Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL TUGAS AKHIR TIPE I

GEOLOGI DAERAH KEPUHSARI DAN SEKITARNYA,


KECAMATAN MANYARAN, KABUPATEN WONOGIRI,
PROVINSI JAWA TENGAH
STUDI KASUS IDENTIFIKASI GERAKAN MASSA
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

4/9 Lembar PetaRBI 1408-321 (Eromoko)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik tingkat sarjana pada


Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Oleh

Oknis Puspitasari
NIM 141.10.1125

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRINDYOGYAKARTA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN
GEOLOGI DAERAH KEPUHSARI DAN SEKITARNYA,
KECAMATAN MANYARAN, KABUPATEN WONOGIRI,
PROVINSI JAWA TENGAH
STUDI KASUS IDENTIFIKASI GERAKAN MASSA
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

4/9 Lembar Peta RBI 1408-321 (Eromoko)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik tingkat sarjana pada


Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Penyusun,

Oknis Puspitasari
NIM 141.10.1125

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Sri Mulyaningsih, S.T., M.T. Danis Agoes Wiloso, S.T., M.T
NIK. 96.0672.516 E NIK. 16.0869.767 E

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Geologi

ii
RENCANA KEGIATAN

Judul Tugas Akhir : Geologi Daerah Kepuhsari dan sekitarnya, Kecamatan


Manyaran, Kabupaten Wonogri, Provinsi Jawa Tengah
Studi Kasus Identifikasi Gerakan Massa Berbasis
Sistem Informatika Geografi (SIG)
: Oknis Puspitasari
Penyusun
: 141.10.1125
Nomor Mahasiswa
: Dr. Sri Mulyaningsih, S.T., M.T.
Pembimbing I
: Danis Agoes Wiloso, S.T., M.T
Pembimbing II
: 7o57’00’’ LS – 7 o52’30’’ LS dan 110 o45’00” BT –
Letak astronomi
110 o49’30’’

Nomor Lembar Peta : 4/9 Lembar Peta RBI Nomor 1408-321(Eromoko)

Luas daerah : 9 x 9 km

: 1. Studi pustaka
Metode Pendekatan
2. Penelitian lapangan geologi mencakup seluruh
aspek geologi
3. Analisis laboratorium yaitu analisis struktur,
analisis analisis pertografi,

4. Analisis daerah rawan gerakan massa

Hasil yang Diharapkan : Dapat mengetahui kondisi geologi permukaan dan


mengetahui dalam mengidentifikasikan daerah yang
memiliki potensi gerakan massa berbasis sistem
informasi geografi (SIG)

Lama Penelitian : 6 bulan

Rencana Anggaran : Rp 8.350.000,00

iii
PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penyusun diberikan kemudahan dan kelancaran sehingga dapat
menyelesaikan proposal Tugas Akhir tipe I dengan judul Geologi Daerah
Kepuhsari dan sekitarnya, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogri, Provinsi
Jawa Tengah Studi Kasus Identifikasi Gerakan Massa Berbasis Sistem
Informatika Geografi (SIG)
Pada kesempatan ini penyusun tidak lupa juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Sri Mulyaningsih, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing I sekaligus
Dekan Fakultas Teknologi Mineral
2. Danis Agoes Wiloso, S.T., M.T selaku dosen pembimbing II sekaligus
Ketua Jurusan Teknik Geologi
3. Ir. Inti Widi Prasetyanto sebagai dosen wali
4. Kedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan dan doa
5. Kakak dan adik saya yang selalu memberikan semangat
6. Rekan-rekan Geologi “GAIA” Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta khususnya angkatan 2014
Penyusun sangat menyadari bahwa proposal ini masih sangat banyak sekali
kekurangannya, baik dari segi isi maupun penulisannya, oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki tulisan ini. Akhirnya, penyusun mengharapkan semoga tulisan ini
bermanfaat sehingga dapat membuka wawasan bagi para pembaca dan
kemajuan ilmugeologi di Indonesia khususnya.

Yogyakarta, April 2018

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii
HALAMAN DATA ............................................................................................................... iii
PRAKATA ............................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………..vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………viii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Maksud dan Tujuan .............................................................................................. 2
1.4 Letak, Luas dan Kesampaian Daerah .............................................................. 2
1.5 Asumsi dan Hipotesis ............................................................................ 3
1.6 Batasan Masalah ....................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 5

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................................... 6


3.1 Peralatan dan bahan Penelitian .............................................................. 6
3.2 Pendekatan Masalah .............................................................................. 7
3.3 Tahapan Penelitian................................................................................. 7
3.3.1. Tahap Pendahuluan ....................................................................... 7
3.3.2. Tahap Penelitian Lapangan........................................................... 9
3.3.3. Tahap Penelitian Di Laboratorium Dan Studio ............................ 10
3.3.4. Tahap Sintesis Data ...................................................................... 11
3.3.5. Tahap Penyusunan Laporan .......................................................... 11
3.3.6. Tahap Akhir .................................................................................. 11

