Anda di halaman 1dari 5

Volume 2 Nomor 3 September 2013 KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kons
elor hlm. 21-25
Info Artikel:
Diterima
Direvisi
Dipublikasikan

UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENCEGAH


PERILAKU BULLYING DI SMA NEGERI SE KOTA PADANG

Riri Yunika1, Alizamar2 Indah Sukmawati3

Abtract: Bullying is a behavior consciously done by someone to abuse and hurt others. Ideally, the guidance and
counseling teachers (BK teachers)are demanded to give attentions in preventing bullying behavior. However, in
fact, the BK teachers have not plan special programs yet to prevent the bullying behavior among students in school.
This research aims to describe the understanding of BK teachers about the concept of bullying behavior. Then, it
aims to describe the treatment of the BK given by the teachers to the students. Finally, it aims to describe the
cooperation among the BK teachers within the school. This research is kind of descriptive research. The population
of this research is all of the BK teachers of SMA Negeri (State school for secondary education) in Padang. Sample is
taken by using area sampling and simple random sampling techniques. Generally, the result implicates that the BK
teachers have done preventing efforts toward bullying behavior among students in the school. Thus, the teachers
should increase the understanding in reference to bullying behavior among students to prevent the behavior in
school.

Keyword: BK Teacher; Bullying

1Riri Yunika, JurusanBimbingandanKonseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, email: Riri Yunika

@ymail.com
2 Alizamar, JurusanBimbingandanKonseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
3
Indah Sukmawati, JurusanBimbingandanKonseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
21
©2013oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
22

