Anda di halaman 1dari 30

a.

Pengertian imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit
yang lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.

C. tujuan Pemberian imunisasi


Mengapa imunisasi penting? Alasannya, secara umum imunisasi mempunyai dua
tujuan berikut ini.

1. tujuan umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).

2. tujuan khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/
kelurahan pada tahun 2014.
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah
1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
c. Eradikasi polio pada tahun 2015.
d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah
medis (safety injection practise and waste disposal management).

e. Sasaran imunisasi
Sebagai seorang bidan, tahukah Anda siapa saja yang merupakan sasaran dalam
imunisasi? Jadi, yang menjadi sasaran dalam pelayanan imunisasi rutin adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Sasaran Imunisasi pada Bayi

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian Interval minimal


Hepatitis B 0–7 hari 1 -
BCG 1 bulan 1 -
Polio / IPV 1, 2, 3,4 bulan 4 4 minggu
DPT-HB-Hib 2, 3, 4 bulan 3 4 minggu
Campak 9 bulan 1 -

Sumber: Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013


Bahan ajar IMUnISaSI

Tabel 2.2 Sasaran Imunisasi pada Anak Balita

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian


DPT-HB-Hib 18 bulan 1
Campak 24 bulan 1

Sumber: Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013

Tabel 2.3 Sasaran Imunisasi pada Anak Sekolah Dasar (SD/Sederajat)

Sasaran Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Keterangan


Kelas 1 SD Campak Bulan Agustus Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS)

Kelas 1 SD DT Bulan November


Kelas 2 & 3 SD Td Bulan November
Sumber: Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013

Tabel 2.4 Sasaran Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS)

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Masa Perlindungan


TT1 - -
TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun
TT5 12 bulan setelah TT4 25 Tahun
Sumber: Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013
1. Jenis-Jenis Imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak

menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam,

yaitu:

1. Imunisasi aktif

Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah

dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon

spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,

sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan

merespon.

2. Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh

dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang

dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari

plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui

placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi

mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah,

2010).
5. Dasar-Dasar Imunisasi
1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

a) Pengertian

Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang

dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak berulang

selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak

virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksinasi

BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak

mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi risiko

terjadi tuberculosis berat seperti meningitis TB dan

tuberkulosis milier (Ranuh,2008).

b) Cara pemberian dan dosis:

1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.

Melarutkan dengan mengggunakan alat suntik steril

Auto Distruct Scheering(ADS) 5 ml.

2. Dosisi pemberian: 0,05 ml.

3. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas

(insertion musculus deltoideus). Dengan menggunakan Auto

Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.

4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3

jam.
c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.

d) Kontra indikasi:

1. Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti:

eksim,furunkulosis dan sebagainya.

2. Mereka yang sedang menderita TBC.

e) Efek samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang

bersifat umum seperti deman. Setelah 1-2 minggu akan timbul

indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah

menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak

perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan

meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi

pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa

padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini

normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang

dengan sendirinya (Departemen Kesehatan RI, 2006).

2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

a) Pengertian

Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin

yang terdiri dari toxoid difteridan tetanusyang dimurnikan

serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi (Departemen


Kesehatan RI, 2006).

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Corynebacterium diphtheria. Difteri bersifat ganas,

mudah menular dan menyerang terutama saluran nafas

bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung

dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak

langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi

bakteri difteri.

Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti

demam lebih kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu

menelan dan terdapat pseudomembranputih keabu-abuan di

faring, laring, atau tonsil. Pertusis merupakan suatu penyakit

yang disebabkan oleh kuman Bordetella Pertusis. Kuman ini

mengeluarkan toksin yang menyebabkan ambang rangsang

batuk yang hebat dan lama.

