Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM ENDAPAN MINERAL

EKSPLORASI SAMAS BERGEJOLAK

DISUSUN OLEH :

ARFINSA AINURZANA
111.150.081
PLUG 05

LABORATORIUM BAHAN GALIAN


SIE ENDAPAN MINERAL
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”
YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM ENDAPAN MINERAL


EKSPLORZASI SAMAS BERGEJOLAK

Disusun oleh :
Nama : ARFINSA AINURZANA
NIM : 111.150.081
PLUG 05

Diajukan sebagai tugas dari rangkaian Praktikum Endapan


Mineral pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.

Yogyakarta, 7 Desember 2017


Disahkan oleh :

ASISSTEN LABORATORIUM ENDAPAN MINERAL

LABORATORIUM BAHAN GALIAN


SIE ENDAPAN MINERAL
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala ridho-Nya
sehingga penulis dapat melaksanakan praktikum endapan mineral, acara
eksplorasi bahan galian, serta dapat menyelesaikan Laporan Eksplorasi Samas
Bergejolak dengan baik.

Laporan Eksplorasi Samas Bergejolak disusun sebagai bentuk


pertanggungjawaban praktikum endapan mineral pada acara eksplorasi bahan
galian yang dilaksanakan di Laboratorium Endapan Mineral, Teknik Geologi,
UPN “Veteran” Yogyakarta .

“Tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari bahwa laporan ini
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapakan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak dan pembaca agar dapat menjadi koreksi bagi
berkembangnya penulis.

Penulis berharap semoga Laporan Eksplorasi Samas Bergejolak yang telah


selesai disusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Terima kasih.

Yogyakarta, Desember 2017

Penyusun,

Arfinsa Ainurzana

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

LAPORAN PRAKTIKUM ENDAPAN MINERAL...............................................1

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL....................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

I.1 Latar Belakang Penelitian..........................................................................1

I.2 Maksud dan Tujuan................................................................................... 1

I.3 Rumusan Masalah......................................................................................2

I.4 Metode Penelitian......................................................................................2

I.5 Hasil yang diharapkan...............................................................................2

I.6 Alat dan Bahan.......................................................................................... 3

BAB II BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................4

II.1 Alterasi Hidrotermal..................................................................................4

II.2 Endapan Hidrotermal.................................................................................4

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN....................................................8

III.1 Stratigrafi Daerah Telitian......................................................................8

III.2 Struktur Geologi Daerah Telitian...........................................................9

III.3 Alterasi Daerah Telitian......................................................................... 9

III.4 Mineralisasi Daerah Telitian................................................................ 10

III.5 Faktor Pengontrol Alterasi dan Mineralisasi........................................11

III.6 Karakteristik Tipe Endapan..................................................................11

ii
III.6.1 Suhu dan Kedalaman........................................................................11

III.6.2 Tipe Endapan....................................................................................14

III.7 Sejarah Geologi....................................................................................15

III.8 Sejarah Alterasi.................................................................................... 16

BAB IV KESIMPULAN....................................................................................18

iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Table II-1.Ciri-ciri umum endapan epithermal (Lingrend, 1933)............................6

Gambar III-1. Kolom Stratigrafi Daerah Telitian.................................................... 8

Gambar III-2. Peta Alterasi......................................................................................9

Gambar III-3. Peta Prospeksi Au, Ag.....................................................................10

Tabel III-1. Suhu Pembentukan Zona Alterasi Kuarsa-Adularia (silisifikasi


menurut Modifikasi Reyes (1990), Hedenquist (1987), Lawless & White (1997),
Corbet & leach (1997)........................................................................................... 11

Tabel III-2. Suhu Pembentukan Zona Alterasi Kuarsa-Serisit (filik) menurut


Modifikasi Reyes (1990), Hedenquist (1987), Lawless & White (1997), Corbet &
leach (1997)........................................................................................................... 11

Tabel III-3. Suhu Pembentukan Zona Alterasi Kaolinit-Illit-Smektit (argilik)


menurut Modifikasi Reyes (1990), Hedenquist (1987), Lawless & White (1997),
Corbet & leach....................................................................................................... 12

Tabel III-4. Suhu Pembentukan Zona Alterasi Klorit-Smektit-Kalsit(propilitik)


menurut Modifikasi Reyes (1990), Hedenquist (1987), Lawless & White (1997),
Corbet & leach....................................................................................................... 12

Gambar III-4. Kurva Penarikan Kedalaman..........................................................13

Gambar III-5.Model endapan Epithermal Low Sulphidation menurut


Buchanan,1981.......................................................................................................14

Tabel III-5. Karakteristik Tipe Endapan................................................................ 14

Gambar III-6. Model Genesa Endapan Epitermal Sulfiasi Rendah.......................16

iv
Endapan Mineral
2017

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terkenal akan kekayaan


alamnya. Baik secara flora, fauna, hingga sumber daya alamnya. Keberagaman
potensi kekayaan yang ada di Indonesia, menggugah kita untuk mengetahui lebih
jauh agar kekayaan alam yang beragam dan melimpah ini dapat dimanfaatkan
secara optimal.

Salah satu kekayaan alam yang ada di Indonesia, berupa sumber daya
mineral. . Hal ini tentunya tidak lepas dari keberadaan Indonesia yang merupakan
wilayah jalur subduksi aktif yang memungkinkan banyak terjadinya gunung api
dan sumber magma sebagai bahan utama terjadinya pembentukan mineral.

Setiap tatanan tektonik tertentu akan menghasilkan endapan mineral yang


tertentu pula, hal ini terjadi karena setiapmineral memiliki karakteristk sendiri
dalam pembentukannya.

Sebagai seorang explorasionist, perlu kecermatan dan keakuratan dalam kita


mengetahui suatu tipe endapan mineral untuk kedepannya menentukan
kesuksesan suatu kegiatan penambangan.

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui


karakteristik alterasi dan mineralisasi suatu tipe endapan mineral.

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

• Dapat menentukan lintasan pada peta di daerah samas bergejolak.


• Dapat membuat peta geologi daerah samas bergejolak.
• Dapat membuat peta alterasi daerah samas bergejolak.
• Dapat membuat peta prospek daerah samas bergejolak.
Nama : Arfinsa Ainurzana
NIM : 111.150.081
Plug : 05
1
Endapan Mineral
2017

• Dapat menentukan tipe endapan yang ada di daerah samas bergejolak.

I.3 Rumusan Masalah

• Bagaimana persebaran alterasi dan mineralisasi di daerah penelitian?


• Bagaimana perkembangan struktur geologi pada daerah penelitian?
• Faktor apa yang mengontrol persebaran alterasi dan mineralisasi daerah
penelitian?
• Tipe endapan mineral apa yang berkembang di daerah penelitian?
• Bagaimana prospek yang ada pada daerah telitian?

I.4 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis memilih metode penelitan dengan


menlakukan setidaknya du tahapan, yaitu :

• Studi Literatur dan Data Sekunder

Penulis melakukan studi literatur terlebih dahulu, hal ini ditujukan untuk
mengetahui kondisi geologi regional dari daerah penelitian. Selanjutnya
adalah menggunakan data sekunder sebagai penunjang serta pendukung dalam
penentuan tipe mineralisasi dan prospek pada daerah penelitian.
• Pengolahan Data

Berdasar pada studi literatur dan data sekunder berupa basemap dan data
titik-titik dilakukannya sampling. Proses selanjutnya adalah pengolahan data
untuk menghasilkan peta daerah penelitian , kemudian dapat ditentukan
batasan satuan batuan untuk menghasilkan peta geologi dari daerah penelitian.

Lebih dari itu dapat dilakukan pembuatan peta alterasi dan pembuatan peta
prospek berdasar data yang ada.

I.5 Hasil yang diharapkan

Adapun output yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah :


• Peta Lintasan Daerah Penelitian
• Peta Geologi Daerah Penelitian

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
2
Endapan Mineral
2017

• Peta Alterasi Daerah Penelitian


• Peta Prospek Mineralisasi Daerah Penelitian
• Laporan Akhir Daerah Penelitian

I.6 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain:

• Laptop
• Software Ms. Excel
• Software Ms. Excel
• Software ArcGis
• Software Global Mapper
• Peta Topografi Daerah Penelitian
• Data Sekunder Berupa Lokasi Pengamatan di Daerah Penelitian
• Data Sekunder Berupa Hasil Analisa Grade Mineralisasi

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
3
Endapan Mineral
2017

BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Alterasi Hidrotermal


o
Larutan hidrotermal adalah cairan bertemperatur tinggi (100 – 500 C) sisa
pendinginan magma yang mampu merubah dan membentuk mineral-mineral
tertentu. Secara umum cairan sisa kristalisasi magma tersebut bersifat silika yang
kaya alumina, alkali dan alkali tanah, mengandung air dan unsur-unsur volatil
(Bateman, 1981). Larutan hidrotermal terbentuk pada fase akhir dari siklus
pembekuan magma dan umumnya terakumulasi pada litologi dengan
permeabilitas tinggi atau pada zona lemah. Interaksi antara fluida hidrotermal
dengan batuan yang dilaluinya (wall rock) akan menyebabkan terubahnya mineral
primer menjadi mineral sekunder (alteration minerals).

Alterasi hidrotermal merupakan proses yang kompleks karena melibatkan


perubahan mineralogi, kimiawi dan tekstur yang kesemuanya adalah hasil dari
interaksi fluida hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya (Pirajno, 1992).
Perubahan-perubahan tersebut tergantung pada karakteristik batuan samping, sifat
fluida (Eh dan pH), kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi berlangsung
(Guilbert dan Park, 1986), konsentrasi dan lama aktivitas hidrotermal (Browne,
1991 dalam Corbett dan Leach, 1996). Meskipun faktor-faktor tersebut saling
terkait, tetapi dalam alterasi hidrotermal pada sistem epithermal kelulusan batuan,
temperatur dan kimia fluida memegang peranan penting (Henley dan Ellis, 1983
dalam Pirajno, 1992). Pada kesetimbangan tertentu, proses hidrotermal akan
menghasilkan kumpulan mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral
(mineral assemblage) (Gilbert dan Park, 1986).

II.2 Endapan Hidrotermal

Cox dan Singer (1986) mendefinisikan endapan mineral adalah terbnetuknya


komoditas berharga (ex:tembaga) atau mineral (ex:barite) yang memiliki ukuran yang
cukup dan konsentrasi yang memungkinkan, menguntungkan, dan dapat dianggap
memiliki potensi ekonomi untuk dieksploitasi. Endapan bijih adalah

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
4
Endapan Mineral
2017

endapan mineral yang telah di uji dan telah diketahui memilki ukuran dan grade
yang cukup, dan mungkin untuk diakses, yang memungkinkan untuk diekstraksi
dan menguntungkan. Guilbert dan Park (1986) menganggap bijih adalah batuan
atau mineral yang dapat ditambang, dan diproses, dipasarkan atau untuk teknologi
yang menguntungkan. Endapan mineral tidak memiliki implikasi keuntungan

Suatu endapan mineral akan terbentuk oleh serangkaian proses yang


mengubah kondisi suatu batuan menjadi suatu endapan dengan kandungan
mineral bijih yang disebut proses ubahan (alteration). Proses tersebut akan
menghasilkan mineral logam dan mineral ubahan (alteration mineral), struktur
serta tekstur batuan yang berubah karenanya.

Endapan hidrotermal ini merupakan proses pembentukan mineral-mineral


ekonomis yang mengalami proses akumulasi akibat adanya proses hidrotermal.
Salah satu endapan hidrotermal yang mampu menghasilkan bijih dengan kadar
yang tinggi meskipun persebarannya terbatas adalah tipe endapan epitermal.

Endapan bijih epithermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan


hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif
rendah berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sering kali
(tidak selalu) endapannya dijumpai di dalam produk volkanik (dan sedimen
volkanik) .

Endapan epithermal sering juga disebut endapan urat, penggantian


disseminasi, stockwork, hot spring, volcanic hosted, dan lain-lain . Perbedaan
tersebut disebabkan oleh perbedaan parameter yang digunakan dalam
menggolongkan endapan mineral .

Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri-ciri endapan


epitermal dengan endapan hidrotermal lainnya . Batasan endapan epithermal
menurut Lindgrend (1933) .

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
5
Endapan Mineral
2017

Table II-1.Ciri-ciri umum endapan epithermal (Lingrend, 1933)

Kedalaman Permukaan hingga 1500 m.


Temperatur 50 –200 C
0

Pembentukan Pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang


berasosiasi dengan batuan intrusif dekat permukaan atau
ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar turun, kekar, dsb .

Zona bijih Urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan


pembentukan kantong-kantong bijih, juga seringkali
terdapat pada pipa dan stockwork .
Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan dan sedikit
kanampakan replacement (penggantian) .

Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi
Pirit, Markasit, Sfalerit, Galena, Kalkopirit, Cinabar,
Stibnite, Realgar, Orpiment, Ruby Silvers, Argentite,
Selenides, Tellurides .

Mineral penyerta Kuarsa, Chert, Kalsedon, Ametis, Serisit, Klorit rendah Fe,
(gangue) Epidot, Karbonat, Fluorit, Barite, Adularia, Alunit,
Dickite, Rhodochrosite, Zeolit .

Ubahan batuan Sering sedikit chertification (silisifikasi), kaolinisasi,


samping piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi .

Tekstur dan Crustification (banding), sangat umum sering sebagai fine


struktur banding, cockade, vugs, urat terbreksikan. Ukuran butir
(kristal) sangat bervariasi .

Zonasi Makin kedalam makin tidak beraturan, seringkali kisaran


vertikalnya sangat kecil .

Kimia fluida merupakan faktor penting yang mengontrol mineralisasi.


Karakteristik mineralogi endapan epithermal, sangat mungkin dibedakan
berdasarkan dua fluida yang kontras, yaitu near-neutral pH fluids (fluida dengan
pH mendekati netral) dan acid pH (fluida dengan pH asam) (Hedenquist, 1987).

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
6
Endapan Mineral
2017

Ubahan hidrotermal yang berhubungan dengan pH mendekati netral digunakan


istilah “adularia-sericite”, sedangkan yang berhubungan dengan pH asam
digunakan istilah “acid-sulfate” (Heald dkk, 1987 dalam White dan Hedenquist,
1995) .

Istilah sulfidasi rendah dan sulfidasi tinggi dalam endapan epithermal juga
dicetuskan oleh Hedenquist (1987) dalam White dan Hedenquist (1990) . Batasan
kedua istilah tersebut didasarkan pada bilangan redoks (reduksi-oksidasi) unsur S
dalam fluida mineralisasi. Unsur S dalam sistem geothermal yang mendekati pH
netral umumnya memiliki bilangan redoks terendah ( - 2 ) , kondisi ini
diistilahkan sebagai sulfidasi rendah. Sedangkan istilah sulfidasi tinggi digunakan
untuk unsur S dalam hidrotermal vulkanik yang mempunyai bilangan redoks
mendekati + 4 (misalnya SO2) .

Dalam sistem epithermal sulfidasi rendah, fluida magmatik yang didominasi gas
(SO2 dan HCl) direduksi pada saat bereaksi dengan batuan samping (wall rock)
sehingga terjadi dilusi (pengenceran) akibat adanya sirkulasi fluida meteorik (air
hujan) . Proses tersebut terjadi pada bagian bawah dari sistem sulfidasi rendah yang
membawa zat volatil (termasuk unsur logam didalamnya), hal ini menyebabkan fluida
didominasi oleh H2S sebagai sumber sulfur yang paling besar yang juga melarutkan
o
garam (terutama NaCl) pada temperatur 170 – 270 C dan kedalaman 50 – 1000 m
(Hedenquist dan Houghton, 1988 dalam Corbett dan Leach, 1996 ) . Pada kondisi ini
sulfur hadir dengan bilangan oksidasi (- 2) yang didominasi H 2S, sehingga disebut
oleh Hedenquist (1987) dalam Corbett dan Leach (1996) sebagai sulfidasi rendah. Di
bawah kondisi reduksi yang cukup tinggi ini sulfida hanya hadir sebagai sulfur
o
sekunder. Pirhotit mendominasi pada temperatur sekitar 300 C dan pirit pada
temperatur rendah (Corbett dan Leach, 1996) .

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
7
Endapan Mineral
2017

BAB III
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Stratigrafi Daerah Telitian

Secara stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda dapat disusun sebagai
berikut:

Gambar III-1. Kolom Stratigrafi Daerah Telitian

1. Satuan batupasir Vulkanik, berumur miosen awal – miosen tengah. Satuan Ini
tersusun atas batupasir vulkanik, perselingan dengan tuf gelas. Diindikasikan
satuan ini merupakan produk vulkanisme. Pada satuan ini dijumpai alterasi
hidrotermal pada beberapa lokasi pengamatan. Satuan ini diendapkan selaras
diatas satuan breksi Vulkanik.

2. Satuan breksi Vulkanik, berumur miosen akhir-pliosen awal. Satuan ini


tersusun atas breksi vulkanik dengan fragmen andesit, basalt, dan tuf. Dijumpai
juga perselingan dan sisipan dengan batupasir vulkanik. dijumpai alterasi
hidrotermal pada satuan ini.

3. Intrusi Andesit, berumur pliosen awal. Satuan ini tersusun atas andesit warna
segar abu-abu kehijauan, holokristalin, fanerik sedang - afanitik, bentuk butir
mineral penyusun anhedral – subhedral, relasi inequigranular porfiritik, komposisi
mineral tersusun atas Plagioklas (30%), Piroksen (15%), Klorit (20%), kuarsa
(5%) dan gelas (30%).

4.Satuan endapan Aluvial, berumur kuarter. Satuan ini tersusun berupa material
lepas yang mengisi daerah rendahan pada daerah penelitian dengan komponen

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
8
Endapan Mineral
2017

utamanya berupa komponen andesit, basalt, tuf, breksi, dan batupasir yang
sebagian telah teralterasi.

III.2 Struktur Geologi Daerah Telitian

Secara umum daerah telitian meiliki tatanan struktur yang cukup kompleks,
struktur geologi yang cukup banyak dijumpai pada daerah penelitian adalah kekar
yang relatif berarah Barat- Timur dan Utara Selatan.

Selai kekar terdapat pula terdapat empat buah sesar yang berkembang yaitu
dua sesar mendatar kiri, sesar naik dan sesar turun. Keberadaan struktur geologi
ini yang menjadi zona lemah sehingga memungkian fluida hidrotermal untuk
mengalir dan merubah batuan yang ada menjadi batuan alterasi pada skala yang
cukup luas. Keberadaan struktur geologi ini juga mempengaruhi beberapa
kenampakan topografi daerah penelitian.

III.3 Alterasi Daerah Telitian

Gambar III-2. Peta Alterasi

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
9
Endapan Mineral
2017

Alterasi yang berkembang di daerah telitian adalah alterasi propilitik yang


menyebar cukup luas di bagian utara dengan luasan ±36%. Kemudian terdapat
alterasi argilik di bagian tengah dari daerah telitian dengan luasan ±15%. Altersi
filik hadir di bagian selatan dari daerah penelitian dengan luasan ±29%. Diantara
alterasi filik terbentuk juga alterasi silisifikasi yang terbentuk pada rekahan yang
terisis mineral sehingga membentuk urat. Namun masih dalam daerah telitian juga
terdapat daerah yang tidak mengalami alterasi.

III.4 Mineralisasi Daerah Telitian

Gambar III-3. Peta Prospeksi Au, Ag

Mineralisasi yang terjadi di daerah penelitian adalah berupa mineralisasi Au,


Ag, ±Cu, persebaran mineralisasi ini terbatas hanya pada daerah urat. Namun pada
urat ini mineralisasi Au, Ag tergolong dengan grade yang relatif tinggi dibanding
daerah lain pada daerah telitian. Mineralisasi yang terjadi tersebut bersamaan terjadi
akibat adanya alterasi silisifikasi yang terjadi pada lokasi tersebut.

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
10
Endapan Mineral
2017

III.5 Faktor Pengontrol Alterasi dan Mineralisasi

Alterasi dan Mineralisasi pada telititan umumnya dikontrol oleh struktur


geologi. Hal ini dibuktikan dengan adanya urat-urat kuarsa yang terbentuk karena
adanya pengaruh kompresi yang kemudian membentuk kekar-kekar, sehingga
apabila kekar-kekar tersebut terisi akan membentuk urat-urat kuarsa yang
umumnya mengandung mineral-mineral logam dengan kadar tinggi.

III.6 Karakteristik Tipe Endapan

III.6.1 Suhu dan Kedalaman


1. Zona Alterasi Kuarsa-Adularia (Silisifikasi)
Pada zona alterasi silisifikasi ini ditemui himpunan mineral Kuarsa +
Adularia ± serisit ± klorit ± dikit ± illit

Tabel III-1. Suhu Pembentukan Zona Alterasi Kuarsa-Adularia (silisifikasi menurut Modifikasi
Reyes (1990), Hedenquist (1987), Lawless & White (1997), Corbet & leach (1997)

2. Zona Alterasi Kuarsa-Serisit (Filik)


Pada zona alterasi filik dijumapai himpunan mineral kuarsa + serisit ±
dikit ± illit ± klorit
Tabel III-2. Suhu Pembentukan Zona Alterasi Kuarsa-Serisit (filik) menurut Modifikasi Reyes
(1990), Hedenquist (1987), Lawless & White (1997), Corbet & leach (1997)

3. Zona Alterasi Kaolinit-Illit-Smektit (Argilik)


Pada Zona alterasi argilik dijumpai himpunan mineral kaolinit + illit +
smektit ± klorit ± rodokrosit

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
11
Endapan Mineral
2017

Tabel III-3. Suhu Pembentukan Zona Alterasi Kaolinit-Illit-Smektit (argilik) menurut


Modifikasi Reyes (1990), Hedenquist (1987), Lawless & White (1997), Corbet & leach

4. Zona Alterasi Klorit-Smektit-Kalsit (propilitik)


Pada zona alterasi propilitik dijumpai himpunan mineral klorit + smektit
+kalsit ±epidot ± albit ± kaolinit ± illit ± rodokrosit
Tabel III-4. Suhu Pembentukan Zona Alterasi Klorit-Smektit-Kalsit(propilitik) menurut Modifikasi
Reyes (1990), Hedenquist (1987), Lawless & White (1997), Corbet & leach

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
12
Endapan Mineral
2017

Gambar III-4. Kurva Penarikan Kedalaman

Dari kurva di atas dapat disimpulkan bahwa kedalaman pembentukan


mineralisasi adalah antara 90 sampai 450 meter di bawah permukaan bumi

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
13
Endapan Mineral
2017

Gambar III-5.Model endapan Epithermal Low Sulphidation menurut Buchanan,1981

III.6.2 Tipe Endapan


Tabel III-5. Karakteristik Tipe Endapan

Intrusi Andesit Porfiritik


Host Rock Breksi dan Batupasir Vulkanik
Tipe Ubahan Silisifikasi, Filik, Argilik, Propilitik
Mineral Ubahan Kuarsa, Kaolinit, Serisit, Dikit, Smektit,
Illite, Kalsit, Albit, Adularia, Klorit, Epidot,
Kaolinit, Rodokrosit
Komoditi Logam Ag, Au, Cu
Tekstur Utama Crustiform, Colloform, Saccaroidal,
Lettice
Kontrol Mineralisasi Sesar dan Kekar (Struktur Geologi)
Lingkungan Pembentukan Fasies Gunung Api Distal
Menururt karakteristik tipe endapan di atas berdasar pada klasifikasi pada
Corbett & Leach (1997), maka dapat disimpulkan bahwa tipe endapan di Daerah
Hawkins dan Sekitarnya berupa Epithermal Low Sulphidation dicirikan dengan
adanya urat-urat kuarsa (veins) yang di dalamnya terkandung mineral ekonomis
dengan kadar tinggi. Tipe endapan ini dominan dikontrol oleh struktur geologi.

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
14
Endapan Mineral
2017

III.7 Sejarah Geologi

Sejarah geologi yang terjadi pada daerah telitian adalah sebagai berikut :

• Miosen Awal hingga Miosen Tengah terjadi adanya erupsi gunung berapi
yang mengeluarkan material-material vulkanik yang tebal pada material
vulkanik ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses
pengendapan dan menjadi batupasir vulkanik dengan perselingan tuf gelas.
• Pada periode berikutnya yaitu Miosen Akhir hingga Pliosen Awal gunung
api tersebut mengalami erupsi kembali dan mengeluarkan cairan lava yang
kemudian mengalami proses pembekuan bersamaan dengan aliran lava
dan membentuk breksi vulkanik. Pada breksi vulkanik ini banyak dijumpai
fragmen-fragmen berupa batuan beku andesit , basalt dan tuf
• Pada pliosen awal, terjadi proses tektonik yang aktif yang menyebabkan
terjadinya banyak sekali struktur geologi pada daerah penelitian. Struktur
geologi ini yang ada menjadi sebuah zona lemah yang memungkinkan
terjadinya intrusi dari batuan beku andesit yang dapa dijumpai pada bagian
tengah daerah penelitian yang menerobos satuan breksi vulkanik.
• Selanjutnya adalah fase terbentuknya endapan aluvial di permukaan akibat
adanya pelpukan, baik oleh udara maupun air sungai.

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
15
Endapan Mineral
2017

III.8 Sejarah Alterasi

Gambar III-6. Model Genesa Endapan Epitermal Sulfiasi Rendah

Alterasi hidrotermal yang terjadi pada daerah telitian dipicu oleh adanya
proses intrusi batuan beku yang menghasilkan fluida hidrotermal. Intrusi yang
menyebabkan adanya alterasi ini bukanlah intrusi yang telah tersingkap, karena
batuan beku intrusif yang telah tersingkap juga mengalami alterasi.

Alterasi yang terjadi didukung oleh keberadaan struktur geologi yang


cukup banyak memungkinkan fluida hidrotermal untuk lewat dan merubah batuan
dindingnya.

Berdasarkan beberapa jenis alterasi dan mineral yang ditemukan pada


daerah penelitian, dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian termassuk ke dalam
tioe endapan epitermal low sulphidation.

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
16
Endapan Mineral
2017

Alterasi yang terbentuk mulanya terjadi alterasi silisifikasi, diikuti, alterasi


filik,argilik, dan propilitik.

Tipe endapan epitermal low sulphidation ini terbentuk pada kedalaman


yang relatif dangkal sehingga banyak terpengaruh oleh keberadaan fluida
meteorik yang menyebabkan sifat fluidanya menjadi netral-near netral..

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
17
Endapan Mineral
2017

BAB IV
KESIMPULAN
• Daerah telitian memiliki litostratigrafi berupa : Batupasir Vulkanik, Breksi
Vulkanik dan Endapan Aluvial. Terdapat litodem berupa Intrusi Andesit.
Susunan stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda secara berurutan
adalah Batupasir Vulkanik (Miosen Awal-Miosen Tengah), Breksi
Vulkanik (Miosen Akhir-Pliosen Awal), Intrusi Andesit (Pliosen Awal) dan
Endapan Aluvial (Resen).
• Himpunan mineral yang dijumpai di lapangan dapat dibagi menjadi empat
zonasi alterasi yaitu tipe Silisifikasi, tipe Argilik, tipe Filik dan tipe
Propilitik.

• Mineralisasi yang terbentuk antara lain : elektrum, Galena, Sfalerit,


kalkopirit, tetrahedrit-tennantit dan pirit dalam bentuk vein. Dengan
komoditas utama berupa Ag,Au.
• Mineralisasi yang memberikan kontribusi logam ekonomis terdapat pada
urat dengan tipe alterasi silisifikasi.
• Struktur geologi yang berkembang di daerah telitian berupa sesar naik,
sesar turun, dan dua sesar mendatar kiri.

• Tipe endapan mineral pada daerah penelitian termasuk dalam tipe endapan
Epitermal Low Sulpfhidation

Nama : Arfinsa Ainurzana


NIM : 111.150.081
Plug : 05
18

Anda mungkin juga menyukai