Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Korupsi disebabkan oleh adanya dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan penyebab korupsi dari faktor individu, sedangkan faktor eksternal berasal
dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan faktor penyebeb korupsi.
Nilai-nilai antikorupsi yang meliputi jujur, disiplin, tanggung jawab, adil, berani, peduli,
kerja keras, sederhana, dan mandiri, harus dimiliki oleh tiap-tiap individu untuk menghindari
munculnya faktor internal sehingga korupsi tidak terjadi. Sementara itu, untuk mencegah faktor
eksternal penyebab korupsi, salain harus memiliki nilai-nilai antikorupsi. Pada dasarnya korupsi
terjadi karena adanya faktor internal (niat) dan faktor ekstrenal (kesempatan). Niat lebih terkait
dengan faktor individu yang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dianut, seperti kebiasaan dan
kebutuhan, sedangkan kesempatan terkait dengan sistem yang berlaku.
Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai antikorupsi pada
semua individu. Setidaknya ada Sembilan nilai-nilai korupsi yang penting untuk ditanamkan
pada semua individu, kesembilan nilai-nilai antikorupsi tersebut terdiri dari: (a) inti, yang
meliputi jujur, disiplin dan tanggung jawab, (b) sikap, yang meliputi adil, berani, dan peduli,
serta (c) etos kerja, yang meliputi kerja keras, sederhana, dan mandiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja yang termasuk nilai-nilai anti korupsi ?
2. Bagaimana contoh kegiatan Organisasi kemahasiswaan yang menerapkan Nilai-nilai anti Korupsi
?
1.3 Tujuan Penulisan
1. U
ntuk mengetahui nilai-nilai anti korupsi
2. Untuk mengetahui contoh kegiatan Organisasi kemahasiswaan yang menerapkan Nilai-nilai anti
Korupsi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Nilai-nilai Korupsi


1. Kejujuran
Jujur didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang. jujur adalah salah
satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan
dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono,2008).
Kujujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan integritas dari
seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas.
Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam bekerja sehingga akan
membentangi diri terhadap godaan untuk berbuat curang atau berbohong.
Prinsip kejujuran harus dapat dipegang teguh oleh setiap mahasiswa sejak awal untuk
memupuk dan membentuk karakter sedini mungkin dalam setiap pribadi mahasiswa.
Nilai kejujuran juga dapat diwujudkan dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. misalnya,
membuat laporan keuangan dalam kegiatan organisasi/kepanitiaan dengan jujur.
Permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi fenomena dikalangan mahasiswa yaitu,
budaya ketidakjujuran mahasiswa. Fakta menunjukan bahwa, budaya ketidakjujuran pada waktu
menjadi mahasiswa indikatornya sederhana, terdapat beberapa contoh budaya ketidakjujuran
mahasiswa, misalnya mencontek, plagiarism (penjiplakan karya tulis), titip absen.
Pertama, budaya ketidakjujuran mahasiswa adalah perilaku mencontek, maka teman yang
dicontek tentunya telah ’terampas’ keadilan dan kemampuannya. Ketika mahasiswa yang
dicontek belajar siang malam, tetapi pencontek yang suka hura-hura dengan gampangnya
mencuri hasil kerja keras temannya. Mencontek akan menghilangkan rasa percaya diri
mahasiswa. Bila kebiasaan tersebut berlanjut maka percaya diri akan kemampuan diri menjadi
luntur, sehingga semangat belajar jadi hilang, mahasiswa akan terkungkung oleh pendapatnya
sendiri, yang merasuki alam pikirannya bahwa untuk pintar tidak harus belajar, tetapi
mencontek.
Kedua, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah fenomena plagiarisme (penjiplakan
karya tulis) yang selalu menjadi momok bagi pendidikan di Indonesia. Terungkapnya kasus
plagiarisme dibeberapa perguruan tinggi, menjadi tolak ukur bagi kualitas pendidikan. Tindakan
copy paste saakan menjadi ritual wajib dalam memenuhi tugas dari dosen. Banyak mahasiswa
bahkan peneliti yang ditengarai melakukan plagiat.
Ketiga, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah titip absensi, absensi yang ditanda tangani
mahasiswa sering disalah gunakan. Tandatangan fiktif pun mewarnai absensi, padahal dalam
satu pertemuan adakalanya jumlah kehadiran mahasiswa tidak sebanding dengan tandatangan
yang hadir terlihat tidak banyak tapi tandatangan di absensi penuh dan mahasiswa hadir semua.
