EKONOMI INTERNASIONAL
DOSEN PENGAMPU :
IR. IBRAHIM ISYTAR, M.Sc
KELOMPOK 3
“ KELAPA / KOPRA”
NAMA KELOMPOK :
1. RISKY SAFUTRA C1021151041
2. CIPTA WIJAYA C1021161007
3. HERLINA C1021151031
4. ERVERA NADIRA RIZANI C1021151061
5. SAPITRI C1021151021
AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
DATA EKSPOR KELAPA INDONESIA DI PASAR DUNIA
PERIODE 2001-2015
(Ton)
Tahun Ekspor
(Ton)
2001 39.606
2002 215.632
2003 466.147
2004 546.697
2005 920.061
2006 733.914
2007 907.333
2008 1.067.934
2009 971.776
2010 1.045.960
2011 1.200.260
2012 1.519.353
2013 1.295.442
2014 1.520.000
2015 1.700.000
2016 -
2017 -
Ekspor (Ton)
1,800,000
1,600,000
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0
2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
Dari analisis grafik menunjukan bahwa ekspor kelapa keluar negeri
cenderung mengalami kenaikan yang signifikan, akan tetapi diversifikasi olahan
produk kelapa masih menjadi PR besar bagi ditjen perkebunan dan Kementrian
Pertanian pada khususnya agar luar negeri lebih banyak mengambil produk kita dan
mendapatkan keuntungan yang besar. Selain itu sudah banyak pohon pohon kelapa
yang perlu kembali dilakukan peremajaan agar kestabilan ekspor kelapa tetap
terjaga walaupun hambatan terbesar juga berasal dari invansi kelapa sawit, perlu
adanya perhatian serius dan kepedulian dari semua pihak.
Produksi tanaman kelapa perkebunnan besar agak menunrun tajam karena banyak
pengusaha yang telah beralih ke sektor lain, sehingga banyak lahan lahan yang akhirnya
diganti, hal ini cukup berdampak signifkan.
3200
3100
3000
2900
2800
2700
2600
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Fkuktuasi luas lahan kelapa bahkan menurun setiap tahunya karena dampak
bisnis kelapa yang tidak lagi dilirik pengusaha dan investor.
Pembahasan Hasil
Kelapa Indonesia penurunan ini terjadi akibat beberapa faktor. Pertama kebun
kelapa yang terus berkurang dengan perkiraan laju rata-rata 24 ribu hektar pertahun.
Padahal program peremajaan kelapa pemerintah pusat hanya sebesar 16 hingga 18 ribu
hektar per tahun. Tidak heran kini tersisa hanya 3,57 juta hektar,menurun sejak tahun 2003
yang pernah mencapai 3,91 juta hektar.
Kedua produktivitas pohon kelapa kita sangat rendah. Tingkat produktivitas kelapa
kita 2,8 kali lebih rendah dibanding India. Jika produksi kita hanya 40 butir per pohon per
tahun, maka India mencapai 113 butir. Kebun kelapa di India memang terawat baik,
disiangi dan dipupuk sebulan sekali. Kebun di Indonesia dibiarkan begitu saja.
Faktor ketiga tidak ada perhatian serius terhadap kelapa. Kelapa belum dianggap
komoditas penting, padahal manfaat ekonominya atau multiplier effect-nya sangat besar,
memiliki banyak produk turunan dan kebunnya dimiliki 98% masyarakat atau petani.
Disektor hilir tidak kalah rumitnya. Dikotomi kepentingan industri dan petani telah
berlangsung sejak tiga hingga empat tahun hingga kini tanpa regulasi. Selain petani yang
masih miskin, industri kelapa kita makin lemah.
Terbukti dengan banyaknya pabrik pengolah kelapa terutama Menurut Mohamad
Tohier, sekjen Perhimpunan Pengusaha Minyak Kelapa Indonesia(PEPMIKINDO) yang
juga seorang pengusaha VCO, jumlahnya diperkirakan sekitar 60-65%. Yang bertahan,
imbuhnya berjalan kembang kempis hanya untuk mempertahankan usaha.
Saat ini pasokan kelapa di Indonesia masih memenuhi kebutuhan industri. Namun,
komoditas kelapa perlu dilihat dalam jangka panjang mengingat produksi yang terus
menurun setiap tahun.
Jika kita tidak mendapatkan kepastian kesinambungan bahan baku, untuk apa kita
berinvestasi sedemikian besarnya. Kalau kita tidak bisa memastikan kesinambungan
ekosistem itu sendiri, bagaimana petani itu mendapat insentif untuk melestarikan
kebunnya. Bisa-bisa dia nanti tidak mau menanam kelapa untuk generasi berikutnya.
Akan Tetapi ditahun 2018 kemungkinan pasar kelapa kembali dilirik, karena
produksi kelapa yang membaik ini sudah terlihat sejak 2017. Perbaikan produksi ini akibat
curah hujan yang baik dibandingkan tahun 2016. Dia mengatakan, tidak seperti komoditas
lainnya, kelapa memang sangat mengandalkan faktor cuaca.
Bahwa peningkatan produksi kelapa tersebut akan bisa terserap oleh industri dalam negeri.
Pasalnya, produksi industri pengolahan kelapa masih di bawah kapasitas terpasang.
Sementara itu, harga kopra saat ini tengah menurun. Menurutnya, harga kopra di
tingkat petani sekitar Rp 7.000 - Rp 7.500 per kg, sementara di tingkat pabrik sekitar Rp
8.000 - Rp 10.000 per kg.
Penurunan harga tersebut disebabkan oleh dua hal. Pertama karena menurunnya
harga minyak kelapa (CNO) internasional, serta berkurangnya permintaan asing atas kelapa
bulat. Sementara, petani tidak memiliki alternatif pasar lain.
Kebutuhan industri pasti meningkat. Tapi kan ada faktor seasonal. China misalnya
permintaannya berkurang karena menjelang imlek, kalau Thailand dan Vietnam karena
produksi dalam negeri meningkat. Mereka pasti mengutamakan produksi dalam negeri
terlebih dahulu, Meski begitu bahwa permintaan asing atas kelapa sudah mulai mulai
berangsur membaik.
Daftar Pustaka
http://www.tribunnews.com/bisnis/2017/06/08/produksi-terus-merosot-indonesia-mulai-
krisis-kelapa
https://industri.kontan.co.id/news/produksi-kelapa-sejak-2011-terus-menurun
https://industri.kontan.co.id/news/produksi-kelapa-diperkirakan-meningkat-85-tahun-ini
Tugas Individu Risky Safutra
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam
(tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan
pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. (BPS)