Askep Dimensia Lansia
Askep Dimensia Lansia
PRODI S 1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2017-2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya serta
kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca.Akhir kata kami mengucapkan
banyak terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Definisi……………………………………………………………………6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………..20
4.2 Saran……………………………………………………………………20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Makalah ini di masukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa, dosen maupun masyarakat
mengetahui tentang di mensia serta mampu melakukan pengkajian dan merumuskan diagnose
keperawatan pada klien yang mengalami dimensia
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau keadaan yang
terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas
komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu.
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara
lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009).
2.2 Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu :
terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system enzim, atau pada
metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab
utama dalam golongan ini diantaranya :
3. Khorea Hungtington
c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantranya :
2. penyakit
2.3. Klasifikasi
Klasifikasi demensia antara lain :
1. Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
eksekutif.
5. Kehilangan inisiatif.
2. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan setiap
penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa
disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi
dapat diduga sebagai demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1. Peningkatan reflek tendon dalam
2. Inkontinensia urin
3. Demensia.
2. Pseudo-demensia
2.4. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat
otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun.
Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta
gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat
menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi,
deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area
kortikal ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf
juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya
pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan
mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau
subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari
hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan
kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak
beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut
muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti
Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine ,
Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa
diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing
manis yang berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti
Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol ,
Quetiapine dan Risperidone)
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif : Kegiatan rohani &
memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan
minat atau hobi
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-
hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
2. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
3. Pemeriksaan EEG
4. Pemeriksaan cairan otak
5. Pemeriksaan genetika
6. Pemeriksaan neuropsikologis
2.8. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah:
1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a) Ulkus diabetikus
b) Infeksi saluran kencing
c) Pneumonia
2) Thromboemboli, infarkmiokardium
3) Kejang
4) Kontraktur sendi
6) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan.
BAB IV
KONSEP KEPERAWATAN
4. 1. Pengkajian
Data subyektif :
1. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
2. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah menceritakannya.
3. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata yang lebih
sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata
yang tepat.
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Menurut Hutapea, 2005, Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian. Dan Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses
yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada
semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000). Demensia adalah penurunan kemampuan
mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian. Dengan adanya perubahan dalam proses berpikir ini, maka asuhan keperawatan
sangat dibutuhkan dalam menangani masalah pada usia lanjut ini.
4.2 Saran
Kurangnya informasi kepada klien tentang demensia, perawatan dan tentang cara untuk
pencegahan, maka penulis memberi saran kepada Panti Werdha Budi Pertiwi Bandung untuk
menyediakan sarana pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan demensia dengan materi
yang sederhana yang dapat di cerna oleh klien dengan mudahnya sehingga klien dapat
mengerti tentang demensia mulai dari definisi, penyebab, tanda dan gejala dan cara
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI.
Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric Edisi 3.Jakarta : EGC