Anda di halaman 1dari 36

“DOKTER GIGI KELUARGA”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memenuhi Tugas


IKGM V Semester VII

Oleh :
KELOMPOK 1
Ketua : Vanny Fergiana Mulyadi (1510070110043)
Penyaji : Ivori Aulia Jufemi (151007010048)
Sekretaris : Mery Rahayu (1510070110046)
Moderator : Rifki Aris Pranata (1510070110050)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,atas rahmat dan karunia
Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Dokter Gigi
Keluarga”

Selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan,


dan bimbingan berbagai pihak baik secara moril aupun materil,oleh sebab itu
dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada Ibu dan Bapak yang telah membimbing serta memberikan
masukan.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya


kepada kita semua dan semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Padang, 30 September 2018


Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
Kata pengantar ........................................................................................... i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1


1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................2
1.3 Tujuan penelitian .................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4


2.1 Pelayanan Dokter Berbasis Dokter Keluarga .....................................................4
2.2 Pengertian Dokter Gigi Keluarga .......................................................................5
2.3 Tujuan Program Dokter Gigi Kelarga ...............................................................5
2.4 Peranan Dan Fungsi Dokter Gigi Keluarga ........................................................6
2.6 Karakteristik Dokter Gigi Keluarga ...................................................................7
2.7 Sumber Pembiayaan Dokter Gigi Keluarga ......................................................7
2.8 Kapitasi .............................................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................10


3.1 Skenario Kasus ...................................................................................................10
3.2 Terminologi .......................................................................................................11
3.3 Identifikasi Masalah .........................................................................................12

BAB 1V PENUTUP ..................................................................................................27


4.1 Kesimpulan ........................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................28


Lampiran .................................................................................................................30

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara dengan jumlah penduduk yang cukup

besar. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia

sebesar 237.641.326 jiwa pada tahun 2010 dan diproyeksikan mencapai

261.890.900 jiwa pada tahun 2017 (Badan Pusat Statistik) (2013, sit Indraswari

dkk 2017). Jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumah

penduduk terbesar ke-4 di dunia. Permasalahan kesehatan pada negara dengan

jumlah penduduk yang begitu besar, tentunya memerlukan perhatian dan

manajemen pelayanan kesehatan yang baik (Indraswari dkk, 2017).

Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia memerlukan perhatian

serius dari tenaga kesehatan, seperti dokter gigi sebab kondisi penyakit gigi dan

mulut diderita oleh 90% penduduk Indonesia (Depkes RI,2008).Berdasarkan data

registrasi dokter gigi di Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) diketahui bahwa

jumlah dokter gigi yang terdaftar pada tahun 2010 adalah sebanyak 22.237 orang

yang terdiri dari 20.665 orang dokter gigi umum dan 1.582 orang dokter gigi

spesialis. Perbandingan antara jumlah dokter gigi umum dengan jumlah penduduk

adalah sebesar 1:11.496 sedangkan untuk dokter gigi spesialis sebesar 1:150.162.

Berdasarkan indikator Indonesia Sehat 2010, rasio ideal untuk jumlah dokter gigi

dengan jumlah penduduk adalah 11 dokter gigi untuk 100.000 penduduk atau

1:9090 (Dewanto dan Hanindyo, 2009).

4
Langkah yang diambil oleh pemerintah indonesia dalam hal ini departemen

kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut penduduk

Indonesia melalui pelayanan di tingkat pertama yang dilaksanakan secara efesien,

efektif dan berkualitas. Hal tersebut dapat dicapai melalui pendekatan pelayanan

kedokteran gigi keluarga (Kemenkes RI No. 1415, 2005).

Penyelenggaraan Kedokteran Gigi Keluarga adalah suatu pendekatan baru

dalam upaya pelayanan penderita penyakit gigi dan mulut yang menekankan pada

pemeliharaan, peningkatan dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut yang

menggunakan ilmu dan teknologi kesehatan dasar (Depkes, 2006). Hal tersebut

juga sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.

1415/MENKES/SK/X/2005 tentang Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi

Keluarga.

1.1 Rumusan Masalah

1. Apakah yang membedakan praktik dokter gigi keluarga dengan dokter gigi

lainnya?

2. Apa sajakah syarat untuk membuka praktik dokter gigi berkelompok?

3. Pih ak mana sajakah yang terlibat dalam penerbitan ijin praktik dan seperti

apakah prosesnya?

4. Apa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam praktik dokter gigi

berkelompok?

5. Berdasarkan unit cost dan utilisasi di atas, berapakah nilai kapitasi yang

diterima oleh drg.A?

5
1.2 Tujuan

1. Mengetahui perbedaan praktik dokter gigi keluarga dengan dokter gigi

lainnya.

2. Mengetahui syarat untuk membuka praktik dokter gigi berkelompok.

3. Mengetahui pihak mana sajakah yang terlibat dalam penerbitan ijin praktik

dan seperti apa prosesnya.

4. Mengetahui tenaga kesehatan yang terlibat dalam praktik dokter gigi

berkelompok.

