Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep dan Sejarah Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

adalah pengukuran perbandingan dari angka harapan hidup, melek huruf,

pendidikan dan standar hidup yang digunakan negara seluruh dunia. Indeks

pembangunan manusia digunakan untuk mengukur sebuah negara diklasifikasikan

apakah sebuah negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang.

Indeks Pembangunan Manusia mengukur apakah sebuah kebijakan ekonomi

sebuah negara berpengaruh atau tidak terhadap kualitas hidup warga negara.

Dalam konsep ini penduduk ditempatkan dalam tujuan akhir (the ultimated end)

sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means)

untuk mencapai tujuan.

Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human Development Report, 1995:103)15,

sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia adalah :

 Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian

 Pembangunan dimaksudkan tersebut untuk memperbesar pilihan-pilihan

bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh

1
karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk

secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.

 Pembangunan manusia memfokuskan perhatiannya bukan hanya pada upaya

meningkatkan kemampuan (capability) manusia tetapi juga dalam upaya-

upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.

 Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu:

produktifitas,pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.

 Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan

pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Pembangunan manusia tidak hanya berhenti pada pilihan-pilihan tersebut,

karena masih banyak pilihan-pilihan yang lain yang berkembang. Pilihan-pilihan

tersebut bertambah seperti, kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampai

kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupan yang

sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani hak-hak azasi manusia.

UNDP (United Nations Development Programme) melalui Human

Development Report tahun 1996 melakukan publikasi tentang Konsep Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai “a

process of enlarging people’s choices” atau suatu proses yang meningkatkan

aspek kehidupan masyarakat. Untuk mencapai suatu peningkatan aspek kehidupan

masyarakat, ada empat (4) yang harus diperhatikan, yaitu pemerataan (equity),

produktivitas (productivity), pemberdayaan (empowerment), dan kesinambungan

2
(sustainability). Pemerataan dilihat bagaimana seorang penduduk dapat

mengakses sumber daya ekonomi dan sosial, serta semua hambatan dalam

mengakses sumber daya tersebut harus diperkecil agar masyarakat bisa

berpartisipasi dalam kegiatan yang positif yang dapat meningkatkan kualitas

hidup yang produktif, Produktivitas yang dimaksud adalah bagaimana penduduk

berpatisipasi dalam menciptakan suatu pendapatan dan nafkah. Pemberdayaan

yang berarti setiap penduduk dapat mengambil manfaat dari proses sebuah

pembangunan. Dan kesinambungan yang berarti akses sumber daya dapat

dipastikan bisa diperoleh generasi-generasi penerus dan sumber daya tersebut

seperti sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan harus selalu diperbaharui.

Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

dikembangkan oleh Amartya Sen seorang ekonom Pakistan Mahbub Ul Hag serta

dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari

London Scholl of Economic pada tahun 1990. Penemuaan ini selanjutnya dipakai

oleh PBB untuk membuat laporan tahunan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

tidak hanya dipakai untuk membuat suatu bentuk laporan tahunan negara, tetapi

bisa juga dipakai untuk membuat laporan bentuk laporan tahunan sub

negara/wilayah.

Di Indonesia, perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pertama kali

dilakukan tahun 1990 yang merupakan hasil kerjasama antara BPS dan UNDP.

Hasil dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menggambarkan perbandingan

3
antar provinsi yang ada di Indonesia. Jadi, perhitungan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di Indonesia pada awalnya dilakukan pada tahun 1990.

Pembangunan Nasional Indonesia menurut GBHN sesungguhnya dijabarkan

ke dalam Repelita yang berisikan konsep pembangunan manusia, Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) menjadi faktor yang menjelaskan bagaimana

seorang penduduk memperoleh suatu kesempatan untuk menerima haknya seperti

memperoleh pendidikan, kesehatan, pendapatan, kesempatan kerja, dan lain-lain

yang merupakan hasil dari suatu pembangunan.

Pembangunan Nasional Indonesia menurut GBHN sesungguhnya dijabarkan

ke dalam Repelita yang berisikan konsep pembangunan manusia, Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) menjadi faktor yang menjelaskan bagaimana

seorang penduduk memperoleh suatu kesempatan dalam penerimaan haknya

sebagai warga negara seperti memperoleh pendidikan, kesehatan, pendapatan,

kesempatan kerja, dan lain-lain yang merupakan hasil dari suatu pembangunan.

2.1.2 Tujuan Indeks Pembangunan Manusia

Tujuan IPM adalah untuk mencapai perencanaan dan pembangunan yang

terarah agar segala permasalah seperti kemiskinan, pengangguran, ketimpangan

pendapatan, dan lain-lain bisa berkurang signifikan.

Perhitungan IPM sebagai indicator pembangunan manusia memiliki tujuan

penting, diantaranya adalah :

4
1. Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia

dan perluasan kebebasan memilih.

2. Memanfaatkan sejumah indikator untuk menjaga ukuran tersebut agar

sederhana.

3. Memanfaatkan sejumah indikator untuk menjaga ukuran tersebut agar

sederhana.

4. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

2.1.3 Manfaat Indeks Pembangunan Manusia

IPM dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal sebagai berikut :

1. Untuk mengalihkan fokus perhatian para pengambil keputusan, media, dan

organisasi non pemerintah dari penggunaan statistik ekonomi biasa, agar

lebih menekankan pada pencapaian manusia. IPM diciptakan untuk

menegaskan bahwa manusia dan segenap kemampuannya seharusnya

menjadi kriteria utama untuk menilai pembangunan sebuah negara,

bukannya pertumbuhan ekonomi.

2. untuk memperlihatkan apakah pembangunan di suatu daerah sudah

mengakomodasikan partisipasi seluruh penduduk dalam setiap tahapan

pembangunan.

5
3. Untuk mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara. Bagaimana

dua negara yang tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat memiliki IPM

yang berbeda.

4. Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, di antara

provinsi-provinsi (atau negara bagian), di antara gender, kesukuan, dan

kelompok sosial ekonomi lainnya. Dengan memperlihatkan disparitas atau

kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka akan lahir

berbagai debat dan diskusi di berbagai negara untuk mencari sumber

masalah dan solusinya.

5. untuk melihat kinerja pembangunan manusia di suatu daerah, yang dalam

bahasa pemerintahan berarti menilai kinerja dan peranan birokrasi dalam

pencapaian menuju hidup layak.

2.1.4 Indikator - Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indikator - Indikator Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia pengukuran

indeks pembangunan manusia adalah, sebagai berikut :

1. Indeks Pendidikan

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi suatu bangsa dan

merupakan salah satu saran untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan

manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada pendidikan.

Pentingnya pendidikan tercantum dalam UUD 1945 dan GBHN yang mengatakan

bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara yang bertujuan untuk

6
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian pendidikan mempunyai peran

penting dalam kemajuan bangsa, ekonomi maupun sosial. Keadaan

pendidikan penduduk dapat diketahui dari bebrapa indikator seperti angka

pastrisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan dan angka melek huruf.

Perhitungan Indeks Pendidikan (IP) terdapat 2 indikator yaitu, angka melek

huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah/Means Years School (MYS). Populasi

yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun keatas, karena pada usia

tersebut ada yang sudah berhenti sekolah. Batasan usia umur 15 dibuat untuk

melihat apakah masih ada penduduk yang berada di bawah umur 15 tahun yang

tidak sekolah.

Angka Melek Huruf (AMH) adalah presentase penduduk usia 15 tahun keatas

yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam

hidupnya sehari- hari. Angka melek huruf dapat didapat dengan membagi jumlah

penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah

penduduk usia 15 tahun keatas kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus.

Rumus :

𝑡
𝐿𝑡15+
𝐿𝐼𝑇 15= 𝑡 × 100
𝑃15+

LIT t15 = Angka Melek Huruf penduduk usia 15+ pada tahun t

Lt15 = Jumlah penduduk yang bisa membaca dan menulis pada tahun t

7
Pt15 = Jumlah penduduk usia 15+

a. Angka Partisipasi Sekolah

Angka partisipasi sekolah merupakan indikator penting dalam pendidikan

yang menunjukan persentase penduduk usia 7-12 tahun yang masih terlibat

dalam sistem persekolahan.

b. Tingkat Pendidikan Teringgi yang Ditamatkan

Rendahnya tingkat pendidikan dapat menghambat jalannya

pembangunan, dengan demikian pendidikan yang tinggi sangat

diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keadaan seperti

ini sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu merupakan

usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam

dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Tingkat pendidikan tertingi

yang ditamatkan sering juga disebut dengan rata-rata lama bersekolah.

