Resume Dan Analisis Sosum 6 Grup
Resume Dan Analisis Sosum 6 Grup
Nama : Trianda Ayuning Tyas Ruangan & Jam : Rk.CCR 2.15 pukul 13.00
Sistem Pondok
Oleh :
Wariso Ram
Asisten : Riris Indrisari
NIM : A24130008
Resume
Sebagian besar migran sikuler berasal dari rumah tangga desa yang hanya
memiliki lahan sempit dan mereka rata-rata berpendidikan rendah. Keadaan yang ini
mendorong mereka untuk melakukan usaha mandiri secara kecil-kecilan dengan
modal dan peralatan seadanya. Sehingga, orangpun banyak berpendapat bahwa
mereka adalah pekerja yang rajin. Keterbatasan modal, keterbatasan kemampuan
dalam memanfaatkan ilmu dan teknologi, mereka imbangi dengan melaksanakan asas
kerukunan atau kegotong royongan, walaupun tujuan utama sistem pondok adalah
keuntungan ekonomi.
Sebagian migran sirkuler yang telah cukup lama melakukakan sirkulasi desa
kota dan telah berhasil menghimpun modal, mencoba untuk mendirikan usaha dalam
bidang “usaha sisa” yang kurang menarik bagi para pemilik modal dari lapisan elit
kota. Jenis-jenis usaha yang termasuk dalam kelompok “usaha sisa”, besifat padat
karya, dan memerlukan keterampilan dalam pengelohan hubungan antar manusia.
Terjadinya kerjasama antara migran sirkuler yang memiliki sedikit modal dan
pengalaman, dengan migran sirkuler dalam posisi dependen, menjadi faktor bagi
perkembangan sistem pondok di kalangan miran sirkuler.
Macam-Macam sistem pondok
1. Sistem pondok dimana setiap anggota memiliki kedudukan sama. Dalam sistem
pondok ini tidak dikenal majikan/bos/tauke dan karyawan. Kelompok ini
dibentuk atas dasar kegotong royongan para anggota, sehingga disebut dengan
sistem pondok gotong royong. Jumlah angggota kelompok rata-rata kecil, antara
8-12 orang. Hubungan dalam kelompok kuat, terdapat rasa saling percaya diantara
sesama anggota. Tugas pokok semua anggota adalah menjual barang sampai
semua habis, dengan lama jam kerja tidak ditentukan, dan hasil keuntungan dibagi
rata untuk semua anggota.
2. Sistem pondok dimana kedudukan pemilik pondok berkedudukan lebih mirip
dengan kedudukan “kepala rumah tangga”, dan penghuni pondok boro mirip
dengan kedudukan “anggota rumahtangga”. Jumlah anggota biasanya sedikit, dan
belum ada pembagian tugas, sehingga tugas ini dirangkap oleh migran sekuler.
Kelompok ini dilandasi “azas kekeluargaan” dengan sistem yang mirip dengan
hubungan dalam rumah tangga, sehingga disebut “sistem pondok rumah tangga”.
3. Sistem pondok dengan diferensiasi tenaga yang bertugas dalam proses produksi
(karyawan) dengan tenaga yang bertugas dalam pemasaran hasil produksi
(penjual). Kedudukan pemilik pondok serupa dengan “majikan” dalam perusahaan
perseorangan, dengan sistem bekerja yang efektif. Hubungan majikan dengan
karyawan lebih erat, daripada dengan tenanga penjual. Majikan tidak terikat
berbagai kewajiban pada para penjual, namun tetap berlaku sistem “azas
kekeluargaan”. Baik majikan maupun para penjual berusaha menjalin hubungan
1
baik, karena mereka saling membutuhkan. Sistem pondok ini dinamakan “sistem
pondok usaha perseorangan”.
4. Sistem pondok dimana pemilik pondok tidak melibatkan diri dalam kegiatan
produksi atau pemasaran barang. Para migran sirkuler berperan sebagai penyewa,
dan produsen kecil yang mandiri sekaligus sebagai penjual hasil produksinya
sendiri. Hubungan antara pemilik pondok dengan migran sirkuler adalah sewa-
menyewa, sehingga disebut “sistem pondok sewa”. Sistem ini memiliki hubungan
yang renggang, dan hubungan yang bersifat kekeluargaan tidak jelas.
