Anda di halaman 1dari 28

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Landasan Teori
1.1.1 Definisi Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)
sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis. (Djuanda
Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan
penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab
dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering,
umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit
(Widhya, 2011).

1.1.2 Etiologi Dermatitis


Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen),
misalnya bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik
(contoh: sinar, suhu), mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula
dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal,
yang menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik
(iritan).
1. Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-
bahan yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang
non-imunologis. Bahan iritan antara lain deterjen, bahan
pembersih peralatan rumah tangga, dan sebagainya.
2. Dermatitis Kontak Alergik
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak
dengan bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh
bahan yang dapat memicu DKA antara lain adalah beberapa
jenis pewangi, pewarna, nikel, obat obatan, dan sebagainya.
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang
sangat gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering,
inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik
disebabkan oleh rinitis alergik, asma bronkial, reaksi abnormal
terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin) dan
ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan
bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.
c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti
penebalan kulit disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering
diawali oleh cetusan gatal yang hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.
d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri
atas eritema, edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul.
Tempat predileksi ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai
bawah), bahu dan bokong. Penyakit mempunyai kecenderungan
residif.
e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah
satu jenis dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis
merupakan dermatitis varikosum, sebab kausa utamanya ialah
insufisiensi vena. Di sebabkan oleh semua keadaan yang
menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.
f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh
dari fokus inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak
berhubungan langsung dengan penyebab fokus inflamasi tersebut.
Manifestasi klinisnya umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut
dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai
bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.

1.1.3 Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada
bagian dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat
alergen ataupun zat iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang
kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena
tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi
setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan
ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk,
denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis
maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau
dermatitis.

1.1.4 WOC
Terlampir

1.1.5 Manifestasi Klinis


Menurut (Djuanda Adhi, 2010)
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi
kontak
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum
24-48 jam bahkan sampai 72 jam
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut
dan Kronis. saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit
menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet. saat kronis
gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit
meradang yang akhirnya menebal.
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi
kemerahan tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih
terasa di bandingan dengan tipe alergi
2. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan
yaitu pad bulan kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka
(Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel pecah
karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya
terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher,
Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai merangkak,
Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas.
seahunbagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan
sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun
timbul sendiri (Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut,
bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher.
ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi,
hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang
lebih 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut,
samping leher, dahi, sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi
kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan
tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp.
Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah didaerah lipatan,
mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul
datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan
sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat
garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi.umum DA
remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung
membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia
pertengahan dan sebagia kecil sampai tua
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan
bawah, paha atau mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai
atau sedang tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal
yang di garuk akan menambah berat rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk
akibat garukan atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm)
,kemudian memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas
kesamping membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam
(koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian
mengering menjadi krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau
lebih, jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar
sampai numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan
5. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

1.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang
dilakukan. Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit
dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar IgE dalam darah,
maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam
serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus
melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang
menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes
alergi, yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
2. Patch Tes (Tes Tempel).
3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
4. Skin Test (Tes kulit).
5. Tes Provokasi.
1.1.7 Penatalaksanaan Terapi
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau
kombinasi antihistamin-antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-
A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat dipertimbangkan
pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres
terbuka. Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau
salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase
obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi
losio (bedak kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta
pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio,
krim, atau pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan
pada daerah berambut, sedangkan pasta pada daerah yang
tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.

Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air
mengalir sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka
bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih
yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau
intravena sesuai dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan – bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam
laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas
penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut.
Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang –
seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba
dihentikan akan timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena
berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian
krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat
mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian pada area
luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya
peningkatan koloni S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat
diberi eritromisin, asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi
virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau
4 x 200mg/hari untuk 10 hari.
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan
untuk mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa
gatal. Pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada
reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah
kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada
pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang low-
proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai kurang
dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada
sebagian orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
topikal ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku
yang dapat mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu
misalnya dengan larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang
berat dan refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1,
Misalnya hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi
1.2 Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2
tahun), jenis kelamin, ras/ suku, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema,
edema, kenaikan suhu tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu
tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama
palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi
teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama
(kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang
ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang
dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti
ini atau penyakit kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan.
Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang
dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi)
terhadap sesuatu obat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe,
warna rambut hitam, rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil:
Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada
sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah
muda, pergerakan mata klien normal, serta lapang
pandang normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan
disekitar mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada
cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau
benjolan didalam hidung, fungsi penciuman baik, kedua
lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan
pada lubang hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna
mukosa mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada
lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies
pada gigi.
f) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada
telinga, tidak ada serumen berlebih, tidak adanya edema,
ketika diperiksa dengan otoskop tidak adanya
peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran
timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan
membran timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan
tubuh, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan
pada leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan
kanan, pola napas pendek pada istirahat dan aktivitas,
frekuensi napas pasien reguler, pergerakan otot bantu
pernafasan normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran
jantung atau tidak ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi,
tidak terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak
ada pembesaran lien (ginjal)
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
6) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka (
terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema,
papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi
cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi
(penebalan kulit).
7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya,
vitamin; jamu, antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2) Pola Nutrisi Metabolik


a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan,
berapa kali sehari makan.
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak,
pedas.
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Nafsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah,
benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-
gatal, rasa terbakar atau perih.
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama
a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan
pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
11) Pola Sistem Kepercayaan
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eksternal ( cedera
kimiawi kulit )
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan respon inflamasi
1.2.3 Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eksternal
(cedera kimiawi kulit )

Kerusakan integritas kulit 00046


Definisi : Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis

Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan


 Benda asing menusuk permukaan Eksternal
kulit  Agens farmaseutikal
 Kerusakan integritas kulit  Cedera kimiawi kulit(mis.,luka
bakar, kapsaisin, metilen,
klorida,agens mustrad)
 Faktor mekanik (mis.,daya
gesek,tekanan,imobilitas fisik)
 Hipertermia
 Hipotermia
 Kelembapan
 Lembap
 Terapi radiasi
 Usia ekstrem
Internal
 Gangguan metabolisme
 Gangguan pigmentasi
 Gangguan sensasi (akibat cedera
medula spinalis, diabetes
melitus,dll)
 Gangguan sirkulasi
 Gangguan tugor kulit
 Gangguan volume cairan
 Imunodefisiensi
 Nutrisi tidak adekuat
 Perubahan hormonal
 Tekanan pada tonjolan tulang

NOC

Integritas Jaringan: Kulit & Membran


Mukosa.......................................(1101)

Sangat Banyak Cukup Sedi Tidak


Tergang Tergan Tergan kit Tergan
gu ggu ggu Terg ggu
angg
u
SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 NA
INDIKATOR

110101 Suhu kulit 1 2 3 4 5 NA

110102 Sensasi 1 2 3 4 5 NA

110103 Elastisitas 1 2 3 4 5 NA

110104 Hidrasi 1 2 3 4 5 NA

110106 Keringat 1 2 3 4 5 NA

110108 Tekstur 1 2 3 4 5 NA

110109 Ketebalan 1 2 3 4 5 NA

110111 Perfusi 1 2 3 4 5 NA
jaringan
110112 Pertumbuhan 1 2 3 4 5 NA
rambut pada
kulit
110113 Integritas kulit 1 2 3 4 5 NA