BAB 4 GEOLOGI REGIONAL ........................................................................ 12

4.1. Geomorfologi Reginal Pegunungan Selatan………………………. 12

v
4.2. Stratigrafi Regional………………………………………………….13
4.3. Struktur Geologi Regional…………………………………………..17

BAB 5 IDENTIFIKASI GERAKAN MASSABERDASARKAN SISTEM


INFORMASI GEOGRAFI ( SIG )
5.1 Pendahuluan……………………………………………………….... 19
5.2 Identifikasi Gerakan Massa…………………………………………. 20

DAFTAR PUSTAKA
RENCANA ANGGARAN
JADWAL RENCANA KEGIATAN
SURAT KETERANGAN JALAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi penelitian (diambil dari peta Surakarta-Giritontoro oleh


Surono dkk., 1992)…………………………………………….... 3
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian ………………………………………….…
6
Gambar 4.1 Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura
(modifikasi dari van Bemmelen, 1949)………………………..... 12
Gambar 4.2 Stratigrafi regional daerah Pegunungan Selatan pada peta
geologi regional lembar Surakarta-Giritontro ( Surono
dkk.,1992)……………………………………………………........ 15
Gambar 4.3 Geologi regional daerah penelitian A.) formasi Gamping-
Wungkal, B.) Formasi Mandalika, C.) Formasi Semilir, D.)
Formasi Wonosari, E.) Formasi Baturetno.................................. 17
Gambar 4.3 Pola struktur Pulau Jawa (Pulonggono dan Martodjojo (1994)… 18

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Klasifikasi jenis gerakan massa ( disederhanakan dari Varnes, 1978). 20
Tabel 5.2 Klasifikasi morfometri (Van Zuidam, 1979)………………………… 20
Tabel 5.3 Parameter Litologi……………………………………………………. 20
Tabel 5.4 Parameter Lereng…………………………………………………….. 20
Tabel 5.5 Parameter Strultur Geologi……………………………………...…… 21
Tabel 5.6 parameter Tata Guna Lahan………………………………………….. 21

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah Penelitian terletak di daerah Kecamatan Manyaran dan sekitarnya,

Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografis daerah penelitian

merupakan bagian dari Pegunungan Selatan yang terekspresikan dengan

pegunungan dan dataran-dataran tinggi.

Penelitian ini didasari adanya ketertarikan pada morfologi daerah

penelitian yang sangat berpotensi untuk terjadi tanah longsor. Hal ini juga

dibuktikan dengan telah terjadinya bencana tanah longsor yang terjadi pada

daerah penelitian yang menimbulkan cukup banyak kerugian hingga memakan

korban jiwa. Didasari oleh keadaan itu maka perlu dilakukan adanya tindakan

pencegahan dan perencanaan yang baik untuk menghindari atau mengurangi

kerugian yang timbul akibat bencana tersebut.

Bencana tanah longsor hampir setiap musim hujan menjadi ancaman bagi

masyarakat Indonesia, termasuk yang tinggal di wilayah Kabupaten Wonogiri,

Jawa Tengah, khususnya Kecamatan Manyaran dan sekitarnya. Hal ini

dipengaruhi oleh kondisi geologi di daerah tersebut, terdiri dari litologi berupa

material gunung api, yang memiliki kemiringan lereng curam. Pada lereng curam

tersebut sering kali terdapat bidang lemah yang terbentuk di antara batuan segar

yang kedap air dengan tanah pelapukan yang lebih poros, sehingga berpotensi

menjadi bidang gelincir. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis

gerakan massa berdasarkan data primer dan data sekunder.

1ix
2

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat penyusun meliputi permasalahan geologi

secara umum, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Geologi, geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan

geologi lingkungan daerah penelitian.

2. Permasalahn khusus yang diangkat oleh penyusun adalah identifikasi

gerakan massa berdasarkan sistem informasi geografi (GIS) di daerah

Kepuhsari.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud pemetaan geologi adalah untuk memenuhi persyaratan akademik

tingkat sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut

Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi

permukaan yang mencakup aspek geomorfologi, litologi, stratigrafi dan struktur

geologi yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menentukan sejarah geologi

dan aspek-aspek geologi lingkungan serta mengidentifikasi daerah rawan gerakan

massa berbasis sistem informasi geografi (SIG)

1.4 Letak Luas dan Kesampaian Daerah

Secara administratif, daerah penelitian terletak kurang lebih 89 km kearah

timur dari kota Yogyakarta, terletak pada Kabupaten Wonogiri. Secara geografis

daerah penelitian terletak pada posisi 7o57’00’’ LS – 7 o


52’30’’ LS dan 110

45’00” BT – 110 o 49’30’’. Indeks lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.1
o

x
3

Keterangan :
= Lokasi Penelitian

Gambar 1.1 Lokasi penelitian (diambil dari peta Surakarta-Giritontoro oleh Surono dkk.,
1992)

Daerah penelitian mempunyai skala peta 1 : 25.000, terletak pada 4/9

lembar peta RBI nomor 1408-321 (Eromoko), dengan luas daerah penelitian

adalah 9 km × 9 km atau sama dengan 81 km2. Daerah penelitian dapat dicapai

dengan menggunakan kendaraan bermotor selama 1 jam 45 menit, di beberapa

tempat seperti jalan setapak dan curam hanya dapat ditempuh dengan berjalan

kaki.