Perilaku mencontek, plagiarisme, dan titip absen merupakan manifestasi ketidakjujuran
yang pada akhirnya memunculkan perilaku korupsi. Kejujuran merupakan barang langka di
Indonesia. Banyak orang pintar yang lulus perguruan tinggi,tetapi sangat langka orang pintar
yang jujur, sehingga berakibat sulitnya mengukur kadar kesuksesan proses belajar-mengajar.
Proses ketidakjujuran tersebut merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan dan perlu perhatian
serius, sebab bagaimana mungkin institusi pendididkan justru menjadi sarang korupsi, ini jelas
berbanding terbalik dengan hakekat pendidikan yang benar, yakni ingin menciptakan manuasia
yang berilu dan bermoral, dan apabila budaya ketidakjujur mahasiswa seperti mencontek,
plagiarism, titip absen,dll tidak segera diberantas, maka perguraan tinggi akan menjadi bagian
dari ‘pembibitan’ moral yang dekstruktif di Indonesia.

2. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan (Sugono,2008). Disiplin adalah
kunci keberhasilan semua orang, ketekunan, dan konsisten untuk terus mengembangkan potensi
diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kapatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja.
Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplan tidak akan terjerumus
kedalam kamalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara mudah. Nilai kedisiplinan pada
mahasiswa dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk mengatur dan mengelolah waktu untuk
menyelesaikan tugas baik dalam lingkup akademik maupun sosial kampus. Kepatuhan pada
seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di kampus, mengerjakan sesuatunya tepat waktu,
dan fokus pada perkuliahan.
Manfaat dari hidup yang disiplin adalah mahasiswa dapat mencapai tujuan hidupnya
dengan waktu yang efisien. Disiplin juga membuat orang lain percaya. Misalnya orang tua akan
lebih percaya pada anaknya yang hidup disiplin untuk belajar dikota lain dibandingkan dengan
anak yang tidak disiplin. Selain disiplin dalam belajar perlu dimiliki oleh mahasiswa agar
diperoleh hasil belajar yang maksimal.
Tidak jarang dijumpai perilaku dan kebiasaan peserta didik menghambat dan tidak
menunjang proses pembelajaran. Misalnya sering kita jumpai mahasiswa yang malas, sering
tidak hadir, motivasi yang kurang dalam belajar, tidak mengerjakan tugas, melanggar tata tertib
kampus, terlambat masuk kuliah, tidak melaksanakan jadwal piket atau dines sesuai jadwal yang
ditetapkan, membuat gaduh dikelas atau kampus, tidak duduk dengan rapih, menggangu orang
lain, tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, berbicara sendiri atau diskusi dengan teman ketika
dosen menjelaskan, tidak mengisi jam kosong pembelajaran dengan hal-hal positif,dll. Atas hal
tersebut, punishment yang tegas harus diberikan tanpa toleransi apapun, misalnya, mahasiswa
tidak diizinkan masuk kelas apabila datang terlambat, nama mahasiswa tidak tercantum apabila
tidak mengerjakan tugas individu dengan tepat waktu. Hal tersebut merupakan pembelajaran
yang sederhana namun akan berdampak luar biasa kedepannya, seperti kata pepatah sediki demi
sedikit lama-lama menjadi bukit, begitu pula apabila kebiasaan buruk dibiarkan maka kejahatan
yang lebih besar dapat dilakukan.
Saat ini kenakalan mahasiswa cenderung mengarah kepada tindakkan kriminalitas atau
tindakkan melawan hukum. Kenakalan mahasiswa dapat dikatakan dalam batas kewajaran
apabila dilakukan dalam rangka mencari identitas atau jati diri dan tidak merugikan orang lain.
Peranan dosen dalam menanamkan nilai disiplin yaitu yang menjadi teladan, sabar dan penuh
pengertian. Dosen diharuskan mampu mendisiplinkan mahasiswa dengan kasih sayang,
khususnya disiplin diri (self discipline). Dalam usaha tersebut dosen perlu :
a. Membantu mahasiswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, misalnya: waktu
belajar dirumah, lama mahasiswa harus membaca atau mengerjakan tugas.
b. Menerapkan peraturan akademik sebagai alat dan cara menegakan disiplin, misalnya,
menerapkan rewerd and punishment secara adil, sesegera mungkin dan transparan
(Siswandi,2009).
