Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKITIS AKUT

A. Definisi

Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang


peradangannya menyerang bronchus dengan prevalensi kesakitan di
Indonesia cukup besar jumlahnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan
pertumbuhan industri yang mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga
meningkatnya angka perokok terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya
penyakit bronchitis ini mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama-
kelamaan batuk disertai juga adanya peningkatan suhu tubuh.
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam
2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,
RSV, virus influenza, virus parainfluinza, Adenovirus, virus rubeola, dan
Paramyxovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
Mycoplasma pneumonia,Bordetella pertussis,atau Corynebacterium
diphtheriae (Rahajoe, 2012).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai
suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala
yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang
berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut
memegang peran. (Ngastiyah, 1997 ). Bronkhitis adalah suatu peradangan
yang terjadi pada bronkus. Bronkhitis dapat bersifat akut maupun kronis
(Manurung,2008).
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea
oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus
seperti rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus
parainfluenza, dan coxsackie virus (Muttaqin, 2008).
Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang
1
terhirup (Chang, 2010).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, Bronkitis
adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya peradangan pada bronkus,
gejala yang biasanya timbul batuk yang utama dan dominan, dan biasanya
penyakit ini disebabkan oleh Bakteri, Virus maupun menghirup zat iritan.
Bronkitis dapat bersifat akut dan kronik.

B. Etiologi

Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu


rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor
keturunan dan status sosial.
1. Rokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking


Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat
hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi
paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia
kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan
juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi


virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang
diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus
pneumonie.
3. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab,


tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia
dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2,
zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau


tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan
suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.

2
Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan
pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan


sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan
ekonomi yang lebih jelek.
Bronkitis oleh virus seperti Rhinovirus, RVS, virus influenza, virus
parainfluenza, Adeno virus, virus rubeola, dan paramyxovirus. Menurut
laporan penyebab lain dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung seperti
asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan setelah
perjalanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau perjalanan
dalam jumlah besar yang disebabkan zat kimia dan menjadikan bronkitis
kronis.
Bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan mycoplasma
pneumonia yang dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadi pada
anak berusia diatas 5 tahun atau remaja, Bordetella pertussis dan
Corynebacterium diphtheriae biasa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi
dan dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium
kataral pertusis, gejala-gejala infeksi respiratori lebih dominan. Gejala khas
berupa batuk kuat berturut-turut dalam satu ekspirasi yang diikuti usaha keras
dan mendadak untuk insipirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk
biasanya menghasilkan mucus yang kental dan lengket (Rahajoe,2012).

C. Patofisiologi

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar


mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan
infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.
Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya
mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai
bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa
terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas
silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan
mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi
3
akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel
silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran
nafas.

D. Pathway

4
E. Manifestasi klinis

Tanda Dan Gejala

1. Batuk

Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif


berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis,
jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada
pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur.
Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila
terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang
tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,
puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3
bagian:
a. Lapisan teratas agak keruh.
b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah ).
c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak ( celluler debris ).
2. Haemaptoe

Haemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi


akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah
(pecah) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai
dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup
banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat
hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis (
daerah berasal dari peredaran darah sistemik ).
Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-
satunya karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya
baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek
batuk. pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada tuberculosis paru,
bronchitis (sekunder) ini merupakan penyebab utama komplikasi
haemaptoe.
5
3. Sesak nafas (dispnea)

Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak


nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya
bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan
destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang
(ISPA), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi
(wheezing), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau
tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.
4. Demam berulang

Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering


mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga
sering timbul demam (demam berulang)
5. Kelainan fisis

Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh,


manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih
lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah
jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah
paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waktu kewaktu atau
ronchi basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau
timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat
luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut:
terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang
terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang
terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis
sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi
obstruksi bronkus.
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :

1. Bronchitis ringan berkembang menjadi bronkitis akut dan kronik.


Bronkitis kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif
yang ditandai oleh produksi mukus berlebihan di saluran napas bawah

6
selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2
tahun berturut-turut.
2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering
mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada
saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase
sputumnya kurang baik.
3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
4. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab
infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian.
5. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena (
arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis
pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali
merupakan tindakan beah gawat darurat.
6. Sinusitis yang merupakan komplikasi yang sering terjadi dari penyakit
bronkitis yang sering ditemui dan pada penyakit gangguan saluran
nafas lainnya.
7. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-
cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi
arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul
sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut
akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik, Selanjutnya
akan terjadi gagal jantung kanan.
8. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada
bronchitis yang berat dan luas.

7
9. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai
komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.
6. Tindakan Medis.
a. Jangan beri obat antihistamin berlebih.
b. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial.
c. Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari.
d. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
e. Terapi khusus (pengobatan) :
1) Bronchodilator
2) Antimikroba
3) Kortikosteroid
4) Terapi pernafasan
5) Terapi aerosol
6) Terapi oksigen
7) Penyesuaian fisik
8) Latihan relaksasi

F. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
a) Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan).
b) Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan.
c) Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
d) Sedikit demam.
e) Dada merasa tidak nyaman.
2) Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk-batuk diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah


berat saat melakukan kegiatan yang ringan.
Riwayat Penyakit Dahulu

8
a) Asma.
b) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya
sinobronkitis). .
c) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus,
infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis,
fungi/jamur.
d) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
3) Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah keluarga pasien pernah mengalami penyakit yang sama.


b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik, Meliputi :
1) Keadaan Umum

Kaji keadaan umum pasien meliputi, tingkat kesadaran, ekspresi


wajah, dan posisi klien saat datang
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu meningkat, tekanan darah meningkat, Respirasi meningkat

3) Sistem Kardiovaskuler

peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat

4) Pemeriksaan Dada
a) Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal
b) terdengar Bunyi nafas ronchi
c) Perkusi hyperresonan pada area paru.
d) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
keseluruhan.
e) pada Auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang paru,
Wizing kadang (+), kadang samar
5) Pola aktifitas sehari-hari dengan:
Aspek biologi:
a) Mual/muntah
b) Nafsu makan buruk/anoreksia
c) Ketidakmampuan untuk makan

9
d) Penurunan berat badan

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) LED meningkat
b) HB cenderung tetap atau sedang menurun
c) Analisa Gas Darah : asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi CO2
2) Radiologi

Tampak gambaran konsolidasi radang yang bersifat difus atau


berupa bercak yang mengikut sertakan alveoli secara tersebar.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.
b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau
bronkiolus.
c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus
d. Intoleransi aktivitas
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
f. Gangguan fentilasi spontan

3. Perencanaan Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.
Tujuan : bersih jalan nafas
KH: pada saat bernafas tidak menggunakan otot - otot bantu, frekuensi
nafas dalam batas normal.
INTERVENSI:
10
Mandiri:

I/ :Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat


dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.
R/ :Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien
kooperatif dalam tindakan perawatan.

I/ :Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih


banyak dan hangat kepada klien.
R/ :Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga
sekret akan lebih mudah dikeluarkan.

I/ :Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif


R/ :Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural
drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif
mengeluarkan sekret secara adekuat.

I/ :Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama,


suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.
R/ :Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk
mengetahui kecukupan suplai oksigen.

Kolaborasi :
I/ :pemberian ekspektoran.
R/ :Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk
mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan.

b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau


bronkiolus.
TUJUAN :pola nafas normal
KH:RR= dewasa 16x-24x/mnt, Nafas teratur
INTERVENSI
Mandiri:
I/: kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
11
R/: Kecepatan biasanya meningkat. Dispenia dan terjadi peningkatan
kerja napas.

I/: observasi pola batuk dan karakteristik secret.


R/: Untuk mengetahui keluarnya scret pada saluran nafas.

Kolaborasi:
I/: berikan oksigen tambahan
R/: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus


TUJUAN : suhu tubuh dalam batas normal
KH : suhutubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas
normal, nadi dan respirasi dalam batas normal.
INTERVENSI
Mandiri :
I/: Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.
R/: Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga
kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
I/: Berikan Kompres.
R/: penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui
kompres.

I/: Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak.
R/: Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh.

I/: Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan
menyerap keringat untuk klien.
R/: penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi

Kolaborasi:
I/: Pemberian antipiretik.
12
R/: Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat
pengatur suhu di hipotalamus

4. Tindakan Keperawatan

Lakukan tindakan keperawatan seperti rencana keperawatan yang telah


dibuat.

5. Evaluasi

Evaluasi Perkembangan pasien.

a. Pola nafas membaik


b. Jalan nafas bersih
c. Suhu tubuh normal

6. Dokumentasi

Catat setiap tindakan yang dilakukan.

13
14
15
16
I/ :Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.
R/ :Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien
kooperatif dalam tindakan perawatan.

I/ :Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih


banyak dan hangat kepada klien.
R/ :Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga
sekret akan lebih mudah dikeluarkan.

I/ :Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif


R/ :Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural
drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif
mengeluarkan sekret secara adekuat.

I/ :Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama,


suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.
R/ :Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk
mengetahui kecukupan suplai oksigen.

Kolaborasi :
I/ :pemberian ekspektoran.
R/ :Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk
mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan.

a. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau


bronkiolus.
TUJUAN :pola nafas normal
KH:RR= dewasa 16x-24x/mnt, Nafas teratur
INTERVENSI
Mandiri:

17
I/: kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
R/: Kecepatan biasanya meningkat. Dispenia dan terjadi peningkatan
kerja napas.

I/: observasi pola batuk dan karakteristik secret.


R/: Untuk mengetahui keluarnya scret pada saluran nafas.

Kolaborasi:
I/: berikan oksigen tambahan
R/: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

b. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus


TUJUAN : suhu tubuh dalam batas normal
KH : suhutubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas
normal, nadi dan respirasi dalam batas normal.
INTERVENSI
Mandiri :
I/: Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.
R/: Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga
kooperatif terhadap tindakan keperawatan.

