DISUSUN OLEH :
ARFINSA AINURZANA
111.150.081
PLUG 05
Disusun oleh :
Nama : ARFINSA AINURZANA
NIM : 111.150.081
PLUG 05
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala ridho-Nya
sehingga penulis dapat melaksanakan praktikum endapan mineral, acara
eksplorasi bahan galian, serta dapat menyelesaikan Laporan Eksplorasi Samas
Bergejolak dengan baik.
“Tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari bahwa laporan ini
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapakan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak dan pembaca agar dapat menjadi koreksi bagi
berkembangnya penulis.
Terima kasih.
Penyusun,
Arfinsa Ainurzana
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
ii
III.6.1 Suhu dan Kedalaman........................................................................11
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................18
iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
iv
Endapan Mineral
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kekayaan alam yang ada di Indonesia, berupa sumber daya
mineral. . Hal ini tentunya tidak lepas dari keberadaan Indonesia yang merupakan
wilayah jalur subduksi aktif yang memungkinkan banyak terjadinya gunung api
dan sumber magma sebagai bahan utama terjadinya pembentukan mineral.
Penulis melakukan studi literatur terlebih dahulu, hal ini ditujukan untuk
mengetahui kondisi geologi regional dari daerah penelitian. Selanjutnya
adalah menggunakan data sekunder sebagai penunjang serta pendukung dalam
penentuan tipe mineralisasi dan prospek pada daerah penelitian.
• Pengolahan Data
Berdasar pada studi literatur dan data sekunder berupa basemap dan data
titik-titik dilakukannya sampling. Proses selanjutnya adalah pengolahan data
untuk menghasilkan peta daerah penelitian , kemudian dapat ditentukan
batasan satuan batuan untuk menghasilkan peta geologi dari daerah penelitian.
Lebih dari itu dapat dilakukan pembuatan peta alterasi dan pembuatan peta
prospek berdasar data yang ada.
• Laptop
• Software Ms. Excel
• Software Ms. Excel
• Software ArcGis
• Software Global Mapper
• Peta Topografi Daerah Penelitian
• Data Sekunder Berupa Lokasi Pengamatan di Daerah Penelitian
• Data Sekunder Berupa Hasil Analisa Grade Mineralisasi
BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
endapan mineral yang telah di uji dan telah diketahui memilki ukuran dan grade
yang cukup, dan mungkin untuk diakses, yang memungkinkan untuk diekstraksi
dan menguntungkan. Guilbert dan Park (1986) menganggap bijih adalah batuan
atau mineral yang dapat ditambang, dan diproses, dipasarkan atau untuk teknologi
yang menguntungkan. Endapan mineral tidak memiliki implikasi keuntungan
Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi
Pirit, Markasit, Sfalerit, Galena, Kalkopirit, Cinabar,
Stibnite, Realgar, Orpiment, Ruby Silvers, Argentite,
Selenides, Tellurides .
Mineral penyerta Kuarsa, Chert, Kalsedon, Ametis, Serisit, Klorit rendah Fe,
(gangue) Epidot, Karbonat, Fluorit, Barite, Adularia, Alunit,
Dickite, Rhodochrosite, Zeolit .
Istilah sulfidasi rendah dan sulfidasi tinggi dalam endapan epithermal juga
dicetuskan oleh Hedenquist (1987) dalam White dan Hedenquist (1990) . Batasan
kedua istilah tersebut didasarkan pada bilangan redoks (reduksi-oksidasi) unsur S
dalam fluida mineralisasi. Unsur S dalam sistem geothermal yang mendekati pH
netral umumnya memiliki bilangan redoks terendah ( - 2 ) , kondisi ini
diistilahkan sebagai sulfidasi rendah. Sedangkan istilah sulfidasi tinggi digunakan
untuk unsur S dalam hidrotermal vulkanik yang mempunyai bilangan redoks
mendekati + 4 (misalnya SO2) .
Dalam sistem epithermal sulfidasi rendah, fluida magmatik yang didominasi gas
(SO2 dan HCl) direduksi pada saat bereaksi dengan batuan samping (wall rock)
sehingga terjadi dilusi (pengenceran) akibat adanya sirkulasi fluida meteorik (air
hujan) . Proses tersebut terjadi pada bagian bawah dari sistem sulfidasi rendah yang
membawa zat volatil (termasuk unsur logam didalamnya), hal ini menyebabkan fluida
didominasi oleh H2S sebagai sumber sulfur yang paling besar yang juga melarutkan
o
garam (terutama NaCl) pada temperatur 170 – 270 C dan kedalaman 50 – 1000 m
(Hedenquist dan Houghton, 1988 dalam Corbett dan Leach, 1996 ) . Pada kondisi ini
sulfur hadir dengan bilangan oksidasi (- 2) yang didominasi H 2S, sehingga disebut
oleh Hedenquist (1987) dalam Corbett dan Leach (1996) sebagai sulfidasi rendah. Di
bawah kondisi reduksi yang cukup tinggi ini sulfida hanya hadir sebagai sulfur
o
sekunder. Pirhotit mendominasi pada temperatur sekitar 300 C dan pirit pada
temperatur rendah (Corbett dan Leach, 1996) .