PENDAHULUAN secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang /


Akhir-akhir ini kasus akibat kekerasan sekelompok orang yang lebih “lemah”, oleh
di sekolah semakin sering ditemui baik melalui seseorang / sekelompok orang yang lebih “kuat”.
informasi di media cetak maupun di layar Sedangkan, Tisna (2010:4) mengemukakan bahwa
televisi. Selain tawuran antar pelajar sebenarnya bullying adalah prilaku agresif dan negatif
ada bentuk-bentuk perilaku agresif atau kekerasan seseorang atau sekelompok orang secara berulang
yang sudah lama terjadi di sekolah-sekolah, kali yang menyalahgunakan ketidakseimbangan
namun tidak mendapat perhatian, bahkan tidak kekuatan dengan tujuan untuk menyakiti targetnya
dianggap sesuatu hal yang serius. Misalnya bentuk (korban) secara mental atau secara fisik. Hal serupa
intimidasi dari teman-teman atau pemalakan, juga dikemukakan oleh Rigby (2007:15), bahwa
pengucilan diri dari temannya yang biasa disebut ketidakseimbangan antara pelaku dan korban
dengan perilaku bullying, sehingga anak jadi malas sangat jelas seperti seseorang atau pelaku yang
pergi ke sekolah karena merasa terancam dan ingin menganiaya korban yang jauh lebih kecil atau
takut, sehingga bisa menjadi depresi tahap lemah darinya. Hal ini bisa menjadi penyebab
ringan dan dapat mempengaruhi belajar di kelas. perilaku bullying ini bertahan dalam waktu yang
Sekolah sebagai lembaga pendidikan lama karena tidak adanya korban untuk
formal, berfungsi dan bertujuan sebagaimana yang menyelesaikan konflik dengan pelaku.
terdapat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun Berdasarkan beberapa pendapat mengenai
2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 3 perilaku bullying, maka dapat disimpulkan bahwa
yaitu : Untuk berkembangnya potensi peserta didik bullying ini merupakan salah satu bentuk kekerasan
agar menjadi manusia yang beriman dan betakwa atau perilaku agresif yang diperlihatkan atau
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dilakukan seorang kepada orang lain. Perilaku
sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi bullying yang dilakukan bertujuan untuk menyakiti
warga negara yang demokratis serta seseorang secara psikologis ataupun secara fisik,
bertanggungjawab. pelaku bullying cenderung dilakukan oleh
Di lingkungan sekolah banyak sekali seseorang atau sekelompok orang yang merasa
perilaku yang ditampilkan oleh siswa, perilaku dirinya “kuat” kepada seseorang atau sekelompok
yang baik ataupun perilaku yang kurang baik. orang dirasa “lemah” artinya pelaku bullying ini
Perilaku kurang baik yang ditampilkan siswa menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan
disekolah akan mengganggu proses belajar untuk meyakiti korbannya secara terus menerus.
mengajar yang akan berdampak pada hasil belajar Untuk melihat fenomena bullying ini,
siswa. Salah satu perilaku yang kurang baik ini sebuah organisasi SEJIWA bersama Plan Indonesia
seperti kasus kekerasan yang dilakukan di kalangan dan Univesitas Indonesia melakukan sebuah
siswa. Perilaku kekerasan ini dapat dilihat dari penelitian mengenai perilaku bullying ini, dari hasil
pemberitaan di media massa baik kekerasan secara penelitian tersebut dikemukakan bahwa bentuk
fisik, psikologis maupun kekerasan seksual kekerasan yang meliputi bullying verbal, psikologis
(Christhoporus, 2008:1). serta fisik dilaporkan oleh siswa 66.1% siswa SMP
Fenomena kekerasan ini menjadi satu mata dan 67.9% siswa SMA. Selanjutnya kekerasan
rantai yang tidak terputus. Setiap generasi akan antar siswa di tingkat SMP secara berurutan terjadi
memperlakukan hal yang sama untuk merespon di Yogyakarta (77.5%), Jakarta (61.1%) dan
kondisi situasional yang menekannya, hingga pola Surabaya (59.8%). Kekerasan di tingkat SMA
perilaku yang diwariskan ini menjadi budaya terbanyak terjadi di Jakarta (72.7%), kemudian
kekerasan. Remaja yang tertekan dengan perilaku diikuti Surabaya (67.2%) dan terakhir Yogyakarta
kekerasan yang diterimanya akan mengadopsi (63.8%). Sementara siswa SMP dan SMA
budaya kekerasan seperti itu. Pada titik tertentu mempersepsikan guru paling sering melakukan
kemungkinan dia akan melakukan perbuatan bullying psikologis (41.8%) dan 47.8%). Namun di
kekerasan yang pernah diterimanya kepada orang SMP guru masih sering memberikan hukuman fisik
lain (Christin,2009). Coloroso (2007:158) (26.3%) daripada di SMA (24.0%)
mendefinisikan “penindasan atau kekerasan adalah (http://sejiwa.org)
tentang penghinaan yaitu suatu perasaan tidak suka Dari kasus bullying yang terjadi maka dapat
yang sangat kuat terhadap seseorang yang dianggap dipertanyakan, apakah bullying terjadi karena tidak
tidak berharga, inferior, atau tidak layak mendapat ada pihak yang merasa paling bertanggung jawab
penghargaan”. untuk mengintervensinya? persepsi ini seolah-olah
Kekerasan ini dapat dikategorikan sebagai memperlihatkan kurangnya pedulian pendidik
prilaku bullying. Perilaku bullying adalah salah satu dalam menyikapi bullying disekolah. Setelah
bentuk kekerasan dan agresif siswa disekolah. banyak korban berjatuhan, bahkan oknum guru
Bullying bisa berasal teman sebaya, senior atau sendiri yang melakukan tindak bullying terhadap
kakak kelas, dan bahkan guru dan staff sekolah itu anak didiknya, aksi kekerasan disekolah seringkali
sendiri. Menurut Olweus (1993) bullying itu sendiri diketahui oleh pihak guru, namun asih dianggap
terjadi ketika seorang berusaha untuk menyakiti sebagai hal yang biasa saja, akankah pendidik

