SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I
untuk mencapai gelar Sarjana Sosial
Hukum da Kewarganegaraan
Disusun oleh :
Yulistya Adi Nugraha
3450402038
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari : Senin
Tanggal : 16 Oktober 2006
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Ketua Jurusan
Hukum dan Kewarganegaraan
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 17 Oktober 2006
Penguji Skripsi
Anggota I Anggota II
Mengetahui :
Dekan,
Drs.Sunardi,M.M.
NIP.130367998
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT,
skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Ayahanda dan Ibundaku tercinta atas dukungan
yang tiada henti-hentinya untuk membimbing
ananda menuju kedewasaan dalam menatap
masa depan.
2. Mas Agung, mba Dewi, adikku Dana yang
memberi spirit “brotherhood” untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk yang selalu ada dalam hatiku Ike Putri
Setyatama
4. Sahabat-sahabat seperjuangan Hukum angkatan
2002 “berkat dukungan kalian semua skripsi ini
berhasil aku selesaikan,thanks guys”
5. Sohib-sohibku di Cassava
6. Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan judul “Usaha Pelestarian Lingkungan dalam Pertambangan Bahan Galian
Golongan C di Kabupaten Tegal”. Yang diajukan guna melengkapi syarat-syarat
dalam menyelesaikan program studi tingkat sarjana lengkap pada Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Dalam kesempatan ini pula penulis menghaturkan terima kasih kepada yang
terhormat :
vi
Akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membutuhkannya (Amin).
Semarang 10 Oktober 2006
Penulis
vii
SARI
Adi Nugraha, Yulistya ; Usaha Pelestarian Lingkungan Dalam Pertambangan
Bahan Galian Golongan C ( Studi Kasus di Kabupaten Tegal ). Skripsi. Jurusan
Hukum dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing : I. Drs. Suhadi, M.Si. II. Dra Martitah.Mhum
Sungai Gung yang terletak di Kabupaten Tegal merupakan salah satu aset dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal untuk menambah Pendapatan Daerah
(PAD), produk dari sungai Gung yang bermanfaat adalah pasir, batu-batuan,
kerikil yang berasal dari lereng gunung Slamet merupakan karunia dari Tuhan
yang harus dimanfaatkan bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Bagaimana usaha pelestarian lingkungan dalam kegiatan pertambangan di sungai
Gung perlu dteliti.
Permasalahan dalam skripsi ini dibatasi pada pemecahan beberapa
masalah yaitu bagaimana pelaksanaan peraturan usaha pertambangan bahan galian
golongan c di Kabupaten Tegal, dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan
pertambangan dan upaya mengatasi dampak yang terjadi akibat usaha
pertambangan pasir. Tujuan Penelitian ini bagi Pemerintah daerah untuk memberi
masukan bagaimana dampak dan pengaturan pertambangan di sungai Gung.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Data dikumpulkan dari
sumber lisan dan sumber tulisan. Sumber lisan berupa nara sumber dari staff
Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Tegal,
Penambang pasir Ber-SIPD, Penambang Pasir tidak Ber-SIPD, Tokoh masyarakat
di sekitar penambangan, Kepala Dipenda Kabupaten Tegal, Kepala BPS
Kabupaten Tegal. Data dari narasumber diperoleh dengan mewawancarai dan
merekam orang-orang yang terkait dengan usaha pertambangan bahan galian
golongan C di Kabupaten Tegal. Data yang terkumpul berupa data jumlah
penambang ber-SIPD, data berupa peraturan-peraturan yang terkait dengan
pelaksanaan usaha pertambangan bahan galian golongan c di Kabupaten Tegal.
Teknik Triangulasi digunakan untuk mengecek objektivitas dan keabsahan data
dan dianalisis menggunakan interactive analisis model.
