Anda di halaman 1dari 1

NAMA : M.

HERO DESEMBRYANTO
NIM : 160710101164
KELAS : HUKUM INVESTASI ( B )

Prinsip Non-Diskriminasi
Di dalam Doha Ministerial Conference, Menteri -menteri anggota WTO mengakui adanya
kebutuhan untuk menjamin kondisi yang transparan, stabil dan dapat diprediksikan untuk penanaman
modal jangka panjang antara negara. Di dalam paragraf 22 deklarasi tingkat Menteri di Doha tersebut
menyebutkan bahwa non- diskriminasi merupakan salah satu issue untuk diklarifikasikan di dalam the
Working Group on the Relationship between Trade and Investment, dalam periode sampai Konferensi
Tingkat Menteri yang ke-5. Non-diskriminasi adalah merupakan salah satu prinsip dasar dari sistem WTO
dan telah dibicarakan dalam kaitannya dengan investasi selama beberapa pertemuan kelompok
kerja tersebut sejak tahun 1997.
Dasar pemikiran dari perlunya diterapkan prinsip nondiskriminasi ini adalah karena host
countries dengan menggunakan alasan-alasan yang sah, dapat memberikan perlakuan yang berbeda
kepada para penanam modal dengan cara yang berbeda pula. Sementara, Hukum Kebiasaan Internasional
tidak mensyaratkan host country untuk menjamin perlakuan yang bersifat nondiskriminasi terhadap
penanaman modal asing yang berkeinginan untuk mengembangkan aktivitas bisnisnya dalam wilayah
teritorialnya, atau bahkan kepada mereka yang telah mendirikan aktifitas bisnisnya.1
Sebaliknya, sekarang ini host countries secara konsisten telah menghilangkan hambatan-
hambatan yang sifatnya diskriminasi terhadap masuk dan beroperasinya penanam modal asing
diwilayah teritorialnya. Lebih dari itu, dengan kerasnya kompetisi untuk mendorong FDI, beberapa negara
juga bahkan memutuskan untuk memberikan insentif tertentu kepada penanam modal asing tetapi hal
ini sebaliknya menciptakan diskriminasi melawan perusahaan lokal atau nasionalnya sendiri.
Meskipun banyak juga negara yang telah memberikan insentif baik itu kepada perusahaan domestik
maupun perusahaan asing berdasarkan prinsip nondiskriminasi. Perlakuan nondiskriminasi dalam
penanaman modal internasional adalah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan alokasi modal dan
meminimalisir distorsi- distorsi dalam perdagangan. Diskriminasi berdasarkan nasionalitas
ata u kewarganegaraan (dari pemilik, pengontrol, atau residen) dari penanam modal akan tidak berarti
jika diberikan pada perusahaan multinasional yang mempunyai stuktur organisasi yang sangat
komplek pada saat ini.
Lebih jauh lagi, rupanya, semua negara mulai menyadari bahwa untuk menarik penanaman modal
asing mereka harus mempromosikan, misalnya, adanya kondisi awal yang dapat diprediksikan, kerangka
pengaturan yang transparan dan non diskriminasi, dil uar kondisi makro ekonomi dan stabilitas politik,
infrastruktur, labour skills, dan lain-lainnya. Berdasarkan alasan tersebut, maka tidak mengherankan jika
lebih dari 2000 bilateral investment treaties dan sejumlah perjanjian investasi multilateral maupun
regional yang telah disepakati, semuanya telah memasukkan standart nondiskriminasi, meskipun dalam
1
tingkatan tertentu.2

1 Working Group The Relationship between Trade and Investment, “Concept Paper on Non-Discrimination”, World Trade Organization,
WT/WGTI/W/122, Original: English, diakses dari http://trade-info.cec.eu.int/doclib/ docs/2003/april/tradoc_111121.pdf h. 1, diakses
tanggal 8 Mei 2004.
2 Ibid., hal. 2.

Anda mungkin juga menyukai