
luarnya
meminta perawat
menurunkan suhu
pendingin ruangan

DO :
Saat pemeriksaan
fisik
N : 150 kali / menit,
reguler, isi cukup
RR : 60 kali / menit,
reguler, kedalaman
cukup
Suhu : 370C

DS :
 Selama hamil
ibu mengaku Ketidakseimbangan Berat Badan Ibu
nutrisi Faktor ekonomi tidak mencapai
makan keluarga, kurang BBIH, BBLR 2200
makanan yang asupan makanan ibu gram
bergizi dalam
jumlah yang
cukup, tidak
mengkonsums

62
i obat-obatan
tertentu, tidak
mengkonsums
i jamu, dan
tidak merokok
 Ibu klien
mengatakan
pendidikan
terakhir nya
SD, tidak
bekerja dan
suaminya
pendidikan
terakhir SMP,
bekerja
sebagai buruh
dengan
penghasilan
rata-rata per
bulan Rp.
600.000
Tinggal di
rumah kontrak
dengan ayah
ibu, dan
ketiga
kakaknya.
 ibu
mengatakan
bayinya
memiliki berat
lahir rendah

63
Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUNJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


No
KEPERAWATAN HASIL (NOC) KEPERAWATAN (NIC)

1. Ketidakefektifan NOC : NIC :


Pola nafas  Respiratory status :  Auskultasi suara nafas,
Definisi : Ventilation catat adanya suara
Pertukaran udara  Respiratory status : tambahan
inspirasi dan/atau Airway patency.  Atur intake untuk
ekspirasi tidak  Vital sign Status cairan
adekuat Kriteria Hasil : mengoptimalkan
Batasan  Menunjukkan jalan keseimbangan.
karakteristik : nafas yang paten (irama  Monitor TD, nadi,
1. Takipnea nafas, frekuensi suhu, dan RR
pernafasan dalam  Monitor frekuensi dan
rentang normal, tidak irama pernapasan
ada suara nafas  Monitor suara paru
abnormal).  Monitor pola

64
 Tanda Tanda vital pernapasan abnormal
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan).
2. Risiko
ketidakseimbangan NOC: NIC :
temperatur tubuh  Risk control  Monitor suhu minimal
Definisi :  Risk detection tiap 2 jam.
Risiko kegagalan  Rencanakan monitoring
mempertahankan suhu secara kontinyu
suhu tubuh dalam  Monitor TD, nadi, dan
batas normal. RR
Batasan  Monitor warna dan suhu
Krakteristik : kulit
1. Paparan  Monitor tanda-tanda
dingin atau hipertermi dan hipotermi
hangat/lingk  Diskusikan tentang
ungan yang pentingnya pengaturan
panas suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan

3. Ketidakseimbangan NOC : NIC:


nutrisi kurang dari Nutritional Status : nutrient  Identifikasi klien dan
kebutuhan tubuh Intake ibu klien terhadap
b.d faktor ekonomi Weight control alergi makanan
keluarga, Allergy Management  Instruksikan ibu
kurangnya asupan Kriteria Hasil : menghindari makanan
makanan ibu  Adanya peningkatan yang membuat alergi
berat badan sesuai terhadap ibu dan
dengan tujuan bayinya.
 Berat badan ideal  Anjurkan ibu untuk
sesuai dengan tinggi meningkatkan protein
badan dan vitamin dan
 Mampu mineral
mengidentifikasi  Berikan makanan yang
kebutuhan nutrisi terpilih ( sudah
 Tidak ada tanda tanda dikonsultasikan
malnutrisi dengan ahli gizi)
 Menunjukkan  Monitor jumlah intake
peningkatan fungsi nutrisi dan kandungan
pengecapan dari kalori
menelan  Kaji reflex menghisap
 Tidak terjadi penurunan dan menelan bayi.
berat badan yang  Kaji asupan ASI

65
berarti terhadap bayi
 Monitor pemeriksaan
laboratorium sesuai
kebutuhan
 Diskusikan dengan ibu
klien mengenai asupan
makanan, penambahan
dan penurunan berat
badan,,berat badan
ideal

Implementasi

TANGGAL WAKTU IMPLEMENTASI RESPON TTD


KEPERAWATAN
20/02/2008 Dinas pagi 1. Mengobservasi TD, RR, dan TD : 67/47mmHg
(07.00-14.00 nadi, Nadi : 148x/menit
Wib) 2. Memonitor frekuensi dan RR : 60x/menit
irama pernapasan Irama : regular
3. Memonitor pola napas Gerak dada
abnormal normal, tidak ada
sesak