Manfaat disiplin mahasiswa diantaranya hidup teratur, dapat mangatur waktu, dan
pekerjaan selesai tepat waktu.
3. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya atau kalau terjadi
apa-apa boleh dituntut , dipersalahkan dan diperkarakan (Sugono,2008). Pribadi yang utuh
mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa kaadaan dirinya dimuka bumi adalah untuk
melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tunduk dan
kegiatan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, Masyarakat, Negara dan Bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak
akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan meiliki kecenderungan
menyelesaikan tugas lebih baik dibanding mahasiswa yang tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Seseorang yang dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apapun itu dengan baik akan
mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
Penerapan nilai tanggung jawab pada mahasiswa dapat diwujudkan dalam bentuk:
1) Mempunyai prinsip dan memikirkan kemana arah masa depan yang akan dituju.
2) Mempuyai attitude atau sikap yang menonjolakan generasi penerus tenaga kesehatan yang
berguna di kemudian hari dalam mengebangkan profesinya.
3) Selalu belajar untuk menjadi generasi muda yang berguna, tidak hanya dengan belajar tetapi
mempunyai sikap dan keperibadian baik.
4) Mengikuti semua kegiatan yang telah dijadwalkan oleh kapus yaitu ikut praktikum laboratorium
di kampus; praktik klinik di rumah sakit, puskesmas dan komunitas; ujian dan mengerjakan
semua tugas in atau out.
5) Menyelesaikan tugas pembelajaran dan praktik secara individu dan kelompok yang diberikan
oleh dosen dengan baik dan tepat waktu.

4. Keadilan
Adil adalah sama berat, tidak berat sebalah, tidak memihak. Keadialn adalah penilaian
dengan memberikan kepada siapapun sesuai apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak
proporsional dan tidak melanggar hukum. Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari
bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk
mendapatkan lebih dari apa yang dia upayakan. Jika ia seorang pemimpin, ia akan memberiakan
kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya, ia juga ingin mewujudkan
keadilan dan kemakuran bagi masyarakat dan bangsanya.
Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa perkuliahannya agar
mahasiswa dapat mempertimbangakan dan mengambil keputusan secara adil dan benar.
Nilai keadilan dapat dikembangakan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam
kampus maupun diluar kampus. Hal ini antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk:
1) Menimbang atau menakar segala sesuatu secara objektif dan seimbang ketika menilai teman
atau orang lain dapet diwujudkan dalam bentuk selalu memberikan pujian tulus kepada kawan
yang berprestasi, memilih kawan tidak berdasarkan latar belakang sosial.
2) Ketika ada teman berselisih, dapat bertindak bijaksana dan memberikan solusi serta tidak
memojokan salah satu pihak, memihak yang benar secara proporsional.
3) Tidak mengurangi dosis atau takaran obat yang diberiksn kepada klien.
4) Adil terhadap dirinya sendiri, seperti belajar maksimal sebagai sebuah keadilan terhadap potensi
dan bakat yang di berikan oleh Allah SWT.
5) Adil terhadap diri sendiri juga dapat diterapkan dengan cara hidup seimbang. Belajar dan
berkerja, berolahraga, beristirahat atau menunaikan hak tubuh lainnya seperti makan atau minum
dengan seimbang dan sesuai dengan kebutuhan.
6) Memberikan pelayanan perawatan yang sama kepada semua klian (tidak membedakan status
sosial, agama, ras/suku, bangsa, dll).

5. Keberanian
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan
kebenaran, berani mengaku kesalahan, berani bertanggungjawab, dan berani menolak kebatilan.
Ia tidak akan menoleransi adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara
tegas. Ia juga berani berdiri sendiri dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman
sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut
dimusuhi dan tidak takut tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal
yang menyimpang.
Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan, serta keberanian akan
semakin matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.
Untuk mengembangkan sikap keberanian demi mempertahankan pendirian dan
keyakinan mahasiswa, mahasiswa harus mempertimbangkan denagn sebaik-baiknya.
Pengetahuan yang mendalam menimbulkan perasaan pecaya diri sendiri. Jika mahasiswa
menguasai masalah yang dia hadapi, diapun akan menguasai diri sendiri. Dimanapun dan dalam
kondisi apapun sering kali harus diambil keputusan yang cepat dan harus dilaksanakan dengan
cepat pula.
Nilai keberanian dapat dikembangkan oleh mahasiswa dengan kehidupan dikampus. Antara lain
dapat diwujudkan dalam bentuk:
1) Bertanya kepada dosen jika tidak mengerti
2) Berani mengemukakan pendapat secara bertanggungjawab ketikak berdiskusi atau berani maju
ke depan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
3) Melaporkan temannya yang membuat tugat atau makalah dengan cara copy paste dari sumber
lain tanpa memperhatikan kaidah penulisan ilmiah atau meyadur dari makalah yang sudah jadi (
yang dibuat sendiri maupun orang lain).
4) Melaporkan teman yang berbuat curang ketika ujian seperti mencontek, membuat ringkasan
untuk mencontek, atau diskusi pada saat ujian.
5) Melaporkan jika dirinya sendiri atau teman mengalami intimidasi atau kekerasan dari teman
atau orang lain.
6) Mengakui kesalahan yang dilakukan dan bertanggungjawab untuk memperbaiki kesalahan serta
berjanji tidak mengulangi kesalahan yang sama.
7) Mengajukan saran/usul perbaikan proses balajar mengajar dengan cara santun.
8) Menulis artikel, pendapat, opini di majalah dinding, jurnal, atau publikasi ilmiah lainnya,
9) Berani mengatakan tidak pada ajakan dan paksaaan tawuran mahasiswa serta perbuatan tercela.
Pengetahuan yang mendalam diperlukan untuk menerapkan nilai keberanian yang membuat
mahasiswa menjadi menguasai masalah yang dihadapi.
6. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan (Sugono,2008).
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu
yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya dimana masih
terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi
dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak
benar, tetapi ia berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
Nilai kepedulian mahasiswa harus mulai ditimbulkan sejak berada di kampus. Oleh
karena itu, upaya untuk mengembangkan sikap peduli dikalangan mahasiswa sebagai subjek
didik sangat penting. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan:
1) Berusaha ikut memantau jalanya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber
daya di kampus.
2) Memantau kondisi infrastruktur lingkungan kampus.
3) Jika ada teman atau orang lain yang tertimpa musibah, mahasiswa dengan suka rela dengan
mengumpulkan bantuan dana dan barang, atau mungkin memantau dengan tenaga langsung
sesuai kebutuhn yang terkena musibah.
4) Terlibat aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan BEM, HIMA.
5) Tidak merokok, karena asap rokok yang ditimbulkan dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain.
6) Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol atau NAPZA karena bisa menimbulkan hal-hal
yang tidak diinginkan seperti menimbulkan perilaku adiktif, pertengkaran, pelecehan, dan
mengganggu keamanan serta ketertiban kampus.
7) Membuang sampah pada tempat, jika melihat sampah berserakan sebaiknya mahasiswa
memungutnya agar tercipta lingkungan kampus yang bersih.
8) Menghargai dan menghormati teman, dosen, dan karyawan.
9) Bersikap ramah tamah, peduli, dan suka menolong terhadap masyarakat sekitar.
Nilai kepedian juga dapat diwujudkan dalam bentuk mengindahkan seluruh peraturan dan
ketentuan yang berlaku di dalam kampus dan di luar kampus.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk
mengalang dana guna memberikan bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa yang
membutuhkan. Ini penting dilakukan baik oleh mahasiswa maupun dosen agar memberikan
dampak positif bagi tertanamnya nilai kepedulian. Pengembangan dari tindakan ini juga dapat
diterapkan dengan mengadakan kelas-kelas kecil yang memungkinkan untuk memberikan
perhatian dan eksistensi intensif. Dengan adanya kelas-kelas ini, maka bukan hanya hubungan
antara mahasiswa dengan dosen tapi berhubungan antara mahasiswa dengan banyak mahasiswa
yang saling interaktif dan positif juga dapat terjalin dengan baik dan di situ mahasiswa dapat
memberikan pembelajaran, perhatian, dan perbaikan terus menerus.
7. Kerja Keras
Bekerja keras dapat didasari dengan adanya kemauan. Kemauan menimbulkan asosiasi
dengan keteladanan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian,
ketabahan, keteguhan, dan pantang mundur.