5. Mengetahui penghitungan nilai kapitasi.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Dokter Berbasis Dokter Keluarga

Masalah mendasar dalam mencapai pelayanan kesehatan yang optimal

adalah adanya kesenjangan antara das sollen (cita-cita ideal akan pelayanan yang

baik) dengan das sain (kondisi nyata yang ada di lapangan). Cita-cita model

pelayanan kesehatan ideal seringkali terbentur pada kenyataan bahwa perspektif

pembuat kebijakan, profesional kesehatan, institusi akademis, manajer kesehatan

masyarakat dan komunitas, seringkali berbenturan karena perbedaan sisi pandang

(yang kadangkala politis sifatnya) (Idris, 2006).

Seperti yang sudah banyak ditulis bahwa masalah yang sedang dihadapi

saat ini adalah: 1) terbatasnya dana; 2) biaya kesehatan naik dengan cepat sejalan

dengan banyaknya penyakit yang tidak dapat ditanggulangi; 3) adanya

kesenjangan antara kebutuhan dan keinginan; dan 4) pelayanan jasa yang tidak

efisien. Banyak upaya yang sudah dikerjakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Deklarasi Alma Alta 1978 sebagai contohnya dengan visi Primary Health Care

for All. WHO Eropa, 1998 dengan visi Improving Health System: The Role of

Family Medicine. Atau yang terakhir, dan menjadi rujukan sampai saat ini adalah

kolaborasi antara WHO dan WONCA yang menghasilkan Vision of Family

Medicine.

Kurangnya pelayanan kesehatan yang komprehensif yang kemudian

menciptakan kerjasama WHO dan WONCA menuju kesatuan di bidang kesehatan

7
dalam proyek WHO – WONCA TUFH (Towards Unity For Health) di seluruh

dunia. Dalam proyek ini, dokter pelayanan primer/dokter umum bekerja dengan

visi yang sama dalam jasa pelayanan kesehatan. Dalam WHO-WONCA Working

Paper, “Membuat Praktek dan Pendidikan Medis Relevan dengan Kebutuhan

Manusia: Kontribusi Kedokteran Keluarga”, hasil dari konferensi di Ontario,

Kanada tahun 1994 dan juga WHO Eropa tahun 1998 dalam “Kerangka

Perkembangan Dokter Keluarga/Dokter Umum”. Semangat WHO-WONCA

Working paper ini, menjadi ilham berbagai negara untuk mulai mengembanglan

praktik dokter berbasis dokter keluarga di Indonesia jauh sebelum SKN dan SJSN

diterbitkan.

2.2 Pengertian Dokter Gigi Keluarga

Dokter gigi yang mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku profesional

dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi dari keluarga binaannya dengan

menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan gigi dasar paripurna dengan

pendekatan holistik dan kesiteman serta proaktif dalam antisipasi dan pemecahan

masalah kesehatan yang dihadapi keluarga yang memilihnya sebagai mitra utama

pemeliharaan kesehatan gigi (Depkes, 2007).

2.3 Tujuan Program Dokter Gigi Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2005, adapun tujuan program

dokter gigi keluarga adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005) :

1. Tercapainya kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara

kesehatan gigi dan mulut.

8
2. Terpenuhinya kebutuhan keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan

gigi yang optimal, bermutu, terstruktur, dan berkesinambungan.

3. Tertatanya pembiayaan dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga.

4. Tertatanya administrasi dan manajemen pelayanan kedokteran gigi

keluarga.

5. Terbinanya profesioanalisme dokter gigi keluarga secara

berkesinambungan.

2.4 Peran dan Fungsi Dokter Gigi Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2005, Dokter gigi keluarga

seharusnya berperan sebagai;

1 Pemberi pelayanan dengan komitmen tinggi serta menunaikan tugasnya

secara profesional dan etis.

2 Ujung tombak dalam sistim pelayanan kesehatan nasional dan berhadapan

langsung dengan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan

tingkat pertama. Di samping itu berfungsi sebagai penapis rujukan upaya

kesehatan gigi dan mulut keluarga ke fasilitas yang lebih mampu.

3 Koordinator dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien dan

keluarganya, serta bekerja sama secara harmonis dengan setiap individu dan

institusi.

4. Sebagai mitra yang beretika bagi pasiennya dalam mengambil keputusan

medis dengan memilih dan menggunakan teknologi kedokteran gigi secara

rasional berdasarkan evidence based Dentistry.

9
5. Penggalang peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan gigi dan mulut.

2.5 Karakteristik Dokter Gigi Keluarga

Karakteristik dokter gigi keluarga menurut Depkes 2007:

a. Berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.

b. Manfaatkan pendekatan menyeluruh, berorientasi pada pasien dan

keluarganya dalam menyelenggarakan setiap pelayanan kesehatan.

c. Mempunyai kemampuan dan keterampilan diagnosa, serta kemampuan

merujuk yang handal disertai pengetahuan epidemiologi untuk menentukan

pola penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat, dan juga

dapat mengelola berbagai penyakit gigi dan mulut secara komprehensif.

d. Dokter gigi keluarga memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal balik

faktor biologis, sosial dan emosional dengan penyakit yang di hadapi, serta

menguasai teknik pemecahan masalah untuk mengatasi berbagai penyakit

gigi dan mulu.

