LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Fisik II dengan judul “Isoterm
Adsorpsi”, disusun oleh:
Nama : Siti Aminah
NIM : 1213141012
Kelas/Kelompok : B/ III (Tiga)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.
Makassar, Desember 2014
Mengetahui
A. JUDUL PERCOBAAN
Isoterm Adsorpsi
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan isotherm adsobsi menurut Frendlich bagi proses adsorpsi asam
asetat pada arang.
C. LANDASAN TEORI
Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya
penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase.
Adsobsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (Physical Adsorpsi) dan adsorpsi
kimia (Chemical Adsorpsion). Secara umum adsorpsi mempunyai gaya
intermolekul yang relatif lemah sedangkan pada adsoption kimia terjadi
pembentukan ikatan kimia antara molekuk adsorbat dengan suatu molekuk terikat
pada permukaan adsorben (Kundari dan Wiyunita: 2008).
Adsobsi adalah pengambilan komponen dari gas atau cairan dengan
penyerapan oleh suatu padatan. Pada penyerapan zat yang diserap menempel pada
permukaan padatan tidak sampai dalam padatan. Kapasitas adsorpsi ini biasanya
kecil, tetapi mampu dan mengambil komponen-komponen yang jumlahnya sangat
kecil dari (traces)dari gas atau cairan. Ikatan adsorpsi bisa berupa ikatan fisis atau
ikatan kimia. Proses ion-exchange dapat maupun digolongkan pula kedalam
adsorpsi kimiawi. Pada adsorpsi penjerap permukaan pori-pori padatan. Oleh
karena itu, dalam adsorpsi itu terjadi proses perpindahan massa dan penjerap di
permukaannya (fisis atau kimia). Langkah-langkah yang terjadi pada adsorpsi
menggunakan adsorben padatan pori-pori adalah perpindahan zat dari cairan atau
gas ke permukaan luar butir adsorben, perpindahan massa zat (difusi) dari
permukaan padatan ke bagian dalam padatan melewati cairan/gas dalam pori ke
permukaan dinding pori dan penjerap pada permukaan pori (Sediawan. 2000)
Adsorpsi merupakan penarikan atau pelekatan molekul suatu benda ke
permukaan benda lain, tanpa perubahan kimiawi. Atom atau molekul zat, tersebut
terkonsentrasikan pada bidang pemisah: gas-padat, cair-padat, gas-cair, cair-
cair,dan padat-padat. Semua proses adsorpsi ini disertai fase penurunan free energy
dan entropy. Sehingga proses tersebut bersifat eksotermis. Kebalikan desorpsi
adalah sifat endotermis. Adsorpsi ini dibagi atas 2 macam: 1) Adsorpsi fisi atau
Adsorpsi Waals. 2) Adsorpsi kimia atau Adsorpsi yang diaktifkan. Beberap zat
padat tertentu (misalnya: arang aktif) sangat mudah mengadsorpsi gas. Butir-butir
larutan koloid dapat mengadsorpsi pelarut. Adsorpsi dipakai untuk menghilangkan
warna dalam larutan, dalam penelitian gas. Pada hidrogenasi minyak dan dalam
pemotretan. Pada suhu tetap jumlah molekul dapat diadsorpsi pada suatu
permukaan bergantung kepada tekanan (jika gas) dan konsentrasi (jika larutan).
Hubungan antara banyaknya zat yang diadsorpsi dengan suhu dan konsentrasi dapat
diberikan secara grafik yang dikenal sebagai isoterm adsorpsi (Shadily. 1973:16-
17).
Isoterm adalah ungkapan tentang kesamaan susu bagi titik system atau fase.
Isoterm adsorpsi Langmuir merupakan adsorpsi gas pada padatan dengan suhu
konstanmengikuti hubungan:
n=
dengan , Kf dan Kf, 0 adalah konstanta. Model isotherm Langmuir
menggunakan pendekatan kinetika, yaitu kesetimbangan terjadi bila
kecepatan adsorpsi sama dengan kecepatan desorpsi. Asumsi yang digunakan pada
persamaan Langmuir, adsorpsi secara kimia (Sembodo. 2005).
