Anda di halaman 1dari 4

Nama : Galih Mharani Putri

Nim : 1610112239

Tugas : Pancasila

PENYELESAIAN KASUS KORUPSI E-KTP

I. Kondisi saat ini


Segera tuntaskan KTP- Elektronik rusak, menteri dalam negeri tjahaajo kumolo siap
mempertaruhkan jabatnnya jika KTP elektronik rusak yang jatuh tercecer dibogor disalahgunakan
untuk kepentingan pilkada. Tercecernya kartu tanda peduduk elektronik yang rusak dibogot menejadi
peringatan bagi pemerintah terkait penanganan dokumen negara. Kasus seperti itu jika tidak
diselesaikan secara tuntas dan transparan, dapat memicu spekulasi di masyarakat yang akhirnya
berpotensi menurunkan kepercyaan publik terhadap pilkada, pemilu, hingga pemerintah. Hal ini
terjadi karena kepemilikan KTP-EL menjadi syarat bagi pemilih untuk memberikan suaranya saat
pilkada. Sementara itu, banyak kasus yang muncul terkait KTP-EL. Ada calon pemilih pada pilkada 2018
yag saat ini terancam kehilangan haknya karena belum memiliki KTP dan belum melakukan rekaman.
Sementara itu ratusan KTP pernah ditemukan pemulung ditempat sampah bekas kantor dinas
kependudukan dan catatan sipil kabupaten gowa sulawesi selatan pada maret lalu. Selain itu juga ada
805.000 keping KTP el rusak yang saat ini masih disimpan digudang kementrian dalam negeri. Menteri
dalam negeri thajo kumolo menegaskan kasus tercecernya KTP-el rusak dibogor pada sabtu lalu
merupakan kecerobohan stafnya dalam memindahkan dokumen negara. Sejak dirinya belum menjadi
mendagri pada tahun 2014, menurut tjahjo, KTP-el yang rusak tidak diusnahkan, tetapi dicatat,
dibuatkan berita acara, dan kemudian disimpan digudang kemendagri. Saat pengangkutan ke-10, KTP-
el jatuh tercecer dibogor.

Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPS :

1. Pemilik KTP elektronik yang terdaftar pada daftar pemilih tetap di TPS yang bersangkutan.
2. Pemilik KTP elektronik yang terdaftar pada daftar pemilih tambahan.
3. Pemilik KTP elektronik yang tidak terdftar pada daftar pemilih tetap dan daftar pemilih
tambahan
4. Penduduk yang telah memiliki hak pilih

II. Filsafat pancasila sebagai sistem

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat dapat berupa jati diri bangsa Indonesia sebagai konteksnya,
misal pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.

1. Pancasila sebagai Jati diri bangsa Indonesia

Pancasila pada hakikatnya merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia
sepanjang sejarah, yang berakar dari unsut-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara
keseluruhannya terpadu menadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari proses
terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai
Pancasila sudah ada dan hidup sejak zaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
kata lain, nilai-nilai Pancasila diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utamanya yaitu:

Nlai-nilai yang bersifat fundamental, unicersal, mutlak dan abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang
tercermin dalam inti kesamaan ajaran-ajaran agama dalam kitab suci.
Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai yang luhur budaya
mastarakat.

2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian dari
sistem itu sebdiri yaitu suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling kerjasama
untuk sati tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu keratuan peradaban, dalam arti setiap sila
meruapakan unsur dari kesatuan Pancasila. Ileh karena itu, Pancasila meruapak suatu ksatuan yang
majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri senrdiri, terlepas dari saila-sila lainnya.
Disamping itu, diantara sila satu dengan yang lain tidak saling bertentangan.

4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarki Dan Berbentuk Piramidal

Hirarki dan Poramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang digunakan untuk
menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan luas dan juga dalam hal isi
sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sidarnya dari
sila-sila sebelumnya. Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan,
yaitu: Tuhan, Manusia, satu, Rakyat, Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dengan
sifat dan hakikat bangsa Indonesia. Dengan demikianlah sila pertama adalah sifat dan keadaan negra
harus sesuai dengan hakikat Tuhan: sila dedua bersifat dan keadaan negera harus sesuai dengan
hakikat manusia, sila keriga sifat dan keadaan negara harus satu, sila keempat adalah sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat, dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara
harus sesuai dengan hakiat adil.

5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan Saling
Mengkualifikasi.

Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkis Piramidal juga memiliki sifat saling mengisi
dan saling mengkualifikasi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila
lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasikan oleh keempai sila
lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah
sebagai berikut: “Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Adalah Berkemanusiaan Yang Adil Dan Beradab,
Berpersatuan Indonesia, Berkerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan /Perwakitan Dan Berkeadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

III. Sebagai rakyat yang hidup didalam sebuah negara yang berlandaskan hukum adalah
diwajbkan untuk mentaati hukum yang berlaku didalam negara Indonesia dalam konteksnya,
sedangkan hukum yang dimaksud ialah hukum yang berlandaskan UUD 1945 yang berdasarkan
Pancasila, sebagaimana dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (1) mengenai WARGA NEGARA DAN
KEPENDUDUKAN yang menyatakan "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya."

