net/publication/43329722
CITATION READS
1 187
1 author:
Luciana Kristanto
Petra Christian University
19 PUBLICATIONS 7 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
I want to cite this paper because I have done research related to aging and visual task performance View project
All content following this page was uploaded by Luciana Kristanto on 29 August 2018.
Luciana Kristanto
Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Arsitektur – Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Kuat penerangan rata-rata dan kuat penerangan yang merata adalah dua buah faktor kuantitas pencahayaan
yang harus dipenuhi dalam sistem pencahayaan general, agar penglihatan dapat berfungsi dengan baik.
Landasan teori bahwa dinding dan langit-langit yang terang (berkaitan dengan angka reflektansi) sangat
efisien dalam menghemat energi dan mendistribusikan cahaya secara merata digunakan dalam memecahkan
masalah tidak terpenuhinya kedua faktor tersebut di ruang-ruang kelas Unika Widya Mandala Surabaya.
Di akhir penelitian, disimpulkan bahwa standar kuat penerangan rata-rata dapat dicapai dengan peningkatan
angka reflektansi warna dinding; sedang tercapainya standar pencahayaan merata, di samping peningkatan angka
reflektansi warna dinding harus pula diatur letak lampu sesuai spacing criteria.
Kata Kunci : kuat penerangan rata-rata, kuat penerangan yang merata, angka reflektansi.
ABSTRACT
The average of illumination and uniformity of illumination are two factors that have to be fulfilled in
general lighting system in maintaining the visual activity.
Theory that light walls and ceilings are much more efficient than dark walls in conserving energy and
distributing light uniformly is used to develop the solution for the case study classes of Unika Widya Mandala
Surabaya in reaching the standard of both factors.
The conclusion of this case study, the average of illumination standard can be fulfilled with increasing the
surface (wall) reflectance only; whereas the uniformity of illumination standard should be fulfilled both with
increasing the surface reflectance and fulfill the spacing criterion of luminaires.
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 77
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 77 - 88
Lampu tipe TL'D 36/33 (2500 lumen) dan aktivitas sejenis; kepadatan cahaya dapat
TL'D 36/54 (3000 lumen) eks Philips dan GE mempengaruhi kinerja dan kenyamanan visual;
36W Cool white (2850 lumen). pencahayaan yang tidak merata tidak
Luminaire eks Amelind Fixture/Simplex dan memuaskan secara subjektif.
TMS 012 eks Philips. Pritchard (1986) menyatakan bahwa
Dengan kondisi tersebut dan adanya perencanaan pencahayaan dalam praktik pada
kenyataan bahwa warna gelap menyerap lebih umumnya bertujuan untuk tercapainya kuat
banyak cahaya (% reflektansi / pantulan warna penerangan yang merata pada seluruh bidang
gelap lebih rendah daripada warna terang), maka kerja. Pencahayaan yang sepenuhnya merata
peneliti merasa perlu meneliti hubungan antara memang tidak mungkin dalam praktik, tetapi
pemilihan warna tersebut terhadap kuat standar yang dapat diterima adalah kuat
penerangan. penerangan minimum serendah-rendahnya 80%
dari kuat penerangan rata-rata ruang. Artinya,
2. Tujuan dan Lingkup Penelitian misalkan kuat penerangan rata-ratanya 100 lux,
maka kuat penerangan dari semua titik ukur
Penelitian bertujuan memberikan usulan
harus ≥ 80 lux. Selanjutnya oleh Pritchard
sedemikian hingga tercapai kuat penerangan
dinyatakan bahwa hal ini dapat dicapai jika
yang tepat dan usulan lain sesuai perkembangan
memenuhi spacing criteria (SC), yaitu
hasil penelitian selanjutnya.
Ruang kelas sepenuhnya mengandalkan perbandingan jarak antar pusat luminaire
pencahayaan buatan, siang hari pun lampu terhadap jarak luminaire ke bidang kerja
dianggap menyala total. Penelitian ditujukan (mounting height). SC 1,5 artinya jarak
pada pencahayaan buatan, pengaruh cahaya maksimum antar luminaire = 1,5 x mounting
matahari tidak diperhitungkan. height-nya.