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 3 September 2013


23

masih menutup mata dengan persoalan bullying Tabel


disekolah. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Mengawali upaya yang mengarah kepada Upaya guru BK Mencegah Perilaku Bullying
penelitian yang dimaksud, penulis telah melakukan
penjajakan melalui wawancara dengan personil Hasil Penelitian
sekolah di dua sekolah menengah atas (SMA) yaitu No Aspek TIDAK
YA(%)
(%)
SMA N 4 Padang dan SMA N 5 Padang pada
tanggal 12 dan 14 Desember 2012 antara guru 1 Pemahaman guru BK tentang konsep perilaku
bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran dan bullying
siswa. Hasil dari survey awal yang dilaksanakan a. Pengertian bullying 67,65 32,35
tersebut ditemukan fenomena umum yang bersifat b. Bentuk bullying 76,47 23,53
sementara, antara lain : (1) Sebagian Guru BK c. Factor penyebab
79,41 20,59
menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui bullying
bahwa adanya siswa yang menunjukan perilaku d. Dampak bullying 58,82 41,18
bullying di sekolah seperti saling mengejek, Rata-rata 70,59 29,41
menghina bahkan ada siswa yang saling memukul. 2 Kerjasama dengan personil lainnya di sekolah
(2) Guru BK hanya melakukan upaya pengentasan a. Dengan kepala sekolah 85,29 14,71
pada siswa yang berperilaku bullying jika telah
b. Dengan guru mata
ditemui siswa yang datang kepada guru BK 82,35 17,65
pelajaran
melaporkan bullying yang dialaminya. (3)
Rata-rata 83.82 16,18
Pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah
telah mengarah pada BK pola 17+ meskipun belum 3 Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
sepenuhnya terselenggara sebagaimana a. Layanan orientasi 91,18 8,82
dikehendaki. (4) Ada beberapa siswa yang b. Layanan informasi 88,24 11,76
menyatakan pernah dibully (dilecehkan, dikucilkan c. Layanan penempatan
70,59 29,41
oleh teman mereka) dan sampai saat ini mereka penyaluran
masih tertekan dan tidak menceritakan kepada d. Layanan bimbingan
orang lain (permasalahan mereka sendiri). (5) Ada 55,88 44,12
kelompok
sebagian guru mata pelajaran yang menyatakan Rata-rata 78.79 23.3
bahwa masih belum optimalnya komunikasi antara Rata Keseluruhan 76.96 23.04
guru BK dengan personil sekolah lainnya
khususnya kepada guru mata pelajaran dalam hal
mengatasi siswa yang menunjukan perilaku Dari tabel di atas dapat dijabarkan mengenai
bullying. upaya guru BK mencegah perilaku bullying secara
Berdasarkan permasalahan di atas , maka umum sudah terlaksana. Dengan jabaran sebagai
yang menjadi tujuan dari penelitian inin adalah (1) berikut : pada aspek pemahaman guru BK
Mendeskripisikan pemahaman guru Bimbingan dan
mengenai perilaku bullying (70,59%) guru BK
Konseling tentang konsep perilaku bullying. (2)
Mendeskripsikan pelaksanaan layanan bimbingan telah memiliki pemahaman tentang konsep perilaku
dan konseling dalam mencegah perilaku bullying. bullying. Pemahaman guru BK yang paling
(3) Mendeskripsikan kerjasama guru BK dengan dominan terlihat adalah pemahaman tentang factor
personil lainnya dalam mencegah perilaku bullying penyebab bullying.steelah itu pada aspek
pelaksanaan layanan bimbingan da konseling yang
diberikan (76,47%) guru BK telah memberikan
METODOLOGI layanan BK dalam upaya mencegah perilaku
Penelitian ini merupakan penelitian bullying. Layanan BK yang paling dominan adalah
deskriptif. Penelitian ini dilakukan terhadap guru layanan orientasi. Selanjutnya pada aspek
BK/Konselor sekolah di SMA Negeri di Kota kerjasama dengan personil sekolah lain di sekolah
Padang, dengan menggunakan teknik area (83,82%) guru BK telah melakukan kerjasama
sampling dan simple random sampling. Sekolah
dengan personil lainnya di sekolah dimana yang
yang di sampelkan terdiri dari 5 sekolah dengan 4
kecamatan jumlah guru BK yang dijadikan subjek paling dominan adalah kerjasama dengan kepala
penelitian yaitu 34 orang. sekolah.

