LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH:
Lathifah Nur Lailiyah, S. Kep
NIM 182311101014
B. Epidemiologi
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya
hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan
7-15 % dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok
umur. Pada anak-anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang
dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun.
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah
yaitu sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha.
Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak
tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti
pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat
ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher
sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.
C. Etiologi
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan
gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi
yang mendorong transformasi neoplastic.
3. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu
dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi Infeksi virus
Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma danSoft Tissue Tumorsnampaknya kebetulan.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada
(Muttaqin, 2008).
D. Klasifikasi
No. Jaringan Asal Bentuk Tumor
1. Fibrous Fibroma/Fibrosarcoma
2. Fibrohistiocytic Malignant fibrous histiocytoma
3. Lipomatous Lipoma/Liposarcoma
4. Smooth muscle Leiomyoma/Leiomyosarcoma
5. Skeletal muscle Rhabdomyoma/Rhabdomyosarcoma
6. Blood vessel Angioma/Angiosarcoma
7. Lymph vessel Lymphangiosarcoma
8. Perivascular Hemangioma/Malignant hemangio pericytoma
9. Synovial Synovial sarcoma
10. Paraganglionic Malignant paraganglioma
11. Mesothelial Malignant schwannoma
12. Extra skeletal Chondroma/Extraskeletal chondrosarcoma
cartilaginous dan
osseus Extraskeletal osteosarcoma
13. Mesenchymal Malignant mesenchymoma
14. Neural Neuroblastoma
Epithelioid sarcoma
E. Patofisiologi/Patologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)
adalah proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira
40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas,
10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka
tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor
jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh (Muttaqin, 2008).
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1) Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
2) Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3) Invasi lokal.
4) Metastasis jauh (Muttaqin, 2008).
F. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi di mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh
sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan
bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi (Muttaqin, 2008).
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,
bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan
dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh (Muttaqin,
2008).
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar,
berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan
dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran
kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit
diatasnya (Muttaqin, 2008).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan imaging
Sebagai tambahan dari pemerikasaan klinis penderita perlu dikerjakan,
selain untuk menegagkan diagnosis juga untuk staging. Pada pemeriksaan
dengan foto polos kadang-kadang didapatkan gambaran masa dengan
kalsifikasi. Foto polos pada ekstremitas dapat digunakan untuk evaluasi
adanya infiltrasi tumor pada tulang. Pemeriksaan imaging lebih lanjut dapat
dengan CT scan, MRI atau PET scan.
2. Biopsi pada tumor primer
Bagian yang penting sebelum treatment pada penderita soft tissue
tumor. Soft tissue tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5 cm harus
dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi terlebih dahulu. Dengan biopsi dapat
dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan dapat menentukan grade
dari tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi.
3. Percutaneous core-needle biopsy (CNB)
Memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk diagnosis
beberapa soft tissue tumor. CNB dapat dilakukan secara blind atau
dengan image-guided. Dengan image-guided, biopsi akan lebih terarah pada
area tumor (tidak pada area sentral nekrosis).
Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik
masih belum bisa ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya
morbiditas yang harus dipertimbangkan dengan tindakan insisi biopsi
termasuk resiko anestesi, perdarahan dan penyembuhan luka. Selain itu insisi
biopsi juga memerlukan biaya yang lebih besar. Eksisi biopsi merupakan
pilihan pada neoplama yang kecil dan letaknya superficial.
4. Fine needle aspiration biopsy (FNAB)
alat bantu untuk menegakkan diagnosis soft tissue neoplasma masih
diperdebatkan. Hasil dari FNA pada lesi mesenchymal sangat bervariasi dan
tergantung beberapa faktor, diantaranya skill dari aspirator dan keahlian
interpretasi dari cytopathologist (Muttaqin, 2008).
5. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai
tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang
berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun
batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor
ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma,
dan lainnya (Sjamsuhidajat, 2010).
6. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop
dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan
antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak
jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel
tumor ganas berserat histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk
tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur (Sjamsuhidajat, 2010).
7. Pemeriksaan CT-Scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik
tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor
jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir (Sjamsuhidajat, 2010).
8. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi
kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar
penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan
lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau paha,
tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau
invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik (Sjamsuhidajat, 2010).