Perbedaan nyata akan jelas telihat antara seseorang yang mempunyai etos kerja dengan
tidak memilikinya. Individu beretos kerja upaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi
terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya fikir dan
kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan
mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan
target. Kerja keras dapat diwujudkan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya :
dalam melakukan sesuatu menghargai proses bukan hasil semata, tidak melakukan jalan pintas,
belajar dan mengerjakan tugas-tugas akademik dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi, bekerja
keras akan tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan. Di dalam kampus para mahasiswa
diperlengkapi dalam berbagai ilmu pengetahuan. Di situlah para dosen memiliki peran penting
agar setiap usaha kerja keras mahasiswa dan juga arahan-arahan kepada mahasiswa tidak
menjadi sia-sia.
Contoh peranan nilai kerja keras pada mahasiswa dapat diwujudkan dalam bentuk :
1) Belajar dengan sungguh-sungguh untuk meraih cita-cita.
2) Memanfaatkan waktu luang untuk belajar.
3) Bersikap aktif dalam belajar, misalnya bertanya kepada dosen tentang materi yang belum
dipahami.
4) Tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen.
5) Tidak tergantung kepada orang lain didalam mengerjakan tugas-tugas kampus.
6) Rajin megikuti kegiatan ekstra kulikuler untuk meningkatkan prestasi diri.
7) Tidak membuang waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna.

8. Kesederhanaan
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan
berupaya memenuhi kebutuhan yang semestinya tanpa berlebih-lebihan. Dengan gaya hidup
yang sederhana, seseorang dibiasakan untuk tidak hidup boros yang tidak sesuai kemampuannya.
Selain itu seseorang yang bergaya hidup sederhana juga akan memperioritaskan kebutuhan diatas
keinginannya dan tidak tergoda untuk hidup dengan gemilang kemewahan. Ilmu pengetahuan
adalah kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya. Ia menyadari bahwa mengajar harta
tidak akan ada habisnya karena nafsu keserakahan akan selalu menimbulkan keinginan untuk
mencari harta sebanyak-banyaknya.
Mahasiswa dapat menerapkan nilai kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dikampus maupun diluar kampus, misalnya : dengan hidup sesuai kebutuhan, tidak suka pamer
kekayaan, dan sebagainya. Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam interaksi
dengan masyarakat disekitarnya. Dengan gaya hidup sederhana, mahasiswa dibiasakan untuk
tidak boros, hidup sesuai kemampuannya dan dapat memenuhi semua kemampuannya. kerap kali
kebutuhan diidentikan dengan keinginan semata, padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan
keinginan dan sebaliknya .
Dengan penerapan prinsip hidup sederhana, mahasiswa di bina untuk memprioritaskan
kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip hidup sederhana ini merupakan parameter penting dalam
menjalin hubungan antara sesama mahasiswa karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan
kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egois, dan sikap-sikap negatif lainnya. Prinsip hidup
sederhana juga menghindarkan seseorang dari keinginan yang berlebihan.
Contoh penerapan nilai kesederhanan pada mahasiswa dapat di wujudkan dalam bentuk :
1) Tawadhu’(rendahhati). Tidak membeda-bedakan golongan, status sosial atau pun berbagai
bentuk atribut lainya. orang yang rendah hati menyadari bahwa betapa pun besarnya dia, masih
terdapat kekurangan, sehingga Ia mau mengakui kelebihan orang lain, jauh dari sifat gila hormat,
ambisi pangkat atau jabatan serta sifat-sifat rendah lainnya .
2) Berpakaian yang sopan dan sesuai aturan yang di tetapkan.
3) Merasa cukup dengan apa yang ada, bukan lantaran pasrah, melainkan telah berusaha
menyempurkana usaha.
4) Tidak sombong atau menonjolkan diri dalam pergaulan (dalam arti negatif), sekalipun ia
mempunyai kelebihan atau kemampuan.
5) Menyelaraskan antara kebutuhan atau keinginan dengan kemampuan secara realitas dan
proporsional.
6) Bersabar serta berprasangka baik. Kejengkelan atau prasangka buruk tidak akan mengubah
keadaan atau menyelesaikan masalah, bahkan menambah masalah.
7) Selalu bersyukur dengan apa yang ia miliki, tetapi ia lakukan.