Selama bertahun-tahun adsorben-adsorben yang paling atau sangat lazim
adalah zat padat yang secara kasar dapat dilakukan karakterisasi sebagai polar. Ini
mencakup bahan-bahan organik seperti sukrosa, amilum dan selulosa atau bahan-
bahan anorganik seperti kalsium dan magnesiumkarbonat, gel silica dan aluminium.
Adsorpsi (adsorben-adsorben) seperti itu memperlihatkan afinitas yang tinggi
terhadap zat terlarut polar, terutama jika polaritasdari zat itu terlarut tersebut rendah.
Berdasarkan pengalaman dengan system-sistem sperti itu, mincul beberapa aturan
umum jika semua factor lain sama, semakin polar suatu senyawa maka semakin
kuat senyawa tersebut akan diadsorpsi. Jika factor-faktor lain sama, berat molekul
yang besar kecenderungan untuk mengisi tempat-tempat permukaan zat terlarut
(Day dan Underwood. 2002:528).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Spatula 1 buah
c. Erlenmeyer bertutup asah 6 buah
d. Erlen meyer 250 ml 6 buah
e. Gelas ukur 10 ml 1 buah
f. Gelas ukur 50 ml 1 buah
g. Thermometer 110o C 1 buah
h. Pipet tetes 7 buah
i. Buret 50 ml 2 buah
j. Statif 2 buah
k. Klem 2 buah
l. Gelas kimia250 ml 1 buah
m. Stopwatch 3 buah
n. Corong biasa 2 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
q. Botol semprot 2 buah
2. Bahan
a. Asam asetat [H3COOH] 0,5000 M, 0,2500 M, 0,1250 M, 0,0625 M, 0,0313 M,
0,0156 M
b. Arang aktif
c. Natrium hidroksida (NaOH)
d. Phenolftalein
e. Kertas saring
f. Kertas putih
g. Aquades
h. Label
E. PROSEDUR KERJA
1. Arang aktif ditimbang dan dimasukkan kedalam 6 BUAH Erlenmeyer bertutup
masing-masing 0,5 gram arang aktif.
2. Masing-masing Erlenmeyer ditambah dengan larutan asam asetat 50 ml dengan
konsentrasi 0,5000 M; 0,2500 M; 0,1250 M; 0,0625M; 0,0313 M; dan 0,0156 M.
3. Erlenmeyer tersebut ditutup dan dikocok selama 15 menit tanpa berhenti.
4. Suhu larutan diukur dan dijaga agar tidak terjadi perubahan suhu yang tinggi.
5. Larutan disaring dengan kertas saring yang kering.
6. Larutan filtrate dititrasi dengan diambil 5 mL filtrate Erlenmeyer 1 dan 2; 12,5
mL filtrate Erlenmeyer 3 dan 25 mL filtrate Erlenmeyer 4,5 dan .
7. Masing-masing filtrate ditambah dengan 3 tetes phenolftalein sebelum dilakukan
titrasi.
8. Masing-masing filtrate dititrasi dengan larutan standar NaOH0,1 M.
9. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali untuk masing-masing konsentrasi CH3COOH.