BAB III
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Secara stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda dapat disusun sebagai
berikut:
1. Satuan batupasir Vulkanik, berumur miosen awal – miosen tengah. Satuan Ini
tersusun atas batupasir vulkanik, perselingan dengan tuf gelas. Diindikasikan
satuan ini merupakan produk vulkanisme. Pada satuan ini dijumpai alterasi
hidrotermal pada beberapa lokasi pengamatan. Satuan ini diendapkan selaras
diatas satuan breksi Vulkanik.
3. Intrusi Andesit, berumur pliosen awal. Satuan ini tersusun atas andesit warna
segar abu-abu kehijauan, holokristalin, fanerik sedang - afanitik, bentuk butir
mineral penyusun anhedral – subhedral, relasi inequigranular porfiritik, komposisi
mineral tersusun atas Plagioklas (30%), Piroksen (15%), Klorit (20%), kuarsa
(5%) dan gelas (30%).
4.Satuan endapan Aluvial, berumur kuarter. Satuan ini tersusun berupa material
lepas yang mengisi daerah rendahan pada daerah penelitian dengan komponen
utamanya berupa komponen andesit, basalt, tuf, breksi, dan batupasir yang
sebagian telah teralterasi.
Secara umum daerah telitian meiliki tatanan struktur yang cukup kompleks,
struktur geologi yang cukup banyak dijumpai pada daerah penelitian adalah kekar
yang relatif berarah Barat- Timur dan Utara Selatan.
Selai kekar terdapat pula terdapat empat buah sesar yang berkembang yaitu
dua sesar mendatar kiri, sesar naik dan sesar turun. Keberadaan struktur geologi
ini yang menjadi zona lemah sehingga memungkian fluida hidrotermal untuk
mengalir dan merubah batuan yang ada menjadi batuan alterasi pada skala yang
cukup luas. Keberadaan struktur geologi ini juga mempengaruhi beberapa
kenampakan topografi daerah penelitian.
Tabel III-1. Suhu Pembentukan Zona Alterasi Kuarsa-Adularia (silisifikasi menurut Modifikasi
Reyes (1990), Hedenquist (1987), Lawless & White (1997), Corbet & leach (1997)
Sejarah geologi yang terjadi pada daerah telitian adalah sebagai berikut :
• Miosen Awal hingga Miosen Tengah terjadi adanya erupsi gunung berapi
yang mengeluarkan material-material vulkanik yang tebal pada material
vulkanik ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses
pengendapan dan menjadi batupasir vulkanik dengan perselingan tuf gelas.
• Pada periode berikutnya yaitu Miosen Akhir hingga Pliosen Awal gunung
api tersebut mengalami erupsi kembali dan mengeluarkan cairan lava yang
kemudian mengalami proses pembekuan bersamaan dengan aliran lava
dan membentuk breksi vulkanik. Pada breksi vulkanik ini banyak dijumpai
fragmen-fragmen berupa batuan beku andesit , basalt dan tuf
• Pada pliosen awal, terjadi proses tektonik yang aktif yang menyebabkan
terjadinya banyak sekali struktur geologi pada daerah penelitian. Struktur
geologi ini yang ada menjadi sebuah zona lemah yang memungkinkan
terjadinya intrusi dari batuan beku andesit yang dapa dijumpai pada bagian
tengah daerah penelitian yang menerobos satuan breksi vulkanik.
• Selanjutnya adalah fase terbentuknya endapan aluvial di permukaan akibat
adanya pelpukan, baik oleh udara maupun air sungai.
Alterasi hidrotermal yang terjadi pada daerah telitian dipicu oleh adanya
proses intrusi batuan beku yang menghasilkan fluida hidrotermal. Intrusi yang
menyebabkan adanya alterasi ini bukanlah intrusi yang telah tersingkap, karena
batuan beku intrusif yang telah tersingkap juga mengalami alterasi.
BAB IV
KESIMPULAN
• Daerah telitian memiliki litostratigrafi berupa : Batupasir Vulkanik, Breksi
Vulkanik dan Endapan Aluvial. Terdapat litodem berupa Intrusi Andesit.
Susunan stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda secara berurutan
adalah Batupasir Vulkanik (Miosen Awal-Miosen Tengah), Breksi
Vulkanik (Miosen Akhir-Pliosen Awal), Intrusi Andesit (Pliosen Awal) dan
Endapan Aluvial (Resen).
• Himpunan mineral yang dijumpai di lapangan dapat dibagi menjadi empat
zonasi alterasi yaitu tipe Silisifikasi, tipe Argilik, tipe Filik dan tipe
Propilitik.
• Tipe endapan mineral pada daerah penelitian termasuk dalam tipe endapan
Epitermal Low Sulpfhidation