Jurnal Skabies
Jurnal Skabies
1 Departemen Dermatologi, Universitas Amerika Beirut, Beirut, Lebanon, 2 Departemen Biokimia dan
Genetik Molekuler, Universitas Amerika Beirut, Beirut, Lebanon, 3 Departemen Dermatologi, Pusat Medis
Universitas Kolumbia, New York, New York, Amerika Serikat.
* mk104@aub.edu.lb
Abstrak
Skabies adalah infeksi kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei. Ini bermanifestasi dengan
papula eritematosa yang gatal dan ekskoriasi, di luar adanya terowongan patognomonik.
Beberapa obat dapat digunakan untuk pengobatan, tetapi resistensi terhadap terapi
konvensional meningkat sepanjang tahun. Makalah ini akan meninjau mekanisme
resistensi yang diusulkan dalam literatur dan beberapa solusi potensial lainnya untuk
masalah ini.
Pendahuluan
a1111111111 Skabies adalah infestasi kulit oleh tungau S. scabiei. Penularan terjadi melalui kontak
a1111111111 langsung kulit-ke-kulit atau secara tidak langsung melalui fomit. Gejala biasanya muncul 3
a1111111111 hingga 6 minggu setelah infestasi. Namun, pada pasien dengan paparan sebelumnya
a1111111111 terhadap tungau, gejala dapat muncul sedini 24 jam setelah paparan. Lesi terdiri dari papula
eritematosa yang gatal dengan ekskoriasi. Mereka biasanya simetris dan melibatkan jaring
interdigital, bagian lipatan pergelangan tangan, aksila, daerah peri-umbilikal, siku, pantat, kaki,
daerah genital pada laki-laki, dan daerah peri-areolar pada wanita.
Seluruh tubuh termasuk wajah dan kulit kepala dapat terlibat pada bayi, lansia, atau orang-
OPEN ACCESS
orang imunokompromais. Tanda patognomonik adalah terowongan, yang mewakili
Citation: Khalil S, Abbas O, Kibbi AG, Kurban M terowongan yang digali tungau betina untuk bertelur. Skabies Norwegia (CS) adalah bentuk
(2017) Scabies in the age of increasing drug
parah yang muncul pada orang-orang imunokompromais seperti pasien dengan acquired
resistance. PLoS Negl Trop Dis 11(11): e0005920.
immune deficiency syndrome (AIDS). CS bermanifestasi dengan hyperkeratosis ekstensif,
https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0005920
kebanyakan pada kulit kepala dan ekstremitas.
Editor: Joseph M. Vinetz, University of California
Diagnosis skabies biasanya klinis, namun ada alat-alat untuk membantu diagnosis. Dokter
San Diego School of Medicine, UNITED STATES
dapat melakukan kerokan kulit atau menggunakan selotip pada terowongan dan mengobservasi
Published: November 30, 2017 tungau atau produknya di bawah mikroskop cahaya. Biopsy pada lokasi terowongan dapat
Copyright: © 2017 Khalil et al. This is an open menunjukkan tungau dan telurnya [1]. Pada dermoskopi, tungau tampak seperti berbentuk segitiga
access article distributed under the terms of the dan berwarna gelap (delta glider sign) [2].
Creative Commons Attribution License, which
Skabies yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi. Kulit yang terekskoriasi adalah
permits unrestricted use, distribution, and
tempat masuk untuk bacteria, umumnya Staphylococcus and Streptococcus, menyebabkan
reproduction in any medium, provided the
original author and source are credited. impetigo. Selama infestasi skabies, mikrobiom kulit pada babi berubah: ada peningkatan
dramatis dari Staphylococcus, dengan perpindahan dari Staphylococcus hominis yang
Funding: The authors received no komensal ke Staphylococcus chromogenes yang patogenik [3]. Pada manusia, bakteri ini juga
specific funding for this work.
dapat menjadi invasive dan menyebabkan komplikasi post-infeksi seperti glomerulonefritis
Competing interests: The authors have pasca streptokokus atau demam reumatik. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan
declared that no competing interests exist.
risiko gangguan ginjal kronik dan pemfigoid bullosa pada pasien dengan riwayat skabies[4, 5].
PLOS Neglected Tropical Diseases | https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0005920November 30, 2017 1 / 10
Strategi pencarian dan kriteria seleksi
Referensi untuk ulasan ini diidentifikasi melalui pencarian di PubMed untuk artikel yang dipublikasi
sejak 1991 sampai 2017 dengan penggunaan istilah pencarian seperti “scabies,” “treatment,”
“resistance,” “lindane”, “permethrin”, dan “ivermectin”. Artikel yang didapatkan dari pencarian ini
dan referensi yang relevan dalam artikel-artikel tersebut kemudian diulas. Artikel yang paling
relevan dituliskan dalam ulasan ini.
Pengobatan
Sasaran utama dalam manajemen skabies adalah untuk mengobati pasien dengan sukses
dan untuk mengontrol transmisi penyakit terhadap individu lain. Pasien dan kontak dekatna
harus diobati, tanpa memandang gejala. Karena waktu kelangsungan hidup rata-rata dari
tungau di luar inang adalah sekitar 48-72 jam, alat-alat yang digunakan selama 3 hari
sebelumnya harus ditempatkan pada kantong plastic selama sekurangnya 72 jam. Baju-baju
dan linen tempat tidur harus dicuci dalam air panas (sekurang-kurangnya 60 derajat Celcius
dan dikeringkan dengan mesin) [1].
Skabisid dapat diklasifikasikan ke dalam agen topikal dan sistemik (Tabel 1).
· Topikal. Agen topikal biasanya diaplikasikan semalaman di seluruh tubuh dari leher ke
bawah. Pada bayi dan orang tua, mereka juga diaplikasikan pada wajah dan kulit kepala.
· • Permetrin: Krim 5% yang biasanya digunakan. Pada tahun 1994, sebelum meluasnya
penggunaan permetrin, tungau mati dalam 1 jam paparan in vitro terhadap obat tersebut.
Pada tahun 2000, 35% tungau dari populasi yang sama tetap hidup setelah 3 jam [6].
Meskipun tidak ada publikasi yang mengkonfirmasi resistensi klinis pada manusia, ada
beberapa laporan anekdot, dan ada kasus dikonfirmasi resistensi pada anjing [7].
• Obat lain: Pilihan lain termasuk crotamiton, sulfur precipitatum, benzyl benzoate, dan
malathion.
Sistemik.
• Ivermectin: Ini adalah satu-satunya agen oral yang saat ini digunakan untuk skabies. Hal
ini dihindari pada kehamilan dan pada anak-anak dengan berat badan di bawah 15 kg.
Pada tahun 1997, tungau yang tumbuh secara in vitro dalam ivermectin
Gambar 1. Struktur dari Voltage-gated Sodium Channel. Saluran ini terdiri dari 4 domain homolog (domain I – IV), dengan
6 transmembran masing-masing segmen (S1-S6).
https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0005920.g001
yang paling terkenal di antaranya adalah subfamili B, juga disebut glikoprotein permeabilitas
(P-glikoprotein) atau multidrug-resistant protein (MDRP). Peningkatan ekspresi MDRP
dikaitkan dengan resistensi terhadap beberapa obat, termasuk agen kemoterapi dan
ivermectin.
Dalam studi oleh Mounsey et al. disebutkan sebelumnya di bagian GST, penulis juga
mempelajari ekspresi MDRP di tungau pasien CS. Transkripsi meningkat oleh hampir 3 kali lipat
setelah satu dosis ivermectin [7]. Tidak ada penelitian lain tentang
Gambar 3. Mekanisme aksi transporter ABC. Setelah ATP mengikat, transporter mengubah konfigurasinya
untuk memungkinkan ekspor obat ke ruang ekstraseluler. ABC, ATP-binding cassette.
https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0005920.g003
ekspresi transporter ini pada tungau yang resisten, tetapi satu artikel mengidentifikasi 9
ABC yang berbeda transporter di S. Scabiei, [21].
Ligand-gated chloride channels. Ligand-gated chloride channels adalah superfamili protein
yang penting untuk berfungsinya neuron dan otot. Pengikatan ligand menghasilkan aliran klorida ke
bagian dalam sel, yang mengarah ke hiperpolarisasi. Ivermectin bertindak atas saluran ini,
terutama saluran glutamat dan saluran GABA. Setelah mengikat obat, pori-pori tetap terbuka,
sehingga aliran klorida, paralisis, dan kematian tungau terus berlangsung (Gambar 4).
Mutasi pada saluran ini ditemukan pada beberapa spesies yang resisten terhadap ivermectin.
Tidak semua mutasi telah diidentifikasi pada skabies. Namun, satu tim mengidentifikasi dan
mengurutkan kanal klorida dalam scabies dengan struktur yang mirip dengan kanal ligand-gated.
Saluran ini tidak merespons pada glutamat, asam gamma-aminobutyric (GABA), atau ligan yang
dikenal lainnya dari saluran tersebut, tapi sangat sensitif terhadap pH ekstraseluler. Pada pH
kurang dari 6, kanal ditutup, dan pada pH 9, memiliki respon maksimal. Ivermectin ditemukan untuk
mengaktifkan saluran ini bahkan pada pH di bawah 6, dan efek obat metetap bahkan ketika
dibersihkan dari medium. Para penulis menyimpulkan bahwa saluran ini mungkin memainkan peran
dalam resistensi ivermectin pada skabies. [22].
Solusi
Jelas bahwa resistensi meningkat. Oleh karena itu, terapi baru atau metode kontrol
alternatif dibutuhkan. Ini dapat diklasifikasikan ke dalam 4 bagian berikut: obat
baru, regulator pertumbuhan serangga, produk alami, dan vaksinasi.
· Skabies termasuk dalam daftar penyakit tropik yang terabaikan menurut World
Health Organization
· Resistensi terhadap terapi konvensional meningkat seiring dengan tahun.