2.6 Sumber Pembiayaan Dokter Gigi Keluarga

Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu rata-rata hanya

2,2% Produk Domestik Bruto (PDB) atau rata-rata 12-18 USD per kapita/tahun,

sementara WHO menganjurkan 5% dari PDB/tahun. Tiga puluh persen dari

pembiayaan tersebut bersumber dari pemerintah, dan 70% bersumber dari

masyarakat termasuk swasta (Kemenkes RI nomor 1415, 2005).

Sementara itu pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah digunakan

untuk mensubsidi semua lini pelayanan kesehatan sehingga tidak efektif dalam

10
pencapainnya, sedang 70% dana dari sumber masyarakat masih bersifat tunai

mandiri (out of pocket) dan belum termobilisasi dengan baik. Jumlah masyarakat

yang memiliki jaminan kesehatan hanya 27,9% termasuk bebas biaya untuk

keluarga miskin (gaskin) (Kemenkes RI nomor 1415, 2005).

2.7 Kapitasi

Kapitasi merupakan salah satu mekanisme perubahan cara pembayaran dari bentuk

fee for service ke bentuk prospective payment system. Definisi Kapitasi itu sendiri ialah

metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana pemberi pelayanan

kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per

periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu

tertentu. Kapitasi didasarkan atas jumlah tertanggung (orang yang dijamin atau anggota)

baik anggota itu dalam keadaan sakit atau dalam keadaan sehat yang besarnya ditetapkan

dan umumnya dibayarkan di muka tanpa memperhitungkan jumlah konsultasi atau

pemakaian pelayanan di pusat pelayanan kesehatan tersebut (Dewanto dan Naniek,

2014).

Kapitasi dapat juga didefinisikan sebagai metode pembayaran untuk pelayanan

kesehatan di mana penyedia layanan dibayar dalam jumlah tetap per pasien tanpa

memperhatikan jumlah atau sifat layanan yang sebenarnya diberikan. Sistem pembayaran

kapitasi merupakan pembayaran dimuka berdasarkan jumlah peserta terdaftar tanpa

memperhatikan jenis pelayanan yang diberikan, biasanya dilakukan pihak asuransi

kepada pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama, sedangkan sistem pembayaran Fee

For Services (FFS) merupakan cara pembayaran berdasarkan jenis pelayanan yang

diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan primer dan lanjutan. Kedua sistem tersebut

memiliki reaksi masing-masing yang berdampak pada pelayanan kepada pasien. Reaksi

positif pembayaran dengan sistem FFS, antara lain dokter lebih puas karena pembagian

jasa berdasarkan sumber daya yang digunakan, sedangkan reaksi negatifnya yaitu tidak

11
terkendalinya biaya pelayanan kesehatan karena dokter cenderung melakukan over

utilisasi, kunjungan pasien meningkat, prosedur pelayanan yang tidak sesuai,

meningkatkan rujukan inter dan antar spesialis (Dewanto dan Naniek, 2014).

Secara umum rumus penghitungan kapitasi adalah sebagai berikut:

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Skenario Kasus

Seorang dokter gigi yang baru menyelesaikan pendidikannya berencana

membuka praktik dokter gigi keluarga berkelompok. Untuk itu ia mencari tahu

persyaratan dalam membuka praktik berkelompok. Dalam praktiknya, dokter gigi

tersebut bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya yaitu terapis gigi (perawat

gigi). Dalam hal pembiayaan, sistem yang ia gunakan adalah pra-upaya yaitu

kaapitasi. Oleh karena itu ia menghitung unit cost dan tingkat utilisasi dalam 1

tahun tindakan yang akan diberikan pada pelayanan praktik nanti. Perhitunggan

tersebut adalah sebagai berikut:

No Jenis Pelayanan Utilisasi Unit cost

1. Konsultasi dan pemeriksaan 9,6% Rp. 45.000,00

2. DHE/ home visit 16,8% Rp. 70.000,00

3. Perawatan Aplikasi Fluor Topikal 18% Rp. 90.000,00

4. Perawatan scalling 18% Rp. 100.000,00

5. Penumpatan gigi dengan resin komposit 7,2% Rp. 130.000,00

6. Ekstraksi gigi dengan anestesi injeksi 6% Rp. 100.000,00

13
3.2 Terminologi

i. Dokter gigi keluarga

Dokter gigi yang mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku

profesional dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi dari keluarga

binaannya dengan menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan gigi

dasar paripurna dengan pendekatan holistik dan kesiteman serta proaktif

dalam antisipasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi

keluarga yang memilihnya sebagai mitra utama pemeliharaan kesehatan

gigi (Depkes, 2007).

ii. Kapitasi

Kapitasi merupakan salah satu mekanisme perubahan cara

pembayaran dari bentuk fee for service ke bentuk prospective payment

system. Definisi Kapitasi itu sendiri ialah metode pembayaran untuk jasa

pelayanan kesehatan dimana pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau

rumah sakit) menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode

waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode

waktu tertentu (Dewanto dan Naniek, 2014).

iii. Unit cost

Biaya satuan (unit cost) merupakan perkiraan nilai nominal dari jenis

pelayanan kesehatan tersebut, yaitu jumlah biaya yang dibutuhkan setiap

perawatan dengan besaran yang didasarkan pada perhitungan unit cost atau

tarif yang berlaku umum (Dewanto dan Naniek, 2014).

