Anda di halaman 1dari 38

aminah fairah

Minggu, 04 Januari 2015


laporan isoterm adsorpsi

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Fisik II dengan judul “Isoterm
Adsorpsi”, disusun oleh:
Nama : Siti Aminah
NIM : 1213141012
Kelas/Kelompok : B/ III (Tiga)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.
Makassar, Desember 2014

Mengetahui
A. JUDUL PERCOBAAN
Isoterm Adsorpsi

B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan isotherm adsobsi menurut Frendlich bagi proses adsorpsi asam
asetat pada arang.

C. LANDASAN TEORI
Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya
penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase.
Adsobsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (Physical Adsorpsi) dan adsorpsi
kimia (Chemical Adsorpsion). Secara umum adsorpsi mempunyai gaya
intermolekul yang relatif lemah sedangkan pada adsoption kimia terjadi
pembentukan ikatan kimia antara molekuk adsorbat dengan suatu molekuk terikat
pada permukaan adsorben (Kundari dan Wiyunita: 2008).
Adsobsi adalah pengambilan komponen dari gas atau cairan dengan
penyerapan oleh suatu padatan. Pada penyerapan zat yang diserap menempel pada
permukaan padatan tidak sampai dalam padatan. Kapasitas adsorpsi ini biasanya
kecil, tetapi mampu dan mengambil komponen-komponen yang jumlahnya sangat
kecil dari (traces)dari gas atau cairan. Ikatan adsorpsi bisa berupa ikatan fisis atau
ikatan kimia. Proses ion-exchange dapat maupun digolongkan pula kedalam
adsorpsi kimiawi. Pada adsorpsi penjerap permukaan pori-pori padatan. Oleh
karena itu, dalam adsorpsi itu terjadi proses perpindahan massa dan penjerap di
permukaannya (fisis atau kimia). Langkah-langkah yang terjadi pada adsorpsi
menggunakan adsorben padatan pori-pori adalah perpindahan zat dari cairan atau
gas ke permukaan luar butir adsorben, perpindahan massa zat (difusi) dari
permukaan padatan ke bagian dalam padatan melewati cairan/gas dalam pori ke
permukaan dinding pori dan penjerap pada permukaan pori (Sediawan. 2000)
Adsorpsi merupakan penarikan atau pelekatan molekul suatu benda ke
permukaan benda lain, tanpa perubahan kimiawi. Atom atau molekul zat, tersebut
terkonsentrasikan pada bidang pemisah: gas-padat, cair-padat, gas-cair, cair-
cair,dan padat-padat. Semua proses adsorpsi ini disertai fase penurunan free energy
dan entropy. Sehingga proses tersebut bersifat eksotermis. Kebalikan desorpsi
adalah sifat endotermis. Adsorpsi ini dibagi atas 2 macam: 1) Adsorpsi fisi atau
Adsorpsi Waals. 2) Adsorpsi kimia atau Adsorpsi yang diaktifkan. Beberap zat
padat tertentu (misalnya: arang aktif) sangat mudah mengadsorpsi gas. Butir-butir
larutan koloid dapat mengadsorpsi pelarut. Adsorpsi dipakai untuk menghilangkan
warna dalam larutan, dalam penelitian gas. Pada hidrogenasi minyak dan dalam
pemotretan. Pada suhu tetap jumlah molekul dapat diadsorpsi pada suatu
permukaan bergantung kepada tekanan (jika gas) dan konsentrasi (jika larutan).
Hubungan antara banyaknya zat yang diadsorpsi dengan suhu dan konsentrasi dapat
diberikan secara grafik yang dikenal sebagai isoterm adsorpsi (Shadily. 1973:16-
17).
Isoterm adalah ungkapan tentang kesamaan susu bagi titik system atau fase.
Isoterm adsorpsi Langmuir merupakan adsorpsi gas pada padatan dengan suhu
konstanmengikuti hubungan:

θ = fraksi permukaanyang menyerap molekul


b = koefisien adsorpsi
P = tekanan gas
Isoterm Serapan Langmuir Freunollich persamaan pertama yang menyetakan
hubungan antara jumlah materi dan diserap dengan konsentrasi materi dalam
larutan: m=kC1/n, m adalah jumlah gram yang diserap per gram penyerap, C
konsentrasi, k dan n adalah zat tetapan (Pudjaatmaka. 2002:341)
Isoterm yang menggambarkan suatu kesetimbangan adsorpsi biasanya tidak
linear. Banyak system mengikuti persamaannya Frendlich sekurang-kurangnya jika
konsentrasinya tidak terlalu tinggi. Persamaan ini yang ditemukan pada kahir tahun
1800-an, suatu persamaan empiris yang tidak diturunkan dari model yang khusus
tetapi kebetulan saja cocok dengan data eksperimen dalam sejumlah kasus.
Persamaan tersebut dapat diberikan dalam bentuk:
C = k C1/2
Dimana C merupakan konsentrasi zat yang terlarut teradsorpsi pada suatu fasa padat
yang berkesetimbangan dengan suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut C L.
Satuan yang biasanya dipakai untuk C adalah milimol zat terlarut per gram
adsorben dan untuk CLmolaritas: k dan n adalah konstanta terlihat bahwa jika n=1
persamaan Frenndlich direduksi ke bentuk pernyataan kesetimbangan lain seperti
hokum Henry atau hokum distribusi Nernst untuk zat terlarut di dalam eksraksi
pelarut, ini umumnya n > 1 dan karena itu grafik C vs C L (disebut isotherm
adsorpsi) menyerupai kurva 2a. Untuk mengevaluasi k dan n kita dapat mengambil
logaritma dari kedua ruas persamaan Freundlich, menghasilkan:
Log C= Log k + ( ) log CL
(Day dan Underwood.2002:526-527)
Hubungan antara jumlah adsorbat yang terjerap dengan konsentrasi
adsorbat dalam larutan pada konsentrasi pada keadaan kesetimbangan dan suhu
tetap, dapat dinyatakan dengan isoterm dan adsorpsi. Model isoterm Freundlich
menggunakan asumsi bahwa zat adsorpsi terjadi secara fisika. Model isotherm
Freundlich, merupakan persamaan empirik yang dinyatakan dengan persamaan:
q= Kf C1/n
dengan Kf dan n merupakan konstanta Freundlich Kf dan n adalah fungsi suhu
dengan persamaan:
Kf= Kf, exp (-kf, 0 T)

