A. Pendahuluan
1
B. Pembahasan
I. Definisi
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau
cair lebih dari tiga kali sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah
penyebab kematian paling umum kematian balita, membunuh lebih
dari 1,5 Juta orang pertahun. Diare kondisinya dapat merupakan gejala
dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makana
atau kelebihan Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan
seringkali enek dan muntah. Diare terbagi dua berdasarkan mula dan
lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik (WHO, 1980).
Riskesdas 2013 mengumpulkan informasi insiden diare agar
bisa dimanfaatkan program, dan periode prevalensi diare agar bisa
dibandingkan dengan Riskesdas 2007.
Periode prevalensi diare pada Riskesdas 2013 (3,5%) lebih kecil
dari Riskesdas 2007 (9,0%). Penurunan periode prevalensi yang tinggi
ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel yang tidak sama
antara 2007 dan 2013. Pada Riskesdas 2013 sampel diambil dalam
rentang waktu yang lebih singkat. Insiden diare untuk seluruh
kelompok umur di Indonesia adalah 3.5 persen.
Lima provinsi dengan insiden dan periode prevalensi diare
tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan
10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan
Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%) (Riskesdas, 2013).
2
sarana kesehatan melalui Lima Langkah
Tuntaskan Diare ( LINTAS
Diare).
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan
bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin,
kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran
sudah oralit formula baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan
cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa
ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui
infus. Cara pemberian oralit adalh sebagai berikut: (Depkes RI,
2011)
a. Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air
matang (200 cc).
a) Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit
setiap kali buang air besar.
b) Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit
3
setiap kali buang air besar.
3. Pemberian ASI/Makanan
Menurut Kemenkes RIpada tahun 2011, pemberian makanan
selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus
lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga
diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit
lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan.
4
(sebagian besar karena Shigellosis), suspect Cholera (Kemenkes RI,
2011).
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan ketika terkena
diare, tubuh akan memberikan reaksi berupa peningkatan
motilitas atau pergerakan usus untuk mengeluarkan kotoran atau
racun. Perut akan terasa banyak gerakan dan berbunyi. Anti diare
akan menghambat gerakan itu sehingga kotoran yang seharusnya
dikeluarkan, justru dihambat keluar. Selain itu anti diare dapat
menyebabkan komplikasi yang disebut prolapsus pada usus
(terlipat/terjepit) (Depkes RI, 2011). Obat anti muntah tidak di
anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah
dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan
bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti
diare disebabkan oleh parasit (Amuba, Giardia).
5. Pemberian Nasihat
Pada 2011, Depkes RI menyatakan pentingnya nasihat kepada
ibu/ pengasuh. Berikan nasihat dan cek pemahaman
ibu/pengasuh tentang cara pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan
dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas
kesehatan jika anak:
C. Simpulan
5
penderita diare yang sesuai standar, baik di sarana kesehatan maupun di
rumah tangga.
Salah satunya dengan menjalankan strategi pengendalian penyakit
diare yang dilaksanakan pemerintah, yaitu dengan melaksanakan
tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare). LINTAS DIARE terdiri dari
lima langkah dasar tatalaksana pengendalian diare yaitu: pemberian oralit,
pemberian obat zinc, pemberian ASI/makanan, tidak memberikan obat
antibiotika tanpa indikasi dokter, dan pemberian nasihat kepada
ibu/pengasuh.
6
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.