Barat Cukup Sedan Ring Tidak


Berat g an
Ada

110105 Pigmentasi 1 2 3 4 5 NA
Abnormal
110115 Lesi pada kulit 1 2 3 4 5 NA

110116 Lesi mukosa 1 2 3 4 5 NA


membran
110117 Jaringan perut 1 2 3 4 5 NA

110118 Kanker kulit 1 2 3 4 5 NA

110119 Pengelupasan 1 2 3 4 5 NA
kulit
110120 Penebalan 1 2 3 4 5 NA
kulit
110121 Eritema 1 2 3 4 5 NA

110122 Wajah pucat 1 2 3 4 5 NA

110123 Nekrosis 1 2 3 4 5 NA

110124 Pengerasan 1 2 3 4 5 NA
(kulit)
110125 Abrasi kornea 1 2 3 4 5 NA

NIC
Perawatan daerah (area) sayatan 3440
Definisi : membersihkan, memantau, dan meningkatkan proses
penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan, klip, atau steples
Aktivitas-aktivitas:  Bersihkan area sekitar
drainase atau atau pada area
selang drainase
 Jelaskan prosedur pada  Berikan plester untuk
pasien, gunakan persiapan menutup
sensorik
 Berikan salep antiseptic
 Periksa daerah sayatan
 Lepaskan jahitan, steples,
terhadap kemerahan,
atau klip, sesuai indikasi
bengkak atau tanda-tanda
dehiscence atau eviserasi  Ganti pakaian dengan
interval (waktu) yang tepat
 Catat karakteristik drainase
 Gunakan pakaian yang
 Monitor proses
sesuai untuk melindungi
penyembuhan di daerah
sayatan
sayatan
 Fasilitasi pasien untuk
 Bersihkan daerah sekitar
melihat luka insisi
sayatan dengan
pembersihan yang tepat  Arahkan pasien cara
merawat luka insisi selama
 Bersihkan mulai dari area
mandi
yang bersih kearea yang
kurang bersih  Arahkan pasien bagaimana
meminimalkan tekanan
 Monitor sayatan untuk
tekanan pada daerah insisi
tanda dan gejala infeksi
 Arahkan pasien dan /atau
 Gunakan kapas steril untuk
keluarga cara merawat luka
pembersihan jahitan benang
insisi, termasuk tanda-tanda
luka yang efisien, luka
dan gejala infeksi
dalam dan sempit, atau luka
berkantong

NIC
Perawatan luka tekan 3520
Definisi : fasilitasi prosews penyembuhan luka tekan/decubitus
Aktivitas-aktivitas:  Berikan saline untuk
menggosok jika diperlukan
 Catat karakteristik luka
tekan setiap hari, meliputi  Berikan salep jka
ukuran (panjang x lebar x dibutuhkan
dalam), tingkatan luka (1-  Lakukan pembalutan
1V), lokasi, eksudat, dengan tepat
granulasi atau jarimhan
 Berikan obat-obatan oral
nekrotik, dari epitelisasi
 Monitor tanda dan gejala
 Monitor warna, suhu, udem
infeksi diarea luka
kelembapan, dan kondisi
area sekitar luka  Ubah posisi setiap 1-2 jam
sekali untuk mencegah
 Jaga agar luka tetap lembab
penekanan
untuk membantu proses
penyembuhan  Gunakan tempat tidur
khusus anti decubitus
 Berikan pelembab yang
hangat di sekitar area luka  Gunakan alat-alat pada
untuk meningkatkan perfusi tempat tidur untuk
darah dan suplay oksigen melindungi pasien

 Bersihkan kulit sekitar luka  Yakinkan asupan nutrisi


dengan sabun yang lembut yang adekuat
dan air
 Monitor status nutrisi
 Lakukan debridement jika
 Pastikan bahwa pasien
diperlukan
mendapatkan diit
 Bersihkan luka dengan tinggimkalori, tinggi protein
cairan yang tidak berbahaya
 Ajarkan pasien dan
, lakukan pembersihan
keluarga akan adanya tanda
dengan gerakan sirkuler dari
kulit pecah-pecahajarkan
dalam keluar
pasien dan keluarga
 Gunakan jarum suntik mengenai perawatan luka
ukuran 19 dan suntikan 35
 Fasilitasi pasien agar dapat
cc untuk membersihkan
berkonsultasi dengan
luka dalam
perawat ahli luka, jika
 Catat karakteristik cairan dibutuhkan
luka
 Pasang balutan asedif yang
elastic pada luka, jika
memungkinkan