Hasil penelitian menunjukan untuk pelaksanaan peraturan usaha
pertambangan bahan galian golongan c belum sepenuhnya ditegakkan baik dari
Pemerintah Daerah maupun para pelaku penambangan sendiri bisa dilihat dari
jumlah penambang yang ber-SIPD hanya sedikit dibandingkan para penambang
ilegal itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan akibat pertambangan pasir di Sungai
Gung berupa dampak negatif dan dampak postif, adapun dampak negatifnya
adalah berubahnya aliran sungai Gung, tanggul yang kritis, jalan sekitar
penambangan menjadi rusak, sedangkan dampak positifnya usaha pertambangan
bahan galian golongan C menyerap lapangan kerja yang berakibat pada
berkurangnya angka pengangguran di sekitar lokasi penambangan, adanya
kegiatan-kegiatan usaha di sekitar lokasi penambangan sebagai contoh adanya
viii
warung-warung makan, tambal ban. Upaya mengatasi dampak lingkungan yang
terjadi akibat penambangan pasir sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Tegal dan para penambang itu sendiri, tetapi dari hasil penelitian
upaya tersebut dirasakan kurang maksimal tidak sebanding dengan apa yang
mereka dapatkan dari usaha pertambangan itu, adapun contoh upaya yang
dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal adalah mengadakan normalisasi
sungai Gung, mengadakan penyuluhan-penyuluhan rutin, sedang upaya para
penambang sebatas melakukan kegiatan penambangan seperti yang diatur dalam
ketentuan-ketentuan peraturan yang ada.
Saran penulis demi perbaikan dalam pelaksanaan usaha pertambangan
bahan galian golongan c di Kabupaten Tegal adanya kerjasama antara Pemerintah
Daerah masyarakat dalam mengawasi kegiatan penambangan yang ada di daerah
mereka, Peran dari Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Tegal lebih dioptimalkan lagi sehingga akan lebih menjamin
terciptanya penegakan hukum khususnya penegakan hukum lingkungan.
ix
DAFTAR ISI
x
2.3.1. Pengertian Pertambangan Pasir .................................................... 20
2.3.2. Kajian lingkungan pada usaha pertambangan pasir
(AMDAL/UKL- UPL) ................................................................. 20
2.3.3. Dampak Usaha Pertambangan pada Lingkungan Hidup ............... 23
2.4. Penegakan Hukum Lingkungan ............................................................. 25
2.4.1. Pengertian Penegakan Hukum ..................................................... 25
2.4.2. Penegak Hukum .......................................................................... 25
2.4.3. Hambatan Penegakan Hukum di Indonesia Khususnya
Penegakan Dalam Hukum Lingkungan ........................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30
3.1. Jenis Penelitian ...................................................................................... 30
3.2. Metode Pendekatan ............................................................................... 30
3.3. Spesifikasi Penelitian ............................................................................ 31
3.4. Fokus Penelitian .................................................................................... 31
3.5. Tehnik Pengumpulan Data .................................................................... 32
3.6. Objektivitas dan Keabsahan Data .......................................................... 34
3.7. Metode Analisis Data ............................................................................ 36
3.8. Prosedur Penelitian ................................................................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 40
4.1. Hasil Penelitian ..................................................................................... 40
4.1.1. Gambaran Umum .............................................................................. 40
A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Tegal .................................... 40
B. Gambaran Umum Instansi yang Terkait dengan Penambangan Pasir
Sungai Gung ..................................................................................... 49
C. Gambaran Umum Responden ........................................................... 53
4.1.2. Pelaksanaan Peraturan Usaha Pertambangan Bahan Galian
Golongan C (Pasir) di Kabupaten Tegal ........................................... 58
4.1.3. Dampak yang Ditimbulkan oleh Usaha Pertambangan Bahan Galian
Golongan C (Pasir) di Kabupaten Tegal ............................................ 67
4.1.4. Upaya Mengatasi Dampak Lingkungan Hidup Akibat
Pertambangan Pasir Sungai Gung di Kabupaten Tegal ...................... 69
xi
4.2. Pembahasan .......................................................................................... 78
4.2.1. Pelaksanaan Peraturan Usaha Pertambangan Pasir Sungai Gung ......... 78
4.2.2. Dampak yang ditimbulkan Akibat Pertambangan Pasir di
Kabupaten Tegal ............................................................................... 80
4.2.3. Upaya Mengatasi Dampak Lingkungan Hidup akibat pertambangan
pasir sungai Gung di Kabupaten Tegal .............................................. 83
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 85
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 85
5.2 Saran ...................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh sebab itu kita bangsa Indonesia wajib melestarikan dan mengembangkan
Lingkungan Hidup agar dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan
diartikan sebagai segala benda,kondisi keadaan dan pengaruh semua hal yang
terdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi semua hal yang hidup
Sumber alam kita umumnya terbagi atas sumber alam yang bisa
diperbaharui (seperti hutan,perikanan,dan lain-lain) dan sumber alam yang
tidak bias diperbaharui seperti minyak,gas,batubara,gas alam,dan lain-lain.