Serangan batuk lebih sering pada malam hari, batuk

terjadi beruntun dan akhir batuk menarik nafas panjang,

biasanya disertai muntah. Batuk bisa mencapai 1-3 bulan,

oleh karena itupertusis disebut juga dengan “batuk seratus

hari”. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh

infeksi kuman Clostridium tetani. Kuman ini bersifat


anaerob, sehingga dapat hidup pada lingkungan yang tidak

terdapat zat asam (oksigen).

Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan

orang dewasa. Pada bayipenularan disebabkan karena

pemotongan tali pusat tanpa alatyang steril atau dengan cara

tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan

tradisional yang terkontaminasi spora kuman tetanus. Pada

anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi karena luka

yang kotor atau luka terkontaminasi spora tetanus. Kuman ini

paling banyak terdapat di usus kuda berbentuk spora yang

tersebar luas di tanah (Atikah, 2010).

Upaya Departemen Kesehatan melaksanakan Program

Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) melalui imunisasi

DPT, DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama

waktu perlindungan sebagai berikut:

1. Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan

3 dosis toksoid tetanuspada bayi dihitung setara dengan 2 dosis

pada anak yang lebih besar atau dewasa.


2. Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan

memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7

tahun.

3. Dengan 4 dosis toksoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara

dengan 3 dosis pada dewasa (Sudarti, 2010).

b) Cara pemberian dan dosis:

1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspensi menjadi homogen.

2. Disuntik secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml

sebanyak 3 dosis.

3. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya

diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)

(Departemen Kesehatan RI, 2006).

4. Cara memberikan vaksin ini, sebagai barikut:

a) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu

dengan seluruh kaki terlentang

b) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi

c) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk

d) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat

e) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit

sehingga masuk kedalam otot (Atikah, 2010).


c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap

difteri, pertusis, dan tetanus.

d) Kontra indikasi

Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi

baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada syaraf

merupakan kontraindikasi pertusis. Anak-anak yang

mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama,

komponen pertusisharus dihindarkan pada dosis kedua, dan

untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

e) Efek samping

Gejal-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas,

demam tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya

terjadi 24 jam setelah imunisasi (Departemen Kesehatan RI,

2006).

3. Vaksin Hepatitis B

a) Pengertian

Vaksin hepatitis B adalahvaksin virus rekombinan

yang telah diinaktivasikan dan bersifat in infectious, berasal

dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula

polymorph) menggunakan teknologi DNA rekombinan.


b) Cara pemberian dan dosis:

1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspensi menjadi homogen.

2. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan

secara intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha.

3. Pemberian sebanyak 3 dosis.

4. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya

dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).

c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi

yang disebabkan virus hepatitis B.

d) Kontra indikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya

seperti vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan

kepada penderita infeksi berat disertai kejang.

e) Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan

pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang

terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

(Departemen Kesehatan RI, 2006).

4. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)


a) Pengertian

Vaksin Oral Polio adalah vaksin yang terdiri dari

suspense virus poliomyelitistipe 1,2,3 (Strain Sabin) yang

sudah dilemahkan, dibuat dibiakkan jaringan ginjal kera dan

distabilkan dengan sukrosa.

b) Cara pemberian dan dosis:

1. Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis ada 2 (dua) tetes

sebanyak 4 kali (disis) pemberian dengan interval setiap dosis

minimal 4 minggu.

2. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)

yang baru.

c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.

d) Kontra indikasi

Pada individu yang menderita “immune deficiency”

tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat

pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika

ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis

ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

e) Efek samping

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping


berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang

terjadi. (Departemen Kesehatan RI, 2006).

5. Vaksin Campak

a) Pengertian

Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang

dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang

dari 1000 inektive unit virus strain dan tidak lebih dari 100

mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erithromycin.

b) Cara pemberian dan dosis:

1. Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus

dilarutlan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml

cairan pelarut.

2. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan

kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangn (booster) pada usia 6-7

tahun (kelas 1 SD) setelah catchup campaign campak pada anak

Sekolah Dasar kelas 1-6.

c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

d) Kontra indikasi

Individu yang mengidap penyakitimmune deficiency

atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun

karena leukemia, limfoma.

e) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan

dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari

setelah vaksinasi (Departemen Kesehatan RI, 2006).

C. Penyimpanan Vaksin
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya, vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang telah ditetapkan
dapat Anda lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.3 Cara Penyimpanan Vaksin

Kabupaten/Kota Puskesmas

• Vaksin Polio disimpan pada suhu -15o s.d. • Semua vaksin disimpan pada suhu 2o s.d.
-25o C pada freeze room/freezer. 8o C pada lemari es.
• Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2o s.d. • Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan
8o C pada coldroom atau lemari es. desa disimpan pada suhu ruangan,
terlindung dari sinar matahari langsung.

Sumber: Kemenkes RI, 2013


Penyelenggaraan imunisasi wajib

Tabel 3.4 Suhu Penyimpanan Jenis Vaksin

Sumber: Kemenkes RI, 2013

Anda wajib memperhatikan beberapa hal dalam pemakaian vaksin secara


berurutan, yaitu sebagai berikut.

1. keterpaparan Vaksin terhadap Panas

Vaksin yang telah mendapatkan paparan panas lebih banyak (yang dinyatakan
dengan perubahan kondisi Vaksin Vial Monitor [VVM] VVM A ke kondisi B)
harus digunakan terlebih dahulu meskipun masa kedaluwarsanya masih lebih
panjang. Vaksin dengan kondisi VVM C dan D tidak boleh digunakan.
Pernahkah Anda membaca tentang VVM? Di dalam bahan ajar ini Anda
akan mempelajari tentang VVM. Jadi, yang dimaksud dengan VVM adalah alat
pemantau paparan suhu panas. Fungsi VVM untuk memantau suhu vaksin selama
dalam perjalanan maupun dalam penyimpanan. VVM ditempelkan pada setiap
vial vaksin berupa bentuk lingkungan dengan bentuk segi empat pada bagian
dalamnya. Diameter VVM sekitar 0,7 cm (7 mm). VVM mempunyai karakteristik
yang berbeda, spesifik untuk tiap jenis vaksin. VVM untuk vaksin polio tidak
dapat digunakan untuk vaksin HB, begitu juga sebaliknya. Setiap jenis vaksin
mempunyai VVM tersendiri. Semua vaksin dilengkapi VVM, kecuali BCG. Untuk
lebih jelasnya, Anda dapat melihat gambar berikut ini.
Bahan ajar IMUnISaSI

Gambar 3.5 Simbol VVM dalam kemasan vaksin hepatitis B PID

Gambar 3.6 Alat pemantau vaksin (VVM) yang menunjukkan kondisi yang berbeda

2. masa kadaluwarsa Vaksin

Apabila kondisi VVM vaksin sama, maka digunakan vaksin yang lebih pendek
masa kadaluwarsanya (Early Expire First Out/EEFO).

3. Waktu Penerimaan Vaksin (First In First Out/FiFO)


Vaksin yang terlebih dahulu diterima sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu. Hal
ini dilakukan dengan asumsi bahwa vaksin yang diterima lebih awal mempunyai
jangka waktu pemakaian yang lebih pendek.

4. Pemakaian Vaksin Sisa


Vaksin sisa pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit, atau Praktik Swasta)
bisa digunakan pada pelayanan hari berikutnya. Beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut.
Penyelenggaraan imunisasi wajib

a. Disimpan pada suhu 2o s.d. 8o C;


b. VVM dalam kondisi A atau B;
c. Belum kadaluwarsa;
d. Tidak terendam air selama penyimpanan;
e. Belum melampaui masa pemakaian.
Anda akan lebih mudah mengingat dengan menggunakan tabel berikut ini.