NIC
Pengecekan kulit 3590
Definisi : Pengumpulan dan analisis data pasien untuk menjaga kulit dan integritas
membran mukosa
Aktivitas-aktivitas  Monitor kulit adanya
 Periksa kulit dan selaput lendir terkait kekeringan yang berlebihan
dengan adanya kemerahan,kehangatan dan yang melembaban
ekstrim,edema,dan drainase  Monitor sumber tekanan dan
 Amati gesekan
warna,kehangatan,bengkak,pulsasi,tekstur,  Monitor infeksi dan terutama
edema,dan ulserasi pada ekstermitas dari daerah edema
 Periksa kondisi luka operasi,dengan tepat  Periksa pakaian yang terlalu
 Gunakan alat pengkajian untuk ketat
mengidentifikasi pasien yang beresiko  Dokumentasikan perubahan
mengalami kerusakan kulit (misalkan skala membran mukosa
Braden)  Lakukan langkah-langkah
 Monitor warna dan suhu kulit untuk mencegah kerusakan
 Monitor kulit dan selaput lendir terhadap lebih lanjut
area perubahan warna, memar,dan pecah (misalnya,melapisi
 Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet kasur,menjadwalkan reposisi)
 Ajarkan anggota keluarga/
pemberi asuhan mengenai
tanda-tanda kerusakan dengan
tepat

NIC

Perawatan luka 3660


Definisi : Pencegahan komplikasi luka dan peningkatan penyembuhan luka
Aktivitas-aktivitas  Reposisi pasien setidaknya
 Angkat balutan dan pelester pelekat setiap 2 jam dengan tepat
 Cukur rambut di daerah yang terkena,sesuai  Dorong cairan yang tepat
kebutuhan  Rujuk pada praktisi ostomy,
 Monitor karakteristik luka, termasuk dengan tepat
drainase,warna,ukuran dan bau  Rujuk pada ahli diet dengan
 Ukur luka yang sesuai tepat
 Singkirkan benda-benda yang tertanam  Beri unit TENS stimulasi
(pada luka) (misalkan serpihan, kutu, kaca, saraf transkutan listrik) untuk
krikil,logam) meningkatkan penyembuhan
 Bersihkan dengan normal saline atau luka dengan tepat
pembersih yang tidak beracun dengan tepat  Tempatkan alat-alat untuk
 Berikan rawatan insisi pada luka yang mengurangi tekanan (yaitu,
diperlukan tempat tidur isi udar, busa
 Berikan perawatan ulkus pada kulit yang atau kasur gel, bantalan tumit
perlu diperlukan atau siku,bantalan kursi)
 Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi dengan tepat

 Berikan balutan yang sesaui dengan jenis  Bantu pasien dan keluarga
luka untuk mendapatkan pasokan

 Perkuat balutan (luka),sesuai dengan jenis  Ajurkan pasien dan kelurga


luka mengenai cara penyimpanan

 Pertahankan balutan steril ketika melakukan dan pembuangan balutan dan

perawatan luka dengan tepat pasukan/suplai

 Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat  Ajurkan pasien atau anggota

dan drainase keluarga pada prosedur

 Periksa luka setiap kali perubahan balutan perawatan luka

 Bandingkan dan catat setiap perubahan luka  Anjurkan pasien dan

 Posisikan untuk menghindari menempatkan keluarga untuk mengenal

ketegangan pada luka dengan tepat tanda dan gejala infeksi


 Dokumentasikan lokasi luka,
ukuran dan tampilan

c) Risiko Infeksi berhubungan dengan respon inflamasi


Risiko infeksi 00004
Definisi
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko
 Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
 Malnutrisi
 Obesitas
 Penyakit kronis (mis., diabetes mellitus)
 Prosedur invasif
Petahanan tubuh perimer tidak adekuat
 Gangguan integritas kulit
 Gangguan peristalsis
 Merokok
 Pecah ketuban dini
 Pecah ketuban lambat
 Penurunan kerja siliaris
 Stasis cairan tubuh
 Pertahanan tubuh sekuner tidak adekuat
 Imunosupresi
 Leukopenia
 Penurunan hemoglobin
 Supresi respon inflamasi (mis., interleukin 6 [IL-6])
 Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
 Terpajan pada wajah