H. Kemungkinan Komplikasi
1. Trauma jaringan lunak
2. Efek anastesi saat operasi dapat menyebabkan kematian
3. Risiko perdarahan masiv saat pembedahan
4. Infeksi
Anatomi kulit
MK: ketidakefektifan Merangsang pengeluaran
abnormal Menstimulasi respon
perfusi jaringan bradikinin, histamin, Peradangan Tempat masuk
prostaglandin, serotonin, nyeri
perifer pada kulit mikroorganisme
Kurang ion kaliun dll
pengetahuan Merangsang
nosiseptor MK: Nyeri
Bercak – MK: Risiko
akut
MK: Ansietas bercak merah infeksi area
Medula spinalis
pembedahan
Nyeri saat
berjalan Persepsi nyeri
2) Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi (tomor/benjolan)
yang ditandai dengan ekspresi wajah nyeri
2. Hambatan berjalan berhubungan dengan nyeri yang ditandai dengan
tidak mampu berjalan dengan jarak tertentu
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan penyakit yang
ditandai dengan wajah tegang
4. Ketidakefektifan jaringan perifer berhubungan dengan gaya hidup
kurang gerak yang ditandai dengan nyeri ekstremitas, CRT>3dtk
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik (insisi) yang ditandai
dengan ekspresi wajah nyeri
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur bedah
yang ditandai dengan kerusakan jaringan
3. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan luka post
operasi yang ditandai dengan kemerahan
3) Intervensi Keperawatan
3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Pengurangan kccemasan (5820)
berhubungan pasien menunjukkan hasil: 11. Berikan informasi faktual terkait
dengan kurang Status Pernafasan: Tingkat kecemasan (1211) diagnosis, perawatan dan prognosis
Tujuan 12. Tingkatkan rasa aman dan kurangi
pengetahuan No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 ketakutan
penyakit Tidak dapat
1. √ 13. Berikan objek untuk memberikan rasa
(00146) beristirahat aman
Berjalan mondar- 14. Puji perilaku pasien dengan tepat
2.
mandir 15. Lakukan usapan punggung/leher
Merenas –remas dengan cara tepat
3.
tangan
16. Instruksikan klien menggunakan
4 Perasaan gelisah
teknik relaksasi
5 Otot tegang
6 Wajah tegang 17. Bantu klien mengidetifikasi situasi
7 Iritabilitas yang mmicu kecemasan
8 Peningkatan TD
Peningkatan NIC: Terapi relaksasi (6040)
9 1. Ciptakan lingkungan yang tenagng dan
frekuensi nadi
Peningkatan tanoa distraksi
10
frekuensi pernapasan 2. Dorong klin mengambil posisi nyaman
11 Dilatasi pupil 3. Tunjukkan dan praktikkan teknik
12 Berkeringat dingin relaksasi pada pasien
13 Pusing 4. Dapatkan perilaku yang mnunjukkan
14 Fatigue relaksasi (bernafas dalam, menguap,
15 Gangguan tidur pernafasan perut, bayangan yang
Perubahan pola menenangkan)
16
makan 5. Minta pasien untuk rileks dan
Keterangan: menikmati sensasi yang terjadi
1. Berat 6. Dorong pengulangan teknik praktik
2. Cukup berat secara berkala
3. Sedang 7. Evaluasi dan dokumentasikan respon
4. Ringan terhadap terapi relaksasi
5. Tidak ada
-
4. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Perawatan daerah (area) sayatan
integritas pasien menunjukkan hasil: 1. periksa daerah sayatan terhadap
jaringan
NOC: Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa kemerahan, bengkak, atau tanda-tanda
berhubungan
dengan prosedur (1101) dehiscene atau eviscerasi
bedah yang No. Indikator Awal Tujuan 2. catat karakteristik drainase
ditandai dengan
1 2 3 4 5 3. monitor proses penyembuhan di daerah
kerusakan
jaringan 1. Suhu kulit 2 √ sayatan
(00041) 2. Sensasi 2 √ 4. bersihkan daerah sayatan dengan
3. Elastisitas 2 √ pembersih yang tepat
4. Hidrasi 2 √ 5. gunakan kapas steril untuk pembersihan
L. Discharge Planning
1. Obat: beritahu klien dan keluarga tentang daftar nama obat dosis, waktu
pemberian obat. Jangan mengonsumsi obat-obatan tradisional dan vitamin
tanpa instruksi dokter. Konsumsi obat secara teratur. Jika merasakan ada efek
samping dari obat segera cek ke rumah sakit. Perhatikan aktivitas ketika
selesai meminum obat yang memiliki efek samping mengantuk.
2. Diet: Diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
3. Latihan: latihan mengurangi nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Toy, Eugene C. Liu, Terrence H dan Campbell, Andre R. 2011. Case file: Ilmu
Bedah Edisi Ketiga. Tangerang: Karisma Publishing Group.