1.5 Batasan Masalah

Batasan maslah yang dibahas dalam studi kasus kali ini hanya mengenai

identifikasi gerakan massa berdasaraksan sistem informasi geografi (GIS) di

daerah Kepuhsari, Kecamatan Manyaran untuk diidentifikasi gerakan massa pada

daerah tersebut berdasarkan sistem informasi geografi (GIS) dengan tujuan

mengetahui tingkatan potensi gerakan masa.

1.6 Asumsi dan Hipotesis

Berdasarkan pada zona fisiografi Pulau Jawa (Bemmelen, 1949), daerah

penelitian terletak dalam Zona Pegunungan Selatan. Pada daerah penelitian masuk

xi
4

kedalam Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian barat. Fisiografi Pegunungan

Selatan Jawa Timur bagian barat ini dapat dibagi menjadi tiga zona (Husein dan

Srijono, 2009), yaitu bagian uatara merupakan lajur-lajur pegunungan dengan

relief kuat, bagian tengah merupakan depresi topografi dan bagian selatan

merupakan topografi karst.

Stratigrafi Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian Barat dan Jawa

Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta bagian Timur, yaitu jalur Baturagung dan

Kambengan. Mengacu pada (Surono, 2009) Pegunungan Selatan dibagi atas 3

periode yaitu periode pra-vulkanisme, periode vulkanisme dan periode pasca-

vulkanisme. Pada daerah penelitian masuk kedalam periode vulkanisme dengan

dibuktikan terdapatnya satuan batuan yang terbentuk pada periode ini adalah

kelompok Kebo-Butak yang secara berurutan ditindih selaras oleh Formasi

Semilir. Periode selanjutnya pada daerah penelitian yaitu Periode pasca-

vulkanisme (disebut juga periode karbonat) dengan terdapat satuan batuan formasi

wonosari.

Pulonggono dan Martodjojo (1994) membagi pola struktur di pulau Jawa

menjadi tiga pola kelurusan dominan yaitu Pola Meratus (timurlaut-baratdaya),

Pola Sunda (utara-selatan) dan Pola Jawa (barat-timur). Pada daerah penelitian

terlihat bahwa daerah tersebut setidaknya dikontrol oleh kelurusan arah timurlaut

(Northeast) sampai baratdaya (Southeast) yang searah dengan pola Meratus dan

juga kelurusan baratlaut (Northwest) sampai tenggara (Southeast).

xii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Geologi daerah penelitian dan daerah sekitarnya telah banyak diteliti oleh peneliti-

peneliti pendahulu, antara lain:

1. Surono dkk. (1992) dalam deskripsi “Geologi Lembar Surakarta –

Giritontro, Jawa” menyebutkan bahwa daerah Lembar Surakarta –

Giritontro pada Oligosen Akhir terbentuk suatu cekungan yang tidak

mantap. Cekungan sedimen tersebut kemudian terisi material sedimen

yang menjadi Formasi Kebo. Selanjutnya diendapkan Formasi Semilir,

Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu. Pada Miosen Tengah terjadi

pengangkatan yang membentuk Formasi Oyo dan Formasi Wonosari.

Setelah itu terjadi paling tidak dua kali deformasi di daerah ini. Deformasi

pertama terjadi pada awal Plistosen membentuk “geser-bongkahan”

sehingga membentuk Pegunungan Baturagung dan lipatan serta sesar

berarah barat daya – timur laut. Deformasi kedua terjadi pada kala

Plistosen Tengah yang mengubah arah aliran Sungai Bengawan Solo.

2. Pulunggono, A., Martodjojo, S., 1994, meneliti tentang Perubahan

Tektonik di Jawa, yang menjelaskan mengenai struktur yang ada di

pulau jawa

3. Badan Standardisasi Nasional, Penyusunan Peta Zona Kerentanan

Gerakan Tanah, SNI 13-7124-2005, merupakan metode yang digunakan

dalam identifikasi gerakan massa dalam rencana penelitian yang

dilakukan.