HASIL PEMBAHASAN
Secara keseluruhan, gambaran upaya guru BK
dalam mencegah perilaku bullying terdapat pada Berdasarkan temuan hasi penelitian yang
table sebagai berikut : telah dilaksanakan dapat dilakukan sesuai dengan
pertanyaan penelitian yang telah diajukan yaitu (1)

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 3 September 2013


24

Pemahaman guru BK tentang konsep perilaku dari perilaku bullying yang diberikan oleh
bullying dapat disimpulkan bahwa guru BK telah temannya maupun damapak dari siswa yang
memiliki pemahaman tentang konsep perilaku melakukan bullying.
bullying dalam upaya pencegahan perilaku (2) pelaksanaan layanan BK yang
bullying. Pemahaman BK tentang konsep perilaku dilakukan oleh guru BK terungkap bahwa
bullying sangat diperlukan dalam pencegahan pelaksanaan layanan BK dilihat dari layanan
perilaku bullying. Dilihat dari setipa aspek perilaku orientasi,informasi, penempatan penyaluran dan
bullying berdasarkan pengertian perilaku bullying, bimbingan kelompok sudah terlaksana. Hal ini
guru BK telah memiliki pemahaman mengenai hal berarti bahwa upaya guru BK dalam mencegah
tersebut. sebagaimana menurut Tattum and tattum ( perilaku bullying dilihat dari pelaksanaan layanan
dalam rigby, 2002:27) yaitu sebuah keinginan BK. Sebagaimana menurut Astuti (2008:14)
secara sadar dilakukan dengan tujuan menyakiti mengemukakan bahwa penanganan masalah
orang lain tersebut dan membuat mereka berada bullying merupakan bagian dari peraturan
dibawah tekanan. Berdasarkan pengertian tersebut mengenai etika sekolah yang berada dibawah
guru BK telah melakukan upaya penceghan dengan wewenang petugas atau guru BK. Artinya melalui
cara memahami siswanya yang sering meyakiti layanan BK yang dilaksanakan oleh guru BK dapat
orang lain atau temanya secara sengaja dan membantu siswa yang terlibat dalam bullying.
memahami bahwa adanya siswa yang tertekan (3) kerjasama guru BK dengan personil
karena perilaku bullying yang dilakukan oleh sekolah lainnya dilihat dari kerjasama dengan
temannya. kepala sekolah dan guru mata pelajaran. Guru BK
Aspek perilaku bullying berdasarkan sudah terlaksana. Hal ini berarti bahwa guru BK
bentuk-bentuk perilaku bullying, meurut Beane dalam upaya pencegahan perilaku bulying siswa di
(2008:3) menjelaskan bahwa perilaku bullying sekolah telah bekerjasama dengan pihak yang
terjadi dalam berbagai bentuk yaitu : fisik, verbal berkaitan langsung dengan siswa. Jika dilihat dari
dan sosial. Berdasarkan bentuk-bentuk bullying pihak yang diajak bekerjasama oleh guru BK untuk
tersebut dapat dilihat bahwa guru BK telah mencegah perilaku bullying telah tepat karena
memiliki pemahaman terhadap pencegahan pihak yang disebutkan di atas secara langsung atau
perilaku bullying siswa yang melakukan perilaku tidak langsung berkaitan dengan siswa.
bullying baik secara fisik, verbal maupun sosial Sebagaimana menurut Sukardi (200:64) layanan
relational. BK yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan
Aspek perilaku bullying berdasarkan baik tanpa adanya kerjasama guru BK dengan
factor penyebab bullying menurut Mellor dan pihak yang terkait.
Djuwita (dalam Astuti, 2008:50) mengemukakan
bahwa bullying terjadi akibat factor lingkungan KESIMPULAN DAN SARAN
keluarga, sekolah, media, budaya dan peer group. Kesimpulan
Berdasarkan aspek mengenai factor perilaku Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya
bullying tersebut guru BK telah memahami guru BK dalam mencegah perilaku bullying
pada siswa di sekolah, dapat diambil
penyebab siswa yang melakukan perilaku bullying
kesimpulan sebagai berikut: (1) Hasil
terhadap teman-temannya di sekolah dalam hal penelitian mengungkapkan bahwa upaya guru
pencegahan perilaku bullying. BK dalam hal pemahaman guru BK mengenai
Aspek perilaku bullying berdasarkan konsep perilaku bullying pada sub aspek
aspek dampak perilaku bullying. Menurut Olweus pengertian perilaku bullying 67,65% guru
(dalam Rigby, 2002:28-29) bullying pada siswa BK memahami mengenai aspek tersebut. Pada
terbukti ketik terjadi kesulitan pada siswa sebagai sub aspek bentuk perilaku bullying 76,47%
guru BK memahami aspek tersebut. Pada
korban untuk mempertahankan dirinya. Selanjutnya
aspek faktor penyebab perilaku bullying
ia menegaskan dari sudut pandang sebagai korban 79,41% guru BK memahami aspek tersebut.
bahwa seorang siswa terkena bullying atau menjadi Selanjutnya pada aspek dampak perilaku
korban bullying ketika berulang kali mendapatkan bullying 58,82% guru BK memahami aspek
perlakuan negatif dari salah satu atau banyak siswa tersebut. (2) Hasil penelitian mengungkapkan
lainnya. Berdasarkan hal di atas guru BK telah bahwa upaya guru BK dalam hal pelaksanaan
melkaukan upaya pencegahan dengan cara layanan bimbingan dan konseling pada sub
aspek layanan orientasi 91,18% guru BK
memahami siswa ynag memiliki dampak negatif
telah mengenalkan lingkungan baru kepada