14
iv. Utilisasi

Utilisasi pelayanan kesehatan adalah interaksi antara consumen dan

provider. Konsumen adalah masyarakat atau keluarga atau juga individu-

individu sebagai sasaran dari pelayanan kesehatan. Sementara provider

adalah para tenaga kesehatan yang langsung bekerja melayani masyarakat

yang membutuhan pelayanan akan kesehatan (Dewanto dan Naniek,

2014).

3.3 Identifikasi Masalah

3.3.1 Perbedaan Praktek Dokter Gigi Keluarga dengan Dokter Gigi

Lainnya.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

039 tahun 2007 karakteristik dokter gigi keluarga adalah sebagai berikut

(Depkes, 2007) :

a. Berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.

b. Memanfaatkan pendekatan menyeluruh, berorientasi pada pasien dan

keluarga dalam menyelenggarakan setiap pelayanan kesehatan.

c. Mempunyai kemampuan dan keterampilan diagnosa, serta

kemampuan merujuk yang handal disertai pengetahuan epidemiologi

untuk menentukan pola penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita

masyarakat, dan uga dapat mengelola berbagai penyakit gigi mulut

secara komprehensif.

d. Dokter gigi keluarga memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal

balik faktor biologis,sosial dan emosional dengan penyakit yang

15
dihadapi, serta menguasai teknik pemecahan masalah untuk mengatasi

berbagai penyakit gigi dan mulut.

Manfaat dokter gigi keluarga menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 039 tahun 2007 (Depkes, 2007).

a. Terpenuhinya berbagai kebutuhan dan tuntutan layanan

kesehatan gigi. Pada pelayanan ini tersedia semua jenis

pelayanan kedokteran gigi yang dapat dipenuhi be r bagai

kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien beserta segenap

anggota keluarganya. Dimana setiap anggota keluarga

memiliki kebutuhan dan tuntutan kesehatan yang

berbeda.

b. Memudahkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.Pada

pelayanan itu tersedia semua jenis pelayanan kedokteran

gigi,yang menyebabkan pemanfaatan pelayanan akan lebih

mudah dilakukan.

c. Biaya kesehatan akan lebih terkendali. Diselenggarakan

secara terpadu, menyebabkan kemungkinan terjadinya

tumpang tindih pelayanan kedokteran gigi sangat

berkurang.

d. Mutu pelayanan akan lebih meningkat. Perhatian utama

pelayanan ini adalah pada klien sebagai manusia

seutuhnya, serta pendekatan bersifat holistik, sehingga

mampu menyelesaikan berbagai masalah kesehatan yang

ditemukan, dengan demikian penerima dan pemberi

16
pelayanan akan merasa lebih puas.

e. Bagi penyelenggara pelayanan kedokteran gigi keluarga

merupakan alternatif lahan praktek dan penghasilan. Ada

kepastian biaya pelayanan kesehatan gigi sehingga

dokter gigi keluarga dapat merencanakan pelayanan

kesehatan pesertanya.

Perbedaan dokter gigi keluarga dan dokter gigi umum dapat di lihat dari

tabel 1. menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan

dokter keluarga (Qomariah, 2000) :

DOKTER PRAKTEK DOKTER KELUARGA


UMUM
Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih Luas
Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan Menyeluruh, Paripurna,
bukan sekedar yang
dikeluhkan
Cara Pelayanan Kasus per kasus dengan Kasus per kasus dengan
pengamatan sesaat berkesinambungan
sepanjang hayat
Jenis Pelayanan Lebih kuratif hanya untuk Lebih kearah
penyakit tertentu pencegahan, tanpa
mengabaikan pengobatan
dan rehabilitasi
Peran keluarga Kurang dipertimbangkan Lebih diperhatikan dan
dilibatkan
Promotif dan Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
pencegahan
Hubungan dokter- Dokter – pasien Dokter – pasien – teman
pasien sejawat dan konsultan
Awal pelayanan Secara individual Secara individual sebagai
bagian dari keluarga
komunitas dan
lingkungan

17
3.3.2 Syarat untuk membuka praktik dokter gigi berkelompok

Menjamin terselenggaranya pelayanan kedokteran gigi keluarga yang

bermutu, aman dan nyaman bagi masyarakat maka pihak yang menyelenggarakan

pelayanan perorangan atau berkelompok yang mengajukan izin penyelenggaraan

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 039, 2007) :