Rata-rata lama bersekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh

penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikian formal.

c. Angka Melek Huruf

Salah satu variabel yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial

yang merata adalah dengan melihat tingi rendahnya persentase penduduk

yang melek huruf. Tingat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf

dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Karena kemampuan membaca

dan menulis yang dimiliki dapat mendorong penduduk untuk berperan aktif dalam

8
proses pembangunan. Angka melek huruf adalah peresentase penduduk usia

15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis.

2. Indeks Kesehatan

Kesehatan adalah variabel kesejahteraan masyarakat yang berhubungan

dengan kualitas kehidupan suatu penduduk yang dihitung dari angka harapan

hidup terendah. Kesehatan merupakan salah satu modal agar penduduk suatu

negara bisa ikut berpatisipasi dalam usaha pembangunan agar mencapai

keberhasilan. Untuk menentukan peringkat kabupaten/kota dalam pembangunan

kesehatan disusunlah Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yaitu

indikator komposit yang menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan.

Variabel-variabel yang menggambarkan tingkat kemajuan pembangunan

kesehatan penduduk adalah :

a. Tingkat Kesehatan Penduduk

Tingkat kesehatan penduduk dilihat dari besar kecilnya keluhan penduduk

terhadap kesehatannya. Semakin banyak penduduk yang mengeluh terhadap

kesehatannya akan semakin memperburuk tingkat kesehatan penduduk di suatu

negara.

b. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan dapat dilihat banyaknya sarana dan prasana, serta

infrastruktur di bidang kesehatan seperti rumah sakit umum, rumah sakit daerah,

9
daya tampung rumah sakit, jumlah puskesmas, jumlah posyandu, puskesmas

pembantu, balai pengobatan, alat kesehatan, dan posyandu.

c. Usia Harapan Hidup

Usia harapan hidup merupakan salah satu alat ukur pemerintah untuk

mengevaluasi kinerja pemerintah untuk melihat kesejahteraan penduduk untuk

meningkatkan derajat kesehatan penduduk. Umur penduduk yang tinggi pada

umumnya memiliki tingkat kesehatan yang baik sedangkan umur penduduk yang

rendah memiliki tingkat kesehatan penduduk. Jika umur penduduk yang rendah

pemerintah harus membuat program pembangunan kesehatan, dan program

sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,kecukupan gizi dan kalori,

serta pembrantasan kemiskinan. Angka Harapan Hidup dihitung dengan

menggunakan paket program MORTPAK (metode Trussel dengan model West),

dengan Input Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup(AMH). Jika usia

harapan hidup di dalam suatu negara adalah x berarti bagaimana seorang

penduduk dapat mencapai usia umur hidup x. Usia harapan hidup penduduk dapat

dihitung dengan rumus :

𝐿𝐸 − 25
Indeks Harapan Hidup =
85 − 25

Dimana:

LE = Angka harapan hidup yang disesuaikan dengan standar global

UNDP

10
d. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan dapat dilihat dari jumlah dokter umum, dokter gigi, dokter

umum, dokter spesialis, bidan, perawat, dan apoteker.

3. Tingkat Konsumsi atau Tingkat Pendapatan

Tingkat kesejahteraan penduduk dilihat dari besarnya tingkat pendapatan

yang diterima seorang penduduk. Jika pendapatan seorang penduduk meningkat

dapat menaikkan tingkat konsumsi seorang penduduk. Namun tingkat pendapatan

seorang penduduk sulit diukur karena adanya hambatan teknis. Oleh sebab itu,

pendapatan rumah tangga dapat diukur dari pengeluaran rumah tangga, dengan

melihat pengeluaran konsumsi dan non-konsumsi.