Dari sudut pemakaian,sumber alam yang tidak bias diperbaharui harus
dipakai secara bijaksana. Hasil yang diperoleh dari sumber alam ini perlu
dipakai untuk diperbarui landasan pembangunan daerah yang
bersangkutan. Sumber alam yang bisa diperbarui harus dikelola menurut
pola yang mengindahkan kelestarian sumber daya alam (Salim,1986 : 13)
Salah satu contoh sumber daya alam kita adalah bahan-bahan galian yang
1
2
2. Golongan bahan galian vital atau golongan B berarti menjamin hajat hidup
lain-lain.
terdapat penambang pasir secara illegal atau liar ,penambangan pasir liar di sungai
dipicu adanya penambang pasir baik yang sudah berizin maupun tanpa izin
penambangan ini hanya dapat dilakukan bila telah mendapatkan Surat Ijin
lain yang terkait dengan hak atas tanah dan gangguan lingkungan.
ketentuan mengenai luas wilayah Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD) adalah :
mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi bagi Pemerintah Daerah dan
itu adanya pihak tertentu yang semata-mata ingin mengambil keuntungan dengan
dampak positif dan negatif. Salah satu dampak positif dari penambangan pasir
tersebut adalah adanya pemasukan daerah terhadap pajak yang dikenakan kepada
Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 pasal 1 Nomor 13 tentang Pajak Daerah bagi
Penambangan bahan Galian Golongan C sedang bagi para penambang pasir illegal
atau yang tidak mempunyai Surat Ijin Penambangan Daerah mereka dapat
memperoleh hasil dari usahanya tersebut, selain itu juga menambah adanya lapangan
kerja baru bagi masyarakat. Terlepas dari segi positif tersebut adanya kerusakan
Maka dari itu perlu adanya usaha pelestarian lingkungan hidup untuk
Tegal dan Pengusaha Pertambangan Pasir maupun masyarakat sekitar. Oleh sebab
agar berjalan dengan baik. Adanya Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD)
Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD) sudah diberlakukan masih banyak juga
Surat Ijin Penambangan Daerah lebih lanjut diatur dalam suatu Peraturan
Daerah untuk provinsi Jawa Tengah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6
September 1999
adil berdasarkan prinsip equality before the law, semua sama di depan hukum
perusahaan swasta besar untuk tetap menambang dikawasan hutan lindung, belum
diteliti,dengan harapan mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh pihak lain
yang membacanya, dalam hal ini penulis hanya meneliti mengenai jenis-jenis
1. Bagi Peneliti
8
Kewarganegaraan.
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Penambang
lingkungan.
Secara garis besar sistematika skripsi dalam penelitian ini terdiri dari tiga
1. Halaman Pengesahan
2. Halaman Motto
3. Kata Pengantar
4. Sari
5. Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
2. Penegasan Istilah
Bab V Penutup
10
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran-lampiran
BAB II
PENELAAHAN KEPUSTAKAAN DAN ATAU
KERANGKA TEORITIK
11
12
yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan.
bahan galian golongan C jenis lepas dataran. Pasal 6-12 menyatakan tentang
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
c). Menteri
umum
Pasal 10
golongan C
15
Pasal 11
Pasal 12
daratan
lain.
pengaturan tata usaha pertambangan bahan galian tertentu dari antara bahan-
antara lain :
pokok pertambangan.
lingkungan hidup
bahan galian
dari :
a. Yarosit,leusit,tawas(alum),oker
c. Asbes,talk,grafit,magnesit
earth)
g. Marmer,batu tulis
h. Batu kapur,doomit,kalsit
1. Penyelidikan umum
2. Eksplorasi
3. Eksploitasi
5. Pengangkutan
6. Penjualan
sendiri.
golongan C.