5xiii
BAB 3
METODE PENELITIAN

Pada metode penelitian, ada tiga aspek yang diperhatikan yaitu peralatan dan

bahan penelitian, pendekatan masalah, dan tahap penelitian. Berikut meupakan

aspek yang diperhatikan :

3.1. Peralatan dan Bahan Penelitian

1. Peralatan yang diperlukan untuk melakukan penelitian di lapangan adalah:

a. Kompas geologi tipe Brunton sistem azimut 0°-360°.

b. Palu geologi batuan sedimen dan batuan beku merk Estwing.

c. Loupe dengan pembesaran 10x dan 20x.

d. Kamera digital.

e. Pita ukur 50 m.

f. GPS Garmin tipe 78s

g. Alat tulis.

h. Kantong sampel batuan.

i. Clipboard

2. Peralatan yang digunakan dalam analisis laboratorium terdiri dari:

a. Mikroskop binokuler dengan pembesaran 40 kali, untuk analisis fosil.

b. Mikroskop polarisasi dan kamera dengan pembesaran 40 kali, untuk

analisis petrografi.

c. Mesh 40, 60, 80, 100, 150, 200 dan kuas cat untuk mengayak fosil

mikro.

d. Seperangkat komputer.

3. Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah :

xiv
6
7

a. Peta topografi, skala 1 : 25.000 daerah penelitian

b. 4/9 lembar peta RBI 1408-321 (Eromoko)

c. Contoh batuan sebesar handspecimen

3.2 Pendektan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini digunakan pendekatan secara primer dan

pendekatan sekunder. Pendektan secara primer yaitu pengumpulan data

berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan seperti pemetaan geologi,

geomorfologi dan pemetaan studi kasus. Pada pendekatan berdasarkan data

sekunder yaitu pendekatan yang dilakukan dengan informasi dan sumber dari

penelitian terdahulu yang tercantum di buku, jurnal ilmiah, prosiding.

3.3 Tahap Penelitian

3.3.1 Tahap Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mempelajari segala sesuatu yang

berhubungan dengan daerah penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap

pendahuluan ini dilakukan pembuatan proposal, pembuatan izin penelitian serta

pencarian data sekunder yang dapat diperoleh dari interpretasi peta kontur,

pembuatan peta geologi tentatif, dan pembuatan peta geomorfologi tentatif.

Penelitian ini tetap memperhatikan hasil dari peneliti-peneliti terdahulu yang telah

melaksanakan penelitian di daerah penelitian untuk mempermudah dalam

melaksanakan pemetaan geologi secara cepat dan tepat.

Tahap penelitian dibagi atas 6 bagian besar, yang dapat dilihat pada gambar

3.1 Tahap-tahap tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya

dan susunannya saling melengkapi.

xv
8

TAHAP PENDAHULUAN

Pencarian Data Sekunder Pembuata Proposal Peijinan Meneliti di Lokasi


a. Buku Teks Penelitian
b. Jurnal Ilmiah
c. Majalah Ilmiah
d. Buletin Ilmiah
e. Surat Kabar dll.

TAHAP PENELAN LAPANGAN

Perencanaan Lintasan Pemetaan Detail Penampang


Stratigrafi Terukur

Peta Lintasan Dan Lokasi


Pengamatan

TAHAP PENELAN DI LABORATORIUM & STUDIO

Analisis Analisis Analisis Analisis Identifikasi gerakan


Mikropaleontologi Petrografi Stratigrafi Struktur Geologi massa

TAHAP SINTESIS DATA

Sejarah Geologi

TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN

Peta - Peta Buku Laporan

TAHAP AKHIR

Presentasi Hasil
Penelitian

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian

xvi
9

3.3.2. Tahap Penelitian lapangan

Penelitian lapangan dibagi menjadi 5 urutan pelaksanaan, yaitu: tahap

perencanaan lintasan, tahap pembuatan stratigrafi terukur, tahap pemetaan detail,

tahap penarikan batas satuan batuan dan tahap pembuatan penampang geologi.

1. Perencanaan lintasan

Perencanaan lintasan dilakukan dengan mengadakan pengenalan medan

(recognize), sambil mencari singkapan yang dapat digunakan dalam penelitian

lebih lanjut. Tujuan lain dari recognize yaitu untuk memilih jalur penampang

stratigrafi terukur (measuring section) dengan singkapan yang baik dan dengan

jalur yang tidak terlalu berbahaya.

Lintasan tersebut dapat melalui jalur jalan yang telah tersedia dan apabila

memungkinkan untuk melalui jalur sungai, maka hal itu akan lebih baik dilakukan

karena singkapan yang terdapat di sungai merupakan singkapan hasil dari

pengelupasan soil oleh air. Tahap ini disertai dengan pengeplotan jalur yang akan

digunakan untuk stratigrafi terukur.

2. Penampang stratigrafi terukur (measuring section)

Pembuatan penampang stratigrafi terukur bertujuan untuk mengetahui

susunan setiap batuan, ketebalan masing-masing satuan batuan, urutan batuan,

lokasi kontak antar satuan batuan, penentuan proses sedimentasi, interpretasi

sejarah geologi, penentuan lingkungan pengendapan, dan membantu dalam

memecahkan masalah-masalah geologi. Persyaratan dalam merencanakan

stratigrafi terukur, yaitu;

a. Struktur sedimen harus dapat terlihat dan terekam dengan jelas.

xvii
10

b. Batas-batas litologi terlihat dengan sangat baik.

c. Satuan batuan secara umum dapat diketahui.