NOC : Keparahan infeksi…………………………(KODE : 703)

Bera Cuku Sedan Ringan Tidak


t p g ada
Berat
1
SKALA OUTCOME KESELURUHAN 2 3 4 5 NA

INDI INDIKATOR
KATO
R
07030 Kemerahan 1 2 3 4 5 NA
1
07030 Vesikel yang 1 2 3 4 5 NA
2 tidaak mengeras
permukaan nya
07030 Cairan (luk) yang 1 2 3 4 5 NA
3 berbau busuk
07030 Sputum purulen 1 2 3 4 5 NA
4
07030 Dainase purulen 1 2 3 4 5 NA
5
07030 Piuria/nanah 1 2 3 4 5 NA
6 dalam urin
07030 Demam 1 2 3 4 5 NA
7
07032 Hipotermia 1 2 3 4 5 NA
9
07033 Ketidakstabilan 1 2 3 4 5 NA
0 suhu
07033 Nyeri 1 2 3 4 5 NA
3
07033 Jaringan lunak 1 2 3 4 5 NA
4
07030 Gejala-gejala 1 2 3 4 5 NA
9 gastroimtestinal
07031 Limfadenopati 1 2 3 4 5 NA
0
07031 Malaise 1 2 3 4 5 NA
1
07031 Menggigil 1 2 3 4 5 NA
2

07031 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
3 kognisi yang
tidak bisa
diperjalankan
07033 Lethargi 1 2 3 4 5 NA
1
07033 Hilang nafsu 1 2 3 4 5 NA
2 makan
07031 Infiltrasi x-ray 1 2 3 4 5 NA
9 dada

07032 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA


0 darah kolonisasi
kultur darah
Kolonisasi
(pada) alat bantu
aksesvaskuler
07033 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
5 (pada) alat bantu
aksesvaskuler
07032 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA
1 sputum

07032 Kolonissi cairan- 1 2 3 4 5 NA


2 cairan
serebrospinal
07032 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA
3 area luka

07032 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA


4 urin Peningkatan
jumlah sel darah
putih
07032 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA
5 feses
07032 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
6 jumlah sel darah
putih
07032 Depresi jumlah 1 2 3 4 5 NA
7 sel darah putih

NOC : Keparahan Infeksi : Bayi Baru Lahir…………………(KODE : 0708)


Berat Besar Sedan Ringan Tidak
g ada
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN

INDIKASI
070801 Ketidakstaabilan 1 2 3 4 5 NA
suhu
070802 Hipotermia 1 2 3 4 5 NA
070803 Takipnea 1 2 3 4 5 NA
070804 Takikardi 1 2 3 4 5 NA
070805 Bradikardi 1 2 3 4 5 NA
070806 Aritmia 1 2 3 4 5 NA
070807 Hipotensi 1 2 3 4 5 NA
070808 Hiepertensi 1 2 3 4 5 NA
070809 Wajah pucat 1 2 3 4 5 NA
070810 Kulit berbintik- 1 2 3 4 5 NA
bintk
070811 Sianosis 1 2 3 4 5 NA
070812 Kulit lembab 1 2 3 4 5 NA
dan dingin
070813 Muntah 1 2 3 4 5 NA
070814 Diare 1 2 3 4 5 NA
070815 Distensi 1 2 3 4 5 NA
abdomen
070816 Intoleransi 1 2 3 4 5 NA
makan
070817 Lethargi 1 2 3 4 5 NA
070818 Gelisah 1 2 3 4 5 NA
070819 Kejang 1 2 3 4 5 NA
070820 Kejang neonates 1 2 3 4 5 NA
070821 Menangis kuat 1 2 3 4 5 NA
070822 Kulit kemerahan 1 2 3 4 5 NA
070823 Vesikel yang 1 2 3 4 5 NA
permukaan nya
mengeras
070824 Cairan (luka) 1 2 3 4 5 NA
berbau busuk
070825 Drainase 1 2 3 4 5 NA
purulent
070826 Konjungtivitis 1 2 3 4 5 NA
070827 Umbilicus 1 2 3 4 5 NA
terinfeksi
070828 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
kultur darah
070829 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
kultur area luka
070830 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
kultur urin
070831 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
kultur feses
070832 Infiltrasi x-ray 1 2 3 4 5 NA
dada
070833 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
kultur cairaan
cerebrospinal
070834 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
jumlah sel darah
putih
070835 Depresi jumlah 1 2 3 4 5 NA
sel darah putih

NIC
Manajemen imunisasi/valsinasi 6530
Definisi : memonitor status imunisasi, memfasilitasi akses untuk imunisasi,
dan menyediakan imunisasi untuk mencegah penyakit menular
Aktivitas aktivitas:  Ingatkan individu/ keluarga
ketika imunisasinya ada yang
 Ajarkan pada orangtua belum dilakukan
imunisasi yang
direkomendasikan bagi anak,  Ikuti petunjuk the American
cara imunisasinya, alasan dan Academy of Pediatrics,
kegunaan dari imunisasi, efek American Academy of Family
samping dan reaksi yang Physicians, and US. Public
mungkin terjadi (misalnya, Health Service untuk
hepatitis B, diptheria, tetanus, pemberian imunisasi
pertussis H. Influensa, polio,
campak, gondok, rubella dan  Informasikari pada pelancong
varicella) terkait imunisasi yang
diperlukan untuk bepergian ke
 Informasikan individu mengenai luar negeri
imunisasi protektif untuk
melawan penyakit yang tidak  Identifikasi kontraindikasi
diwajibkan oleh undang-undang pemberian imunisasi (reaksi
(misalnya, influensa, anfilaksis imunisasi
pneumokokus, dan vaksinasi sebelumnya dan sakit yang
hepatitis B) sedang atau berat dengan atau
tanpa demam)
 Ajarkan pada individu/keluarga
mengenai vaksinasi yang di  Pahami bahwa keterlambatan
perlukan jika ada paparan atau pemberian imunisasi pada satu
insiden khusus (misalnya, seri bukan berarti harus
kolera, influensa, plak, rabies, mengulang jadwal
demam rocky mountain, small-  Pastikan telah informed consent
pox, demam thypoid, tifus, untuk pemberian vaksin
demam kuning dan
tuberkulosis)  Bantu keluarga terkait
perencanaan keuangan untuk
 Sediakan informasi mengenai membayar imunisasi (misalnya,
vaksin yang disiapkan oleh apakah dibayar asuransi dan
Pusat Pencegahan dan Kontrol klinik departemen kesehatan)
Penyakit Centers for Disease
Control and Prevention  Identibfikasi penyedia layanan
yang turut serta dalam program
 Sediakan dan perbarui catatan "vaksin untuk anak" yang
terkait tanggal dan tipe menyediakan vaksin gratis
imunisasi
 Beritahukan pada orangtua
 Identifikasi teknik pemberian untuk memperhatikan tingkat
imunisasi yang lepat, termasuk kenyamanan anak setelah
pemberian yang simultan divaksin
 Identifikasi rekomendasi terbaru  Observasi anak selama
terkait penggunaan imunisasi beberapa waktu tertentu setelah
pemberian vaksin
 Gunakan prinsip 5 benar dalam  Jadwalkan imunisasi sesuai
pemberian obat tenggang waktu yang ada