20
Skinner,1984 : Hal 54 )
(AMDAL/UKL-UPL)
lingkungan maka bagi rencana usaha yang tidak ada dampak pentingnya
dokumen UKL-UPL
2001 tanggal 22 Mei 2001 tentang : Jenis rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
m³/th
24
apabila menggunakan bahan peledak serta dampak dan limbah cair yang
dihasilkan.
berupa dampak positif dan negatif. Salah satu dampak positif dari
bahan Galian Golongan C sedang bagi para penambang pasir illegal atau
adanya lapangan kerja baru bagi masyarakat. Terlepas dari segi positif
,perdata oleh pihak yang dirugikan sendiri , baik secara individual maupun
yang instrumen dan penegaknya berbeda itu, maka perlu ada kerja sama
Indonesia adalah :
Penduduk Indonesia terdiri atas 210 juta jiwa dari berbagai suku
lain-lain. Disamping itu belum ada spesialisasi di bidang ini. Belum ada
d. Pembiayaan
lingkungan ada dua sisi . Sisi yang pertama adalah kaidah atau
norma,sedangkan sisi yang lain adalah instrumen, yang merupakan alat untuk
1. Instrumen Administratif
2. Instrumen Perdata
3. Instrumen Pidana
SIKLUS PENGATURAN
(REGULATORY CHAIN)
Perundang-undangan
(Legislation,
wet enregel Geving)
Penentuan
Standar
(normzetting)
Penegakan Hukum
(Law Enforcement)
Pemberian izin
(Licensing)
Penerapan
(Implementation)
(Andi Hamzah,2005:56)
sebagai berikut :
30
paling lemah adalah penegakan hukum. Khusus untuk Indonesia, selain dari
sebab-sebab yang umum sifatnya artinya terdapat di seluruh dunia , terdapat pula
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku
dan faktor sosiologis, faktor yuridis didasarkan pada ketentuan hukum yang
didasarkan pada faktor kenyataan yang terjadi, yang merupakan kajian bidang
31
32
faktual dan akurat terhadap obyek yang menjadi pokok permasalahan, yaitu
mengenai :
yang dilakukan oleh Pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah daerah
Kabupaten Tegal.
Kabupaten
Kabupaten
Sutrisno.
3) Dokumentasi
mencocokan kondisi yang ada dalam buku atau dokumen yang lain
peneliti adalah :
menyusun skripsi.
pertambangan
Lingkungan Hidup.
penelitian
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
Sumber informan A
Wawancara
Sumber informan B
dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif ( Patton dalam Moleong
wawancara
berkaitan.
Moleong 94;178) :
37
dilakukan adalah tahap analisis data, yaitu tahap pemanfaatan data sedemikian
rupa, dan dapat menyimpulkan kebenaran yang dapat digunakan dalam menjawab
pokok permasalahan.
models yaitu :
a. Pengumpulan data
Dalam hal ini peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya
b. Reduksi data
dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.
c. Sajian Data
dalam sebuah matrik untuk data kualitatif dan menentukan jenis, bentuk dta
kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul data yang harus diuji
validitasnya (Miles 1992 :19) tahap analisis data kualitatif diatas dapat dilihat
kesimpulan
lapangan , pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Pada tahap
3. Tahap ke tiga yaitu analisis data, setelah semua data yang di lapangan
PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Sutrisno
Pekerjaan : Staff Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Tegal
Alamat : Kudaile Kecamatan Slawi
2. Nama : Ngudiyo
Pekerjaan : Penambang Pasir
Alamat : Desa Kagok Kecamatan Slawi
3. Nama : Paikem
Pekerjaan : Penambang Pasir
Alamat : Desa Pendawa Kecamatan Lebaksiu
4. Nama : Sutrisno
Pekerjaan : Penambang Pasir
Alamat : Desa Kagok Kecamatan Slawi
5. Nama : Sulistianto
Pekerjaan : Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kab. Tegal
Alamat : Desa Slawi Kulon
BAB IV
1. Letak Georafis
Bujur Timur dan 6o50’41” sampai 7o15 15’30” Lintang Selatan. Dengan
Kabupaten Banyumas.