3. Tahap Pemetaan detil

Pelaksanaan pemetaan detil dilakukan dengan pencarian data litologi,

struktur geologi, mataair, dan pengeplotan lokasi pada peta topografi. Pencarian

data tersebut disertai dengan pengeplotan data litologi, dan pengambilan sampel

batuan yang akan dianalisis di laboratorium sesuai kebutuhan, pengambilan foto

kenampakan struktur geologi, struktur sedimen, litologi, bentangalam, bahan-

bahan galian, sesumber, bencana alam, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan

penelitian.

4. Tahap Pembuatan Peta lintasan dan lokasi pengamatan

Dari hasil pemetaan detail, dengan pengeplotan data pada setiap stasiun

pengamatan dan lokasi pengamatan, kemudian dituangkan semuanya ke dalam

peta lintasan dan lokasi pengamatan. Dengan data berupa jalur dari persebaran

litologi dengan menyertakan dari kedudukan batuan dan jenis litologi yang sesuai

berada di lokasi pengamtan

3.3.3 Tahap Penelitian Di Laboratorium Dan Studio

Penelitian laboratorium dan studio dilakukan selama dan setelah penelitian

lapangan selesai. Penelitian ini berupa analisis mikropaleontologi dan analisis

petrografi. Analisis paleontologi dilakukan untuk mengetahui kandungan fosil,

menentukan jenis fosil dan nama fosil sehingga dapat dipakai untuk menentukan

umur dan lingkungan pengendapan. Analisis petrografi dilakukan untuk

mengetahui tekstur batuan, struktur batuan, dan mineral-mineral penyusunnya.

Pembuatan Stratigrafi untuk mengetahui urut-urutan dari batuan tertua hingga

xviii
11

termuda serta hubungan antar batuan. Analisis struktur geologi untuk

mengetahui arah umum, arah tegasan dan perkembangan struktur yang terdapat di

daerah penelitian. Pada identifikasi gerakan massa berdasarkan sistem informasi

geografi untuk mengathui sebaran area yang rawan gerakan massa dari data

lapangan yang sebagai parameter seperti kelerengan, jenis litologi, tata guna lahan,

struktur,

3.3.4. Tahap Sintesis Data

Pada tahap sintesis data dilakukan kompilasi dari semua hasil penelitian di

laboratorium dan studio, yaitu analisis mikropaleontologi, petrografi, struktur

geologi, dan pembuatan stratigrafi. Dari hasil kompilasi setiap analisis data

tersebut, kemudian penyusun menyimpulkan sejarah geologi pada daerah

penelitian.

3.3.5. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap akhir dilakukan penyusunan laporan berdasarkan data lapangan

dan hasil laboratorium serta studio. Kemudian, setelah data lapangan dan data

laboratorium serta tahap kerja studio telah selesai disajikan dalam bentuk buku

laporan. Buku laporan tersebut disajikan dalam bentuk uraian dengan hasil

pebahasan studi khusus yang diambil, dan disertai dengan peta lintasan dan lokasi

pengamatan, peta geomorfologi dan peta geologi.

3.3.6. Tahap Akhir

Pada tahap akhir adalah presentasi hasil penelitian. Presentasi disajikan

dalam bentuk power point, kemudian waktu akan dibatasi oleh moderator atau

ketua sidang. Seluruh peta dan naskah laporan disajikan dalam bentuk hard copy

untuk audience, dosen pembahas dan ketua sidang.

xix
BAB 4
GEOLOGI REGIONAL

4.1. Geomorfologi Regional Pegunungan Selatan

Berdasarkan pada zona fisiografi Pulau Jawa (Van Bemmelen, 1949),

daerah penelitian terletak dalam Zona Pegunungan Selatan (gambar 4.1). Zona

Pegunungan Selatan merupakan pegunungan struktural yang memanjang berarah

barat-timur searah dengan arah memanjang Pulau Jawa, dan terbagi menjadi

Pegunungan Selatan Jawa Timur dan Pegunungan Selatan Jawa Barat.

= Daerah Penelitian

Gambar 4.1 Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi
dari van Bemmelen, 1949)

Bemmelen (1949) membagi fisiografi Pulau Jawa menjadi empat bagian,

yaitu Jawa Barat (Cirebon ke arah Barat), Jawa Tengah (antara Cirebon dan

Semarang), Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya) dan spur timur Pulau

Jawa. Dari pembagian tersebut, bagian Jawa Timur dibagi lagi menjadi 6 zona

utama, yaitu:

1. Muriah Massif

xx
12
13

2. Hilly District of Rembang

3. Zona Randublatung

4. Punggungan Kendeng (Kendeng Ridge)

5. Zona Solo

6. Pegunungan Selatan bagian Jawa Timur.

Husein dan Srijono, (2009) menyatakan bahwa Pegunungan Selatan di

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut sebagai Pegunungan Selatan Jawa

Timur bagian barat. Lokasi penelitian termasuk ke dalam daerah ini. Fisiografi

Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian barat ini dapat dibagi menjadi tiga zona

(Husein dan Srijono, 2009), yaitu:

1. Bagian utara merupakan lajur-lajur pegunungan dengan relief kuat

2. Bagian tengah merupakan depresi topografi

3. Bagian selatan merupakan topografi karst yang ekstensif dan dicirikan

oleh rangkaian perbukitan kerucut serta beberapa pola undak pantai.