I/: Berikan Kompres.


R/: penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui
kompres.

I/: Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak.
R/: Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh.

I/: Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis


dan menyerap keringat untuk klien.
18
R/: penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi

19
Kolaborasi:
I/: Pemberian antipiretik.
R/: Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat
pengatur suhu di hipotalamus

7. Tindakan Keperawatan

Lakukan tindakan keperawatan seperti rencana keperawatan yang telah


dibuat.

8. Evaluasi

Evaluasi Perkembangan pasien.

a. Pola nafas membaik


b. Jalan nafas bersih
c. Suhu tubuh normal

9. Dokumentasi

Catat setiap tindakan yang dilakukan.

20
21
G. Penatalaksanaan

1. Tindakan Medis.
f. Jangan beri obat antihistamin berlebih.
g. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial.
h. Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari.
i. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
j. Terapi khusus (pengobatan) :
1) Bronchodilator
2) Antimikroba
3) Kortikosteroid
4) Terapi pernafasan
5) Terapi aerosol
6) Terapi oksigen
7) Penyesuaian fisik
8) Latihan relaksasi

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
a) Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan).
b) Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan.
c) Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
d) Sedikit demam.
e) Dada merasa tidak nyaman.
2) Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk-batuk diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah


berat saat melakukan kegiatan yang ringan.

22
3) Riwayat Penyakit Dahulu
a) Asma.
b) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya
sinobronkitis). .
c) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus,
infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis,
fungi/jamur.
d) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
4) Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah keluarga pasien pernah mengalami penyakit yang sama.

b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik, Meliputi:


1) Keadaan Umum

Kaji keadaan umum pasien meliputi, tingkat kesadaran, ekspresi


wajah, dan posisi klien saat datang
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu meningkat, tekanan darah meningkat, Respirasi meningkat

3) Sistem Kardiovaskuler

peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat

4) Pemeriksaan Dada
a) Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal
b) terdengar Bunyi nafas ronchi
c) Perkusi hyperresonan pada area paru.
d) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
keseluruhan.
e) pada Auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang paru,
Wizing kadang (+), kadang samar
5) Pola aktifitas sehari-hari dengan:
Aspek biologi:
a) Mual/muntah
b) Nafsu makan buruk/anoreksia
c) Ketidakmampuan untuk makan
23
d) Penurunan berat badan

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) LED meningkat
b) HB cenderung tetap atau sedang menurun
c) Analisa Gas Darah : asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi CO2
2) Radiologi

Tampak gambaran konsolidasi radang yang bersifat difus atau


berupa bercak yang mengikut sertakan alveoli secara tersebar.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.
b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau
bronkiolus.
c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus
d. Intoleransi aktivitas
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
f. Gangguan fentilasi spontan

3. Perencanaan Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.
Tujuan : bersih jalan nafas
KH: Pada saat bernafas tidak menggunakan otot - otot bantu, frekuensi
nafas dalam batas normal.
INTERVENSI:
Mandiri:
I/ :Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.
R/ :Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien
24
kooperatif dalam tindakan perawatan.
I/ :Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum
lebih banyak dan hangat kepada klien.
R/ :Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga
sekret akan lebih mudah dikeluarkan.
I/ :Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif
R/ :Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan,
postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif
mengeluarkan sekret secara adekuat.
I/ :Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama,
suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.
R/ :Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk
mengetahui kecukupan suplai oksigen.
Kolaborasi :
I/ :Pemberian ekspektoran.
R/ :Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk
mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan.

b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau


bronkiolus.
TUJUAN :pola nafas normal
KH:RR= dewasa 16x-24x/mnt, Nafas teratur
INTERVENSI
Mandiri:
I/ : kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
R/ : Kecepatan biasanya meningkat. Dispenia dan terjadi
peningkatan kerja napas.
I/ : observasi pola batuk dan karakteristik secret.
R/ : Untuk mengetahui keluarnya scret pada saluran nafas.
Kolaborasi:
I/ : berikan oksigen tambahan
R/ : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

25
c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus
TUJUAN : suhu tubuh dalam batas normal
KH : suhutubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas
normal, nadi dan respirasi dalam batas normal.
INTERVENSI
Mandiri :
I/ : Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.
R/ : Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga
kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
I/ : Berikan Kompres.
R/ : penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui
kompres.
I/ : Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih
banyak.
R/ : Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh.
I/ : Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis
dan menyerap keringat untuk klien.
R/ : penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi
Kolaborasi:
I/ : Pemberian antipiretik.
R/ : Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat
pengatur suhu di hipotalamus

4. Tindakan Keperawatan

Lakukan tindakan keperawatan seperti rencana keperawatan yang telah


dibuat.

5. Evaluasi

Evaluasi Perkembangan pasien.

a. Pola nafas membaik


b. Jalan nafas bersih
c. Suhu tubuh normal

26

Anda mungkin juga menyukai