n=
dengan , Kf dan Kf, 0 adalah konstanta. Model isotherm Langmuir
menggunakan pendekatan kinetika, yaitu kesetimbangan terjadi bila
kecepatan adsorpsi sama dengan kecepatan desorpsi. Asumsi yang digunakan pada
persamaan Langmuir, adsorpsi secara kimia (Sembodo. 2005).
Selama bertahun-tahun adsorben-adsorben yang paling atau sangat lazim
adalah zat padat yang secara kasar dapat dilakukan karakterisasi sebagai polar. Ini
mencakup bahan-bahan organik seperti sukrosa, amilum dan selulosa atau bahan-
bahan anorganik seperti kalsium dan magnesiumkarbonat, gel silica dan aluminium.
Adsorpsi (adsorben-adsorben) seperti itu memperlihatkan afinitas yang tinggi
terhadap zat terlarut polar, terutama jika polaritasdari zat itu terlarut tersebut rendah.
Berdasarkan pengalaman dengan system-sistem sperti itu, mincul beberapa aturan
umum jika semua factor lain sama, semakin polar suatu senyawa maka semakin
kuat senyawa tersebut akan diadsorpsi. Jika factor-faktor lain sama, berat molekul
yang besar kecenderungan untuk mengisi tempat-tempat permukaan zat terlarut
(Day dan Underwood. 2002:528).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Spatula 1 buah
c. Erlenmeyer bertutup asah 6 buah
d. Erlen meyer 250 ml 6 buah
e. Gelas ukur 10 ml 1 buah
f. Gelas ukur 50 ml 1 buah
g. Thermometer 110o C 1 buah
h. Pipet tetes 7 buah
i. Buret 50 ml 2 buah
j. Statif 2 buah
k. Klem 2 buah
l. Gelas kimia250 ml 1 buah
m. Stopwatch 3 buah
n. Corong biasa 2 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
q. Botol semprot 2 buah
2. Bahan
a. Asam asetat [H3COOH] 0,5000 M, 0,2500 M, 0,1250 M, 0,0625 M, 0,0313 M,
0,0156 M
b. Arang aktif
c. Natrium hidroksida (NaOH)
d. Phenolftalein
e. Kertas saring
f. Kertas putih
g. Aquades
h. Label

E. PROSEDUR KERJA
1. Arang aktif ditimbang dan dimasukkan kedalam 6 BUAH Erlenmeyer bertutup
masing-masing 0,5 gram arang aktif.
2. Masing-masing Erlenmeyer ditambah dengan larutan asam asetat 50 ml dengan
konsentrasi 0,5000 M; 0,2500 M; 0,1250 M; 0,0625M; 0,0313 M; dan 0,0156 M.
3. Erlenmeyer tersebut ditutup dan dikocok selama 15 menit tanpa berhenti.
4. Suhu larutan diukur dan dijaga agar tidak terjadi perubahan suhu yang tinggi.
5. Larutan disaring dengan kertas saring yang kering.
6. Larutan filtrate dititrasi dengan diambil 5 mL filtrate Erlenmeyer 1 dan 2; 12,5
mL filtrate Erlenmeyer 3 dan 25 mL filtrate Erlenmeyer 4,5 dan .
7. Masing-masing filtrate ditambah dengan 3 tetes phenolftalein sebelum dilakukan
titrasi.
8. Masing-masing filtrate dititrasi dengan larutan standar NaOH0,1 M.
9. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali untuk masing-masing konsentrasi CH3COOH.

F. HASIL PENGAMATAN
0,5 gram menambahkan 50 mL CH3COOH
(serbuk arang) 0,5000 M; 0,2500 M; 0,1250 M; 0,0625 M; 0,0313 M dan 0,0156 M
menghasilkan
larutan +
mengocok selama 15 menit menyaring
hitam pekat larutan hitam pekat larutan bening
(setiapa konsentrasi) membagi filtrate
[0,5000 M] = 5 mL
[0,2500 M] = 5 mL
[0,1250 M] = 12,5 mL
[0,0625 M] = 25 mL
[0,0313 M] = 25 mL
[0,0156 M] = 25 mL
menambahkan indicator PP
larutan bening
NO Volume Larutan Asam Volume NaOH 0,1 M Keterangan
1. 5 mL [0,5000 M] 1. 21,1 mL Ungu bening
2. 21,3 mL V = 21,2 mL Ungu bening
2. 5 mL [0,2500 M] 1. 6,1 mL Ungu bening
2. 5,4 mL V = 5,75 mL Ungu bening
3. 12,5 mL [0,1250 M] 1. 7,5 mL Ungu bening
2. 5,7 mL V = 6,6 mL Ungu bening
4. 25 mL [0,0625 M] 1. 10,2 mL Ungu bening
2. 9,5 mL V = 9,85 mL Ungu bening
5. 25 mL [0,0313 M] 1. 5,9 mL Ungu bening
2. 7,6 mL V = 6,75 mL Ungu bening
6. 25 mL [0,0156 M] 1. 0,9 mL Ungu bening
2. 0,6 mL V = 0,75 mL Ungu bening

G. ANALISIS DATA
1. Erlenmeyer I
Dik: M CH3COOH = 0,5 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 21,2 mL
M arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,5 M x 50 mL
= 25 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 21,2 mL x 0,1 M x
= 21,2 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 25 mmol – 21,2 mmol
= 3,8 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 3,8 mmol . 60
= 228 mg
= 0,228 gram

= = 0,456

= -0,341

[CH3COOH]sisa (C) =

=
= 0,424
Log C = - 0,372
2. Erlenmeyer II
Dik: M CH3COOH = 0,250 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 5,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,250 M x 50 mL
= 12,5 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 5,75 mL x 0,1 M x
= 5,75 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 12,5 mmol – 5,75 mmol
= 6,75 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 6,75 mmol . 60
= 405 mg
= 0,405 gram

= = 0,810

= -0,091

[CH3COOH]sisa (C) =

=
= 0,115
Log C = - 0,939
3. Erlenmeyer III
Dik: M CH3COOH = 0,1250 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 6,6 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,1250 M x 50 mL
= 6,25 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 6,6 mL x 0,1 M x
= 2,64 mmol
mmol zat yang teradsorpsi= mmol awal – mmol akhir
= 6,25 mmol – 2,64 mmol
= 3,61 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 3,61 mmol . 60
= 216 mg
= 0,216 gram