4.2. Stratigrafi Regional

Stratigrafi Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian Barat dan Jawa

Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta bagian Timur, yaitu jalur Baturagung dan

Kambengan. Rahardjo, dkk., 1977; Surono, et al., 1992; Samodra, et al., 1992,

menyatakan dalam peta geologi bahwa batuan beku intrusi di daerah Pegunungan

Selatan terletak di lokasi yang sama atau berdekatan dengan batuan gunungapi

(endapan turbidit). Daerah jalur Baturagung tersusun oleh batuan gunungapi

berumur Miosen Bawah. Formasi-formasi dari tua ke muda terdiri dari Formasi

Kebo-Butak (batupasir, batulempung, batulanau, serpih, tuf dan konglomerat),

xxi
14

Formasi Semilir (tuf, breksi batuapung, breksi tuf, batupasir tufan dan serpih),

Formasi Nglanggran (breksi volkanik, konglomerat, batupasir tufan, sisipan lava

andesit-basalt), Formasi Sambipitu (batupasir tufan dan batulempung), Formasi

Oyo (napal tufan dan batupasir konglomeratan), dan Formasi Wonosari

(batugamping). Berikut merupakan peta geologi regional daerah penelitian

(Gambar 4.2)

Gambar 4.2 Stratigrafi regional daerah Pegunungan Selatan pada peta geologi
regional lembar Surakarta-Giritontro ( Surono dkk., 1992)

Surono, (2009) mengatakan bahwa litostratigrafi Pegunungan Selatan

pada umumnya dibentuk oleh sedimen klastika dan karbonat yang bercampur

dengan batuan hasil kegiatan gunung berapi berumur tersier. Stratigrafi regional

xxii
15

Pegunungan Selatan tersebut dapat dibagi berdasarkan periodenya menjadi 3

(Surono, 2009), yaitu:

1. Periode pra-vulkanisme, berlangsung sebelum aktivitas vulkanisme

berjalan secara intensif. Satuan batuan yang terbentuk pada periode ini

adalah batuan malihan yang ditindih secara tidak selaras oleh kelompok

Jiwo

2. Periode vulkanisme, berlangsung saat kegiatan vulkanisme berjalan secara

intensif. Satuan batuan yang terbentuk pada periode ini adalah kelompok

Kebo-Butak yang secara berurutan ditindih selaras oleh Formasi Semilir

dan Formasi Nglanggran

3. Periode pasca-vulkanisme (disebut juga periode karbonat), berlangsung

setelah kegiatan vulkanisme berakhir dan organisme karbonat tumbuh

dengan subur. Satuan batuan yang terbentuk meliputi Formasi Sambipitu,

Formasi Oyo, Formasi Wonosari, Formasi Punung, dan Formasi Kepek

Dari peta geologi regional lembar Surakarta – Giritontro, Jawa (Surono

dkk., 1992) daerah penelitian terletak pada Formasi Gamping Wungkal, Formasi

Mandalika, Formasi Semilir, Formasi Wonosari dan Formasi Baturetno. Berikut

merupakan formasi yang berada di daerah penelitian yaitu :

1. Formasi Gamping Wungkal

Formasi Gamping Wungkal diendapkan sebagai unit sedimen tertua

terbentuk di atas batuan malihan secara tidak selaras. Formasi Gamping

Wungkal yang terdiri dari batupasir, napal pasiran, batulempung dan lensa

xxiii
16

batugamping yang berumur Eosen tersingkap secara tidak selaras di bawah

Formasi Semilir pada peta geologi regional.

2. Formasi Mandalika

Formasi Mandalika pada daerah penelitian menurut Surono (1992),

tersingkap pula batuan dari Formasi Mandalika yang terdiri dari lava dasit-

andesit dan tuf dasit dengan retas diorit yang menerobos batuan dari

Formasi Semilir bagian bawah. Penelitian lebih lanjut dari Setiadji (2006)

menyebutkan hasil dating singkapan batuan beku didaerah penelitian ini


berumur sekitar 12,5 juta tahun yang lalu atau setara dengan Miosen tengah.

3. Formasi Semilir

Daerah penelitian terletak pada daerah dengan batuan penyusun yang

merupakan bagian dari Formasi Semilir yang terdiri dari tuf, breksi

batuapung dasitan, batupasir tufan dan serpih yang berumur Miosen Awal-

Miosen Tengah (Surono dkk., 1992).