1. Memonitor suhu minimal


tiap 2 jam S : 360C
2. Memonitor Tanda-tanda Tidak ada
hipertermi dan hipotermi hipertermi. Resiko

66
3. Memonitor warna dan suhu Hipotermi
kulit Warna :tubuh
tidak ada biru dan
suhu kulit : cukup
dingin

1. Menganjurkan ibu untuk


meningkatkan protein dan Ibu menghabiskan
vitamin dan mineral 1 porsi makanan
2. Mengkaji reflex menghisap gizi seimbang
dan menelan bayi. yang dianjurkan
3. Mengkaji asupan ASI Reflex menghisap
terhadap bayi dan menelan baik
Ibu menyusui bayi
setiap 2 jam

TANGGAL EVALUASI TTD

67
20/02/2008 S : Ibu klien mengatakan bayinya tidak lagi sepeti sesak
O:
KU : Compos Metis
TD : 67/47mmHg
Nadi : 148x/menit
RR : 60x/menit
Irama : regular Gerak dada normal, tidak ada sesak
A : Masalah Teratasi
P : - Observasi TD, RR dan Nadi
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Memonitor frekuensi dan irama pernapasan
- Memonitor pola napas abnormal

S : Ibu klien mengatakan bayinya masih dingin


O:
S : 360C
Tidak ada hipertermi. Resiko Hipotermi
Warna :tubuh tidak ada biru dan suhu kulit : cukup dingin
A : Masalah belum teratasi
P:
- Memonitor suhu minimal tiap 2 jam dan secara
kontinyu
- Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari kedinginan
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi

S : Ibu klien mengatakan asupan makanan terjaga selama


perawatan dan Ibu menyusui bayi setiap 2 jam
O:
Ibu menghabiskan 1 porsi makanan gizi seimbang yang
dianjurkan
Reflex bayi menghisap dan menelan baik
A: Masalah teratasi sebagian
P:
- Anjurkan ibu untuk meningkatkan protein dan vitamin
dan mineral
- Kaji reflex menghisap dan menelan bayi.
- Kaji asupan ASI terhadap bayi
- Monitor pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan

68
- Diskusikan dengan ibu klien mengenai asupan
makanan, penambahan dan penurunan berat
badan,,berat badan ideal

69
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan
yang sering dialami pada sebagaian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir
kurang dari 2500 gr. BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
timbulnya masalah pada semua system organ tubuh meliputi gangguan pada
pernafasan ( aspirasi meconium, asfiksia neonatorum ), gangguan pada system
pencernaan (lambung kecil), gangguan system perkemihan (ginjal belum sempurna),
gangguan system persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir
rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbang kembang.

B. Saran
Diharapkan setelah dirawat berat badan bayi naik mencapai normal, daya hisap kuat,
tidak terjadi infeksi dan hipotermi, maupun resiko infeksi. Kepada perawat
diharapkan dapat meningkatkan proses keperawatan pada BBLR dengan
mempertahankan teknik aseptic dalam setiap melakukan tindakan. Kepada mahasiswa
diharapkan menegakkan diagnose keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang
ada, menetapkan intervensi dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan pada BBLR.

70
DAFTAR PUSTAKA

Aaron Saguil,Mathew Fargo,Acute Respiratory Distress Syndrome:Diagnosis


and Management,American Family Physician,2012,February 15,85:4;1-73.
Anne-Karen von Beckerath,dkk. Perinatal Complication And Long Term
Neurodevelopmental Outcome Of Infant With Intrauterine Growth
Restriction,American Journal Of Obstetrics And
Gynecology,2013;February;2-6.
Arun Sasi,Ashok Deorrari,Patent Ductus Arteriosus in Preterm
Infant,IndianPediatric,2011,April 17;48:1-8.
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Bobak, Irene M, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta. EGC
Djitowiyono, S. dan Weni Kristianasari, 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus Dan
Anak. Jakarta : Nuha Medika. Cetakan 1
Hidayati, R. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis,
Jakarta : Salemba Medika.
Maryunani, Anik. 2009 . Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas, Jakarta : Trans Info
Media
Maulana HDJ. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC, 2009 : 5.
Mia Lee,Soo Youn,Baek Keun Lim,Jong Soo Kim,Serum Albumin Concentration
And Clinical Disorders By Gestational Age In Preterm Babies,Korean Journal
Of Pediatrics,2005,48:2;1-6.
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Proverawati, A, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Saifudin, abdul B.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Winknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai