Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FUEL CELL DAN ENERGI NUKLIR

SOLID OXIDE FUEL CELL

DEWA PUTU ARI LAKSANA

1605541101

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA
SOLID OXIDE FUEL CELL

 Sejarah Solid Oxsid Fuel Cell


Sel bahan bakar oksida pertama kali terpikirkan setelah ditemukannya elektrolit padatan
oksida oleh Nerst pada tahun 1899. Pada tahun 1905, Haber mengeluarkan paten mengenai sel
bahan bakar dengan suatu elektrolit berupa padatan yakni sejenis gelas dan porslein, sedangkan
material elektroda yang digunakan adalah logam platinum dan logam emas. Pada tahun 1916,
Baur dan Treadwell mengeluarkan paten mengenai sel bahan bakar dengan oksida logam sebagai
elektroda dan padatan keramik dengan lelehan garam diporinya sebagai elektrolit. Tahun 1935,
Schottky menyatakan bahwa zirkonia terstabilkan itria (yttria stabilized zirconia, YSZ) dapat
digunakan sebagai elektrolit sel bahan bakar padatan. Tahun 1943, Wagner memperkenalkan
kehadiran kekosongan (vacancy) pada subkisi anion dalam campuran padatan oksida dan
sekaligus menjelaskan mekanisme konduksi yang terjadi pada Nernst Glowers. Wagner
memberikan nama untuk material tersebut sebagai konduktor ion oksida. Baur dan Preis
berikutnya mendemonstrasikan sel bahan bakar padatan oksida (solid oxide fuel cell, SOFC)
dengan menggunakan YSZ sebagai elektrolit dan ternyata sel ini berjalan dengan baik pada suhu
1000 0C. Suhu operasional yang tinggi menimbulkan masalah yang serius terhadap material
penyusunnya. Sejak tahun 1960 hingga kini, sejumlah paten telah dihasilkan berkaitan dengan
pengembangan teknologi SOFC.
 Solid Oxside Fuel Cell
Sel bahan bakar oksida padat bekerja pada suhu yang sangat tinggi, yang paling tinggi dari
semua jenis sel bahan bakar di sekitar 800 ºC hingga 1.000 ° C. Mereka dapat memiliki efisiensi
lebih dari 60% ketika mengubah bahan bakar menjadi listrik; jika panas yang mereka hasilkan
juga dimanfaatkan; efisiensi keseluruhan mereka dalam mengubah bahan bakar menjadi energi
bisa lebih dari 80%. SOFCs menggunakan elektrolit keramik padat, seperti zirkonium oksida
yang distabilkan dengan yttrium oksida, sebagai pengganti cairan atau membran
Ada tiga SOFC geometri SOFC yang berbeda: planar, coplanar dan micro-tubular. Dalam
desain planar, komponen dirakit di tumpukan datar di mana udara dan hidrogen secara
tradisional mengalir melalui unit melalui saluran yang dibangun ke anoda dan katoda. Dalam
desain tubular, udara dipasok ke bagian dalam tabung oksida padat diperpanjang (yang disegel di
salah satu ujung) sementara bahan bakar mengalir di bagian luar tabung. Tabung itu sendiri
membentuk katoda dan komponen sel dibangun berlapis-lapis di sekitar tabung.
 Sistem Kerja Solid Oxside Fuel Cell

Gambar 1. Skema Sel Bahan Bakar Oksida Padat / Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)