4. Formasi Wonosari

Formasi Wonosari menurut (Surono dkk.,1992) terdiri dari satuan batuan

batugamping, batugamping napalan-tufan, batugamping konglomerat,

batupasir tufan dan batulanau.

5. Formasi Baturetno

Menurut (Surono dkk.,1992) Formasi Baturetno terdiri atas satuan

lempunghitam, lumpur, lanau dan pasir.

xxiv
17

Berikut merupakan peta geologi regional daerah penelitian (Gambar 4.3)

B A

D E
Gambar 4.3 geologi regional daerah penelitian A.) Formasi Gamping Wungkal,
B.) Formasi Mandalika, C.) Formasi Semilir, D.) Formasi Wonosari, E.) Formasi
Baturetno

4.3 Struktur Geologi Regional

Pulonggono dan Martodjojo (1994) membagi pola struktur di pulau Jawa

menjadi tiga pola kelurusan dominan yaitu Pola Meratus (timurlaut-baratdaya),

Pola Sunda (utara-selatan) dan Pola Jawa (barat-timur). Struktur regional daerah

penelitian dapat dilihat pada gambar 4.4, peta tersebut merupakan peta kelurusan

struktur geologi regional berdasarkan anomali gaya berat sisa, dengan kendali data

geologi permukaan. Penggabungan tersebut menghasilkan kelurusan struktur

geologi yang relatif lebih rinci.

xxv
18

Pada daerah penelitian terlihat bahwa daerah tersebut setidaknya dikontrol

oleh kelurusan arah timurlaut (Northeast) sampai baratdaya (Southeast) yang

searah dengan pola Meratus dan juga kelurusan baratlaut (Northwest) sampai

tenggara (Southeast). Berikut merupakan pola struktur pulau Jawa (Gambar 4.4)

Gambar 4.4 Pola struktur Pulau Jawa (Sribudiyani, et al., 2003)

xxvi
BAB 5
IDENTIFIKASI GERAKAN MASSA BERDASARKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFI ( SIG )

5.1 Pendahuluan

Gerakan tanah adalah suatu peristiwa alam yang pada saat ini frekuensi

kejadiannya semakin meningkat. Fenomena alam ini berubah menjadi bencana

alam ketika gerakan tanah tersebut menimbulkan korban baik berupa korban jiwa

maupun kerugian harta benda dan hasil budaya manusia. Indonesia yang sebagian

wilayahnya berupa daerah perbukitan dan pegunungan, menyebabkan sebagian

wilayah Indonesia menjadi daerah yang rawan kejadian gerakan tanah. Intensitas

curah hujan yang tinggi dan kejadian gempa yang sering muncul, secara alami

akan dapat memicu terjadinya bencana alam gerakan tanah (Subowo, 2003).

Gerakan Massa (Mass Wasting atau Mass Movement) yaitu perpindahan

atau gerakan massa batuan/tanah yang ada di lereng oleh pengaruh gaya berat

(gravitasi) atau kejenuhan massa air. Faktor-Faktor Pengontrol Mass Wasting

yaitu kemiringan lereng, relief lokal, ketebalan hancuran batuan/debris di atas

batuan dasar, orientasi bidang lemah dalam batuan, iklim, vegetasi, gempa bumi

tambahan material di bagian atas lereng.

Banyak cara pengelompokkan gerakan massa batuan yang dilakukan oleh

para ahli dengan dasar yang berbeda-beda. Satu diantaranya cara pengelompokkan

gerakan massa batuan yang berdasarkan pada tipe gerakan dan cara batuan

tersebut bergerak, derajat pergerakkannya, jenis material yang bergerak. Dari

dasar pengelompokkan di atas maka gerakan massa batuan dapat dibedakan

menjadi earth flow, landslides, dan subsidence.

xxvii
19
20

5.2. Identifikasi Gerakan Massa

Identifikasi gerakan massa dilakukan dengan cara penentuan data secara

primer maupun data sekunder. Data primer didapatkan secara langsung dari

kenampakan lapangan seperti kondisi litologi, struktur geologi, kelerengan,

vegetasi, tataguna lahan, dan jenis longsor.

Adapun data sekunder sebagai parameter dalam identifikasi gerakan massa

menggunakan beberapa parameter seperti (Tabel 5.1 – Tabel 5.6)

Tabel 5.1 Klasifikasi jenis gerakan massa (disederhanakan dari Varnes, 1978)

Tabel 5.2 Klasifikasi morfometri (Van Zuidam, 1979)

Tabel 5.3 Parameter Litologi

Tabel 5.4 Parameter Lereng

xxviii
21

Tabel 5.5 Parameter Strultur Geologi

Tabel 5.6 parameter Tata Guna Lahan

Zonasi yang dilakukan pada daerah ini didasarkan pada empat paremeter

utama yaitu yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah yaitu kelerengan,

litologi, struktur geologi, dan tataguna lahan. Perhitungan dilakukan dengan

melakukan penilaian terhadap faktor – faktor tersebut. Peringkat kesesuaian

merupakan tingkat kesesuaian penggunaan lahan tertentu pada unit pemetaan, atau

sebaliknya, tingkat kesesuaian unit pemetaan tertentu terhadap suatu penggunaan

lahan.