Penelitian dilakukan dengan mengubah
warna dinding atau plafon saja; pertama, 3. Reflektansi/Reflectance
karena ‘jiwa’ disain interior ruang dengan Dalam IES Lighting Handbook (1984)
suasana finishing bata; kedua, lantai keramik dinyatakan bahwa setiap objek memantulkan
tidak dimungkinkan diganti. Jumlah dan sebagian dari cahaya yang mengenainya.
susunan luminaire diusahakan tetap diper- Tergantung pada susunan geometris, ukuran
tahankan. yang tepat dapat berupa reflektansi cahaya total,
reflektansi cahaya regular (specular), reflektansi
cahaya difus, faktor reflektansi cahaya atau
LANDASAN TEORI faktor luminasi. Skala reflektansi cahaya adalah
antara 0 dan 100 %, hitam ke putih.
1. Kuat Penerangan (Illumination) Karena finishing dinding Unika Widya
Mandala yang diteliti terdiri dari bahan dengan
Darmasetiawan & Puspakesuma (1991)
tekstur yang berlainan yaitu bata (halus berpoles)
mendefinisikan kuat penerangan ialah
kuantitas/jumlah cahaya pada level pencahayaan dan luluh, maka reflektansi yang dimaksud ialah
/ permukaan tertentu. [Satuan = lux (lumen/m2)] reflektansi rata-rata dari kedua material tersebut.
dan merekomendasikan kuat penerangan ruang Angka reflektansi inilah yang ditiru oleh sampel
kelas sebesar 250 lux. Menurut Standar untuk ditingkatkan.
Penerangan Buatan Dalam Gedung (1978), Untuk sekolah, agar didapatkan
standar kuat penerangan kelas ialah 200 – 300 kenyamanan penglihatan di dalam ruang, Stein &
lux. Dengan tetap mematuhi standar tersebut dan Reynolds (1992) merekomendasikan
untuk mengantisipasi depresiasi dari lampu, Angka reflektansi dinding : 50 – 70 %
maka dalam penelitian ini ditetapkan kuat Angka reflektansi lantai : 20 – 40 %
penerangan rata-rata yang ingin dicapai adalah Angka reflektansi langit-langit : 70 – 90 %
minimum 250 lux. Angka reflektansi perabot : 25 – 45 %
Angka reflektansi papan tulis : > 20 %
2. Kuat Penerangan Yang Merata
(Uniformity of illuminance) 4. Hubungan Kuat Penerangan dengan
Angka Reflektansi
Oleh Cayless & Marsden (1966) dinyatakan
bahwa kuat penerangan yang merata adalah IES Lighting Handbook (1984) menyatakan
penting karena tiga hal, yaitu dapat mengurangi bahwa dinding dan langit-langit yang terang,
variasi kuat penerangan dalam ruang dengan baik yang netral maupun berwarna, sangat lebih
78 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
PENELITIAN TERHADAP KUAT PENERANGAN DAN HUBUNGANNYA …. (Luciana Kristanto )
efisien daripada dinding gelap dalam menghemat warna bata (terracotta) diganti dengan yang
energi dan mendistribusikan cahaya secara lebih muda.
merata.
Studi bertahap sudah dilakukan oleh 6. Hubungan Warna dengan Angka Reflek-
Brainerd dan Massey pada tahun 1942 dilapor- tansi
kan dengan istilah footcandle (kuat penerangan)
dan coefficient of utilization (mewakili angka Stein & Reynolds (1992) menyatakan
reflektansi). bahwa dalam sistem warna Munsell, brilliance
Analisis matematis oleh Moon terhadap (value) dari suatu pigmen atau pewarnaan
pengaruh warna dinding terhadap kuat berhubungan dengan reflektansinya terhadap
penerangan dan rasio kepadatan cahaya/luminasi cahaya. Brilliance/value yang lebih tinggi, faktor
dalam ruang kubus menunjukkan bahwa reflektansinya juga lebih tinggi. Saat putih
peningkatan reflektansi dinding dengan suatu ditambahkan ke suatu pigmen, hasilnya ialah tint
faktor 9 dapat menghasilkan peningkatan kuat (warna yang lebih muda); penambahan hitam
penerangan dengan suatu faktor sekitar 3. menghasilkan suatu shade (warna yang lebih
Oleh Birren (1982) dinyatakan bahwa warna gelap).
terang memantulkan lebih banyak cahaya Maka dalam penelitian ini yang dimaksud
daripada warna gelap. dengan warna yang lebih muda ialah dengan
Sorcar (1987) menyatakan bahwa nilai penambahan warna putih terhadap warna bata
coefficient of utilization atau CU paling dominan (terracotta).
bergantung pada reflektansi permukaan; dengan
demikian, reflektansi permukaan yang lebih
tinggi berarti nilai CU yang lebih tinggi. Jadi, METODOLOGI PENELITIAN
bila angka reflektansi permukaan ditingkatkan,
Merujuk pendapat dari para pemakai
nilai CU juga lebih tinggi, sehingga kuat
bangunan bahwa pencahayaan ruang kelas Unika
penerangan juga meningkat.
Widya Mandala terkesan kurang terang, maka
penelitian ini dilakukan dengan dugaan awal
5. Hubungan CU dengan Peningkatan
bahwa kuat penerangan rata-rata /Erata-rata di
Reflektansi Permukaan
bawah persyaratan (<250 lux); kurang merata (E
Adanya ketergantungan CU pada distribusi minimum < 80% Erata-rata); dan atau angka
cahaya oleh luminaire, ketinggian luminaire di reflektansi dinding dan langit-langit di bawah
atas bidang kerja, proporsi ruang, dan reflektansi rekomendasi (dinding < 50%, langit-langit <
permukaan, maka dipilih meningkatkan 70%). Untuk itu dilakukan pengukuran awal
reflektansi permukaan karena : pada 3 tipe ruang kelas (kelas B.302, B.312 dan
1. Penggunaan luminaire TMS012 yang B.405), sedang penelitian selanjutnya dilakukan
memungkinkan 78% cahaya diarahkan ke pada satu tipe ruang saja yaitu B.312 yang
bidang kerja sudah tepat, sehingga dianggap mewakili ruang kelas pada umumnya.
penggantian luminaire hanya akan memakan
biaya yang besar; 1. Metode Penentuan dan Pengukuran Titik-
2. Ketinggian penggantung luminaire sudah titik Ukur Kuat Penerangan
dipertimbangkan terhadap proporsi tinggi
Dalam menentukan titik-titik ukur ruang
ruang keseluruhan oleh si arsitek;
digunakan metode a dan metode b dari IES
3. Proporsi ruang (panjang, lebar, tinggi)
Lighting Handbook 1984.
dianjurkan tidak diubah;
Metode a, yaitu Determination of Average
4. Reflektansi permukaan paling dominan dalam
Illuminance on a Horizontal Plane from General
menentukan nilai CU.
Lighting Only; pengukuran dilakukan dengan
meletakkan titik-titik ukur berpola kotak-kotak
Karena beberapa alternatif dalam
(grid) 0,6 meter persegi dalam ruang. Kuat
meningkatkan reflektansi permukaan, antara lain
penerangan rata-rata didapatkan dengan
mengganti tekstur dengan yang lebih halus
menghitung nilai rata-rata dari semua titik ukur.
ataupun mengganti dengan yang lebih mengkilat
Metode b, yaitu Regular Area With
dapat berarti menghilangkan ‘jiwa’ ruang ber-
Symmetrically Spaced Luminaires in Two or
terracotta yang ingin diangkat oleh si arsitek,
More Rows. Metode ini digunakan untuk ruang
maka dipilih tekstur tetap (batu bata), tetapi
dengan letak luminaire simetris dalam dua lajur
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 79
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 77 - 88
atau lebih. Pengukuran kuat penerangannya (hrc), tinggi penggantung luminaire (hcc),
hampir sama dengan pola grid, bedanya titik-titik tinggi bidang kerja (hfc), jarak antar
ukur tidak diambil seluruhnya, melainkan hanya luminaire.
titik-titik ukur yang mewakili. b. Meletakkan titik-titik ukur dengan grid 60 cm
x 60 cm dalam ruang kelas (Metode a). Untuk
2. Metode Pengukuran Angka Reflektansi menentukan posisi titik, digunakan meteran.
c. Meletakkan bidang kerja pada titik-titik ukur
Pada material / sampel yang hendak diukur yang sudah dipersiapkan. Bidang kerja ialah
diambil beberapa titik ukur (pada tiap material bangku kuliah, tinggi 70 cm (hfc).
dinding kelas diambil rata-rata sepuluh titik ukur; d. Pengukuran kuat penerangan menggunakan
pada sampel diambil 55 titik ukur). luxmeter; sensor diletakkan di atas bidang
Pada setiap titik dilakukan dua kali kerja menghadap ke sumber cahaya. Tiap titik
pengukuran, pertama ialah untuk mengukur kuat ukur diukur dan dicatat kuat penerangan-nya,
penerangan sinar datang yang relatif langsung lalu digambar garis isolux-nya.
berasal dari sumber cahaya. Kedua ialah untuk
mengukur kuat penerangan sinar yang
dipantulkan kembali oleh material.
Pengukuran sinar datang dilakukan dengan
sensor yang diletakkan pada titik ukur dan
dihadapkan ke sumber cahaya, pengukuran sinar
pantul dengan sensor dihadapkan dengan jarak
dua inch ke titik ukur material (Stein & Reynolds
1992).
Selanjutnya untuk menentukan persentase
pantulan di tiap titik ialah dengan membagi kuat Gambar 1. Pengukuran Di Titik Ukur/
penerangan sinar pantul dengan kuat penerangan Bidang Kerja dengan Luxmeter
sinar langsung dikalikan 100%. Angka reflek-
tansi material / sampel ialah angka reflektansi e. Pengukuran angka reflektansi material
rata-rata semua titik ukur. Angka reflektansi dinding juga dengan luxmeter. Di tiap
mutlak sample didapatkan dengan melakukan material diambil beberapa titik ukur. Pada
pengukuran di ruang nonreflektif, yaitu ruang setiap titik dilakukan pengukuran sinar
dengan dinding, lantai dan plafon berwarna langsung dan sinar pantul. Angka reflektansi
hitam seluruhnya, sehingga hampir tidak ada tiap titik ialah sinar pantul dibagi sinar
pantulan dari sekitarnya. langsung, dikalikan 100%. Dengan mencari
angka rata-rata persentase pantulan titik-titik
3. Metode Pencampuran Warna ukur tiap material, akan didapatkan angka
reflektansi masing-masing material dinding.
Warna yang diteliti ialah warna dinding Angka reflektansi dinding ditentukan dengan
eksisting Unika Widya Mandala, yaitu mencari rata-rata persentase pantulan semua
terracotta. material dinding terhadap luasnya.
Untuk mendapatkan warna yang sama
dengan warna tersebut dilakukan pencampuran
tiga buah cat dinding yaitu Tile red 3-74 Paragon
(coklat), Hibiscus 3-57 Paragon (merah), dan BM
090 Benjamin Moore (cream).
Pencampuran dilakukan berulang kali
dengan menggunakan gelas ukur, untuk
mendapatkan perbandingan warna yang paling
mendekati warna dinding Unika Widya Mandala,
hingga didapat perbandingan volume coklat :
merah : cream = 15 : 5 : 20. Gambar 2. Pengukuran Angka Reflektansi
4. Langkah-langkah penelitian yang telah f. Bila angka reflektansi dinding lebih rendah
dilakukan selengkapnya sbb.: dari 50%, maka perlu dilakukan peningkatan
a. Mengukur panjang dan lebar ruang, tinggi angka reflektansi dengan cara mencari warna
langit-langit, tinggi bidang kerja ke luminaire cat yang sama dengan warna dinding
80 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
PENELITIAN TERHADAP KUAT PENERANGAN DAN HUBUNGANNYA …. (Luciana Kristanto )
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 81
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 77 - 88
PEMBAHASAN
82 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
PENELITIAN TERHADAP KUAT PENERANGAN DAN HUBUNGANNYA …. (Luciana Kristanto )
karena dari hasil pengukuran eksisting ternyata diperjelas dengan garis isolux yang meng-
kuat penerangan rata-rata < 250 lux (E rata-rata = gambarkan kecenderungan kuat penerangan
219,7 lux di ruang B.312) berarti ada pada sisi sekeliling bidang dinding yang cukup
ketidaksesuaian antara hasil perhitungan dengan rendah, bahkan ada yang di bawah 100 lux,
kondisi yang sesungguhnya, yaitu kuat kontradiktif dengan kuat penerangan di bawah
penerangan rata-rata yang belum memenuhi lampu yang tinggi, bahkan ada yang di atas 300
standar. lux.