1. Penyelenggara

Perizinan praktik dokter gigi keluarga dapat diberikan kepada pihak yang

menyelenggara pelayanan dalam bentuk praktek berkelompok. Praktek

berkelompok yaitu praktek dokter gigi keluarga yang diselenggrakan oleh

beberapa dokter/dokter gigi keluarga.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon izin praktik dokter

gigi keluarga adalah memenuhi standar praktik meliputi (Depkes, 2007):

a. Tenaga pelaksana (medis, paramedic dan non medis) yang memenuhi

kualifikasi tertentu sesuai standar profesi dan pelayanan dokter gigi

keluarga

b. Sarana dan prasarana yang memadai sehingga memungkinkan pelayanan

dokter gigi keluarga dan semua aspek pelayanannya mampu dilaksanakan

c. Manajemen praktik yang mendukung terlaksananya pelayanan dokter gigi

keluarga yang sesuai standar pelayanan

1. Kewenangan Pemberi Izin

Pemberi izin dilakukan oleh instansi yang berwenang. Menurut UU No.32

tahun 2004 tentang otonomi daerah, UU no 29 tahun 2005, Perkonsil no.1 tahun

2005 serta Permenkes 1419/2005, maka pemberian izin bagi dokter dan

18
dokter gigi termasuk dokter gigi keluarga ini adalah kewenangan pemerintah

Kabupaten/Kota.

a. Pemerintah Pusat

Departemen Kesehatan melalui Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar

berperan dalam (Depkes, 2007) :

1. Menetapkan kebijakan pelayanan kedokteran gigi keluarga

2. Menetapkan pedoman penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi

keluarga

3. Menetapkan standar perizinan dokter gigi keluarga

4. Menyusun dan menetapkan pedoman pengawasan dan pembinaan

praktek dokter gigi keluarga

5. Menyusun dan menetapkan pedoman dan instrumen akreditasi

praktek dokter gigi keluarga

6. Menyusun pedoman monitoring dan evaluasi

b. Dinas Kesehatan Propinsi

Dinas Kesehatan Propinsi yang berada di bawah Pemerintah Daerah dan

bertanggung jawab terhadap derajat kesehatan gigi masyarakat di daerahnya

mempunyai peran sebagai berikut (Depkes, 2007):

i. Menyusun pedoman teknis monitoring dan evaluasi praktik dokter gigi

keluarga yang telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten /

Kota.

ii. Menyediakan perangkat pembinaan praktik dokter gigi keluarga yang

telah memiliki izin praktik dari Dinas Kesehatan. Kabupaterr/Kota

atau instansi berwenang lainnya.

19
iii. Menyusun pedoman teknis

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap

terselenggaranya pelayanan kedokteran gigi keluarga dengan peran (Depkes,

2007):

i. Menerima, memproses, memberikan dan menerbitkan izin baru praktik

dokter gigi keluarga

ii. Menerima, memproses, memberikan dan menerbitkan perpanjangan izin

praktik dokter gigi keluarga

iii. Bersama Dinas Kesehatan Provinsi, Organisasi Profesi dan lintas sektor

melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan praktek

dokter gigi keluarga.

iv. Menolak pemberian izin baru atau perpanjangan izin praktik dokter gigi

keluarga

v. Mencabut izin praktik dokter gigi keluarga yang tidak memenuhi ketentuan

dan standar yang berlaku

Peran pemerintah daerah dalam pelayanan perizinan mungkin yang terbesar

dalam pengertian interaksinya secara langsung dengan masyarakat, baik sebagai

penyedia pelayanan, maupun sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat di

daerah. Kepentingan pemerintah daerah terhadap pelayanan perizinan juga sangat

tinggi karena perizinan mempengaruhi pendapatan dan iklim investasi daerah.

Kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi serta penerbitan izin diserahkan

kepada pemerintah daerah menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku.

20
Lebih jauh lagi, pemerintah daerah juga dapat membuat pajak lokal, retribusi, dan

perizinan melalui peraturan daerah (Samosir, 2014).

d. Organisasi Profesi

Peran dan fungsi organisasi profesi dalam pelaksanaan dan pengembangan

pelayana kedokteran gigi keluarga adalah (Depkes, 2007):

1. Bersama Departemen Kesehatan menyusun standar pelayanan kedokteran

gigi keluarga

2. Memberikan rekomendasi di bidang teknis medis terhadap pelaksanaan

pelayanan kedokteran gigi keluarga.

3.3.3 Pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Ijin Praktik Beserta Proses

Penerbitan Ijin Praktik

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1419/MENKES/PER/X/2005

tentang penyelengaraan Praktik Dokter dan Dokter gigi. KKI membuat peraturan

yang tertuang dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun

2005 tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi. Setiap dokter dan dokter gigi

yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik

Pada Pasal 37 tertera :

Surat izin praktik dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di

kabupaten/kota tempat praktik kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.

Surat izin praktik dokter atau dokter gigi hanya diberikan untuk paling banyak 3

(tiga) tempat. Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.

Tata Cara Perizinan

21
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 039

tahun 2007, Perizinan praktik dokter gigi keluarga dilaksanakan melalui

(Depkes, 2007):

1) Sertifikasi

Sertifikasi adalah pengakuan akan kompetensi yang dimiliki seseorang

Sertifikasi ini diberikan oleh lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dokter

gigi keluarga, dalam hal ini adalah Fakultas Kedokteran Gigi (FKG),

Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia (KKGI) serta Organisasi Profesi

(PDGI), Departemen Kesehatan.

2) Registrasi

Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap dokter gigi yang telah

memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu

lainnya serta diakui secara hukum untuk melakukan tindakan profesinya.

Surat Tanda Registrasi (STR) dokter gigi berlaku selama 5 (tahun) dan

diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali dengan tetap memen uhi

persyaratan-persyaratan.

Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan

terhadap kemampuan seorang dokter gigi untuk menjalankan praktik

kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus kompetensi. Untuk

memperoleh STR dokter gigi keluarga oleh Konsil Kedokteran

Indonesia maka seorang dokter gigi keluarga harus:

a. Memiliki ijazah dokter gigi dan sertifikat pelatihan dokter gigi keluarga

b. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpahjjanji

dokter gigi

22
c. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang

memiliiki SIP

d. Memilikisertifikat kompetensi dokter gigi keluarga

e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan keten tuan

etika profesi.

3) Lisensi/Surat Izin Praktik (SIP)

Lisensi SIP adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter

gigi yang telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.

Tata Cara Pengajuan Permohonan Izin dokter keluarga menurut

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 039, 2007

Praktek Berkelompok

a. Surat permohonan izin menyelenggarakan praktek berkelompok

kedokteran gigi keluarga

b. Foto copy akte notaris pendirian yayasan j badan hukum

c. Stdi kelayakan yang memuat an tara lain rencana jenis pelayanan

yang diberikan dengan denah bangunan dan denah lokasi lingkungan

d. Foto copy tanda bukti penggunaan bangunan minimal 5 tahun

e. Foto copy Surat Izin Gangguan (HO) Surat Izin Tempat Usaha

(SITU)

f. Surat pernyataan dari pemohon untuk mentaati peraturan perundang-

undangan yang berlaku dengan materai.

g. Struktur organisasi

h. Daftar Ketenagaan beserta fotocopy ijazah

i. Data kepegawaian Penanggung J awab Praktek berkelompok.

23
Surat pengangkatan sebagai penganggungjawab klinik, Surat

pernyataan tidak keberatanjkesanggupan sebagai penanggungjawab,

dengan materai, Surat pernyataan tidak keberatan dari atasan langsung

tempat bekerja, Foto copy SIP dan Surat Persetujuan Tempat Praktik

(SPTP) yang masih berlaku, Pas foto terbaru 4x6 2 lembar

j. Data kepegawaian dokterj dokter gigi keluarga:

Foto copy Surat Izin Praktik dan, Surat persetujuan tempat praktik yang

masih berlaku, Data KepegawaianParamedisjUmum, Foto copy ijazah

terakhir, Surat Izin Kerja (SIK)dan Surat Izin Perawat Gigi (SIPG) bagi

perawat gigi

k. Daftar tarif pelayanan medis

l. Surat perjanjian rujukan dengan rumah sakit terdekat

m. Daftar alat-alat kedokteranjkedokteran gigi sesuai dengan pelayanan yang

dilaksanakan

n. Daftar Obat-obatan yang digunakan

o. Wajib mengikuti standar perizinan kedokteran gigi keluarga

p. Wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran gigi keluarga

q. Setiap tindakan kedokteran gigi keluarga harus mendapat persetujuan

pasien

r. Persetujuan diberikan setelah pasien mendapat penjelasan lengkap

(diagnosis, tindakan medis, tujuan tindakan, resiko, alternatif

lain, prognosis)

s. Wajib membuat rekam medis (dibubuhi nama, waktu, tindakan)

t. Wajib menyimpan rahasia kedokteran gigi keluarga

24
u. Wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya

v. Wajib memberi laporan ke Puskesmas

3.3.4 Tenaga Kesehatan yang Terlibat dalam Praktik Dokter Gigi

Kelompok.

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU No 36, 2014).