8) Tidak sombong ketika dipuji, dan tidak rendah diri ketika dikritik atau di berikan saran oleh
orang lain

9. Kemandirian
Di dalam beberapa buku, di jelaskan bahwa mandiri berarti dapat berdiri di atas kaki
sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal. kemandirian di
anggap sebagai suatu hal yang penting dan harus dimiliki oleh seorang lain. Kemandirian
membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang untuk menjadi tidak tergantung
terlalu banyak pada orang lain . mentalitas kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang untuk menjadi tidak tergantung terlalu banyak kepada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang dapat mengoptimalkan daya fikiran guna bekerja secara
efektif. Jejaring sosial yang dimiliki pribadi yang mandiri di manfaatkan untuk menunjang
pekerjaannya tetapi tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu
dengan tidak bergantung pada orang lain untuk dapat mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya.
Hal ini penting untuk masa depannya dimana mahasiswa tersebut harus mengatur kehidupannya
dan orang-orang yang berada di bawah tanggungjawab nya sebab tidak mungkin orang yang
tidak dapat mengatur dirinya sendiri akan mampu mengatur hidup orang lain. Dengan karakter
Kemandirian tersebut mahasiswa di tuntut untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan
usahanya sendiri dan bukan orang lain (Supardi, 2004).
Ciri mahasiswa mandiri adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk mandiri
dan bertanggungjawab ditenga harus besar tuntutan kebebasan : seperti mengutip ungkapan dari
mendikbud Muhammad Nuh bahwa yang bisa membedakan siswa dan mahasiswa adalah
kedewasaan. Mahasiswa harus memegang 2 hal substansial, yakni tanggung jawab dan
kemandirian.
Menjadi mahasisiswa mandiri dan dewasa menjadi kedewasaan yang matang serta
dibutuhkan analictical cases yang dalam. Orang yang sudah dewasa memiliki banyak kelebihan
daripada seorang yang jati dirinya masih labil. Seseorang yang dewasa biasanya memiliki sikap
3R (Realible, Responsible, dan Reason nable). Realible artinya dapat diandalkan, responsible
yaitu orang yang selalu bertanggung jawab apa yang diaperbuat serta siap menanggung resiko
apapun yang dihadapi, dan freasonable artinya berasal dari setiap hal apaun yang dilakukannya
harus dilandasi dengan dasar pemikiran dan tujuan yang jelas. Selain memiliki sikap 3R,
mahasiswa mandiri dan dewasa juga harus memilik sifat-sifat seperti:
1) Sense of Reality and emotional stability
2) Mampu menghadapi tantangan dengan baik ,meskipun gagal tetap tidak pernah menyerah dan
menganggap semua rintangan sebagai sebuah tantangan yang harus di tempuh sebagai sebuah
proses dalam mencapai kesuksesan.
3) Mampu bersyukur dimasa-masa sulit, biasanya orang yang masih labil ,akan sulit bersyukur
dimasa-masa sulit yang ada masalah memberontak dan tidak mampu mensyukuri apa yang
mereka miliki
4) Dapat menentukan keputusan dan berpikir pijak dalam keadaan terdesak
5) Dapat mengontrol amarah saat ada sesuatu yang menyakitkan hati serta memiliki toleransi dan
optimis tinggi
6) Berpikir seribu kali sebelum melakukan satu kegiatan serta tidak gegabah dan selalu berpikir
matang sebelum bertindak
7) Memiliki solidaritas yang tinggi terhadap teman-teman dan orang yang membutuhkan .
Penerapan nilai tanggung jawab pada mahasiswa dapat di wujudkan dalam bentuk :
1) Mau belajar dengan kesadaran sendiri sesuai dengan jadwal yang ia tetapkan sendiri.
2) Dengan kemauan sendiri berlatih suatu keterampilan tertentu seperti perasat personal Higiene,
pasang infus, dll.
3) Tidak terlalu banyak bergantung kepada bantuan orang lain.
Nilai kemandirian dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk mengerjakan soal ujian secara
mandiri, mengerjakan tugas-tugas akademik secara mandiri
BAB III
CONTOH KEGIATAN
3.1 Kasus
Senat Akper Muhammadiyah Cirebon setiap tahun menjelang hari raya Idul Adha selalu
mengadakan Program pemotongan hewan Qurban yang dilaksanakan di Kampus Akper
Muhammadiyah Cirebon dengan melibatkan seluruh Sivitas Akademika kampus Akper
Muhammadiyah Cirebon yaitu : BPH, Dosen, Mahasiswa tingkat 1, 2, dan 3 serta staf akademik
yang lain, dengan anggaran Rp 75.000,- per Orang. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal
10 juli 2017, dengan memotong satu ekor sapi dan satu ekor kambing yang dibagikan kepada
masyarkat disekitar kampus.