= = 0,432

= -0,364

[CH3COOH]sisa (C) =

=
= 0,528
Log C = - 0,277
4. Erlenmeyer IV
Dik: M CH3COOH = 0,0625 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 9,85 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0625 M x 50 mL
= 3,12 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 9,85 mL x 0,1 M x
= 1,97 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 3,12 mmol – 1,97 mmol
= 1,15 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 1,15 mmol . 60
= 69 mg
= 0,069 gram

= = 0,138

= -0,860

[CH3COOH]sisa (C) =

=
= 0,039
Log C = - 1,408
5. Erlenmeyer V
Dik: M CH3COOH = 0,0313 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 6,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0313 M x 50 mL
= 1,57 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 6,75 mL x 0,1 M x
= 1,35 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 1,57 mmol – 1,35mmol
= 0,220 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 0,220 mmol . 60
= 13,2 mg
= 0,013 gram

= = 0,026

= -1,585

[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,027
Log C = - 1,568
6. Erlenmeyer VI
Dik: M CH3COOH = 0,0156 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 0,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0156 M x 50 mL
= 0,78 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 0,75 mL x 0,1 M x
= 0,15 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 0,78 mmol – 0,15 mmol
= 0,63 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 0,63 mmol . 60
= 37,8 mg
= 0,037 gram

= = 0,076

= -1,119

[CH3COOH]sisa (C) =

=
= 0,003
Log C = - 2,523

Table
NO Massa Konsentrasi (M) X Log C
arang Awal Akhir (gram) Log
(gram)
1. 0,5 0,5000 0,424 0,228 0,456 -0,341 -0,372
2. 0,5 0,2500 0,115 0,405 0,810 -0,091 -0,393
3. 0,5 0,1250 0,528 0,216 0,432 -0,364 -0,277
4. 0,5 0,0625 0,039 0,069 0,138 -0,860 -1,408
5. 0,5 0,0313 0,027 0,013 0,026 -1,585 -1,568
6. 0,5 0,0156 0,003 0,378 0,076 -1,119 -2,523

Penentuan harga tetapan isotherm adsorpsi Freundlich

Log K = log n. log C


Dimana nilai n menurut grafik = 1
1. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,5000 M

Log K1 = log n. log C


= -0,341 1 (-0,372)
= -0,341 + 0,372
= 0,003
K1 = 1,003
2. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,250 M

Log K2 = log n. log C


= -0,091 1 (-0,939)
= -0,341 + 0,939
= 0,848
K2 = 2,335
3. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,1250 M

Log K3 = log n. log C


= -0,364 1 (-0,277)
= -0,341 + 0,277
= 0,087
K3 = 1,090
4. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,0625 M

Log K4 = log n. log C


= -0,860 1 (-1,408)
= -0,860 + 1,408
= 0,548
K4 = 1,729
5. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,0313 M

Log K5 = log n. log C


= -1,585 1 (-1,568)
= -1,585 + 1,568
= 0,017
K5 = 0,983
6. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,5000 M

Log K6 = log n. log C


= -0,119 1 (-2,523)
= -0,119 + 2,523
= 1,404
K6 = 4,071
K = K1 + K2 + K3 + K4 + K5 +
K6
= 1,003 + 2,335 + 1,090 + 1,729 + 0,983 + 4,071 = 1,869
6 6
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan isotherm adsorpsi menurut
Freundlich pada proses adsorpsi asam asetat pada arang. Isotherm adalah suhu yang
tetap (konstan), sedangkan adsorpsi adalah pengumpulan molekul-molekul suatu
zat pada zat lain yang terjadi akibat ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan
tersebut. Adapun isotherm adsorpsi menurut Freundlich adalah hubungan antara
banyak zat yang terdasorpsi per satuan berat adsorben dengan konsentrasi zat
terlarut pada temperature tertentu.dalam proses adsorpsi asam asetat pada arang

dapat dilihat dengan persamaan Freundlich yaitu log dan log C. pada percobaan
terjadi adsorpsi fisik yang merupakanproses interaksi antara adsorben dengan
adsorbat yang disebabkan oleh gaya Van der Waals. Adsorpsi fisika terjadi pada
percobaan karena gaya tarik menarik antara asam asetat dengan arang aktif lebih
besar dari gaya tarik menarik antara asam asetat dengan pelarutnya, sehingga zat
yang terlarut (asam asetat) lebih akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
Adapun adsorben yang digunakan adalah arang atau karbon aktif. Karbon
aktif adalaha zat yang digunakan untuk penyerap/pengadsorpsi suatu bahan, pada
percobaan karbon aktif tidak diaktifkan dengan pemanasan, dimana tujuan
pemanasan adalah untuk membuka pori-pori dari karbon aktif dan memutuskan
ikatan antara karbon sehingga terbentuk kutub negative dan kutub positif yang akan
mengikat adsorbat nantinya. Karbon aktif yang digunakan telah diaktifkan
sebelumnya dan memiliki luas permukaan yang besar sehingga pengadsorpsi akan
maksimal.
Adsorbat yang digunakan adalah asam asetat dengan konsentrasi yang
bervariasi, tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadapdaya
serap (adsorpsi) akan meningkat dengan kenaikan dari konsentrasi adsorbat.
Adsorpsi akan terjadi jika keseimbangan antara konsentrasi adsorbat yang diserap
dengan konsentrasi adsorbenyang tersisa dalam larutan. Arang aktif yang telah
dicampur dengan asam asetat, dikocok beberapa menit. Pengocokkan bertujuan
untuk mencapai keseimbangan adsorpsi. Jika fase cair yang berisi adsorben dalam
keadaan diam maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan menjadi
lambat. Oleh karena itu dilakukan pengocokkan untuk mempercepat terjadinya
dasorpsi. Selanjutnya larutan campuran disaring untuk memisahkan filtrate (asam
asetat) dengan karbon. Filtrate kemudian diukur dengan volume yang berbeda-beda,
dimana asam asetat dengan konsentrasi tinggi diambil lebih sedikit dibandingkan
dengan larutan asam asetat yang konsentrasinya rendah. Hal ini bertujuan karena
larutan asam asetat dengan konsentrasi tinggi mengandung jumlah molekul yang
banyak sehingga zat yang teradsorpsi juga banyak. Filtrate kemudian ditambahkan
dengan indicator pp yang berfunsi untukmengetahui titik akhir titrasi. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan NaOH, yang bertujuan untuk mengetahui brapa banyak
asam asetat yang tersisa setelah pengadsorpsian dilakukan yang ditandai dengan
perubahan warna dari tidak berwarna menjai warna merah muda. Adapun reaksi
yang terjadi:

CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH


Hasil yang diperoleh tidak sesuai teori, dimana menurut teori semakin
besar konsentrasi asam asetat maka volume natrium hidroksida yang digunakan
untuk mencapai titik akhir titrasi semakin banyak. Dari hasil analisi data diperoleh
massa CH3COOH yang teradsorpsi yaitu pada C sebesar 0,5000 M yang teradsorpsi
0,228 gram, C sebesar 0,250 M yang teradsoorpsi 0,810 gram, C sebesar 0,125 M
yang teradsorpsi sebesar 0,432 gram, C sebesar 0,0625 M yang teradsorpsi 0,138
gram, C sebesar 0,0313 M yang teradsorpsi 0,026 gram, C sebesar 0,0156 yang
teradsorpsi 0,076 gram. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori disebabkan
leh praktikan yang kurang teliti dalam melakukan percobaan yaitu pada
penggunaanlarutan NaOH pada buret pertama yang tidak dapat mengalamititik
akhir titrasi ketika asa asetat dititrasi. Hal ini bias sja terjadi akibat larutan NaOH
yang digunakan telah terkontaminasi oleh bahan lain yang tidak diketahui
disebabkan kelalaian praktikan.

Dari pengaluran log terhadap log C diperoleh kurva yang tidak linear
dimana y= 1,043x – 3,128. 1,043 merupakan nilai n dan 3,128 adalah nila log K.

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Isoterm adsorpsi menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat
pada arang yaitu semakin besar konsentrasi asam asetat maka semakin banyak pula
yang teradsorpsi oleh arang aktif.

2. Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam melakukan
percobaan dan juga pada pengcokkan agar dapat dilakukantanpa berhenti sehingga
hasil yang diperoleh sesuai yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Day, JR. dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Kundari, N. A. dan Wiyunita, S. 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Temabaga dalam


Limbah Pencuci dalam IPB dengan Zeolit. Seminar Nasional IV SDM Teknologi
Nuklir – Batan. Yogyakarta.

Pudjaatmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka


Sediawan, W. B. 2000. Berbagi Teknologi Proses Pemisahan. Prosiding Presentasi Ilmiah
Daur Bahan Bakar Nuklir V. Jakarta.

Sembodo, Bregas. 2005. Isotherm Kestimbangan Adsorpsi Timbal pada Abu Sekam
Padi.Jurnal Ekuilibrium. Vol 4 No 2. Semarang.

Shadily, Hasan. 1973. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: Kanisus.

TUGAS

1. Table Pengamatan
NO Massa Konsentrasi (M) X Log C
arang Awal Akhir (gram) Log
(gram)
1. 0,5 0,5000 0,424 0,228 0,456 -0,341 -0,372
2. 0,5 0,2500 0,115 0,405 0,810 -0,091 -0,393
3. 0,5 0,1250 0,528 0,216 0,432 -0,364 -0,277
4. 0,5 0,0625 0,039 0,069 0,138 -0,860 -1,408
5. 0,5 0,0313 0,027 0,013 0,026 -1,585 -1,568
6. 0,5 0,0156 0,003 0,378 0,076 -1,119 -2,523

2. Alur log (sebagai ordinat) terhadap log C (sebagai absis)


3. Alur (sebagai ordinat) terhadap C (sebagai absis)
JAWABAN PERTANYAAN
1. Perbedaan adsorpsi fisik dengan adsorpsi kimia yaitu:
a. Adsorpsi kimia
Merupakan sifat lama dari materi menjadi sifat baru
Reaksi yang terjadi tidak bolak-balik (irreversible)
Terjadi pada suhu tinggi
Waktu adsorpsi lambat sehingga kesetimbangan lebih lama tercapai
Ikatannya berupa ikatan kimia
b. Adsorpsi fisika
Sifat bahan tidak berubah
Reaksi bersifat bolak-balik (reversible)
Terjadi pada suhu rendah
Waktu adsorpsi cepat sehingga kesetimbangan lebih cepat
Ikatannya berupa ikatan Van der Waals
2. Proses adsorpsi pada percobaan ini merupakan adsorpsi fisik karena hanya terjadi
pada permukaan arang sehingga hanya ada gaya tarik-menarik secara fisika tanpa
ada perubahan kimia.
3. Pengaktifkan arang dengan menggunakan pemanasan dapat menyebabkan pori-
pori pada arang melebar sehingga dapat lebih mudah mengadsorpsi.
4. Menurut Freunlich, isotherm adsorpsi untuk adsorpsi gas pada permukaan zat
padat merupakan besarnya zat teradsorpsi persatuan luas adsorben berhubungan
dengan tekanan.
5. Untuk adsorpsi gas pada zat padat kurang memuaskan disbanding dengan
isotherm adsorpsi yang dikemukakann oleh Langmuir, karena persamaan Freunlich
diperoleh secara empiris atau dasar teori yang berarti dan untuk tekanan tinggi tidak
berlaku, sedangkan Langmuir berdasarkan pada teori dan mengnggap akibat dari
bentuk lapisan.
aminah fairah
Minggu, 04 Januari 2015
laporan isoterm adsorpsi

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Fisik II dengan judul “Isoterm
Adsorpsi”, disusun oleh:
Nama : Siti Aminah
NIM : 1213141012
Kelas/Kelompok : B/ III (Tiga)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.
Makassar, Desember 2014

Mengetahui
A. JUDUL PERCOBAAN
Isoterm Adsorpsi

B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan isotherm adsobsi menurut Frendlich bagi proses adsorpsi asam
asetat pada arang.