Sarana Penyimpanan

f. kamar Dingin dan kamar beku

Kamar dingin dan kamar beku (terdapat di tingkat provinsi). Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar berikut ini.
Bahan ajar IMUnISaSI

Gambar 3.7 Sistem Penyimpanan Vaksin

g. lemari es dan Freezer


Banyak model lemari es yang dapat digunakan, tetapi gambar berikut inilah yang
sudah terstandardisasi WHO/UNICEF.
Berikut ini lemari es tingkat Puskesmas yang sudah terdaftar di WHO/
UNICEF.

Gambar 3.8 Jenis lemari es di tingkat Puskesmas

Anda tentu sudah tahu fungsi lemari es dan freezer. Fungsi lemari es tempat
menyimpan vaksin BCG, Td, TT, DT, hepatitis B, Campak, dan DPT-HB-Hib, pada
suhu yang ditentukan 2o s.d. 8o C dapat juga difungsikan untuk membuat kotak
dingin cair (cool pack). Adapun fungsi freezer untuk menyimpan vaksin polio
pada suhu yang ditentukan antara -15o s.d. -25o C atau membuat kotak es beku
(cold pack).
Penyelenggaraan imunisasi wajib

Bagian yang sangat penting dari lemari es/freezer adalah termostat. Termostat
berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam pada lemari es atau freezer. Tahukah
Anda bahwa ada 2 macam termostat? Kedua macam termostat itu masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Perhatikan tabel berikut.

Tabel 3.6 Kelebihan dan Kekurangan jenis thermostat

Termostat Manual Termostat Digital


Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan
• Tidak menggunakan • Sulit dalam • Mudah dalam • Harganya mahal.
power listrik pemasangan pemasangan. • Saat listrik padam
• Harganya murah. • Sulit meriset suhu • Mudah dalam suhu tidak dapat
yang sesuai. meriset suhu. terbaca.
• Diff dari off ke on • Diff dari off ke on
sulit untuk diatur. sudah diatur + 2O C
• Suhu tidak dapat • Suhu mudah terbaca
dibaca. dengan layar LCD.
• Sulit untuk • Ketepatan suhu lebih
mendapatkan suhu terjamin.
yang sesuai. • Menggunakan relay
• Pengaturan suhu untuk ketepatan
harus menunggu kontak.
24 jam. • Pengaturan
• Max power 6 Amp. suhu tidak perlu
menungggu 24 jam.
• Max power 10 Amp.

Bentuk pintu lemari es/freezer


1) Bentuk buka dari depan (front opening)
Lemari es/freezer dengan bentuk pintu buka dari
depan banyak digunakan dalam rumah tangga
atau pertokoan, seperti untuk menyimpan
makanan, minuman, buah-buahan yang sifat
penyimpanannya sangat terbatas. Bentuk ini
tidak dianjurkan untuk penyimpanan vaksin.

Gambar 3.9 Jenis lemari es


Bahan ajar IMUnISaSI

2) Bentuk Buka ke Atas (Top Opening)


Bentuk top opening pada umumnya
adalah freezer yang biasanya digunakan
untuk menyimpan bahan makanan,
ice cream, daging, atau lemari es untuk
penyimpanan vaksin. Salah satu bentuk
lemari es top opening adalah ILR (Ice
Lined Refrigerator) yaitu Freezer yang Gambar 3.10 Jenis lemari es top opening
dimodifikasi menjadi lemari es dengan

suhu bagian dalam 2o s.d. 8o C. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
akan volume penyimpanan vaksin pada lemari es. Modifikasi dilakukan dengan
meletakkan kotak dingin cair (cool pack) pada sekeliling bagian dalam freezer
sebagai penahan dingin dan diberi pembatas berupa aluminium atau multiplex
atau acrylic plastic.

Tabel 3.7 Perbedaan antara bentuk pintu buka depan dan bentuk pintu buka ke atas

Bentuk Buka dari Depan Bentuk Buka dari Atas


Suhu tidak stabil. Suhu lebih stabil.
Pada saat pintu lemari dibuka ke depan maka Pada saat pintu lemari es dibuka ke atas maka
suhu dingin dari atas akan turun ke bawah dan suhu dingin dari atas akan turun ke bawah dan
keluar. tertampung.
Apabila listrik padam relatif tidak dapat Apabila listrik pada relatif suhu dapat bertahan
bertahan lama. lama.
Jumlah vaksin yang dapat ditampung sedikit. Jumlah vaksin yang dapat ditampung lebih
banyak.
Susunan vaksin menjadi mudah dan vaksin Penyusunan vaksin agak sulit karena vaksin
terlihat jelas dari samping depan. bertumpuk dan tidak jelas dilihat dari atas.

Sumber: Kemenkes, 2013

h. alat Pembawa Vaksin


1) Cold box adalah suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa vaksin.
Pada umumnya memiliki volume kotor 40 liter dan 70 liter. Kotak dingin
(cold box) ada 2 macam yaitu terbuat dari plastik atau kardus dengan insulasi
poliuretan.
2) Vaccine carrier adalah alat untuk mengirim/membawa vaksin dari
Puskesmas ke Posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang dapat
mempertahankan suhu 2o s.d. 8o C.

Penyelenggaraan imunisasi wajib

Gambar 3.11 Vaccine Carrier

i. alat untuk mempertahankan Suhu

1) Kotak dingin beku (cold pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat
yang diisi dengan air yang dibekukan dalam freezer dengan suhu -15° s.d.
-25o C selama minimal 24 jam.
2) Kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang
diisi dengan air kemudian didinginkan dalam lemari es dengan suhu +2° s.d.
+8o C selama minimal 24 jam.
Cold pack selain mempertahankan suhu untuk pengiriman vaksin juga
berfungsi sebagai stabilisator suhu apabila diletakkan dalam lemari es.
Gambar 3.12 Cold pack
Bahan ajar IMUnISaSI

j. Penempatan lemari es (le)

1) Jarak minimal LE dengan dinding bagian belakang (± 10–15 cm).


2) Jarak minimal antara LE : ± 15 cm.
3) LE tidak terkena sinar matahari langsung.
4) Ada sirkulasi udara yang cukup dalam ruangan.
5) Setiap unit LE atau Freezer hanya menggunakan 1 stop kontak listrik, sebaiknya
menggunakan stabilisator untuk tiap unit.
Coba Anda perhatikan gambar tentang penataan vaksin berikut ini.
RCW 42 EK: suhu dekat evaporator bisa < 0° C. Jauh dari evaporator suhu
2° s.d. 8° C.

Gambar 3.13 Cara Penataan Vaksin RCW 42 eK

RCW 50 EK: kompartmen kanan dan kiri suhu 2° s.d. 8° C bagian tengah
freezer.

Gambar 3.14 Cara Penataan Vaksin RCW 50 eK


Penyelenggaraan imunisasi wajib

k. Pemeliharaan Sarana Cold Chain

Tabel 3.8 Cara Pemeliharaan Lemari Es

Pemeliharaan harian Pemeliharaan Mingguan Pemeliharaan Bulanan


a. Melakukan pengecekan a. Memeriksa steker jangan a. Sehari sebelum melakukan
suhu setiap pagi dan sore, sampai kendor. pemeliharaan bulanan,
termasuk hari libur. b. Melakukan pengamatan kondisikan cool pack
b. Memeriksa apakah terjadi terhadap tanda-tanda (kotak dingin cair), vaccine
bunga es dan memeriksa steker hangus dengan carrier atau cold box
ketebalan bunga es. melihat perubahan warna dan pindahkan vaksin ke
Apabila bunga es lebih dari pada steker, jika itu terjadi dalamnya.
0,5 cm lakukan defrosting gantilah steker dengan yang b. Lepaskan steker dari stop
(pencairan bunga es). baru. kontak saat pencairan
c. Melakukan pencatatan c. Agar tidak terjadi konsleting bunga es (defrosting).
langsung setelah saat membersihkan badan c. Membersihkan kondensor
pengecekan suhu pada lemari es, lepaskan steker pada lemari es model
termometer atau pemantau dari stop kontak. terbuka menggunakan sikat
suhu di kartu pencatatan d. Membersihkan badan lembut atau tekanan udara.
suhu setiap pagi dan sore. lemari es dengan lap basah, Pada model tertutup hal ini
kuas yang lembut/spons tidak perlu dilakukan.
busa dan sabun d. Memeriksa kerapatan pintu
e. Keringkan badan lemari es dengan menggunakan
dengan lap kering. selembar kertas, apabila
kertas sulit ditarik berarti
f. Membuka pintu lemari
karet pintu masih baik.
es agar suhu tetap
Sebaliknya, apabila kertas
terjaga 2°–80° C (selama
mudah ditarik berarti karet
membersihkan)
sudah mengeras atau kaku.
g. Setelah selesai Olesi karet pintu dengan
membersihkan badan bedak atau minyak goreng
lemari es colok kembali agar kembali lentur.
steker.
e. Memeriksa steker jangan
h. Mencatat kegiatan sampai kendor, apabila
pemeliharaan mingguan kendor gunakan obeng
pada kartu pemeliharaan untuk mengencangkan
lemari es. baut.
f. Selama membersihkan
badan lemari es, jangan
membuka pintu lemari es
agar suhu tetap terjaga 2°
s.d. 8° C.
g. Setelah selesai
membersihkan badan
lemari es colok kembali
steker.
h. Mencatat kegiatan
pemeliharaan bulanan pada
kartu pemeliharaan lemari
es.
Bahan ajar IMUnISaSI

Pencairan bunga es (defrosting)


a. Pencairan bunga es dilakukan minimal 1 bulan sekali atau ketika
bunga es mencapai ketebalan 0,5 cm.
b. Sehari sebelum pencairan bunga es, kondisikan cool pack (kotak dingin cair),
vaccine carrier atau cold box.
c. Memindahkan vaksin ke dalam vaccine carrier atau cold box yang telah berisi
cool pack (kotak dingin cair).
d. Mencabut steker saat ingin melakukan pencairan bunga es.
e. Melakukan pencairan bunga es dapat dilakukan dengan cara
membiarkan hingga mencair atau menyiram dengan air hangat.
f. Pergunakan lap kering untuk mengeringkan bagian dalam lemari es
termasuk evaporator saat bunga es mencair.
g. Memasang kembali steker dan jangan mengubah termostat hingga suhu
lemari es kembali stabil (2° s.d. 8° C).
h. Menyusun kembali vaksin dari dalam vaccine carrier atau cold box ke
dalam lemari es sesuai dengan ketentuan setelah suhu lemari telah
mencapai 2° s.d. 8° C.
i. Mencatat kegiatan pemeliharaan bulanan pada kartu pemeliharaan lemari es.

Imunisasi HiB

adalah imunisasi tambahan yang diberikan kepada bayi atau balita sebagai pelengkap
imunisasi wajib. Sesuai dengan jadwal imunisasi terbaru dari IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) imunisasi HiB diberikan sejak bayi berumur 2 bulan dengan jumlah ulangan sebanyak
4 kali. Pertanyaannya, perlukah imunisasi HiB ? Untuk mengetahui jawabannya, silahkan simak
penjelasan berikut.

Tujuan Imunisasi HiB

Manfaat imunisasi HiB (Haemophilus Influenzae type B) adalah untuk mencegah penyakit
meningitis. Meningitis sendiri merupakan infeksi radang otak dan penutup sumsum tulang
belakang yang bisa menyebabkan kerusakan otak kekal serta ketulian. Selain itu, imunisasi ini
juga dapat mencegah pneumonia (radang paru-paru), pembengkakan parah di tenggorokan yang
bisa menyulitkan bernafas, serta beragam infeksi seperti: darah, sendi, dan tulang. Itulah
pentingnya imunisasi HiB.