Disamping keempat sistem, adapula sistem pondok campuran. Dalam sistem
ini terdapat pemisahan antara tenaga pembuat dengan tenaga penjual. Dilihat dari
jenis kegiatan yang dilakukan penghuninya, pondok boro dapat dibedakan menjadi 3
macam :
1. Pondok boro buruh
2. Pondok boro penjual
3. Pondol boro produksi
2
Tugas Mk Sosiologi Umum Ke-6 NIM : G44150001
Nama : Trianda Ayuning Tyas Ruangan & Jam : Rk.CCR 2.15 pukul 13.00
Sistem Pondok
Oleh :
Wariso Ram
Asisten : Riris Indrisari
NIM : A24130008
Analisis
1. Identifikasi Grup dan Proses Pembentukannya
3
Sistem pondok termasuk informal grup karena
tidak ada aturan-aturan tertulis dan hukum yang
dipakai untuk mengatur anggotanya. Migran
sirkuler ini tidak memakai aturan yang tertulis
karena telah terdapat rasa saling percaya antar
anggota kelompok
Proses Pembentukannya
Proses pembentukan grup ini dimulai dengan
adanya kesadaran, bahwa satu sama lain saling
membutuhkan, dan memiliki ketergantungan,
sehingga timbulah interaksi antar anggotanya untuk
bekerjasama. Dan pada akhirnya terbentuklah grup
dengan hubungan dalam sistem yang lebih mirip
dengan hubungan dalam rumah tangga.
3 Identifikasi Grup
Sistem pondok rumah tangga termasuk ke dalam
kategori sosial, karena seluruh anggota grup
digolongkan atas dasar hubungan para
anggotanya dalam sistem pondok tersebut.
Selain itu, sistem pondok usaha perseorangan
pun digolongkan kedalam geselschaft, karena
berdasarkan kepentingan motif ekonomi
Sistem pondok termasuk informal grup karena
Sistem pondok usaha tidak ada aturan-aturan tertulis dan hukum yang
perseorangan dipakai untuk mengatur anggotanya.
Proses Pembentukannya
Grup ini terbentuk dimulai karena adanya
interaksi antar anggotanya untuk bekerjasama
dengan melakukan diferensiasi tenaga yang bertugas
dalam proses produksi (karyawan) dengan tenaga
yang bertugas pemasaran hasil produksi (penjual).
Hingga akhirnya terbentuklah grup dengan sistem
pondok yang memiliki sejumlah karyawan dan
penjual dengan teknologi yang cukup produktif
4 Identifikasi Grup
Sistem pondok sewa termasuk ke dalam kategori
sosial, karena seluruh anggota grup digolongkan
atas dasar hubungan para anggotanya dalam
sistem pondok tersebut
Sistem pondok sewa Sistem pondok sewapun digolongkan kedalam
geselschaft, karena berdasarkan kepentingan motif
ekonomi
Sistem pondok termasuk informal grup karena
tidak ada aturan-aturan tertulis dan hukum yang
dipakai untuk mengatur anggotanya.
4
Proses Pembentukannya
Proses pembentukan grup ini dimulai karena
adanya kegiatan sewa-menyewa dan interaksi antar
para migran sirkuler yang tinggal di pondok
(penyewa) dengan pemilik pondok.
5
4. Grup bersistem dengan sistem pondok yang
berlandaskan asas kekeluargaan atau gotong
royong
2 1. Dasar kepentingan bersama
Dalam sistem pondok usaha perseorangan,
yang menjadi dasar pembentukan grup adalah
kepentingan bersama dalam mendapatkan
keuntungan ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Serta adanya kesaling
tergantungan antara pemilik modal dengan
para penghuni pondok. Para penghuni
pondok (migran sirkuler) diuntungkan karena
selain mendapat pekerjaan dan penghasilan,
juga mendapat penginapan serta jaminan
hidup. Sedangkan pemilik pondok boro
mendapat keuntungan berupa kemudahan
dalam membuat dan menjual barang, serta
mempersingkat waktu proses produksi,
sehingga keuntungan yang diharapkanpun
sistem pondok semakin besar adanya “azas kekeluargaan”
rumah tangga yang berlaku dalam sistem ini.
Persyaratan Grup
1. Adanya kesadaran dari setiap anggota sebagai
bagian dari grup, sehingga timbul
kepercayaan, kesadaran, dan sikap tahu batas
antar anggotanya dalam melakukan pekerjaan.
2. Adanya hubungan timbal balik : para imigran
sirkuler diberikan penginapan dan jaminan
hidup, namun tugas merekapun disamping
menjual barang dagangan juga diberi tugas
membantu dalam produksi barang tersebut.