2.1.5 Metode Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

metode penghitungan IPM yang dikembangkan oleh UNDP yang telah

menjadi standar untuk perhitungan tingkat pembangunan manusia (Todaro &

Smith, 2003). IPM terdiri dari tiga komponen yaitu : Indeks Harapan Hidup,

Indeks Pendidikan dan Indeks Standard Hidup Layak.

1
𝐼𝑃𝑀 = (𝑋1 + 𝑥2 + 𝑥3)
3

Keterangan :

X1 = Indeks Harapan Hidup

X2 = Indeks Pendidikan

11
X3 = Indeks Standard Hidup Layak

Untuk dapat menghitung IPM maka setiap komponen indeks harus terlebih

dahulu dihitung. Perhitungan masing – masing Indeks dari setiap komponen IPM

tersebut, yaitu :

x(i, j) − Min x (i, j)


IPM (i, j) =
Max x (i, j) − Min x (i, j)

Dimana :

I(I,j) = Indeks Komponen IPM ke-i untuk proporsi ke-j

Max X(I,j) = Nilai komponen IPM ke-i yang tertinggi

Min X(I,j) = Nilai komponen IPM ke –i yang terendah

IPM (j) = Indeks Pembangunan Manusia provinsi j

Untuk menghitung indeks masing-masing komponen Indeks Pembangunan

Manusia digunakan batas maksimum dan minimum seperti yang terlihat pada

tabel.yaitu :

Tabel Batas Maksimum dan Minimum

No. Komponen IPM Maksimum Minimum

1 Angka Harapan Hidup (Tahun) 85 25

2 Angka Harapan Hidup (Tahun) 100 0

12
3 Rata-rata lama Sekolah (Tahun) 15 0

4 Daya Beli (Rupiah PPP) 732.720 300.000

Konsep pembangunan manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada

skala 0,0-100,0 dengan kategori sebagai berikut:

 Tinggi : IPM lebih dari 80,0

 Menegah Atas : IPM antara 66,0-79,0

 Menengah Bawah : IPM antara 50,0-59,0

 Rendah : IPM kurang dari 50,00

Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan

penting, diantaranya:

 Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia

dan perluasan kebebasan memilih.

 Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut

sederhana.

 Membentuk satu indeks komposit dari pada menggunakan sejumlah indeks

dasar.

 Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

13
2.1.6 Perubahan Metode Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia

Selama dua puluh lima tahun terakhir sejak tahun 1990 dimana IPM pertama

kali launching, telah dilakukan beberapa kali perubahan baik indikator maupun

metode penghitungan bahkan penyempurnaan itu dimulai mulai tahun 1991

dilanjutkan tahun 1995, tahun 2010 , tahun 2011 dan terakhir tahun 2014.

Perubahan tersebut terus dilakukan dalam upaya agar menghasilkan indeks yang

representatif sesuai dengan kondisi zaman dan perekonomian terkini.

Gambar Perubahan Perhitungan IPM :

Sumber : BPS

14
Tahun 2015 adalah tahun dimana BPS mengadaptasi perubahan metode

penghitungan IPM 2014. UNDP sendiri sudah merubah metodologi sejak tahun

2010 dan direvisi tahun 2011 bahkan India dan Filipina telah memulai

mengaplikasikan metode baru sejak tahun 2011. Adapun alasan dilakukan

perubahan terhadap metodologi penghitungan IPM adalah:

1. Indikator Angka melek Huruf sudah tidak sensitif dalam menggambarkan

kualitas pendidikan mengingat AMH hampir mendekati 100 di semua

daerah yang berarti hampir semua bisa penduduk baca tulis sehingga tidak

relefan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat

membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik.

2. PDB Perkapita tidak dapat lebih menggambarkan pendapatan masyarakat

pada suatu wilayah.

3. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM

menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi

oleh capaian tinggi dari dimensi lain.

15
Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru Dimensi IPM Antara BPS

dan UNDP

Sumber : BPS

Perbandingan Metode Lama dan Metode Penghitungan IPM Antara BPS

dan UNDP Menurut Dimensi IPM

Metode Lama :

Sumber : BPS

Metode Baru

16
Sumber : BPS

17

Anda mungkin juga menyukai