C. LANDASAN TEORI
Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya
penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase.
Adsobsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (Physical Adsorpsi) dan adsorpsi
kimia (Chemical Adsorpsion). Secara umum adsorpsi mempunyai gaya
intermolekul yang relatif lemah sedangkan pada adsoption kimia terjadi
pembentukan ikatan kimia antara molekuk adsorbat dengan suatu molekuk terikat
pada permukaan adsorben (Kundari dan Wiyunita: 2008).
Adsobsi adalah pengambilan komponen dari gas atau cairan dengan
penyerapan oleh suatu padatan. Pada penyerapan zat yang diserap menempel pada
permukaan padatan tidak sampai dalam padatan. Kapasitas adsorpsi ini biasanya
kecil, tetapi mampu dan mengambil komponen-komponen yang jumlahnya sangat
kecil dari (traces)dari gas atau cairan. Ikatan adsorpsi bisa berupa ikatan fisis atau
ikatan kimia. Proses ion-exchange dapat maupun digolongkan pula kedalam
adsorpsi kimiawi. Pada adsorpsi penjerap permukaan pori-pori padatan. Oleh
karena itu, dalam adsorpsi itu terjadi proses perpindahan massa dan penjerap di
permukaannya (fisis atau kimia). Langkah-langkah yang terjadi pada adsorpsi
menggunakan adsorben padatan pori-pori adalah perpindahan zat dari cairan atau
gas ke permukaan luar butir adsorben, perpindahan massa zat (difusi) dari
permukaan padatan ke bagian dalam padatan melewati cairan/gas dalam pori ke
permukaan dinding pori dan penjerap pada permukaan pori (Sediawan. 2000)
Adsorpsi merupakan penarikan atau pelekatan molekul suatu benda ke
permukaan benda lain, tanpa perubahan kimiawi. Atom atau molekul zat, tersebut
terkonsentrasikan pada bidang pemisah: gas-padat, cair-padat, gas-cair, cair-
cair,dan padat-padat. Semua proses adsorpsi ini disertai fase penurunan free energy
dan entropy. Sehingga proses tersebut bersifat eksotermis. Kebalikan desorpsi
adalah sifat endotermis. Adsorpsi ini dibagi atas 2 macam: 1) Adsorpsi fisi atau
Adsorpsi Waals. 2) Adsorpsi kimia atau Adsorpsi yang diaktifkan. Beberap zat
padat tertentu (misalnya: arang aktif) sangat mudah mengadsorpsi gas. Butir-butir
larutan koloid dapat mengadsorpsi pelarut. Adsorpsi dipakai untuk menghilangkan
warna dalam larutan, dalam penelitian gas. Pada hidrogenasi minyak dan dalam
pemotretan. Pada suhu tetap jumlah molekul dapat diadsorpsi pada suatu
permukaan bergantung kepada tekanan (jika gas) dan konsentrasi (jika larutan).
Hubungan antara banyaknya zat yang diadsorpsi dengan suhu dan konsentrasi dapat
diberikan secara grafik yang dikenal sebagai isoterm adsorpsi (Shadily. 1973:16-
17).
Isoterm adalah ungkapan tentang kesamaan susu bagi titik system atau fase.
Isoterm adsorpsi Langmuir merupakan adsorpsi gas pada padatan dengan suhu
konstanmengikuti hubungan:

θ = fraksi permukaanyang menyerap molekul


b = koefisien adsorpsi
P = tekanan gas
Isoterm Serapan Langmuir Freunollich persamaan pertama yang menyetakan
hubungan antara jumlah materi dan diserap dengan konsentrasi materi dalam
larutan: m=kC1/n, m adalah jumlah gram yang diserap per gram penyerap, C
konsentrasi, k dan n adalah zat tetapan (Pudjaatmaka. 2002:341)
Isoterm yang menggambarkan suatu kesetimbangan adsorpsi biasanya tidak
linear. Banyak system mengikuti persamaannya Frendlich sekurang-kurangnya jika
konsentrasinya tidak terlalu tinggi. Persamaan ini yang ditemukan pada kahir tahun
1800-an, suatu persamaan empiris yang tidak diturunkan dari model yang khusus
tetapi kebetulan saja cocok dengan data eksperimen dalam sejumlah kasus.
Persamaan tersebut dapat diberikan dalam bentuk:
C = k C1/2
Dimana C merupakan konsentrasi zat yang terlarut teradsorpsi pada suatu fasa padat
yang berkesetimbangan dengan suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut C L.
Satuan yang biasanya dipakai untuk C adalah milimol zat terlarut per gram
adsorben dan untuk CLmolaritas: k dan n adalah konstanta terlihat bahwa jika n=1
persamaan Frenndlich direduksi ke bentuk pernyataan kesetimbangan lain seperti
hokum Henry atau hokum distribusi Nernst untuk zat terlarut di dalam eksraksi
pelarut, ini umumnya n > 1 dan karena itu grafik C vs C L (disebut isotherm
adsorpsi) menyerupai kurva 2a. Untuk mengevaluasi k dan n kita dapat mengambil
logaritma dari kedua ruas persamaan Freundlich, menghasilkan:
Log C= Log k + ( ) log CL
(Day dan Underwood.2002:526-527)
Hubungan antara jumlah adsorbat yang terjerap dengan konsentrasi
adsorbat dalam larutan pada konsentrasi pada keadaan kesetimbangan dan suhu
tetap, dapat dinyatakan dengan isoterm dan adsorpsi. Model isoterm Freundlich
menggunakan asumsi bahwa zat adsorpsi terjadi secara fisika. Model isotherm
Freundlich, merupakan persamaan empirik yang dinyatakan dengan persamaan:
q= Kf C1/n
dengan Kf dan n merupakan konstanta Freundlich Kf dan n adalah fungsi suhu
dengan persamaan:
Kf= Kf, exp (-kf, 0 T)