F. HASIL PENGAMATAN
0,5 gram menambahkan 50 mL CH3COOH
(serbuk arang) 0,5000 M; 0,2500 M; 0,1250 M; 0,0625 M; 0,0313 M dan 0,0156 M
menghasilkan
larutan +
mengocok selama 15 menit menyaring
hitam pekat larutan hitam pekat larutan bening
(setiapa konsentrasi) membagi filtrate
[0,5000 M] = 5 mL
[0,2500 M] = 5 mL
[0,1250 M] = 12,5 mL
[0,0625 M] = 25 mL
[0,0313 M] = 25 mL
[0,0156 M] = 25 mL
menambahkan indicator PP
larutan bening
NO Volume Larutan Asam Volume NaOH 0,1 M Keterangan
1. 5 mL [0,5000 M] 1. 21,1 mL Ungu bening
2. 21,3 mL V = 21,2 mL Ungu bening
2. 5 mL [0,2500 M] 1. 6,1 mL Ungu bening
2. 5,4 mL V = 5,75 mL Ungu bening
3. 12,5 mL [0,1250 M] 1. 7,5 mL Ungu bening
2. 5,7 mL V = 6,6 mL Ungu bening
4. 25 mL [0,0625 M] 1. 10,2 mL Ungu bening
2. 9,5 mL V = 9,85 mL Ungu bening
5. 25 mL [0,0313 M] 1. 5,9 mL Ungu bening
2. 7,6 mL V = 6,75 mL Ungu bening
6. 25 mL [0,0156 M] 1. 0,9 mL Ungu bening
2. 0,6 mL V = 0,75 mL Ungu bening
G. ANALISIS DATA
1. Erlenmeyer I
Dik: M CH3COOH = 0,5 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 21,2 mL
M arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,5 M x 50 mL
= 25 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 21,2 mL x 0,1 M x
= 21,2 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 25 mmol – 21,2 mmol
= 3,8 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 3,8 mmol . 60
= 228 mg
= 0,228 gram
= = 0,456
= -0,341
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,424
Log C = - 0,372
2. Erlenmeyer II
Dik: M CH3COOH = 0,250 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 5,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,250 M x 50 mL
= 12,5 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 5,75 mL x 0,1 M x
= 5,75 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 12,5 mmol – 5,75 mmol
= 6,75 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 6,75 mmol . 60
= 405 mg
= 0,405 gram
= = 0,810
= -0,091
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,115
Log C = - 0,939
3. Erlenmeyer III
Dik: M CH3COOH = 0,1250 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 6,6 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,1250 M x 50 mL
= 6,25 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 6,6 mL x 0,1 M x
= 2,64 mmol
mmol zat yang teradsorpsi= mmol awal – mmol akhir
= 6,25 mmol – 2,64 mmol
= 3,61 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 3,61 mmol . 60
= 216 mg
= 0,216 gram
= = 0,432
= -0,364
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,528
Log C = - 0,277
4. Erlenmeyer IV
Dik: M CH3COOH = 0,0625 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 9,85 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0625 M x 50 mL
= 3,12 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 9,85 mL x 0,1 M x
= 1,97 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 3,12 mmol – 1,97 mmol
= 1,15 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 1,15 mmol . 60
= 69 mg
= 0,069 gram
= = 0,138
= -0,860
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,039
Log C = - 1,408
5. Erlenmeyer V
Dik: M CH3COOH = 0,0313 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 6,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0313 M x 50 mL
= 1,57 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 6,75 mL x 0,1 M x
= 1,35 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 1,57 mmol – 1,35mmol
= 0,220 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 0,220 mmol . 60
= 13,2 mg
= 0,013 gram
= = 0,026
= -1,585
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,027
Log C = - 1,568
6. Erlenmeyer VI
Dik: M CH3COOH = 0,0156 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 0,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0156 M x 50 mL
= 0,78 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 0,75 mL x 0,1 M x
= 0,15 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 0,78 mmol – 0,15 mmol
= 0,63 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 0,63 mmol . 60
= 37,8 mg
= 0,037 gram
= = 0,076
= -1,119
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,003
Log C = - 2,523
Table
NO Massa Konsentrasi (M) X Log C
arang Awal Akhir (gram) Log
(gram)
1. 0,5 0,5000 0,424 0,228 0,456 -0,341 -0,372
2. 0,5 0,2500 0,115 0,405 0,810 -0,091 -0,393
3. 0,5 0,1250 0,528 0,216 0,432 -0,364 -0,277
4. 0,5 0,0625 0,039 0,069 0,138 -0,860 -1,408
5. 0,5 0,0313 0,027 0,013 0,026 -1,585 -1,568
6. 0,5 0,0156 0,003 0,378 0,076 -1,119 -2,523
dapat dilihat dengan persamaan Freundlich yaitu log dan log C. pada percobaan
terjadi adsorpsi fisik yang merupakanproses interaksi antara adsorben dengan
adsorbat yang disebabkan oleh gaya Van der Waals. Adsorpsi fisika terjadi pada
percobaan karena gaya tarik menarik antara asam asetat dengan arang aktif lebih
besar dari gaya tarik menarik antara asam asetat dengan pelarutnya, sehingga zat
yang terlarut (asam asetat) lebih akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
Adapun adsorben yang digunakan adalah arang atau karbon aktif. Karbon
aktif adalaha zat yang digunakan untuk penyerap/pengadsorpsi suatu bahan, pada
percobaan karbon aktif tidak diaktifkan dengan pemanasan, dimana tujuan
pemanasan adalah untuk membuka pori-pori dari karbon aktif dan memutuskan
ikatan antara karbon sehingga terbentuk kutub negative dan kutub positif yang akan
mengikat adsorbat nantinya. Karbon aktif yang digunakan telah diaktifkan
sebelumnya dan memiliki luas permukaan yang besar sehingga pengadsorpsi akan
maksimal.