SOFC seperti layaknya fuel cell yang lainnya yaitu terdiri dari tiga komponen utama adalah
anoda, elektrolit, dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi bahan bakar yaitu hidrogen, CO,
atau CH4. Elektron yang dilepaskan di anoda kemudian dialirkan melalui sirkuit luar untuk
dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Elektron tersebut kemudian masuk ke katoda,
sehingga di katoda terjadi reaksi reduksi zat oksidan yaitu oksigen. Ion oksida hasil reduksi
kemudian mengalir melalui komponen elektrolit untuk bereaksi dengan ion positif atau molekul
bahan bakar di anoda untuk menghasilkan air dan/atau CO2. Agar ion oksida dapat bergerak
dalam material elektrolit dan reaksi katalitik berlangsung dengan cepat maka dibutuhkan suhu
operasional yang sangat tinggi. Adapun persamaan reaksi dari reaksi – reaksi yang terjadi pada
anoda maupun katoda adalah sebagai berikut:
Pada anoda : H2 (g) + O 2- H2O(g) + 2e-
Pada katoda : ½ O2 (g) + 2e- O2-
Keseluruhan : H2(g) + ½ O2 (g) H2O(g)
Namun demikian, penggunaan suhu operasional yang sangat tinggi yaitu di rentang 850-
1000oC seringkali menyebabkan degradasi atau reaksi antar komponen dalam SOFC yang
mengakibatkan menurunnya tegangan sel dan daya luaran sel. Dewasa ini, pengembangan
teknologi SOFC lebih difokuskan terhadap pencarian kombinasi baru antara elektoda dan
elektrolit sehingga dapat menghasilkan SOFC dengan efisiensi tinggi meskipun suhu operasional
berada di rentang suhu intermediet (500 - 650oC), Intermediate Temperature - Solid Oxide Fuel
Cell (IT-SOFC).
Menurunkan suhu operasi SOFC memberikan suatu dampak yang signifikan terhadap harga
produksi SOFC yaitu dengan penggunaan material yang lebih murah untuk material interkoneksi
dan material penukar panas. Suhu rendah juga menyebabkan suatu peningkatan dalam ketahanan
sistem SOFC dengan cara mereduksi masalah - masalah yang berhubungan dengan perputaran
panas dan degradasi yang disebabkan oleh interdifusi atau reaksi antar komponen itu sendiri.
Namun demikian, pengoperasian pada suhu rendah memunculkan beberapa masalah material
yang berhubungan dengan peningkatan resistansi elektrolit dan penurunan laju reaksi katalitik
(polarisasi elektroda). Kedua faktor tersebut mengakibatkan penurunan tegangan dari sel dan
daya luaran dari sel.
Tantangan riset saat ini dalam pengembangan IT-SOFC yaitu pencarian kombinasi baru
antara elekrolit dan elektroda yang dapat mereduksi masalah peningkatan resistansi elektrolit dan
penurunan laju reaksi katalitik. Disamping itu, pencarian material yang menyediakan transport
ion cepat dalam elektrolit dan antarmuka elektrolit dengan kedua elektroda serta material yang
efisien dalam reaksi elektrokatalisis reduksi oksigen dan oksidasi bahan bakar meskipun suhu
operasional berada di rentang intermediet menjadi suatu tantangan tersendiri dari riset di wilayah
ini.
 Kelebihan dan Kekurangan Solid Oxside Fuel Cell
Kelebihann dari Solid Oxside Fuel Cell adalah sebagai berikut
 Suhu operasi yang tinggi berarti bahwa bahan bakar dapat direformasi dalam sel bahan
bakar itu sendiri, menghilangkan kebutuhan untuk reformasi eksternal dan
memungkinkan unit untuk digunakan dengan berbagai bahan bakar hidrokarbon.
 Keuntungan lebih lanjut dari suhu operasi tinggi adalah bahwa kinetika reaksi
diperbaiki, menghilangkan kebutuhan untuk katalis logam.
Kekurangan dari Solid Oxside Fuel Cell adalah sebagai berikut
 Penggunaan suhu operasional yang sangat tinggi yaitu di rentang 850-1000oC seringkali
menyebabkan degradasi atau reaksi antar komponen dalam SOFC yang mengakibatkan
menurunnya tegangan sel dan daya luaran sel.
 Penggunaan suhu operasional yang sangat tinggi meyebabkan sel-sel ini memerlukan
waktu lebih lama untuk memulai dan mencapai suhu operasi dan peralatan harus terbuat
dari bahan yang kuat dan tahan panas.

 Aplikasi Solid Oxside Fuel Cell


Salah satu contoh dari aplikasi Solid Oxside Fuel Cell adalah pada tahun 2010, Bloom
Energy memperkenalkan produk sel bahan bakar yang dikenal sebagai Bloom Energy
Server atau Bloom Box. Ada beberapa desain. Salah satunya menggunakan perakitan
modular SOFCs untuk menghasilkan jumlah listrik yang diperlukan. Sebuah SOFC Kotak
Bloom, misalnya, dapat menyalakan bola lampu 25 watt . Kotak Bloom yang terdiri dari
tumpukan SOFC berukuran roti tawar dapat menghasilkan beberapa kilowatt daya listrik,
cukup untuk melayani tempat tinggal rata-rata. Tumpukan SOFC besar dapat menghasilkan
ratusan kilowatt, dan dalam beberapa kasus lebih dari satu megawatt, daya listrik terus
menerus.

Anda mungkin juga menyukai