45
46
tanah sawah dan tanah kering. Data yang bersumber dari Dinas
bahwa dalam tahun 2004 tidak ada pergeseran penggunaan lahan, dimana
luas tanah sawah sebesar 46,89 % dari luas wilayah yang ada (Badan Pusat
Statistik,2004;8)
2. Pemerintahan
Statistik,2004;17)
47
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Admistrasi Pemerintahan Kabupaten Tegal Tahun 2004
010. Margasari 13 -
020. Bumijawa 18 -
030. Bojong 17 -
040. Balapulang 20 -
050. Pagerbarang 13 -
060. Lebaksiu 15 -
070. Jatinegara 17 -
080. Kedungbanteng 10 -
090. Pangkah 23 -
100. Slawi 5 5
110. Dukuhwaru 10 -
120. Adiwerna 21 -
130. Dukuhturi 18 -
140. Talang 19 -
150. Tarub 20 -
160. Kramat 19 1
170. Suradadi 11 -
180. Warureja 12 -
2004 281 281 6
2003 281 6
2002 281 6
Semarang. Jarak paling dekat dengan ibu kota propinsi dapat di capai
melalui jalur Pantai Utara (Pantura) selama kurang lebih 4 jam dalam
48
jumpai pada umumnya terletak tidak terlalu jauh dari jalan yang dapat di
lalui kendaraan roda empat, ada daerah tertentu yang berada di tempat
angkutan dalam kota maupun angkutan antar kecamatan dan desa desa.
Ada beberapa jenis angkutan umum yaitu bus, mikrobus, colt, dan
angkot. Bus sebagai angkutan jarak jauh menghubungkan antar ibu kota
Slawi pada tahun 2004 mencapai 229.760 unit atau turun sekitar 7,35 %
Tabel 4.2 Tabel Banyaknya Kendaraan Masuk dan Keluar di Terminal Bus Slawi
4. Keuangan
1.620 jiwa/km2 maka pada tahun 2004 sudah mencapai 1.634 jiwa/km2
dengan tiap keluarga rata-rata menanggung 4,25 jiwa, secara rici dapat
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Sex
dan sekitarnya.
53
Jumlah 1.123.937
duku dan duren. Sedangkan kawasan hutan terdapat pinus, belukar dan
hutan tropis.
yang termasuk hewan peliharaan atau hewan ternak, yang dapat di pisahkan
lain; sapi, kerbau, dan kuda. Kelompok kedua adalah ternak kecil, meliputi;
kambing domba dan babi. Sedangkan kelompok ketiga adalah jenis unggas
Sungai Gung
perkotaan yang di pinpin oleh seorang Kepala Dinas, yang mempunyai tugas
a. Kepala Dinas
pemulihan lingkungan.
pemulihan lingkungan
lingkungan.
sampah.
kelistrikan
1). Ngudiyo
ladang, karena hasil dari menambang pasir lebih besar dari bertani
istrinya bernama Suparmi dari pagi pukul 04.00 WIB sampai sore
yang jauh dari aliran air, lokasi ini sering merusak tanggul tanggul
2). Paikem
malam hari, hal ini sangat berbahaya sekali jika banjir besar
pasir yang siap jual. Biasanya pasir yang terkumpul akan selalu
3). Sutrisno
nomor SIPD 503/143 /C/2005. Tahun 2005 dengan masa berlaku sampai
Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan SIPD milik PT. Kama Jati daerah
penambangan oleh PT. Kama jati ini adalah dua buah Back Hoe ( alat
endapan pasir tergantung dari iklimnya, pada musim hujan tebal endapan
hasil pemantauan dalam kondisi hujan tidak deras satu malam di sekitar
di sini limbah pasir yaitu boulder / batu-batu yang tidak terpakai sisa
merubah aliran air apabila terjadi banjir, hal ini disebabkan pihak
pengerasan jalan desa di sekitar lokasi yang rusak akibat di lewati truk
dalam SIPD.
A. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 tahun 1994 tentang Usaha
dimaksudkan untuk :
di
Kabupaten Tegal
64
Undangan
Masa berlaku SIPD Eksploitasi untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun
untuk 10 (sepuluh) tahun (Pasal 10 ayat 1). Adapun luas areal pertambangan
ditentukan luas areal pertambangan maksimal 50 hektar dalam satu lokasi dan
untuk luas areal kurang dari 1 ha (1), 1 sampai 5ha (3) dan lebih dari 5ha (6).