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 3 September 2013


25

siswa yang terkait dengan pencegahan Dewa Ketut Sukardi. 2000. Pengantar
perilaku bullying. Pada sub aspek layanan Pelaksanaan BK di Sekolah. Jakarta:
informasi 88,24% guru BK telah memberikan PT.Bina Aksara
informasi yang dibutuhkan siswa agar Gordon, A.M. 2009. Dealing With Bullying. New
tercegah dari perilaku bullying. Pada sub York: Chelsea House
aspek layanan penempatan penyaluran
70,59% guru BK telah menempatkan siswa
sesuai dengan kemampuan dan bakat yang Rigby, K. 2002. New Perspektive On Bullying.
dimiliki siswa agar siswa terhindar dari London: Jessica
perbuatan bullying. Pada sub aspek layanan Rudi, Tisna. 2010. Informasi Perihal Bullying.
bimbingan dan konseling 55,88% guru BK Ebook. Diakses bulan Maret2012
telah memberikan kesempatan kepada siswa
dapat saling mengeluarkan pendapat untuk
dapat tercegah dari perilaku bullying. (3)
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa upaya
guru BK dalam hal bekerja sama dengan
pihak terkait di sekolah untuk mencegah
perilaku bullying pada siswa pada sub aspek
bekerja sama dengan kepala sekolah 85,29%
guru BK telah bersama-sama dengan kepala
sekolah untuk mencegah perilaku bullying.
Pada sub aspek bekerjasama dengan guru
mata pelajaran 82,35% guru BK telah
melakukan kerjasama dengan guru mata
pelajaran.
Saran
Berdasarkan hasil-hasil penelitian,
pembahasan dan kesimpulan yang telah
dikemukakan, ada beberapa saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut: (1)
Diharapkan kepada guru BK senantiasa lebih
meningkatkan pemahaman mengenai perilaku
bullying yang dilakukan siswa disekolah,
khususnya pemahaman mengenai dampak
perilaku bullying (2) Guru BK senantiasa
lebih meningkatkan perannya dalam
bekerjasama dengan personil sekolah yang
terkait seperti kepala sekolah dan guru mata
pelajaran (3) Diharapkan pada masa yang
akan datang guru BK dalam memberikan
layanan telah mempunyai perencanaan yang
matang untuk upaya pencegahan perilaku
bullying. Khusunya dalam perencanaan
layanan bimbingan kelompok karena layanan
ini sangat membantu sekali bagi siswa untuk
dapat mendorong pengembangan perasaan,
pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang
menunjang terwujudnya tingkah laku yang
lebih efektif.

DAFTAR RUJUKAN
Astuti, R. P. 2008. Meredam Bullying (3 Cara
Efektif Mengatasi Kekerasan pada Anak).
Jakarta: Grasindo.
Beane, A.L. 2008. Protect Your Child From
Bullying. San Francisco. Jossey-Bass
Colorosa, B. 2007. Stop Bullying (Memutus Rantai
Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga
SMU). Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 3 September 2013

Anda mungkin juga menyukai