Menurut UU No 36, 2014 Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:

a. Tenaga medis;

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis

terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.

b. Tenaga psikologi klinis;

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga psikologi

klinis adalah psikologi klinis.

c. Tenaga keperawatan;

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga

keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf c terdiri atas berbagai jenis

perawat.

d. Tenaga kebidanan;

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kebidanan

adalah bidan.

e. Tenaga kefarmasian;

25
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian

terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

f. Tenaga kesehatan masyarakat;

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan

masyarakat sebagaimana dimaksud pada huruf f terdiri atas epidemiolog

kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan

kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan

kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.

g. Tenaga kesehatan lingkungan;

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan

lingkungan terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, dan

mikrobiolog kesehatan.

h. Tenaga gizi;

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi

sebagaimana dimaksud huruf h terdiri atas nutrisionis dan dietisien.

i. Tenaga keterapian fisik;

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keterapian

fisik sebagaimana dimaksud huruf i terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis,

terapis wicara, dan akupunktur.

j. Tenaga keteknisian medis

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keteknisian

medis sebagaimana dimaksud huruf j terdiri atas perekam medis dan informasi

kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis

26
optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan

audiologis.

k. tenaga teknik biomedika

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik

biomedika sebagaimana terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli teknologi

laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik.

l. tenaga kesehatan tradisional

Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok Tenaga

Kesehatan tradisional terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga

kesehatan tradisional keterampilan.

Menurut Health Workforce Advisory Committee kelompok tenaga

kesehatan gigi

adalah :

1. Asisten gigi

2. Ahli kebersihan gigi

3. Teknisi gigi

4. Terapis gigi

Dokter gigi dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga diperlukan tenaga

yaitu dokter gigi keluarga, perawat gigi, dan tenaga lainnya sesuai dengan

kebutuhan dan peraturan yang ada. Kebutuhan sumberdaya manusia yang tepat

harus disusun berdasarkan jumblah keluarga atau penduduk di Indonesia (Depkes

, 2007).

27
3.3.5 Nilai Kapitasi Pada Kasus

Kapitasi merupakan salah satu mekanisme perubahan cara pembayaran

dari bentuk fee for service ke bentuk prospective payment system. Definisi

Kapitasi itu sendiri ialah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan

dimana pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima

sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode waktu (biasanya bulan), untuk

pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu tertentu. Kapitasi didasarkan

atas jumlah tertanggung (orang yang dijamin atau anggota) baik anggota itu dalam

keadaan sakit atau dalam keadaan sehat yang besarnya ditetapkan dan umumnya

dibayarkan di muka tanpa memperhitungkan jumlah konsultasi atau pemakaian

pelayanan di pusat pelayanan kesehatan tersebut. Kapitasi dapat juga didefinisikan

sebagai metode pembayaran untuk pelayanan kesehatan di mana penyedia layanan

dibayar dalam jumlah tetap per pasien tanpa memperhatikan jumlah atau sifat

layanan yang sebenarnya diberikan (Dewanto dan Naniek, 2014).

Penyelesaian :

1)

2)

3)

28
4)

5)

6)

No Jenis Pelayanan Utilisasi Unit cost Kapitasi


1. Konsultasi dan pemeriksaan 9,6% Rp. 45.000,00 Rp.
2. DHE/ home visit 16,8% Rp. 70.000,00 Rp. 980
3. Perawatan Aplikasi Fluor 18% Rp. 90.000,00 Rp. 1.350
Topikal
4. Perawatan scalling 18% Rp. 100.000,00 Rp. 1500
5. Penumpatan gigi dengan resin 7,2% Rp. 130.000,00 Rp. 780
komposit
6. Ekstraksi gigi dengan anestesi 6% Rp. 100.000,00 Rp. 500
injeksi
Total : Rp. 5.470

Jadi kesimpulannya nilai kapitasi yang diterima oleh drg. A yaitu


=Rp 5.470

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian dokter gigi keluarga adalah dokter gigi yang Mampu

memberikan pelayanan kesehatan gigi yang berorientasi pada komunitas melalui

unsur keluarga sebagai target utama; serta memandang individu-individu baik

yang sakit maupun yang sehat sebagai bagian dari unti keluaga dan komunitasnya.

Dokter gigi keluarga merupakan tenaga kesehatan yang proaktif endatang

keluarga sesuai indikasi dan melakukan perawatan serta asuhan pelayanan

kedokteran gigi dasar.Pendekatan pencegahan primer yang menekankan pada

pemeliharaan, peningkatan, dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut didukung

deteksi dini, pelayanan medik gigi dasar prima, merupakan prinsip dasar

pelayanan kedokteran gigi keluarga. Keluarga diberdayakan dan berperan sebagai

subjek menuju kesehatan gigi dan mulut yang optimal bagi semua.

30
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Pelaksanaan Manajemen Sekolah

Khusus Tunanetra, Jakarta.

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, SK Menkes No.

1415/Menkes/X/ 2005 tentang Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi

Keluarga, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Modul Pelatihan Dokter Gigi

Keluarga, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, SK Menkes No.

039/Menkes/SK/I/ 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kedokteran

Gigi Keluarga, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Dewanto I., Hanindriyo L., 2009, Posisi Dokter Gigi Keluarga di Indoneisa

Menuju Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Indonesia, Universitas

Muhammadiyah: Yogyakarta.

Dewanto I., Naniek I.L.,2014, Panduan Pelaksanaan Pelayanan Kedokteran Gigi

Dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, Panduan Pelaksanaan

Pelayanan Kedokteran Gigi

Health Workforce Advisory Committe, 2002, The New Zealand Health Workforce: A

stocktake of capacity and issues 2001, Komiti Taunaki Kaimahi Hauora New

Zeland.