Adsorbat yang digunakan adalah asam asetat dengan konsentrasi yang
bervariasi, tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadapdaya
serap (adsorpsi) akan meningkat dengan kenaikan dari konsentrasi adsorbat.
Adsorpsi akan terjadi jika keseimbangan antara konsentrasi adsorbat yang diserap
dengan konsentrasi adsorbenyang tersisa dalam larutan. Arang aktif yang telah
dicampur dengan asam asetat, dikocok beberapa menit. Pengocokkan bertujuan
untuk mencapai keseimbangan adsorpsi. Jika fase cair yang berisi adsorben dalam
keadaan diam maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan menjadi
lambat. Oleh karena itu dilakukan pengocokkan untuk mempercepat terjadinya
dasorpsi. Selanjutnya larutan campuran disaring untuk memisahkan filtrate (asam
asetat) dengan karbon. Filtrate kemudian diukur dengan volume yang berbeda-beda,
dimana asam asetat dengan konsentrasi tinggi diambil lebih sedikit dibandingkan
dengan larutan asam asetat yang konsentrasinya rendah. Hal ini bertujuan karena
larutan asam asetat dengan konsentrasi tinggi mengandung jumlah molekul yang
banyak sehingga zat yang teradsorpsi juga banyak. Filtrate kemudian ditambahkan
dengan indicator pp yang berfunsi untukmengetahui titik akhir titrasi. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan NaOH, yang bertujuan untuk mengetahui brapa banyak
asam asetat yang tersisa setelah pengadsorpsian dilakukan yang ditandai dengan
perubahan warna dari tidak berwarna menjai warna merah muda. Adapun reaksi
yang terjadi:
Dari pengaluran log terhadap log C diperoleh kurva yang tidak linear
dimana y= 1,043x – 3,128. 1,043 merupakan nilai n dan 3,128 adalah nila log K.
2. Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam melakukan
percobaan dan juga pada pengcokkan agar dapat dilakukantanpa berhenti sehingga
hasil yang diperoleh sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Day, JR. dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Sembodo, Bregas. 2005. Isotherm Kestimbangan Adsorpsi Timbal pada Abu Sekam
Padi.Jurnal Ekuilibrium. Vol 4 No 2. Semarang.
TUGAS
1. Table Pengamatan
NO Massa Konsentrasi (M) X Log C
arang Awal Akhir (gram) Log
(gram)
1. 0,5 0,5000 0,424 0,228 0,456 -0,341 -0,372
2. 0,5 0,2500 0,115 0,405 0,810 -0,091 -0,393
3. 0,5 0,1250 0,528 0,216 0,432 -0,364 -0,277
4. 0,5 0,0625 0,039 0,069 0,138 -0,860 -1,408
5. 0,5 0,0313 0,027 0,013 0,026 -1,585 -1,568
6. 0,5 0,0156 0,003 0,378 0,076 -1,119 -2,523
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Fisik II dengan judul “Isoterm
Adsorpsi”, disusun oleh:
Nama : Siti Aminah
NIM : 1213141012
Kelas/Kelompok : B/ III (Tiga)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.