 Catat riwayat kesehatan pasien  Tentukan status imunisasi


dan riwayat alergi setiap kali kunjungan ke
pelayanan kesehatan (termasuk
 Berikan injeksi pada bayi di ruang gawat darurat) dan
bagian paha anterolateral, sesuai berikan imunisasi sesuai
kebutuhan kebutuhan
 Dokumentasikan informasi  Advokasi pasien terkait
vaksinasi, sesuai SOP yang program dan kebijakan yang
berlaku (misalnya, pabrik, kode menyediakan imunisasi murah
seri, tanggal kadaluarsa lain- atau bahkan gratis ke seluruh
lain) populasi Bantu pencatat secara
 Informasikan pada keluarga nasional untuk melacak status
imunisasi mana yang diperlukan imunisasi
sebagai syarat untuk masuk pra
sekolah, taman kanak-kanak,
SMP, SMA dan perguruan
tinggi

 Audit catatan imunisasi sekolah


terkait kelengkapannya setiap
tahun

NIC
Perlindungan Infeksi
6550

Definisi : pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien beresiko

Aktivitas-aktivitas :  Tingkatkan asupan nutrisi yang


 Monitor adanya tanda dan cukup
gejala infeksi sistemik dan  Anjurkan asupan cairan dengan
local tepat
 Monitor kerentanan  Anjurkan istirahat
terhadap infeksi  Pantaau adanya perubahan
 Tinjau riwayat tingkat energy atau malaise
(dilakukannya) perjalanan  Anjurkan peningkatan
internasional dan global mobilitas dan latihan dengan
 Monitor hitung mutlak tepat
granulosit, WBC, dan hasil-  Anjurkan pernafasan dalam dan
hasil diferensial batuk dengan tepat
 Ikuti pencegahan  Berikan agen imunisasi dengan
neutropenia, yang sesuai tepat
 Hindari kontak dekat  Instruksikan pasien untuk
dengan hewan peliharaan minum antibiotic yang di
hewan dan penjamu dengan resepkan
imunitas yang  Jaga penggunaan antibotik
membahayakan (immune- denga bijaksana
compromised)  Jangan mencoba pengobatan
 Skrining semua antibiotic untuk infeksi-infeksi
pengunjung terkait virus
penyakit menular  Ajarkan pasien dan keluarga
 Pertahan kan asepsis untuk pasien mengenai berbedaan-
pasien beresiko perbedaan infeksi virus dan
 Pertahankan teknik-teknik baterai
isolasi, yang sesuai  Ajarkan pasien dan keluarga
 Berkikan perawatan kulit mengenai tanda dan gejala
yang tepay untuk (area infeksi kapan harus
yang memngalami edema) melaporkannya kepada
 Periksa kulit dan selaput pemberi layanan kesehatan
lender untuk adanya  Ajarkan pasien dan keluarga
kemerahan kehangatan cara untuk menghindari infeksi
ekstrim atau drainase  Kurangi buah-buahan segar dan
 Periksa kondisi setiap sayur-sayuran , dan merica
sayatan bedah atau luka dalam diet pasien dengan
 Dapatkan kultur yang di neutropenia
perlukan  Singkirkan bunda-bunga segar
 Lapor dugaan infeksi pada dan tanaman-tanaman dari area
personil pengendali infeksi pasien dengan tepat
 Lapor kultur positif pada  Berikan ruang pribadi yang
persnil pengendali infeksi diperlukan
 Pastikan keamanan air dengan
mengajukan hiperklorinasi dan
pemanasan lebih dengan tepat

1.2.4 Evaluasi
Pasien dapat sembut dari penyakit yang diderita, bintik – bintik pada
kulit dapat hilang dan sembuh.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media
Action.
Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka
Dermatitis [Internet]. Bersumber dari
http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses tanggal 17 Februari
2015. Jam 11.09]
Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta :
Widya Medika.
Bulechek. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC).Yogyakarta :
Mocomedia

Moorhead. 2016. Nursimg Outcome Classification (NOC). Yogyakarta:


Mocomedia

Herman, T. Heater. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai