Anda di halaman 1dari 4

PEMIKIRAN EKONOMI KEYNES

Oleh : Ginanjar Yogi Septiawan (143140075)


Kelas : Ep x

Latar Belakang Munculnya Pemikiran Keynes


Kira-kira pada awal abad ke-20 an, paham perekonomian masih sangat kental dengan
faham “laissez faire- laissez passer”, seperti yang diinginkan oleh kaum klasik dan neo klassik.
Didasarkan pada pendapat J.B Say yang mengatakan bahwa penawaran akan selalu berhasil
menciptakan permintaanya sendiri (supply creates it’s own demand). Dengan begitu
perusahaan berlomba-lomba untuk memproduksi barang sebanyak- banyaknya. Akibatnya,
produksi yang begitu banyak tak terkendali. Dan sampai pada tahun 30 an akhirnya dunia
mengalami ekonomi yang maha dahsyat (depresi besar-besaran). Perekonomian ambruk,
pengangguran merajalela, dan inflasi tinggi tak terkendali. Krisis yang dialami Negara Negara
maju ini, bahkan sampai beberapa pihak menyatakan bahwa ramalan mark tentang kejatuhan
kapitalis menjadi nyata.
Dalam situasi krisis yang maha dahsyat tersebut pakar- pakar ekonomi klasik dan neo-
klasik sama sekali tak bisa menjelaskan apa yang terjadi, apalagi memberikan jalan keluar.
Persoalan yang terjadi terbilang sangat baru yang tak dijumpai di saat-saat sebelumnya. Dan di
saat suasana yang berkecamuk inilah lahir seorang pakar ekonomi yang kemudian menjadi
sangat berpengaruh, yaitu J.M Keynes.
Atas depresi besar-besaran yang tejadi kala itu tentu merangsang timbulnya
pertanyaan, bahwa ada yang salah mungkin dalam teori ekonomi yang dikembangkan oleh
mazhab klasik dan neo-klasik. Keynes pun menyerap seperti apa teori klasik dan neo-klasik.
Lalu mencari kenapa system ekonomi yang didasarkan pada teori klasik dan neo-klasik bisa
luluh lantah.
Keynes banyak mengkritik teori yang dikembangkan mazhab klasik dan neo-klasik.
Salah satunya Keynes berpendapat bahwa teori mazhab klasik dan neo-klasik hanya relevan
diterapkan dalam system ekonomi mikro yang sederhan dan tak relevan apabila diterapkan
dalam system ekonomi makro.
Dan sebenarnya Keynes percaya akan “faham laissez faire- laissez passer”, akan tetapi
menurutnya itu akan sangat lama. Keynes pernah berkata “in the long run we`re all dead”,
dalam jangka panjang kita akan mati. Dan menurutnya satu satunya jalan untuk menuju titik
seimbang adalah intervensi pemerintah.
John meynard Keynes (1883-1946), adalah dosen di Cambridge University. Gelar
dosen dia dapat di usia kurang dari 30 tahun. Orangtuanya john Neville Keynes, juga seorang
ahli ekonomi yang cukup disegani. Pengaruh Keynes sangat besar dalam perjanjian Bretton
woods tahun 1946 dan dalam pembentukan badan moneter internasional IMF (internasional
monetary fund). Atas jasa jasanya yang besar dia diangkat menjadi “baron”, gelar
kebangsawanan yang sangat tinggi di eropa.
Oleh para tokoh ekonom Keynes disebut bapak ekonomi modern. Karna buah
pemikiranya tentang ekonomi makro. Dan pemikiranya ini menandai runtuhnya fondasi
ekonomi kaum klasik.
PEMIKIRAN DAN KRITIK EKONOMI KEYNES
Underemployment Ekuilibrium
Mazhab klasik dengan faham laissez faire- laissez passer nya berpandangan bahwa
dengan fahamnya itu perekonomian akan selalu menuju pada keseimbangan (ekuilibrium).
Keseimbangan yang dimaksud adalah kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan
daya beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh dari
balas jasa atas factor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa, dll. Dan factor produksi itu
akan digunakan sepenuhnya untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Inilah
yang dimaksud J.B. Say dengan penawaran akan selalu berhasil menciptakan permintaanya
sendiri (supply creates it’s own demand).
Posisi ekuilibrium ini dianggap sebagai keadaan yang normal. Jika terjadi perubahan
keadaan, missal kelebihan produksi, kekurangan konsumsi, pengangguran, maka itu dianggap
pergeseran yang temporer(sementara). Dan nanti akan ada invisible hand (tangan tak kentara)
yang akan menyetabilkanya. Mereka juga percaya bahwa adanya keseimbangan semua
sumberdaya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (full employment),dan taka
da pengangguran.
Akan tetapi pemikiran klasik tak sesuai dengan kenyataan yang dialami dalam depresi
besar besaran di dasawarsa 30. Makadari itu Keynes memeriksa kembali system ekonomi
klasik dan neo-klasik beserta asumsi dasarnya.
Akhirnya Keynes berasumsi bahwa dalam dunia modern belum tentu posisi
ekuilibrium adalah posisi yang lazim. Dan keadaanya seperti pengandaian pengandaianya tadi.
Dengan kata lain bahwa ketika proses kegiatan ekonomi dibiarkan begitu terus ,
underemployment ekuilibrium lah yang menjadi keadaan lazim. Bahkan dalam hal ini,
Keynes mengkritik habis habisan. Bahwa hal ini adalah sesuatu yang keliru. Keynes
mengatakan bahwa biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran. Karna biasanya
permintaan dibuat efektif, karna adanya masyarkat yang menabung, asuransi, dll. sehingga
menjadi lebih kecil dari total produksi. Inilah yang terjadi dalam dasawarsa 30. Produksi
menumpuk, disisi lain daya beli terbatas. Sebagian perusahaan terpaksa mengurangi produksi,
bahkan ada yang melakukan rasionalisasi dengan mengurangi produksi serta mengurangi
pekerja-banyak pengangguran.
Peran Pemerintah Dalam Perekonomian
Mengacu pada depresi besar-besaran pada dasawarsa 30, Keynes merekomendasikan
agar system perekonomian tidak begitu saja diserahkan pada mekanisme pasar. Dalam batas
tertentu peran pemerintah sangat dibutuhkan. Misalnya, ketika banyak pengangguran
pemerintah bisa memperbesar pengeluaranya untuk proyek-proyek padat karya. Dengan
demikian pengangguran bisa bekerja lagi, dan otomatis menambah pendapatan masyarakat.
Ketika harga-harga naik cepat, pemerintah bisa menarik jumlah peredaran uang
dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi, sehingga infalsi bisa terkendali.
Dari berbagai kebijakan Keynes sering mengandalkan kebijakan fiscal. Dengan
menyuntikan dana , berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek yang mampu
menyerap tenaga kerja. Kebijakan ini dinilainya sangat ampuh untuk meningkatkan output dan
memberantas pengangguran, terutama disaat sumber-sumber daya belum dimanfaatkan secara
penuh.
Kalau diamati Keynes sependapat dengan marx bahwa system ekonomi klasik tidak
bebas dari fluktuasi, krisis pengangguran, dll. Marx ingin menghancurkan system kapitalis,
menggantikanya dengan sosialis. Namun sebaliknya Keynes ingin menyelamatkan system
liberal.
Inti Pokok Pemikiran Keynes
Pada hakikatnya, konsep teori Keynes dapat dipandang sebagai suatu teori tentang
pendapatan dan kesempatan kerja. Inti pokok dalam sistem pemikiran dan konsep Keynes
terdiri dari tiga faktor penting, yaitu:
Hasrat Berkonsumsi (Propensity To Consume)
Pendapatan total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah investasi total
agregat. Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang untuk berkonsumsi, yang
merupakan fungsi dari pendapatan. Begitu juga dengan tabungan, karena tabungan adalah sisa
bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk berkonsumsi.
Tingkat bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi likuiditas
(liquidity preference).Tingkat bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran
tabungan dan permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan variabel bebas
(independent) dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah suatu fenomena moneter yang
tergantung dari keinginan orang menahan tabungannya dalam bentuk dana likuiditas. Sehingga
tingkat bunga tergantung dari preferensi likuiditas.
Efisiensi Marginal Dari Investasi Modal (Marginal Efficiency Of Capital)
Tingkat investasi ditentukan oleh efisiensi marginal dari investasi modal, yang
dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang laba yang akan diperoleh di masa depan dari
investasi modal yang bersangkutan. Jelaslah bahwa ekspektasi tersebut adalah yang positif dan
menguntungkan investor itu.
Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference)
Pada saat masa aliran monetarisme, timbul pertanyaan mengenai demand for money
dan supply of money. Pertanyaan ini dijawab oleh Keynes dengan teorinya, liqudity preference,
yang menjelaskan tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek dan
tingkat bunga tersebut disesuaikan untuk menyeimbangkan demand ( permintaan ) for money
dan supply (pasokan) of money.
Teori ini menegaskan bahwa tingkat bunga adalah salah satu determinan dari berapa
banyak uang yang ingin dipegang orang, alasannya karena tingkat bunga merupakan biaya
peluang (opportunity cost) dari memegang uang. Ada tiga motif orang yang memegang uang:
Motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi.
Tentang Upah
Kaum klasik mengatakan bahwa sesuai dengan faham laissez faire- laissez passer,
tenaga kerja akan dimanfaatkan secara penuh full employment. Walau dalam keadaan tertentu
perusahaan harus menurunkan upah. Dan kaum klasik yakin para penganggur tetap akan mau
bekerja walau dengan upah yang minimal
Pandangan klasik diatas ditolak Keynes. Menurut Keynes kenyataan pasar tenaga
kerja tak demikian. Dimana para tenaga kerja punya serikat kerja (labor union) yang akan
memperjuangkan kepentingan mereka.
Selanjutnya Keynes berpendapat bahwa tingkat upah bias turun memang (tapi
kemungkinan ini sangat kecil menurutnya). Ketika upah turun, pndapatan masyarakat tentu
akan turun, dan daya beli masyarakat tentu akan turun pula. Lalu ketika daya beli masyarakat
turun akan diikuti oleh harga- harga yang turun.
Kalau harga-harga turun, kurva nilai produktivitas marginal labor yang dijadikan
patokan oleh pengusaha akan turun. Kalau penurunan harga tak begitu besar,kurva nilai ini
hanya turun sedikit. Walau begitu tetap saja labor yang tertampung semakin kecil. Yang lebih
parah seandainya harga-harga turunya drastis. Ini menyebabkan kurva nilai turun drastic pula.
Labor yang tertampung pun semakin kecil dan pengangguran akan meluas.
Tentang Tabungan (Saving)
Menurut Keynes, tingkat saving harus lebih tinggi dari plan investmen. Tapi juga tidak
baik kalau tingkat saving-nya itu berlebihan, karena akan berdampak pada terjadinya
kemerosotan (resesi) perekonomian bahkan terjadi depresi.

Anda mungkin juga menyukai