Makassar, Desember 2014
Mengetahui
A. JUDUL PERCOBAAN
Isoterm Adsorpsi
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan isotherm adsobsi menurut Frendlich bagi proses adsorpsi asam
asetat pada arang.
C. LANDASAN TEORI
Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya
penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase.
Adsobsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (Physical Adsorpsi) dan adsorpsi
kimia (Chemical Adsorpsion). Secara umum adsorpsi mempunyai gaya
intermolekul yang relatif lemah sedangkan pada adsoption kimia terjadi
pembentukan ikatan kimia antara molekuk adsorbat dengan suatu molekuk terikat
pada permukaan adsorben (Kundari dan Wiyunita: 2008).
Adsobsi adalah pengambilan komponen dari gas atau cairan dengan
penyerapan oleh suatu padatan. Pada penyerapan zat yang diserap menempel pada
permukaan padatan tidak sampai dalam padatan. Kapasitas adsorpsi ini biasanya
kecil, tetapi mampu dan mengambil komponen-komponen yang jumlahnya sangat
kecil dari (traces)dari gas atau cairan. Ikatan adsorpsi bisa berupa ikatan fisis atau
ikatan kimia. Proses ion-exchange dapat maupun digolongkan pula kedalam
adsorpsi kimiawi. Pada adsorpsi penjerap permukaan pori-pori padatan. Oleh
karena itu, dalam adsorpsi itu terjadi proses perpindahan massa dan penjerap di
permukaannya (fisis atau kimia). Langkah-langkah yang terjadi pada adsorpsi
menggunakan adsorben padatan pori-pori adalah perpindahan zat dari cairan atau
gas ke permukaan luar butir adsorben, perpindahan massa zat (difusi) dari
permukaan padatan ke bagian dalam padatan melewati cairan/gas dalam pori ke
permukaan dinding pori dan penjerap pada permukaan pori (Sediawan. 2000)
Adsorpsi merupakan penarikan atau pelekatan molekul suatu benda ke
permukaan benda lain, tanpa perubahan kimiawi. Atom atau molekul zat, tersebut
terkonsentrasikan pada bidang pemisah: gas-padat, cair-padat, gas-cair, cair-
cair,dan padat-padat. Semua proses adsorpsi ini disertai fase penurunan free energy
dan entropy. Sehingga proses tersebut bersifat eksotermis. Kebalikan desorpsi
adalah sifat endotermis. Adsorpsi ini dibagi atas 2 macam: 1) Adsorpsi fisi atau
Adsorpsi Waals. 2) Adsorpsi kimia atau Adsorpsi yang diaktifkan. Beberap zat
padat tertentu (misalnya: arang aktif) sangat mudah mengadsorpsi gas. Butir-butir
larutan koloid dapat mengadsorpsi pelarut. Adsorpsi dipakai untuk menghilangkan
warna dalam larutan, dalam penelitian gas. Pada hidrogenasi minyak dan dalam
pemotretan. Pada suhu tetap jumlah molekul dapat diadsorpsi pada suatu
permukaan bergantung kepada tekanan (jika gas) dan konsentrasi (jika larutan).
Hubungan antara banyaknya zat yang diadsorpsi dengan suhu dan konsentrasi dapat
diberikan secara grafik yang dikenal sebagai isoterm adsorpsi (Shadily. 1973:16-
17).
Isoterm adalah ungkapan tentang kesamaan susu bagi titik system atau fase.
Isoterm adsorpsi Langmuir merupakan adsorpsi gas pada padatan dengan suhu
konstanmengikuti hubungan:
n=
dengan , Kf dan Kf, 0 adalah konstanta. Model isotherm Langmuir
menggunakan pendekatan kinetika, yaitu kesetimbangan terjadi bila
kecepatan adsorpsi sama dengan kecepatan desorpsi. Asumsi yang digunakan pada
persamaan Langmuir, adsorpsi secara kimia (Sembodo. 2005).
Selama bertahun-tahun adsorben-adsorben yang paling atau sangat lazim
adalah zat padat yang secara kasar dapat dilakukan karakterisasi sebagai polar. Ini
mencakup bahan-bahan organik seperti sukrosa, amilum dan selulosa atau bahan-
bahan anorganik seperti kalsium dan magnesiumkarbonat, gel silica dan aluminium.
Adsorpsi (adsorben-adsorben) seperti itu memperlihatkan afinitas yang tinggi
terhadap zat terlarut polar, terutama jika polaritasdari zat itu terlarut tersebut rendah.
Berdasarkan pengalaman dengan system-sistem sperti itu, mincul beberapa aturan
umum jika semua factor lain sama, semakin polar suatu senyawa maka semakin
kuat senyawa tersebut akan diadsorpsi. Jika factor-faktor lain sama, berat molekul
yang besar kecenderungan untuk mengisi tempat-tempat permukaan zat terlarut
(Day dan Underwood. 2002:528).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Spatula 1 buah
c. Erlenmeyer bertutup asah 6 buah
d. Erlen meyer 250 ml 6 buah
e. Gelas ukur 10 ml 1 buah
f. Gelas ukur 50 ml 1 buah
g. Thermometer 110o C 1 buah
h. Pipet tetes 7 buah
i. Buret 50 ml 2 buah
j. Statif 2 buah
k. Klem 2 buah
l. Gelas kimia250 ml 1 buah
m. Stopwatch 3 buah
n. Corong biasa 2 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
q. Botol semprot 2 buah
2. Bahan
a. Asam asetat [H3COOH] 0,5000 M, 0,2500 M, 0,1250 M, 0,0625 M, 0,0313 M,
0,0156 M
b. Arang aktif
c. Natrium hidroksida (NaOH)
d. Phenolftalein
e. Kertas saring
f. Kertas putih
g. Aquades
h. Label
E. PROSEDUR KERJA
1. Arang aktif ditimbang dan dimasukkan kedalam 6 BUAH Erlenmeyer bertutup
masing-masing 0,5 gram arang aktif.
2. Masing-masing Erlenmeyer ditambah dengan larutan asam asetat 50 ml dengan
konsentrasi 0,5000 M; 0,2500 M; 0,1250 M; 0,0625M; 0,0313 M; dan 0,0156 M.
3. Erlenmeyer tersebut ditutup dan dikocok selama 15 menit tanpa berhenti.
4. Suhu larutan diukur dan dijaga agar tidak terjadi perubahan suhu yang tinggi.
5. Larutan disaring dengan kertas saring yang kering.
6. Larutan filtrate dititrasi dengan diambil 5 mL filtrate Erlenmeyer 1 dan 2; 12,5
mL filtrate Erlenmeyer 3 dan 25 mL filtrate Erlenmeyer 4,5 dan .
7. Masing-masing filtrate ditambah dengan 3 tetes phenolftalein sebelum dilakukan
titrasi.
8. Masing-masing filtrate dititrasi dengan larutan standar NaOH0,1 M.
9. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali untuk masing-masing konsentrasi CH3COOH.