Kesalahan perhitungan dapat disebabkan Dengan kenyataan tersebut, maka masalah
karena salah memprediksi nilai CU dan atau nilai terletak pada bagaimana mencapai standar kuat
LLF (nilai Ф dan A tidak mungkin salah karena penerangan yang merata, yaitu kuat penerangan
bukan variabel). Karena ternyata kuat minimum 80% kuat penerangan rata-rata.
penerangan yang sesungguhnya terjadi < 250 Untuk itu alternatif yang dilakukan ialah :
lux, berarti prediksi nilai CU dan atau LLF Memeriksa tata letak luminaire, memenuhi
dalam perhitungan di atas terlalu besar daripada spacing criteria atau tidak. Dari perhitungan
kondisi sesungguhnya. Maka, agar tercapai kuat spacing criteria didapatkan bahwa tata letak
penerangan rata-rata ≥ 250 lux, nilai CU atau luminaire di ruang B.312 tidak memenuhi
nilai LLF perlu ditingkatkan. Karena masalah standar. Untuk itu diajukan usulan perubahan
terletak pada titik-titik ukur kuat penerangan tata letak lampu yang memenuhi spacing
terdekat dinding yang sangat rendah, maka criteria, yaitu jarak antar luminaire
alternatif yang dipilih oleh peneliti ialah maksimum 2,25 m; jarak antara luminaire ke
meningkatkan angka reflektansi permukaan dinding maksimum 1,125 m.
dinding hingga memenuhi rekomendasi yaitu 50 Meningkatkan kuat penerangan titik ukur
– 70%, yang akan dapat meningkatkan nilai CU. sekeliling sisi dinding, dalam hal ini dipilih
Peningkatan LLF juga dapat meningkatkan kuat dengan meningkatkan reflektansi dinding,
penerangan rata-rata, tetapi tidak secara khusus bukan menambah lampu; karena dari
meningkatkan kuat penerangan titik-titik terdekat perhitungan, fluks / tingkat pencahayaan
dinding. Karena distribusi pencahayaan ialah terbukti sudah mencukupi.
semi-direct, sehingga hanya sedikit cahaya yang
dipantulkan ke langit-langit, maka peningkatan 3. Alternatif Peningkatan Angka Reflektansi
angka reflektansi langit-langit hanya merupakan Beberapa cara peningkatan angka reflek-
alternatif tambahan. tansi yang peneliti ketahui a.l. ialah dengan
Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa membuat permukaan menjadi mengkilat;
untuk kondisi kelas di Unika Widya Mandala, meletakkan bidang-bidang reflektif, misalnya
dengan % peningkatan yang relatif sama yaitu cermin dalam ruangan; menggunakan tekstur
30%, peningkatan angka relektansi dinding permukaan yang lebih halus; memudakan warna,
meningkatkan kuat penerangan lebih banyak dsb. Dari sekian banyak alternatif tersebut,
daripada peningkatan angka reflektansi langit- peneliti memilih dengan memudakan warna
langit. yaitu dengan menambahkan warna putih, karena
alternatif ini didukung dengan landasan teori
Tabel Peningkatan Kuat Penerangan dengan yang kuat dan relatif mudah dan murah dalam
Peningkatan Angka Reflektansi Dinding dan melakukannya, di samping dapat tetap
Langit-langit menampilkan tekstur dinding bata, meskipun
Reflektansi Luas ρ awal ρ akhir
Peningkatan dengan warna yang lebih muda. Stein &
bidang (m2) (%) (%)
Erata-rata Reynolds (1992) menyatakan bahwa warna putih
(%)
Dinding 101,626 19 50 9,1 dapat meningkatkan value yang berarti
Langit-
66,3613 40 70 6,4
peningkatan angka reflektansi; maka dipilih
langit alternatif penambahan cat warna putih dengan
perbandingan tertentu ke dinding warna
2. Alternatif Mencapai Standar Uniformity terracotta, agar tidak menghilangkan tekstur
dinding bata yang sudah ada.
Dari hasil pengukuran kuat penerangan,
Eksperimen dilakukan dengan sampel yang
peneliti menangkap bahwa kasus kuat
mewakili dinding Unika Widya Mandala, yaitu
penerangan di ruang kelas B.312 Unika Widya
dengan tekstur, warna, dan angka reflektansi
Mandala ini lebih terletak pada tidak meratanya
yang mendekati sama dengan aslinya. Ukuran
kuat penerangan dalam satu ruang. Hal ini
sampel 1m x 2m.
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 83
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 77 - 88
84 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
PENELITIAN TERHADAP KUAT PENERANGAN DAN HUBUNGANNYA …. (Luciana Kristanto )
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 85
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 77 - 88
86 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
PENELITIAN TERHADAP KUAT PENERANGAN DAN HUBUNGANNYA …. (Luciana Kristanto )
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 87
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 77 - 88
88 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/