n=
dengan , Kf dan Kf, 0 adalah konstanta. Model isotherm Langmuir
menggunakan pendekatan kinetika, yaitu kesetimbangan terjadi bila
kecepatan adsorpsi sama dengan kecepatan desorpsi. Asumsi yang digunakan pada
persamaan Langmuir, adsorpsi secara kimia (Sembodo. 2005).
Selama bertahun-tahun adsorben-adsorben yang paling atau sangat lazim
adalah zat padat yang secara kasar dapat dilakukan karakterisasi sebagai polar. Ini
mencakup bahan-bahan organik seperti sukrosa, amilum dan selulosa atau bahan-
bahan anorganik seperti kalsium dan magnesiumkarbonat, gel silica dan aluminium.
Adsorpsi (adsorben-adsorben) seperti itu memperlihatkan afinitas yang tinggi
terhadap zat terlarut polar, terutama jika polaritasdari zat itu terlarut tersebut rendah.
Berdasarkan pengalaman dengan system-sistem sperti itu, mincul beberapa aturan
umum jika semua factor lain sama, semakin polar suatu senyawa maka semakin
kuat senyawa tersebut akan diadsorpsi. Jika factor-faktor lain sama, berat molekul
yang besar kecenderungan untuk mengisi tempat-tempat permukaan zat terlarut
(Day dan Underwood. 2002:528).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Spatula 1 buah
c. Erlenmeyer bertutup asah 6 buah
d. Erlen meyer 250 ml 6 buah
e. Gelas ukur 10 ml 1 buah
f. Gelas ukur 50 ml 1 buah
g. Thermometer 110o C 1 buah
h. Pipet tetes 7 buah
i. Buret 50 ml 2 buah
j. Statif 2 buah
k. Klem 2 buah
l. Gelas kimia250 ml 1 buah
m. Stopwatch 3 buah
n. Corong biasa 2 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
q. Botol semprot 2 buah
2. Bahan
a. Asam asetat [H3COOH] 0,5000 M, 0,2500 M, 0,1250 M, 0,0625 M, 0,0313 M,
0,0156 M
b. Arang aktif
c. Natrium hidroksida (NaOH)
d. Phenolftalein
e. Kertas saring
f. Kertas putih
g. Aquades
h. Label

E. PROSEDUR KERJA
1. Arang aktif ditimbang dan dimasukkan kedalam 6 BUAH Erlenmeyer bertutup
masing-masing 0,5 gram arang aktif.
2. Masing-masing Erlenmeyer ditambah dengan larutan asam asetat 50 ml dengan
konsentrasi 0,5000 M; 0,2500 M; 0,1250 M; 0,0625M; 0,0313 M; dan 0,0156 M.
3. Erlenmeyer tersebut ditutup dan dikocok selama 15 menit tanpa berhenti.
4. Suhu larutan diukur dan dijaga agar tidak terjadi perubahan suhu yang tinggi.
5. Larutan disaring dengan kertas saring yang kering.
6. Larutan filtrate dititrasi dengan diambil 5 mL filtrate Erlenmeyer 1 dan 2; 12,5
mL filtrate Erlenmeyer 3 dan 25 mL filtrate Erlenmeyer 4,5 dan .
7. Masing-masing filtrate ditambah dengan 3 tetes phenolftalein sebelum dilakukan
titrasi.
8. Masing-masing filtrate dititrasi dengan larutan standar NaOH0,1 M.
9. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali untuk masing-masing konsentrasi CH3COOH.

F. HASIL PENGAMATAN
0,5 gram menambahkan 50 mL CH3COOH
(serbuk arang) 0,5000 M; 0,2500 M; 0,1250 M; 0,0625 M; 0,0313 M dan 0,0156 M
menghasilkan
larutan +
mengocok selama 15 menit menyaring
hitam pekat larutan hitam pekat larutan bening
(setiapa konsentrasi) membagi filtrate
Ø [0,5000 M] = 5 mL
Ø [0,2500 M] = 5 mL
Ø [0,1250 M] = 12,5 mL
Ø [0,0625 M] = 25 mL
Ø [0,0313 M] = 25 mL
Ø [0,0156 M] = 25 mL
menambahkan indicator PP
larutan bening
NO Volume Larutan Asam Volume NaOH 0,1 M Keterangan
1. 5 mL [0,5000 M] 1. 21,1 mL Ungu bening
2. 21,3 mL V = 21,2 mL Ungu bening
2. 5 mL [0,2500 M] 1. 6,1 mL Ungu bening
2. 5,4 mL V = 5,75 mL Ungu bening
3. 12,5 mL [0,1250 M] 1. 7,5 mL Ungu bening
2. 5,7 mL V = 6,6 mL Ungu bening
4. 25 mL [0,0625 M] 1. 10,2 mL Ungu bening
2. 9,5 mL V = 9,85 mL Ungu bening
5. 25 mL [0,0313 M] 1. 5,9 mL Ungu bening
2. 7,6 mL V = 6,75 mL Ungu bening
6. 25 mL [0,0156 M] 1. 0,9 mL Ungu bening
2. 0,6 mL V = 0,75 mL Ungu bening

G. ANALISIS DATA
1. Erlenmeyer I
Dik: M CH3COOH = 0,5 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 21,2 mL
M arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,5 M x 50 mL
= 25 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 21,2 mL x 0,1 M x
= 21,2 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 25 mmol – 21,2 mmol
= 3,8 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 3,8 mmol . 60
= 228 mg
= 0,228 gram

= = 0,456

0 = -0,341

[CH3COOH]sisa (C) =

=
= 0,424
Log C = - 0,372
2. Erlenmeyer II
Dik: M CH3COOH = 0,250 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 5,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,250 M x 50 mL
= 12,5 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 5,75 mL x 0,1 M x
= 5,75 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 12,5 mmol – 5,75 mmol
= 6,75 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 6,75 mmol . 60
= 405 mg
= 0,405 gram

= = 0,810

= -0,091

[CH3COOH]sisa (C) =

=
= 0,115
Log C = - 0,939
3. Erlenmeyer III
Dik: M CH3COOH = 0,1250 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 6,6 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,1250 M x 50 mL
= 6,25 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 6,6 mL x 0,1 M x
= 2,64 mmol
mmol zat yang teradsorpsi= mmol awal – mmol akhir
= 6,25 mmol – 2,64 mmol
= 3,61 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 3,61 mmol . 60
= 216 mg
= 0,216 gram

= = 0,432

= -0,364

[CH3COOH]sisa (C) =

=
= 0,528
Log C = - 0,277
4. Erlenmeyer IV
Dik: M CH3COOH = 0,0625 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 9,85 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0625 M x 50 mL
= 3,12 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 9,85 mL x 0,1 M x
= 1,97 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 3,12 mmol – 1,97 mmol
= 1,15 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 1,15 mmol . 60
= 69 mg
= 0,069 gram