F. HASIL PENGAMATAN
0,5 gram menambahkan 50 mL CH3COOH
(serbuk arang) 0,5000 M; 0,2500 M; 0,1250 M; 0,0625 M; 0,0313 M dan 0,0156 M
menghasilkan
larutan +
mengocok selama 15 menit menyaring
hitam pekat larutan hitam pekat larutan bening
(setiapa konsentrasi) membagi filtrate
Ø [0,5000 M] = 5 mL
Ø [0,2500 M] = 5 mL
Ø [0,1250 M] = 12,5 mL
Ø [0,0625 M] = 25 mL
Ø [0,0313 M] = 25 mL
Ø [0,0156 M] = 25 mL
menambahkan indicator PP
larutan bening
NO Volume Larutan Asam Volume NaOH 0,1 M Keterangan
1. 5 mL [0,5000 M] 1. 21,1 mL Ungu bening
2. 21,3 mL V = 21,2 mL Ungu bening
2. 5 mL [0,2500 M] 1. 6,1 mL Ungu bening
2. 5,4 mL V = 5,75 mL Ungu bening
3. 12,5 mL [0,1250 M] 1. 7,5 mL Ungu bening
2. 5,7 mL V = 6,6 mL Ungu bening
4. 25 mL [0,0625 M] 1. 10,2 mL Ungu bening
2. 9,5 mL V = 9,85 mL Ungu bening
5. 25 mL [0,0313 M] 1. 5,9 mL Ungu bening
2. 7,6 mL V = 6,75 mL Ungu bening
6. 25 mL [0,0156 M] 1. 0,9 mL Ungu bening
2. 0,6 mL V = 0,75 mL Ungu bening
G. ANALISIS DATA
1. Erlenmeyer I
Dik: M CH3COOH = 0,5 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 21,2 mL
M arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,5 M x 50 mL
= 25 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 21,2 mL x 0,1 M x
= 21,2 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 25 mmol – 21,2 mmol
= 3,8 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 3,8 mmol . 60
= 228 mg
= 0,228 gram
= = 0,456
0 = -0,341
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,424
Log C = - 0,372
2. Erlenmeyer II
Dik: M CH3COOH = 0,250 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 5,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,250 M x 50 mL
= 12,5 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 5,75 mL x 0,1 M x
= 5,75 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 12,5 mmol – 5,75 mmol
= 6,75 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 6,75 mmol . 60
= 405 mg
= 0,405 gram
= = 0,810
= -0,091
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,115
Log C = - 0,939
3. Erlenmeyer III
Dik: M CH3COOH = 0,1250 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 6,6 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,1250 M x 50 mL
= 6,25 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 6,6 mL x 0,1 M x
= 2,64 mmol
mmol zat yang teradsorpsi= mmol awal – mmol akhir
= 6,25 mmol – 2,64 mmol
= 3,61 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 3,61 mmol . 60
= 216 mg
= 0,216 gram
= = 0,432
= -0,364
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,528
Log C = - 0,277
4. Erlenmeyer IV
Dik: M CH3COOH = 0,0625 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 9,85 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0625 M x 50 mL
= 3,12 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 9,85 mL x 0,1 M x
= 1,97 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 3,12 mmol – 1,97 mmol
= 1,15 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 1,15 mmol . 60
= 69 mg
= 0,069 gram
= = 0,138
= -0,860
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,039
Log C = - 1,408
5. Erlenmeyer V
Dik: M CH3COOH = 0,0313 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 6,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0313 M x 50 mL
= 1,57 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 6,75 mL x 0,1 M x
= 1,35 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 1,57 mmol – 1,35mmol
= 0,220 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 0,220 mmol . 60
= 13,2 mg
= 0,013 gram
= = 0,026
= -1,585
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,027
Log C = - 1,568
6. Erlenmeyer VI
Dik: M CH3COOH = 0,0156 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 0,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0156 M x 50 mL
= 0,78 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp
= 0,75 mL x 0,1 M x
= 0,15 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 0,78 mmol – 0,15 mmol
= 0,63 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 0,63 mmol . 60
= 37,8 mg
= 0,037 gram
= = 0,076
= -1,119
[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,003
Log C = - 2,523
Table
NO Massa Konsentrasi (M) X Log C
arang Awal Akhir (gram) Log
(gram)
1. 0,5 0,5000 0,424 0,228 0,456 -0,341 -0,372
2. 0,5 0,2500 0,115 0,405 0,810 -0,091 -0,393
3. 0,5 0,1250 0,528 0,216 0,432 -0,364 -0,277
4. 0,5 0,0625 0,039 0,069 0,138 -0,860 -1,408
5. 0,5 0,0313 0,027 0,013 0,026 -1,585 -1,568
6. 0,5 0,0156 0,003 0,378 0,076 -1,119 -2,523
dapat dilihat dengan persamaan Freundlich yaitu log dan log C. pada percobaan
terjadi adsorpsi fisik yang merupakanproses interaksi antara adsorben dengan
adsorbat yang disebabkan oleh gaya Van der Waals. Adsorpsi fisika terjadi pada
percobaan karena gaya tarik menarik antara asam asetat dengan arang aktif lebih
besar dari gaya tarik menarik antara asam asetat dengan pelarutnya, sehingga zat
yang terlarut (asam asetat) lebih akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
Adapun adsorben yang digunakan adalah arang atau karbon aktif. Karbon
aktif adalaha zat yang digunakan untuk penyerap/pengadsorpsi suatu bahan, pada
percobaan karbon aktif tidak diaktifkan dengan pemanasan, dimana tujuan
pemanasan adalah untuk membuka pori-pori dari karbon aktif dan memutuskan
ikatan antara karbon sehingga terbentuk kutub negative dan kutub positif yang akan
mengikat adsorbat nantinya. Karbon aktif yang digunakan telah diaktifkan
sebelumnya dan memiliki luas permukaan yang besar sehingga pengadsorpsi akan
maksimal.