3.2 Penerapan Nilai-nilai Anti Korupsi pada kegiatan


Kasus diatas menerapkan nilai-nilai anti korupsi seperti :
1. Kejujuran “ Pada kegiatan ini dapat dikatakan semua panitia saling terbuka dan jujur
untuk bekerja sama” Contohnya dalam kegiatan pemotongan hewan Qurban ini terdiri
dari beberapa anggota yang mendapatkan tugas masing-masing, salah satu kejujurannya
dapat dilihat seperti bendahara selalu melaporkan masuknya keuangan”.
2. “Kedisplinan ini dapat dilihat dari rapat untuk persiapan hingga kegiatan ini dapat
terlaksana sesuai dengan hari dan tanggal yang telah ditentukan atau direncanakan. Acara
tersebut direncanakan 10 juli 2017 dan rapat – rapat sudah di mulai sejak bulan Mei ,
karena kedisiplinan panitia dalam persiapan acara sehingga kegiatan tepat sesuai yang
direncanakan”.
3. Tanggung Jawab “ Masing-masing panitia dapat bertanggung jawab dengan terselesainya
persiapan dari tugas masing-masing panitia. Hal ini terbukti dari siapnya berbagai
keperluan yang diperlukan dalam kegiatan tersebut. Walaupun pada saat kegiatan
berlangsung ada hal hal sedikit yang kurang tapi karena tanggung jawab yang diberikan
pada masing-masing panitia telah mereka lakukan dengan baik sehingga kegiatan tetap
berjalan dengan baik “
4. Keadilan “Sikap ini terlihat dengan pembagian tugas untuk masing-masing anggota
kepanitiaan sesuai dengan tugas-tugasnya yang dibentuk dan sikap ketua panitia yang
tidak membeda-bedakan angggota panitia lainnya”.
5. Keberanian “Sikap ini ditunjukan dengan berani berpendapat baik dalam memberikan
koreksi atau kritikan atau ide-ide dari panitia satu ke panitia yang lainnya sehingga dapat
menutupi kekurangan yang ada dalam kegiatan yang akan dilaksanakan”
6. Kepedulian “ Sikap ini ditunjukan dengan sikap yang saling mengingatkan antar panitia
agar menambah kekurangan persiapan dan saling mengingatkan jika akan diadakan rapat
kembali, jadi setiap minggunya diadakan rapat untuk melaporkan semua yang sudah
dilakukan tiap panitia sehingga semua panitia bisa saling mengingatkan dan
menambahkan jika ada kekurangan sehingga acara dapat berjalan dengan baik ”
7. Kerja keras “ Kerja keras pada kegiatan ini dapat dilihat saat rapat – rapat yang dilakukan
untuk persiapan yaitu mengambil pada waktu malam hari, biasanya rapat jam 18.00
sampai 21.00 WIB meskipun siang kuliah sampai sore tetapi panitia tetap semangat untuk
rapat”.
8. Kesederhanaan “Kesederhanaan pada kegiatan ini dapat dilihat yaitu penggunaan dana
yang ada tanpa melebihkan, mengurangi atau menggunakan dana sesuai dengan
kebutuhan sehingga sampai akhir kegiatan Senat Akper tidak memiliki pinjaman uang /
berhutang pada siapapun.”
9. Kemandirian “ Mandiri dalam kegiatan ini dapat ditunjukan pada usaha Senat Akper
tidak meminta bantuan kepada dosen atau staf akademik lain untuk pengumpulan dana
pada mahasiswa tingkat 1,2 dan 3.”
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip budaya anti korupsi pada contoh kegiatan tersebut sudah cukup baik dan dapat
diterapkan dalam kegiatan berikutnya. Sehingga hal ini akan memunculkan/menanamkan sifat
anti korupsi serta melatih diri untuk terbiasa dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi
pada masing-masing mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanmakalahlengkapdalamilmuisi.blogspot.co.id/2016/01/makalah-nilai-nilai-dan-
prinsip-prinsip.html

https://karyatulisilmiah.com/makalah-penerapan-nilai-nilai-dan-prinsip-prinsip-anti-korupsi-
dalam-kegiatan-organisasi-mahasiswa/

Anda mungkin juga menyukai