Indeks peralatan yang di gunakan, yaitu peralatan tradisional (1), alat berat
ukuran kecil (7), dan alat berat ukuran besar (9). Indeks waktu kegiatan yaitu
siang jam06.00-18.00 WIB (2,5), malam jam 18.00-06.00 WIB (3), dan siang
reklamasi sebesar Rp. 1.500.000,-(satu juta lima ratus ribu rupiah) per satu
hektar. Biaya lain yang harus di keluarkan para penambang adalah biaya
1,5 juta sampai Rp. 6 juta sesuai luas lokasi. Tugas pembinaan,
(1), dan ayat (6), Pasal 13, Pasal 15 ayat (1), Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18
ayat (1), Pasal 24 ayat (3) dan Pasal 29 Peraturan Daerah ini, diancam
dengan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pasal–pasal di atas berisi mengenai bentuk pengaturan
pelaksanaan kegiatan pertambangan bahan galian golongan C yang ada di
wilayah Jawa Tengah dan menjadi pedoman pelaksanaan usaha kegiatan
penambangan pasir sungai Gung diwilayah Kabupaten Tegal.
Ditambahkan bapak Sutrisno “Pelaksanaan peraturan usaha pertambangan
khususnya di Kabupaten Tegal masih jauh di bawah target yang
diharapkan, hal ini dapat dilihat dari hanya 10 penambang yang
mengantongi ijin Surat Ijin Penambangan Daerah” (wawancara 8
September 20006)
Pelaksanaan usaha pertambangan pasir di Kabupaten Tegal wajib
oleh Tim BSDA (Balai Sumber Daya Air) serta Kades / Lurah setelah
SIPD Ekploitasi saja sudah cukup bahkan ada yang tidak menggunakan
67
SIPD sama sekali. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Chasan Chariri
“Saya tidak memiliki SIPD untuk pengolahan hal itu dikarenakan biaya
kecamatan Slawi “saya tidak tahu adanya surat ijin tersebut,yang saya tahu
karena ini sungai milik bersama ya saya bisa mengambil apa yang ada
penambang.
Galian Golongan C
Hoe.Dari data pada tabel 4.7 dalam masa perijinan yang berlaku, antara
berbadan hukum memiliki masa ijin 3-5 tahun. Selain itu dalam data
pada tabel 4.7 pada perusahaan berbadan hukum jenis SIPD yang
ini melakukan kegiatannya tidak hanya di alur sungai tetapi juga di tegal,
penambang manual (tanpa alat modern) semuanya tidak berijin. Hal ini
sebagai pekerja musiman. Tidak ada data yang pasti berapa jumlah
sungai Gung, diperkirakan jumlah mereka antara kisaran 10-20 orang per
Tabel 4.7
toleransi, dan ketentraman) serta rusaknya jalan desa akibat dilewati truk
pengangkut pasir.
SIPD yaitu dengan menumpuk krakal dari sisa pasir yang di ambil di
SIPD juga ada yang melanggar daerah batas penambangan sesuai yang
tercantum dalam SIPD, misal daerah kaki dam dan daerah kaki jembatan.
masih lemah, hal ini akibat jauhnya lokasi pertambangan dan sulitnya
medan jika ditempuh dengan mobil biasa. Maka peran serta pemerintah
berwawasan lingkungan.
73
diperhatikan.
berikut :
sumber
air, dan dampak yang lain seperti debu jalan, jalan rusak serta dampak
sosial.
penambangan
yang ada.
Upaya
Pelestariannya
1. Dasar Hukum
yang menjadi dasar hukum bagi kegiatan pertambangan pasir sungai Gung
di Kabupaten Tegal.
75
Lingkungan
air,
jembatan.
pasir
desa
penambangan
Mengenai
penambang ilegal Ibu Paikem “saya tidak mengerti apa itu AMDAL
sungai milik bersama kok dikasih aturan-aturan seperti itu,itu kan hak
saya juga untuk menambang disini” hal ini menunjukkan bahwa tidak
Tegal
penambang manual.
bidang pertambangan.
pertambangan
Pertambangan Daerah
2). Melakukan kegiatan pertambangan pada saat musim hujan saja karena
pada saat musim hujan cadangan pasir meningkat sehingga tidak begitu
merusak lingkungan
Tegal tidak luput dari berbagai hambatan baik yang dialami oleh Pemerintah
Daerah maupun para penambang pasir itu sendiri. Adapun hambatan yang
dihadapi oleh Pemerintah Daerah menurut hasil wawancara yang peneliti lakukan
dengan bapak Sutrisno dari Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Tegal
“Hambatan utama yang selama ini dihadapi adalah dari Dinas Lingkungan
Hidup sendiri tidak bisa mengambil sanksi langsung kepada pelanggaran yang
terjadi di lapangan, kita hanya sebatas mengingatkan dan mengawasi saja,bila ada
masyarakat yang komplain,kita Cuma bisa meneruskan kepada Bupati untuk
diambil langkah-langkah selanjutnya” (wawancara 16 September 2006)
Dari apa yang diungkapkan Sutrisno,dan dokumentasi yang ada maka dapat
menyulitkan pengawasan.