= = 0,138

= -0,860

[CH3COOH]sisa (C) =

=
= 0,039
Log C = - 1,408
5. Erlenmeyer V
Dik: M CH3COOH = 0,0313 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 6,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0313 M x 50 mL
= 1,57 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 6,75 mL x 0,1 M x
= 1,35 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 1,57 mmol – 1,35mmol
= 0,220 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 0,220 mmol . 60
= 13,2 mg
= 0,013 gram

= = 0,026

= -1,585

[CH3COOH]sisa (C) =
=
= 0,027
Log C = - 1,568
6. Erlenmeyer VI
Dik: M CH3COOH = 0,0156 M
V CH3COOH = 50 mL
V NaOH = 0,75 mL
Mr CH3COOH = 60
m arang = 0,5 gram
Dit: CH3COOH teradsorpsi = ...?
Peny: mmol CH3COOH awal = (M x V) CH3COOH
= 0,0156 M x 50 mL
= 0,78 mmol
mmol CH3COOH akhir = mmol NaOH x fp
= (V x M) NaOH x fp

= 0,75 mL x 0,1 M x
= 0,15 mmol
mmol zat yang teradsorpsi = mmol awal – mmol akhir
= 0,78 mmol – 0,15 mmol
= 0,63 mmol
Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi (x)
x = n . BM
= 0,63 mmol . 60
= 37,8 mg
= 0,037 gram

= = 0,076

= -1,119

[CH3COOH]sisa (C) =

=
= 0,003
Log C = - 2,523

Table
NO Massa Konsentrasi (M) X Log C
arang Awal Akhir (gram) Log
(gram)
1. 0,5 0,5000 0,424 0,228 0,456 -0,341 -0,372
2. 0,5 0,2500 0,115 0,405 0,810 -0,091 -0,393
3. 0,5 0,1250 0,528 0,216 0,432 -0,364 -0,277
4. 0,5 0,0625 0,039 0,069 0,138 -0,860 -1,408
5. 0,5 0,0313 0,027 0,013 0,026 -1,585 -1,568
6. 0,5 0,0156 0,003 0,378 0,076 -1,119 -2,523

Penentuan harga tetapan isotherm adsorpsi Freundlich

Log K = log n. log C


Dimana nilai n menurut grafik = 1
1. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,5000 M

Log K1 = log n. log C


= -0,341 1 (-0,372)
= -0,341 + 0,372
= 0,003
K1 = 1,003
2. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,250 M

Log K2 = log n. log C


= -0,091 1 (-0,939)
= -0,341 + 0,939
= 0,848
K2 = 2,335
3. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,1250 M

Log K3 = log n. log C


= -0,364 1 (-0,277)
= -0,341 + 0,277
= 0,087
K3 = 1,090
4. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,0625 M

Log K4 = log n. log C


= -0,860 1 (-1,408)
= -0,860 + 1,408
= 0,548
K4 = 1,729
5. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,0313 M

Log K5 = log n. log C


= -1,585 1 (-1,568)
= -1,585 + 1,568
= 0,017
K5 = 0,983
6. Untuk konsentrasi CH3COOH 0,5000 M

Log K6 = log n. log C


= -0,119 1 (-2,523)
= -0,119 + 2,523
= 1,404
K6 = 4,071
K = K1 + K2 + K3 + K4 + K5 +
K6
= 1,003 + 2,335 + 1,090 + 1,729 + 0,983 + 4,071 = 1,869
6 6
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan isotherm adsorpsi menurut
Freundlich pada proses adsorpsi asam asetat pada arang. Isotherm adalah suhu yang
tetap (konstan), sedangkan adsorpsi adalah pengumpulan molekul-molekul suatu
zat pada zat lain yang terjadi akibat ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan
tersebut. Adapun isotherm adsorpsi menurut Freundlich adalah hubungan antara
banyak zat yang terdasorpsi per satuan berat adsorben dengan konsentrasi zat
terlarut pada temperature tertentu.dalam proses adsorpsi asam asetat pada arang

dapat dilihat dengan persamaan Freundlich yaitu log dan log C. pada percobaan
terjadi adsorpsi fisik yang merupakanproses interaksi antara adsorben dengan
adsorbat yang disebabkan oleh gaya Van der Waals. Adsorpsi fisika terjadi pada
percobaan karena gaya tarik menarik antara asam asetat dengan arang aktif lebih
besar dari gaya tarik menarik antara asam asetat dengan pelarutnya, sehingga zat
yang terlarut (asam asetat) lebih akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
Adapun adsorben yang digunakan adalah arang atau karbon aktif. Karbon
aktif adalaha zat yang digunakan untuk penyerap/pengadsorpsi suatu bahan, pada
percobaan karbon aktif tidak diaktifkan dengan pemanasan, dimana tujuan
pemanasan adalah untuk membuka pori-pori dari karbon aktif dan memutuskan
ikatan antara karbon sehingga terbentuk kutub negative dan kutub positif yang akan
mengikat adsorbat nantinya. Karbon aktif yang digunakan telah diaktifkan
sebelumnya dan memiliki luas permukaan yang besar sehingga pengadsorpsi akan
maksimal.
Adsorbat yang digunakan adalah asam asetat dengan konsentrasi yang
bervariasi, tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadapdaya
serap (adsorpsi) akan meningkat dengan kenaikan dari konsentrasi adsorbat.
Adsorpsi akan terjadi jika keseimbangan antara konsentrasi adsorbat yang diserap
dengan konsentrasi adsorbenyang tersisa dalam larutan. Arang aktif yang telah
dicampur dengan asam asetat, dikocok beberapa menit. Pengocokkan bertujuan
untuk mencapai keseimbangan adsorpsi. Jika fase cair yang berisi adsorben dalam
keadaan diam maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan menjadi
lambat. Oleh karena itu dilakukan pengocokkan untuk mempercepat terjadinya
dasorpsi. Selanjutnya larutan campuran disaring untuk memisahkan filtrate (asam
asetat) dengan karbon. Filtrate kemudian diukur dengan volume yang berbeda-beda,
dimana asam asetat dengan konsentrasi tinggi diambil lebih sedikit dibandingkan
dengan larutan asam asetat yang konsentrasinya rendah. Hal ini bertujuan karena
larutan asam asetat dengan konsentrasi tinggi mengandung jumlah molekul yang
banyak sehingga zat yang teradsorpsi juga banyak. Filtrate kemudian ditambahkan
dengan indicator pp yang berfunsi untukmengetahui titik akhir titrasi. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan NaOH, yang bertujuan untuk mengetahui brapa banyak
asam asetat yang tersisa setelah pengadsorpsian dilakukan yang ditandai dengan
perubahan warna dari tidak berwarna menjai warna merah muda. Adapun reaksi
yang terjadi:

CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH


Hasil yang diperoleh tidak sesuai teori, dimana menurut teori semakin
besar konsentrasi asam asetat maka volume natrium hidroksida yang digunakan
untuk mencapai titik akhir titrasi semakin banyak. Dari hasil analisi data diperoleh
massa CH3COOH yang teradsorpsi yaitu pada C sebesar 0,5000 M yang teradsorpsi
0,228 gram, C sebesar 0,250 M yang teradsoorpsi 0,810 gram, C sebesar 0,125 M
yang teradsorpsi sebesar 0,432 gram, C sebesar 0,0625 M yang teradsorpsi 0,138
gram, C sebesar 0,0313 M yang teradsorpsi 0,026 gram, C sebesar 0,0156 yang
teradsorpsi 0,076 gram. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori disebabkan
leh praktikan yang kurang teliti dalam melakukan percobaan yaitu pada
penggunaanlarutan NaOH pada buret pertama yang tidak dapat mengalamititik
akhir titrasi ketika asa asetat dititrasi. Hal ini bias sja terjadi akibat larutan NaOH
yang digunakan telah terkontaminasi oleh bahan lain yang tidak diketahui
disebabkan kelalaian praktikan.

Dari pengaluran log terhadap log C diperoleh kurva yang tidak linear
dimana y= 1,043x – 3,128. 1,043 merupakan nilai n dan 3,128 adalah nila log K.

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Isoterm adsorpsi menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat
pada arang yaitu semakin besar konsentrasi asam asetat maka semakin banyak pula
yang teradsorpsi oleh arang aktif.

2. Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam melakukan
percobaan dan juga pada pengcokkan agar dapat dilakukantanpa berhenti sehingga
hasil yang diperoleh sesuai yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Day, JR. dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Kundari, N. A. dan Wiyunita, S. 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Temabaga dalam


Limbah Pencuci dalam IPB dengan Zeolit. Seminar Nasional IV SDM Teknologi
Nuklir – Batan. Yogyakarta.

Pudjaatmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka


Sediawan, W. B. 2000. Berbagi Teknologi Proses Pemisahan. Prosiding Presentasi Ilmiah
Daur Bahan Bakar Nuklir V. Jakarta.

Sembodo, Bregas. 2005. Isotherm Kestimbangan Adsorpsi Timbal pada Abu Sekam
Padi.Jurnal Ekuilibrium. Vol 4 No 2. Semarang.

Shadily, Hasan. 1973. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: Kanisus.

TUGAS

1. Table Pengamatan
NO Massa Konsentrasi (M) X Log C
arang Awal Akhir (gram) Log
(gram)
1. 0,5 0,5000 0,424 0,228 0,456 -0,341 -0,372
2. 0,5 0,2500 0,115 0,405 0,810 -0,091 -0,393
3. 0,5 0,1250 0,528 0,216 0,432 -0,364 -0,277
4. 0,5 0,0625 0,039 0,069 0,138 -0,860 -1,408
5. 0,5 0,0313 0,027 0,013 0,026 -1,585 -1,568
6. 0,5 0,0156 0,003 0,378 0,076 -1,119 -2,523

2. Alur log (sebagai ordinat) terhadap log C (sebagai absis)


3. Alur (sebagai ordinat) terhadap C (sebagai absis)
JAWABAN PERTANYAAN
1. Perbedaan adsorpsi fisik dengan adsorpsi kimia yaitu:
a. Adsorpsi kimia
· Merupakan sifat lama dari materi menjadi sifat baru
· Reaksi yang terjadi tidak bolak-balik (irreversible)
· Terjadi pada suhu tinggi
· Waktu adsorpsi lambat sehingga kesetimbangan lebih lama tercapai
· Ikatannya berupa ikatan kimia
b. Adsorpsi fisika
· Sifat bahan tidak berubah
· Reaksi bersifat bolak-balik (reversible)
· Terjadi pada suhu rendah
· Waktu adsorpsi cepat sehingga kesetimbangan lebih cepat
· Ikatannya berupa ikatan Van der Waals
2. Proses adsorpsi pada percobaan ini merupakan adsorpsi fisik karena hanya terjadi
pada permukaan arang sehingga hanya ada gaya tarik-menarik secara fisika tanpa
ada perubahan kimia.
3. Pengaktifkan arang dengan menggunakan pemanasan dapat menyebabkan pori-
pori pada arang melebar sehingga dapat lebih mudah mengadsorpsi.
4. Menurut Freunlich, isotherm adsorpsi untuk adsorpsi gas pada permukaan zat
padat merupakan besarnya zat teradsorpsi persatuan luas adsorben berhubungan
dengan tekanan.
5. Untuk adsorpsi gas pada zat padat kurang memuaskan disbanding dengan
isotherm adsorpsi yang dikemukakann oleh Langmuir, karena persamaan Freunlich
diperoleh secara empiris atau dasar teori yang berarti dan untuk tekanan tinggi tidak
berlaku, sedangkan Langmuir berdasarkan pada teori dan mengnggap akibat dari
bentuk lapisan.
hubungan log C dengan x/m
0.12
y = 9.204x - 0.0023
0.1
R² = 0.9917
0.08
x/m

0.06
Series1
0.04
Linear (Series1)
0.02

0
0 0.005 0.01 0.015
log C

Chart Title
0
-3 -2 -1 0
-0.2
-0.4
-0.6
x/m

-0.8 Series1
y = 1.0279x + 1.0051
-1 Linear (Series1)
R² = 0.9801
-1.2
-1.4
-1.6
Konsentrasi

Logx/m = log k + nlogC


Y = 1,027X + 1,005
1,027X sebagai nlogC
1,005 sebagai logk
log k = 1,005
k = ln 1,005
k = 10.1157
n = 1,027

Anda mungkin juga menyukai