Pembobotan dilakukan dengan memberi nilai pada setiap faktor – faktor

tersebut kemudian dilakukan metode kuantitatif dengan menggunakan bantuan

program Geographic Information System (GIS). Perhitungan skor dan

pembobotan dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:

xxix
DAFTAR PUSTAKA

Baja, S. (2012). Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah:


Pendekatan Spasial dan Aplikasinya. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Husein, S., dan Srijono. 2009. Tinjauan Geomorfologi Pegunungan Selatan


DIY/Jawa Tengah: Telaah Peran Faktor Endogenik dan Eksogenik dalam
Proses Pembentukan Pegunungan. Prosiding Workshop Geologi
Pegunungan Selatan 2007, (No. 38), hal 19 – 19.

Pulunggono, A., Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogen-Neogen


Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Proceeding Geologi
dan Geoteknik Pulau Jawa, UGM.

Setiadji, L., Kajiono, S., Imai, A. 2006. Conezoic Island Arc Magmatism in Java
Island (Sunda Arc, Indonesia) : Clues on Realationship between
Geodynamic of Volcanic Centers and Ore MIneralizayion. Resource
Geology. No.54, p 267-289

Sribudiyani, et al., 2003. The Collision of the East Java Microplate and Its
Implication for Hydrocarbon Occurrences in the East Java Basin.
Jakarta, Indonesian Petroleum Association

Surono, Budi Toha dan Sudarno. 1992. Peta Geologi Lembar Surakarta -
Giritontro, Jawa, Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangaan
Geologi. Bandung

Surono. 2009. Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa


Yogyakarta dan Jawa Tengah. Jurnal Sumber Daya Geologi, Vol 19(No.
3), hal 209–221

Van Zuidam, R.A. dan Cancelado, F.I. 1979. Terrain Analysis and Classification
Using Aerial Photographs. A geomorphological approach. ITC Textbook
of Photo-interpretatiton. ITC. Enschede

Varnes, D.J., 1978, Slope movement types and process, Special Report 176;
Landslides;Analysis and Control, Eds: R.L. Schuster dan R.J. Krizek,
Transport Research Board, National Research Council,Washigton, DC.

xxx
RENCANA ANGGARAN

NO Keperluan Besar Biaya


1. Persiapan
a. Pengadaan peta dan literatur Rp. 100.000,-
b. Pembuatan proposal Rp. 100.000,-
c. Pengurusan izin Rp. 300.000,-
d. Perlengkapan pembuatan peta Rp. 200.000,-

Jumlah Rp. 700.000,-


2. Perlengkapan Lapangan
a. Larutan HCL 0,1 N Rp. 25.000,-
b. Alat tulis Rp. 100.000,-
c. Obat-obatan Rp. 100.000,-

Jumlah Rp. 225.000,-


3 Biaya operasional lapangan
a. Konsumsi dan akomadasi Rp. 1.000.000,-
b. Transportasi Rp. 500.000,-
Jumlah Rp 1500.000,-
4. Analisis Laboratorium
a. Analisis petrografi Rp. 800.000,-
b. Analisis paleontology Rp. 75.000,-
Jumlah Rp 875.000,-
5. Checking
a. Konsumsi dan akomodasi Rp. 3.500.000,-

6 Penyusunan Laporan
a. Pengadaan peta 5 eks @Rp.10.000,- x 15 Rp. 250.000,-
b. Pembuatan draft 5 eks Rp. 300.000,-
Jumlah Rp. 550.000,-
7. Perbaikan Laporan
a. Penggadaan peta 5 eks @ Rp.10.000,- x 15 Rp. 150.000,-
b. Perbaikan draft Rp . 500.000,-
c. Foto copy dan penjilidan skripsi Rp. 350.000.-
Jumlah Rp. 1000.000,-
Total Biaya Rp. 8.350.000,-

xxxi
xxxii
RENCANA KEGIATAN

Jenis Kegiatan
No Bulan

April Mei Juni Juli Agustus


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pra Lapangan:
a. Studi pustaka
b. Pembuatan proposal
c. Perizinan
2 Operasional:
a. Pemetaan geologi
3 Analisis Laboratorium:
a. Analisis Petrografi
b. Analisis mikropaleontologi
c. Analisis petrologi
4 Konsultasi:
a. Data lapangan
b. Data laboratorium
c. Ceking Lokasi
d. Laporan dan peta
5 Penyusunan Draft
6 Kolokium
7 Sidang Pendadaran
8 Perbaikan Draft

xxxiii
5

xxxiv
xxxv

Anda mungkin juga menyukai