3. Adanya faktor nasib dan tujuan yang sama,
yaitu nasib memiliki keterbatasan sedikit serta
tujuan untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi
4. Grup bersistem dengan sistem pondok yang
mirip hubungan dalam rumah tangga
3 1. Dasar kepentingan bersama
Tidak berbeda jauh dengan sistem pondok
lainnya yang menjadi dasar pembentukan grup
adalah kepentingan bersama untuk untuk
mendapat keuntungan ekonomi dan memnuhi
sistem pondok kebutuhan hidup. Serta adanya kesaling
usaha perseorangan tergantungan antara pemilik modal dengan
para penghuni pondok. Karena, besar kecilnya
keuntungan yang diperoleh majikan
tergantung pada jumlah penjual yang tinggal di
pondok. Sedangkan penjual menggantungkan
sumber nafkah nya pada majikan.
6
Selain keuntungan ekonomi, juga kedua
pihak mendapatkan keuntungan dari segi
investasi. Para migran sirkuler memiliki
tempat untuk menitipkan uang penghasilan,
dan majikan mendapat pinjaman tanpa bunga
untuk modal.
Persyaratan Grup
1. Adanya kesadaran dari setiap anggota sebagai
bagian dari grup serta adanya hubungan
timbal balik antar anggota, sehingga baik
majikan maupun para penjual berusaha
menjalin hubungan baik, karena mereka saling
membutuhkan, besarnya pendapatan yang
diterima tergantung kedua belah pihak.
2. Adanya faktor tujuan yang sama, yaitu untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi
3. Grup bersistem dengan sistem pondok yang
mirip dengan perusahaan perseorangan, dan
7
pemilik modal dengan para penghuni
pondok. Pihak majikan menghendaki
laba yang lebih besar, sedang para
penghuni pondok menghendaki
penghasilan cukup sebagai sumber
nafkah.
Efektivitas komunikasi yang tinggi
sehingga timbul rasa saling percaya
diantara sesama anggota, adanya
kesadaran diri dan sikap tahu batas,
antara anggota gorup.
Adanya azas yang dihayati bersama
(homogen) dalam hubungan antar
anggota grup yaitu azas kekeluargaan
atau kegotong royongan yang kuat.
2 Jumlah anggota biasanya sedikit, dan
belum ada pembagian tugas
Mobilitas grup yang rendah, karena
para imigran sirkuler biasanya lama
berada di tempat yang sama di kota
dalam satu kali sirkulasi.
Tingkat efisiensi yang tinggi karena
sistem pondok adanya kesaling tergantungan antara
Tinggi pemilik modal dengan para penghuni
rumah tangga
pondok yang dapat menguntungkan
kedua belah pihak
Adanya kepentingan bersama yang
dikejar yaitu untuk mendapatkan
keuntungan ekonomi
Adanya azas yang dihayati bersama
(homogen) dalam hubungan antar
anggota grup yaitu azas kekeluargaan.
3 Dalam sistem pondok ini biasamya
memiliki sejumlah karyawan dan
penjual puluhan, sehingga ukuran
grup pun besar, serta adanya
diferensisasi tenaga dalam
mengerjakan tugas membuat
kohesivitas menjadi rendah, namun
sistem pondok hal ini diimbangi dengan :
Agak tinggi
usaha perseorangan Tingkat efektifitas komunikasi yang
tinggi. Dimana, majikan selalu
berusaha menjalin hubungan yang
baik dengan penjual, karena mereka
saling membutuhkan serta adanya
kesaling tergantungan antara majikan
dengan karyawan dan penjual baik
dari segi keuntungan (penghasilan)
8
maupun dari segi investasi (derajat
kohesivitas tinggi), walaupun
hubungan majikan dengan karyawan
lebih erat dari pada hubungan
majikan dengan penjual.
Adanya kepentingan bersama yang
dikejar yaitu untuk mendapatkan
keuntungan ekonomi (kohesivitas
tinggi). Serta, adanya azas yang
dihayati bersama (homogen) dalam
hubungan antar anggota grup yaitu
azas kekeluargaan (kohesivitas tinggi)
4 Tingkat efektifitas komunikasi
rendah, karena hubungan pemilik
pondok boro dengan para migran
sirkuler hanya sebatas sewa-menyewa.
Sistem pondok sewa Rendah
Tidak adanya norma atau perilaku
yang dihayati bersama (heterogen),
dimana hubungan yang berlandaskan
azas kekeluargaan kurang jelas