mass pressure yang cukup kuat dari para penambang dan pekerja
SIPD pengolahan saya masih pikir-pikir” Dari apa yang diungkapkan para
keluar.
lingkungan hidup.
Dari hasil wawancara dan observasi di atas di ketahui bahwa tidak semua
Hal ini akibat tidak semua penambang ber-SIPD maupun tidak ber-SIPD
hukum lingkungan.
83
4.2. PEMBAHASAN
C sudah sesuai dan memadai di Kabupaten Tegal hal ini dapat di lihat dari
meskipun izin belum keluar. Hal ini akibat kurangnya pengawasan dari pihak-
pihak terkait seperti: Perhutani, Polisi dan Pejabat Pemda. Kurangnya pengawasan
ini juga tidak sepenuhnya merupakan kesalahan pihak yang bewenang ini di
proses penambangan secara terus menerus. Disamping letaknya yang jauh medan
yang di lalui juga sangat sulit karena tidak dapat dilalui oleh kendaraan biasa.
84
di bawah kaki jembatan pelangaran ini juga di lakukan oleh para penambang yang
yang mengawasi proses penambangan dengan menerima suap atau uang diam dari
keamanan.
Hal baru yang ditemukan peneliti adalah Dinas Lingkungan Hidup sendiri
dalam hal ini hanya berperan sebagai “Polisi tidur” saja, dapat diketahui dari
Kabupaten
Tegal
a. Dampak Positif
Daerah yang diatur dalam Perda Kabupaten Tegal No 16 tahun 2001 . Bagi
diantaranya;
penambangan meningkat.
86
b. Dampak Negatif
sungai
3). Jalan yang di lalui truk pengangkut rusak parah dan apabila
musim
lalu-
truk pengangkut pasir yang melebihi muatan yang telah di syaratkan hal
sama saja muatan truk tetap terisi penuh melampaui batas yang di tentukan
pasir sungai Gung lebih banyak menimbulkan dampak negatif karena para
dalam jangka waktu yang tidak di tentukan. Penutupan ini berfungsi untuk
ini dinilai kurang begitu maksimal dalam pelaksanaannya. Hal ini bisa dilihat dari
hasil yang diperoleh, upaya yang dinilai berhasil dalam menanggulangi kerusakan
sungai Gung , menurut dokumen Balai PSDA Pemali Comal Pantai Utara
c. Perbaikan drainase
89
Terlepas dari semua, upaya normalisasi sungai Gung tidak lepas dari
tersebut.
mana dalam pelaksanaannya pajak dari penarikan usaha pertambangan ini sendiri
diatur dalam pasal 23 Perda no 6 tahun 1994 tentang Usaha Pertambangan Bahan
Galian Golongan C di Provinsi Jawa Tengah bahwa semua hasil penerimaan dari
pasir di sungai Gung,seharusnya pemerintah dalam hal ini lebih bisa untuk
pasir sungai Gung sehingga akan tercipta keseimbangan yang serasi pada alam
5.1. Kesimpulan
belum sepenuhnya ditegakkan hal ini dapat dilihat dari jumlah penambang
yang memiliki ijin penambangan atau Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD),
Selain itu dalam penegakan hukum, instansi yang terkait dalam hal ini Dinas
wilayah Kabupaten Tegal yaitu berfungsi hanya sebagai pemberi ijin dan
Tegal meliputi dampak positif dan negatif, dampak positif dari kegiatan
90
91
lokasi penambangan..
5.2. Saran-saran
1. Dalam penegakan hukum lingkungan dalam hal ini penegakan peraturan usaha
dan lebih efisien Dinas Lingkungan Hidup dalam hal ini akan menindak
dalam peraturan .
perijinan yang sesuai maka akan menjadi filter dalam mengatasi dampak
lingkungan hidup.