kasus korupsi mega proyek E-KTP yang menjerat banyak nama pejabat baik di tingkat pusat maupun
daerah. Akan tetapi yang menjadi sorotan ialah kasus dugaan korupsi proyek E-KTP yang menjerat
ketua umum Dewan Perwakilan Rakyat, yakni Setya Novanto yang dinilai oleh masyarakat terlalu
banyak melakukan drama untuk menghindar dari hukum.
Perilaku seperti ini adalah merupakan contoh buruk dari pejabat bangsa ini yang tidak mentaati proses
berjalannya hukum dinegara ini, mulai dari tidak menghadiri pengadilan yang dilaksanakan sampai
yang terburuk ialah melakukan pembangkangan terhadap proses hukum yang semestinya harus
dilaksanakan demi menjamin kesamaan hak dan kewajiban sebagai rakyat dimata hukum dan ketika
seorang pejabat yang tersangkut masalah korupsi. Perilaku Ketua DPR-RI yang sedemikian rupa tentu
memberikan pengaruh terhadap stigma masyarakat terhadap hukum dinegara ini yang dapat ditarik
kesimpulan bahwa pejabat tinggi memiliki imunitas terhadap hukum dan seenaknya menyepelekan
proses penegakan hukum.

Dalam perspektif Pancasila perilaku Setya Novanto adalah telah benar-benar menciderai nilai-nilai
pancasila yang idealnya melekat didalam diri bangsa ini khususnya pejabat negara sebagai suatu mesin
yang menyelenggarakan pemerintahan negara ini. Pancasila bukan hanya sebuah ideologi yang
dihasilkan dari sebuah kesepakatan semata akan tetapi pancasila juga sebagai falsafah negara yang
mengatur, merumuskan kebijakan, membuat perundang-undangan dan produk hukum lainnya.

Pendapat Abdurrahman Wahid (1991:163) yang dikutip oleh Cholisin (2012: 2)." menyatakan
Pancasila sebagai falsafah negara berstatus sebagai kerangka berpikir yang harus diikuti dalam
menyusun undang-undang dan produk hukum yang lain, dalam merumuskan kebijakan pemerintah
dan dalam mengatur hubungan formal antar lembaga-lembaga dan perorangan yang hidup dalam
kawasan negara ini." Dari pendapat Abdurrahman Wahid maka dapat dijabarkan bahwa segala
sesuatu tentang perundang-undangan dan produk hukum lainnya adalah berasal dari pancasila
sebagai falsafah negara ini, yang kebenarannya tentu sudah disusun secara sistematis.

Lalu ketika perilaku seorang pejabat tinggi publik tidak taat terhadap proses penegakan hukum
didalam negara ini, tentu dapat disimpulkan bahwa terdapat keraguan-raguan dan ketidak percayaan
seorang Setya Novanto terhadap terhadap hukum dinegara ini juga tak terkecuali kebenaran daripada
Pancasila sebagai sebuah Ideologi bangsa ini. Bahkan jika dipandang dari sudut pandang sila kedua
yakni "Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang berketuhanan Yang Maha Esa,
yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia."

Sikapnya menunjukkan ketidak percayaannya terhadap konsep keadilan yang terkandung dalam sila
ke-2 yang notabene keadilan yang dimaksud dalam sila ke-2 ialah berdasarkan atas prinsip
kemanusiaan yang berketuhanan Yang Maha Esa, atas dasar kebijaksanaan dan permusyawaratan
yang dalam hal ini dilaksanakan oleh hakim selaku perwujudan dari pada prinsip keadilan,
kebijaksanaan didalam pelaksanaan proses hukum bangsa ini dan sebagai hasilnya ialah
didapatkannya sebuah keadilan, mengingat seorang hakim adalah berada dalam posisi netral. Serta
KPK sebagai perwujudan daripada sila ke-5 sebagai salah satu alat pengawas guna menjamin
terwujudnya tujuan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia, keadilan ini dalam konteksnya ialah hak
yang sama untuk memperoleh kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kesejahteraan.

Dan kesejahteraan yang dimaksud ialah kesejahteraan secara haqiqi dan secara jelas dimuat dalam
pembukaan UUD 1945 Alinea ke-4 yang berbunyi "kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,.." dan perilaku seperti yang dilakukan
oleh Ketua DPR tentu akan juga menghambat tujuan daripada negara ini untuk memajukan
kesejahteraan umum dan negara akan mengeluarkan lebih banyak biaya untuk menuntaskan sebuah
permasalahan korupsi apabila oknum yang menjadi terduga berperilaku seperti ini semua dan juga
akan menghambat proses penyelesaian kasus korupsi lainnya, dengan terhambatnya penyelesaian
kasus korupsi juga berarti menghambat kesejahteraan sosial didalam masyarakat atau bangsa ini dan
justru akan memunculkan permasalahan permasalahan baru yang akan semakin ruwet.

Dan seharusnya seorang ketua DPR dapat menjadi contoh sebagai wakil rakyat yang baik dengan
menunjukkan sikap sebagai seorang negarawan yang taat terhadap hukum yang berlaku dan
menerima seluruh keputusan yang akan dijatuhkan kepadanya nantinya, apakah ditetapkan sebagai
tersangka atau tidak dengan menaruh kepercayaan terhadap penegakan hukum yang, sebab hal yang
tidak mungkin lembaga setingkat KPK melakukan penetapan atau penyidikan terhadap pejabat yang
terindikasi terlibat kasus korupsi dengan asal-asalan, mencari-cari kesalahan untuk menumbangkan
jabatan seseorang yang berarti KPK berpolitik padahal KPK adalah lembaga non politik.

Anda mungkin juga menyukai