Cara Pemberian Imunisasi HiB

Vaksinasi HiB dapat diberikan secara terpisah maupun kombinasi dengan vaksin lain. Cara
pemberiannya disuntikkan di bagian paha kaki bayi.

Imunisasi Tipoid

Demam tifoid atau tifus adalah penyakit infeksi akut yang disertai demam yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini biasanya menempel pada makanan atau minuman yang
dikonsumsi, ataupun menyebar dari orang yang terinfeksi tifoid.

Pada dasarnya, gejala tifoid pada anak-anak tidak jauh berbeda dengan yang biasanya dialami
orang dewasa. Tanda paling umum dari penyakit tifoid pada anak yang harus Anda waspadai,
yaitu saat anak mengalami demam tinggi yang biasanya akan berlangsung hingga dua sampai
tiga minggu ke depan. Sakit kepala, kelelahan berlebih, tubuh menggigil, serta diare bisa
mengiringi tifus yang menyerang anak.

Bila tifoid masih terjadi hingga memasuki minggu ke tiga, biasanya anak akan mulai
menunjukkan tanda-tanda mengigau dan sulit berkonsentrasi. Jika telah memasuki tahap ini,
tandanya tifus pada anak sudah memasuki tahap kritis dan harus segera ditangani. Penanganan
yang terlambat dapat menyebabkan gejala tifoid makin parah atau bahkan komplikasi.

Penyebab tifoid disebabkan oleh bakteri, maka itu ia bisa menyerang siapapun yang tidak
menjaga kebersihannya dengan baik. Cara pencegahan yang paling mudah adalah sellu menjaga
kebersihan diri serta makanan. Vaksin tifoid juga bisa jadi pilihan dalam mencegah penyakit
tifoid.

Imunisasi Influenza

Vaksin influenza, juga dikenal sebagai suntikan flu, adalah vaksin yang melindungi manusia dari
influenza. Vaksin dikembangkan dua kali setahun karena virus influenza cepat berubah.
Sementara keefektifannya bervariasi dari tahun ke tahun, sebagian besar memberikan
perlindungan yang tinggi terhadap influenza

Influenza atau oleh sebagian besar orang sering disebut dengan flu merupakan salah satu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza. Virus ini biasanya mampu menyebar
dan menular melalui berbagai cara, seperti melalui batuk, bersin, dan juga bersentuhan. Siapa
saja bisa terkena penyakit flu. Bahkan serangan flu bisa muncul secara tiba-tiba dan bertahan
selama beberapa hari. Adapun beberapa gejala yang mungkin akan dialami oleh seseorang yang
menderita flu adalah:
 Demam atau kedinginan
 Sakit pada tenggorokan (Baca juga: obat sakit tenggorokan)
 Nyeri otot
 Tubuh cepat lelah
 Batuk
 Sakit kepala
 Pilek dan/atau hidung tersumbat

Pada beberapa kasus yang tergolong parah, flu bisa menyebabkan beberapa komplikasi pada
penderitanya, seperti radang paru-paru dan infeksi darah, pada kondisi tertentu bisa
menyebabkan diare dan kejang pada anak-anak. Bagi seseorang yang memiliki riwayat penyakit
jantung atau paru-paru, penyakit flu bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah. Selain itu,
anak-anak, orang-orang yang berusia lanjut (di atas 65 tahun), wanita hamil, serta seseorang
yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah sangat rentan untuk mengalami komplikasi
ketika menderita penyakit flu.

Di Indonesia, influensa bisa terjadi setiap tahun pada setiap orang. Bahkan menurut statistik,
influenza bisa menyerang orang Indonesia sebanyak 3 sampai 4 kali dalam setahun. Lebih
mengejutkan lagi, komplikasi penyakit yang disebabkan oleh influenza bisa menyebabkan angka
kematian yang cukup tinggi. Kerugian akibat menderita penyakit influenza juga bisa beraneka
ragam, seperti biaya untuk pengobatan, biaya untuk menangani komplikasi, juga kerugian akibat
hilangnya hari kerja (absen dari tempat kerja atau sekolah) sangat tinggi.

Imunisasi Dt

adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah beberapa penyakit infeksi seperti
difteri, tetanus, dan batuk rejan (pertusis). ... Selain itu, dosis obat imunisasi Td lebih sedikit
ketimbang imunisasi Dt. Setiap orang direkomendasikan untuk mendapat imunisasi anti tetanus
dan difteri setiap 10 tahun

Vaksin DT (Difteri dan Tetanus),

Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan

oleh kuman penyebab difteri dan tetanus Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus,

misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis,

tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.


a. Cara Pemberian

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi

menjadi homogen kemudian disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dengan

dosis pemberian 0,5 ml (dianjurkan untuk anak usia dibawah 8 tahun). Untuk usia 8

tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td

Di unit pelayanan statis, vaksin DT yang telah dibuka hanya boleh digunakan

selama 4 minggu dengan kriteria :

1) Vaksin belum kadaluarsa

2) Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC

3) Tidak pernah terendam air

4) Strilitasnya terjaga

5) VVM masih dalam kondisi A atau B

Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi

untuk hari berikutnya. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang

sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi

adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang

biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

Vaksin MMR

Anak-anak harus mendapatkan 2 dosis vaksin MMR, biasanya sebagai berikut: ‚ Dosis
pertama: Usia 12 hingga 15 bulan ‚ Dosis kedua: Usia 4 hingga 6 tahun Bayi yang akan
melakukan perjalanan keluar Amerika Serikat dalam rentang usia 6 hingga 11 bulan harus
mendapat satu dosis vaksin MMR sebelum keberangkatannya. Vaksin ini diharapkan dapat
memberikan perlindungan sementara dari infeksi campak, tetapi tidak akan memberikan
kekebalan tubuh permanen. Anak ini harus tetap mendapatkan 2 dosis pada usia yang disarankan
agar mendapatkan perlindungan seumur hidup. Orang dewasa dapat pula memerlukan vaksin
MMR. Banyak orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih yang rentan terhadap campak,
gondongan, dan rubella tanpa menyadarinya. Dosis MMR ketiga mungkin perlu disarankan
dalam situasi wabah penyakit ini. Tidak ada risiko yang diketahui akibat pemberian vaksin MMR
seperti halnya vaksin lainnya.

Terdapat vaksin kombinasi yang disebut MMRV yang berisi vaksin cacar air dan MMR.
MMRV adalah pilihan bagi sebagian anak yang berusia 12 bulan hingga 12 tahun. Terdapat
Lembar Informasi Vaksin yang terpisah untuk MMRV.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=2ahUKEwip3bmZuPbdAh

WJbisKHWL5DnYQFjADegQIBhAC&url=http%3A%2F%2Frepository.ump.ac.id%2F4052%2F3%2FARFIAN%

2520PRASETYO%2520WARDHANI%2520BAB%2520II.pdf&usg=AOvVaw0b_xm7ozVYSocgTYNlvbGb

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=2ahUKEwjj4dOjvfbdAhXL

PY8KHbHSB18QFjAHegQIARAC&url=http%3A%2F%2Fbppsdmk.kemkes.go.id%2Fpusdiksdmk%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2017%2F10%2F03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-

small.pdf&usg=AOvVaw1boYpgR0662KVsHNue5H_0

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2ahUKEwi5s77CxPbdAhVJ

OY8KHcBjBB0QFjAAegQICRAC&url=http%3A%2F%2Fwww.immunize.org%2Fvis%2Findonesian_mmr.pdf

&usg=AOvVaw3NHb8-0Q-y03Qw2ycr244t.

Anda mungkin juga menyukai