2. Thomas J, Peterson GM, Walton SF, Carson CF, Naunton M, Baby KE. Scabies: an
ancient global disease with a need for new therapies. BMC infectious diseases.
2015;15:250. doi: 10.1186/s12879-015-0983-z. PubMed PMID: 26123073; PubMed
Central PMCID: PMC4487193.
3. Mounsey KE, Holt DC, McCarthy J, Currie BJ, Walton SF. Scabies: molecular per-
spectives and therapeutic implications in the face of emerging drug resistance. Future
microbiology. 2008;3(1):57±66. doi: 10.2217/17460913.3.1.57. PubMed PMID:
18230034.
Referensi
1. Chosidow O. Clinical practices. Scabies. The New England journal of medicine. 2006; 354(16):1718±
27. https://doi.org/10.1056/NEJMcp052784 PMID: 16625010.
2. Dupuy A, Dehen L, Bourrat E, Lacroix C, Benderdouche M, Dubertret L, et al. Accuracy of standard der-
moscopy for diagnosing scabies. Journal of the American Academy of Dermatology. 2007; 56(1):53±
62. https://doi.org/10.1016/j.jaad.2006.07.025 PMID: 17190621.
3. Swe PM, Zakrzewski M, Kelly A, Krause L, Fischer K. Scabies mites alter the skin microbiome and
pro-mote growth of opportunistic pathogens in a porcine model. PLoS Negl Trop Dis. 2014;
8(5):e2897. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0002897 PMID: 24875186; PubMed Central
PMCID: PMC4038468.
4. Chung SD, Wang KH, Huang CC, Lin HC. Scabies increased the risk of chronic kidney disease: a 5-
year follow-up study. Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology: JEADV.
2014; 28(3):286±92. https://doi.org/10.1111/jdv.12099 PMID: 23374101.
5. Chung SD, Lin HC, Wang KH. Increased risk of pemphigoid following scabies: a population-based
matched-cohort study. Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology: JEADV.
2014; 28(5):558±64. https://doi.org/10.1111/jdv.12132 PMID: 23506522.
6. Walton SF, Myerscough MR, Currie BJ. Studies in vitro on the relative efficacy of current
acaricides for Sarcoptes scabiei var. hominis. Transactions of the Royal Society of Tropical
Medicine and Hygiene. 2000; 94(1):92±6. PMID: 10748911.
7. Mounsey KE, Pasay CJ, Arlian LG, Morgan MS, Holt DC, Currie BJ, et al. Increased transcription of
Glu-tathione S-transferases in acaricide exposed scabies mites. Parasites & vectors. 2010; 3:43.
https://doi. org/10.1186/1756-3305-3-43 PMID: 20482766; PubMed Central PMCID: PMC2890653.
8. Purvis RS, Tyring SK. An outbreak of lindane-resistant scabies treated successfully with permethrin 5%
cream. Journal of the American Academy of Dermatology. 1991; 25(6 Pt 1):1015±6. PMID: 1725779.
9. Roth WI. Scabies resistant to lindane 1% lotion and crotamiton 10% cream. Journal of the
American Academy of Dermatology. 1991; 24(3):502±3. PMID: 1712027.
10. Mounsey KE, Holt DC, McCarthy JS, Currie BJ, Walton SF. Longitudinal evidence of increasing in vitro
tolerance of scabies mites to ivermectin in scabies-endemic communities. Archives of dermatology. 2009;
145(7):840±1. https://doi.org/10.1001/archdermatol.2009.125 PMID: 19620572.
11. Thomas J, Peterson GM, Walton SF, Carson CF, Naunton M, Baby KE. Scabies: an ancient global dis-
ease with a need for new therapies. BMC infectious diseases. 2015; 15:250. https://doi.org/10.1186/
s12879-015-0983-z PMID: 26123073; PubMed Central PMCID: PMC4487193.
12. Mounsey KE, Holt DC, McCarthy J, Currie BJ, Walton SF. Scabies: molecular perspectives and
thera-peutic implications in the face of emerging drug resistance. Future microbiology. 2008;
3(1):57±66. https://doi.org/10.2217/17460913.3.1.57 PMID: 18230034.
13. Centers for Disease Control and Prevention 2015. Available from:
https://www.cdc.gov/mmwr/pdf/rr/ rr6403.pdf. Accessed on 20 January 2017.
14. Scott GR, Chosidow O. European guideline for the management of scabies, 2010. International journal of
STD & AIDS. 2011; 22(6):301±3. https://doi.org/10.1258/ijsa.2011.011112 PMID: 21680661.
15. Clinical Effectiveness Group British Association for Sexual Health and HIV. 2016 UK National
Guideline on the Management of Scabies. 2016. Available from:
https://www.bashhguidelines.org/media/1137/ scabies-2016.pdf. Accessed on January 20, 2017.
16. Romani L, Whitfeld MJ, Koroivueta J, Kama M, Wand H, Tikoduadua L, et al. Mass Drug
Administration for Scabies Control in a Population with Endemic Disease. The New England journal
of medicine. 2015; 373(24):2305±13. https://doi.org/10.1056/NEJMoa1500987 PMID: 26650152.