31
Idris F., 2006, Pelayanan Dokter Berbasis Dokter Keluarga Di Indonesia,

Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang.

Indraswari, Risa R., Risni J. Y., 2017, Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Penundaan Kelahiran Anak Pertama Di Wilayah Perdesaan Indonesia:

Analisis Data Sdki 2012, Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 12 No. 1

Juni 2017 | 1-12

Qomariah, 2000, Sekilas Kedokteran Keluarga, FK-Yarsi : Jakarta

Samosir, Iwan Nero, 2014, Prosedur Perolehan Izin Praktik Dokter Ditinjau Dari Hukum

Administrasi Negara, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

Undang – undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2014 Tentang Tenaga

Kesehatan.

32
Lampiran 1

DISKUSI KELOMPOK IKGM V

Ketua : Vanny Fergiana (043)


Sekretaris : Mery Rahayu (046)
Penyaji : Nuzula Farhan (054)
Moderator : Rana Atikah (056)
Anggota : Yolanda Novera (044)
Penny Maharani (045)
M. Hasbi (047)
Ivori Aulia Jufemi (048)
Iga Oktawisdo (049)
Rifqi Aris Pranata (050)
Bunga Rika Audilla (051)
Fadhlurrahman (052)
Rana Atikah (056)
Dilla Puteri Anggraini (057)
Terminologi Kasus
1. Tingkat Utilisasi = Penny Maharani (045)
2. Unit Cost = Ivori Aulia Jufemi (048)
3. Kapitasi = Mery Rahayu (046)

Penjelasan dari terminologi


1. Tingkat Utilisasi = Bunga Rika Audilla (051)
2. Unit Cost = Iga Oktawisdo (049)
3. Kapitasi = Rana Atikah (056)
Dilla Puteri Anggraini (057)
Nuzula Farhan (054)

Pembahasan Pertanyaan
1. Apakah yang membedakan praktik dokter gigi keluarga dengan dokter gigi
lainnya?
dijawab oleh = Vanny Fergiana (043)
Fadhlurrahman (052)

33
Penny Maharani (045) : bertanya kembali

2. Apa sajakah syarat untuk membuka praktik dokter gigi berkelempok?


dijawab oleh = M.Hasbi (047)
Bunga Rika Audilla (051)
Yolanda Novera (044)

3. Pihak mana sajakah yang terlibat dalam penerbitan ijin praktik dan seperti
apakah prosesnya?
dijawab oleh = M.Hasbi (047)
Ivori Aulia Jufemi (048)
Dilla Puteri Anggraini (057)

4. Apa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam praktik dokter gigi
berkelompok?
dijawab oleh = Mery Rahayu (046)
Rifqi Aris Pranata (050)

5. Berdasarkan unit cost dan utilisasi di atas, berapakah nilai kapitasi yang
diterima oleh drg. A?
dijawab oleh = perhitungan dalam 1 kelompok

34
Lampiran 2

HASIL PLENO IKGM V

1. Bagaimana SIP untuk drg yang berpraktik di berbagai tempat? (069)

Jawab (043) : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

1419/MENKES/PER/X/2005 tentang penyelengaraan Praktik Dokter dan

Dokter gigi. KKI membuat peraturan yang tertuang dalam Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan

Dokter Gigi. Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik

kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik

Pada Pasal 37 tertera :

Surat izin praktik dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di

kabupaten/kota tempat praktik kedokteran atau kedokteran gigi

dilaksanakan. Surat izin praktik dokter atau dokter gigi hanya diberikan

untuk paling banyak 3 (tiga) tempat. Satu surat izin praktik hanya berlaku

untuk 1 (satu) tempat praktik.

2. Apakah sama sanksi pelanggaran untuk drg keluarga dan drg keluarga

berkelompok? (081)

Jawab (054) : menurut kelompok kami tidak sama, karena dokter keluarga

apabila disanksi langsung ditujukan kepada dokter bersangkutan, namun

apabila dokter berkelompok yang disanksi adalah instansi tersebut

3. Bagaimana proses memperpanjang SIP dan apa saja persyaratannya? (067)

Jawab (045):

35
1. Fotocopi surat tanda registrasi dokter gigi yang diterbitkan dan dilegalisir

asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih berlaku

2. Fotocopi KTP

3. Fotocopi ijazah dokter gigi

4. Fotocopi KTA PDGI

5. Surat keterangan sehat dari puskesmas /RS/ klinik yang pakai no surat dan

di TTD dokter yang memiliki SIP

6. Form permohonan rekom SIP

7. Surat keterangan dari RS/Klinik tempat berpraktek

8. Lunas iuran bulanan PDGI

9. Pas foto 4×6 warna 1 buah (bagianggotabaru)

10. FC sertifikatkegiatanilmiah/P3KGB (minimal 1 FC kegiatanterakhir)

11. SIP lama yang asli

36

Anda mungkin juga menyukai