Adsorbat yang digunakan adalah asam asetat dengan konsentrasi yang
bervariasi, tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadapdaya
serap (adsorpsi) akan meningkat dengan kenaikan dari konsentrasi adsorbat.
Adsorpsi akan terjadi jika keseimbangan antara konsentrasi adsorbat yang diserap
dengan konsentrasi adsorbenyang tersisa dalam larutan. Arang aktif yang telah
dicampur dengan asam asetat, dikocok beberapa menit. Pengocokkan bertujuan
untuk mencapai keseimbangan adsorpsi. Jika fase cair yang berisi adsorben dalam
keadaan diam maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan menjadi
lambat. Oleh karena itu dilakukan pengocokkan untuk mempercepat terjadinya
dasorpsi. Selanjutnya larutan campuran disaring untuk memisahkan filtrate (asam
asetat) dengan karbon. Filtrate kemudian diukur dengan volume yang berbeda-beda,
dimana asam asetat dengan konsentrasi tinggi diambil lebih sedikit dibandingkan
dengan larutan asam asetat yang konsentrasinya rendah. Hal ini bertujuan karena
larutan asam asetat dengan konsentrasi tinggi mengandung jumlah molekul yang
banyak sehingga zat yang teradsorpsi juga banyak. Filtrate kemudian ditambahkan
dengan indicator pp yang berfunsi untukmengetahui titik akhir titrasi. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan NaOH, yang bertujuan untuk mengetahui brapa banyak
asam asetat yang tersisa setelah pengadsorpsian dilakukan yang ditandai dengan
perubahan warna dari tidak berwarna menjai warna merah muda. Adapun reaksi
yang terjadi:
Dari pengaluran log terhadap log C diperoleh kurva yang tidak linear
dimana y= 1,043x – 3,128. 1,043 merupakan nilai n dan 3,128 adalah nila log K.
2. Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam melakukan
percobaan dan juga pada pengcokkan agar dapat dilakukantanpa berhenti sehingga
hasil yang diperoleh sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Day, JR. dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Sembodo, Bregas. 2005. Isotherm Kestimbangan Adsorpsi Timbal pada Abu Sekam
Padi.Jurnal Ekuilibrium. Vol 4 No 2. Semarang.
TUGAS
1. Table Pengamatan
NO Massa Konsentrasi (M) X Log C
arang Awal Akhir (gram) Log
(gram)
1. 0,5 0,5000 0,424 0,228 0,456 -0,341 -0,372
2. 0,5 0,2500 0,115 0,405 0,810 -0,091 -0,393
3. 0,5 0,1250 0,528 0,216 0,432 -0,364 -0,277
4. 0,5 0,0625 0,039 0,069 0,138 -0,860 -1,408
5. 0,5 0,0313 0,027 0,013 0,026 -1,585 -1,568
6. 0,5 0,0156 0,003 0,378 0,076 -1,119 -2,523
0.06
Series1
0.04
Linear (Series1)
0.02
0
0 0.005 0.01 0.015
log C
Chart Title
0
-3 -2 -1 0
-0.2
-0.4
-0.6
x/m
-0.8 Series1
y = 1.0279x + 1.0051
-1 Linear (Series1)
R² = 0.9801
-1.2
-1.4
-1.6
Konsentrasi