Anda di halaman 1dari 2

FEBRIS CONVULSIF/KEJANG DEMAM

No. Dokumen C/014/SOP/CLS/II/2018


No. Revisi
SOP Tanggal Terbit 06 Februari 2018
Halaman 1/2
H. RAPEI, SKM
PUSKESMAS CILELES
NIP. 19790705 200212 1 007
1. Pengertian Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(suhu rektal > 38°C)
akibat dari suatu proses ekstra kranial.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengatasi demam convulsif
atau kejang demam khususnya pada bayi 6 bualn sampai anak 6 tahun.
3. Kebijakan Sk Kepala Puskesmas Cileles Nomor: C/001/SK/CLS/I/2018 Tentang ………
4. Referensi Dokumen external penyusunan SPO ini: Buku, peraturan UU, dll.
5. Prosedur a. Persiapan Bahan dan Alat :
1. Thermometer digital
2. Tabung Oksigen dan perlengkapannya
3. Infus set
4. Diazepam rektal/intravena
5. Lorazepam
6. Fenitoin IV
7. Fenobarbital IV
8. NACl 0.9%
b. Langkah – Langkah Prosedur :
1. Penatalaksanaan demam convulsif/demam kejang
i) Keluarga pasien diberikan informasi lengkapnya mengenai kejang
demam dan prognosisnya.
ii) Farmakoterapi ditujukan untuk tatalaksana kejang akut dan tatalaksana
profilaksis untuk mencegah kejang berulang.
iii) Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejang akut adalah dengan:
1. Diazepam per rektal (0,5mg/kgBB) atau BB < 10 kg diazepam rektal 5 mg,
BB > 10kg diazepamv rektal 10mg, atau lorazepam (0.1mg/kg) harus
segera diberikan jika akses intravena tidak dapat diperoleh dengan mudah,
jika akses intravena telah diperoleh diazepam lebih baik diberikan intravena
dibandingkan rektal. Dosis pemberian IV 0.3-0.5 mg/kgBB/kali dengan
maksimum pemberian 20mg. Jika kejang belum berhenti diazepam
rektal/IV dapat diberikan 2 kali dengan interval 5 mnt.
Jika dengan 2 kali pemberian diazepam rektal/untravena masih
terdapat kejang dapat diberikan fenitoin IV dengan dosis inisial
20mg/kgBB diencerkan dengan NACl 0.9% dengan pengenceran 10
mg fenitoin dalam 1 ml NACl 0.9%, dengan kecepatan pemberian
1mg/kgBB/menit, maksimum 50mg/menit, dosis inisial maksimum
adalah 1000mg. Jika dengan fenitoin masih kejang, dapat diberikan
fenovarbital IV dengan dosis inisial 20mg/kgBB, tanpa pengenceran
dengan kecepatan pemberian 20mg/menit. Jika kejang berhenti dengan
fenitoin maka lanjutkan dengan pemberian rumatan 12 jam kemudian
dengan dosis 5-7mg/kgBB/hari dalam 2 dosis. Jika kejang berhenti
dengan fenobarbital, maka lanjutkan dengan pemberian rumatan 12
jam kemudian dengan dosis 4-6 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis.
iv) Pemberian farmakoterapi untuk profilaksis untuk mencegah
berulangnya kejang di kemudian hari
Profilaksis intermiten dengan diazepam oral/rektal, dosis 0.3mg/
kgBB/kali tiap 8 jam, hanya diberikan selama episode demam,
terutama dalam waktu 24jam setelah timbulnya demam.
Profilaksis kontinue dengan fenobarbital dosis 4-6mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis atau asam valproat dengan dosis 15-40mg/kgBB/hari
dibagi 2-3 dosis. Profilaksis hanya diberikan pada kasus-kasus tertentu
seperti kejang demam dengan status epileptikus, terdapat defisit
neurologis yang nyata seperti cerebral palsy. Profilaksis diberikan
selama 1 tahun.
v) Konseling dan Edukasi
Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak keluarga
mengatasi pengalaman menegangkan akibat kejang demam denagan
memberikan informasi mengenai
(1) Prognosis dari kwjang demam
(2) Tidak ada peningkatan risiko keterlambatan sekolah atau kesulitan
intelektual akibat kejang demam.
(3) Kejang demam kurang dari 30 menit tidak mengakibatkan
kerusakan otak.
(4) Risiko kekambuhan penyakit yang sama dimasa depan.
(5) Rendahnya risiko terkena epilepsi dan tidak adanya manfaat
menggunakan terapi obat antiepilepsi dalam mengubah resiko itu.
Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsan sampai
lini ketiga kriteria pasien dirujuk.
6. Bagan Alir
7. Unit Terkait 1. Ruang Gawat Darurat
8. Rekam Tanggal mulai
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Historis diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai