Anda di halaman 1dari 12

HIGIENE SANITASI, KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGI

SUSU SAPI SEGAR PERUSAHAAN SUSU X DI SURABAYA


Hygiene Sanitation, Phisical Qualities and Bacterial in Fresh Cow’s Milk of X Milk
Company in Surabaya

Feryalin Navyanti dan Retno Adriyani


Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
feryalin_nov@yahoo.com

Abstrak: Susu sapi segar banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga harus dijaga kualitasnya agar masyarakat
dapat mengonsumsinya dengan aman. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi keadaan higiene sanitasi
dan mengukur kualitas susu sapi segar perusahaan susu X di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif, dengan rancang bangun cross sectional. Pengumpulan data higiene sanitasi susu sapi dilakukan dengan
menggunakan observasi lingkungan perusahaan. Wawancara dilakukan terhadap pemilik dan pemerah sapi.
Keberadaan Escherecia coli pada susu sapi segar diuji dengan menggunakan metode MPN. Keberadaan bakteri diuji
dengan metode Total Plate count. Kualitas fisik diukur dengan cara sensorik, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sanitasi susu di Perusahaan Susu X termasuk dalam kategori tidak memenuhi syarat. Variabel yang belum memenuhi
persyaratan yakni kesehatan dan kebersihan pemerah, kesehatan dan kebersihan sapi, kesehatan dan kebersihan
kandang. Kualitas susu sapi segar dari segi bakteriologis, kandungan Escherechia coli negatif sedangkan untuk
parameter Total Plate Count berkisar 5,4 × 103 CFU/ml - 67,5 × 104 CFU/ml. Kualitas fisik yang meliputi warnanya putih,
baunya khas susu dan rasanya manis sedikit asin. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah higiene sanitasi masih belum
memenuhi syarat sedangkan dari kualitas bakteriologis, parameter Total Plate Count dan keberadaan Escherechia coli
memenuhi persyaratan SNI 01.3141.1998 dan SNI 3141.01.2011. Guna meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan
sebaiknya sebelum diperah sapi selalu dimandikan terlebih dahulu dan susu yang baru diperah hendaknya diletakkan
pada wadah atau milk can yang tertutup untuk menghindari adanya kontaminasi.

Kata kunci: Total Plate count, Escherichia coli, higiene dan sanitasi susu sapi perah

Abstract: Fresh cow’s milk consumed by many people so that the quality must be maintained so that people can safely
consume. This study was conducted to identify the state of hygiene and sanitation measures the quality of fresh cow’s
milk dairies X in Surabaya. This study is a descriptive study, with a cross sectional design. Data collection sanitary
hygienic milk performed using observations corporate environment. Interviews with owners and cow milker. The
existence Escherecia coli in fresh cow’s milk was tested by using the MPN method. The presence of the bacteria tested
with Total Plate count method. Physical quality is measured by means of sensory. The results showed that the sanitation
in the milk Milk Company X included in the category are not eligible. Variables that have not met the requirements of
health and hygiene milker, cow health and hygiene, health and hygiene cage. The quality of fresh cow’s milk in terms
of bacteriological content of escherechia coli negative while for the Total Plate Count parameter ranges 5,4 × 103
CFU/ml - 67,5 × 104 CFU / ml. Physical qualities which include the color white, the typical smell of milk and sweetened
slightly salty. The conclusion that can be drawn is sanitary hygiene while still qualify from the bacteriological quality,
Total Plate Count parameters and the presence of Escherechia coli 01.3141.1998 meet the requirements of SNI and SNI
3141.01.2011. In order to improve the quality of milk produced before milking cows should always be washed first and
milked milk should be placed in containers or milk can is sealed to avoid contamination.

Keywords: Total Plate count, Escherichia coli, sanitary higiene of dairy milk

PENDAHULUAN dan bergizi, termasuk juga yang didalamnya


penanganan susu sapi perah.
Dalam rangka meningkatkan derajat
Susu merupakan bahan pangan yang
kesehatan khususnya di negara berkembang perlu
mengandung kalori 66 kkal, protein 3,2 gr, lemak
diperhatikan beberapa faktor yang mempunyai
3,7 gr, laktosa 4,6 gr, zat besi 0,1 mg, kalsium 120
pengaruh besar yaitu faktor lingkungan dan
mg, dan vitamin A 100 IU. Susu sangat penting
faktor perilaku manusia, misalnya adalah cara
untuk mendorong pertumbuhan tubuh sejak kecil
penanganan makanan dan minuman yang sehat
sampai dewasa. Di lain pihak susu merupakan

36
F Navyanti dan R Adriyani, Higiene Sanitasi, Kualitas Fisik dan Bakteriologi 37

bahan pangan yang mudah sekali rusak dan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2009, kasus
dapat menjadi sumber penyakit bagi manusia tersebut disebabkan oleh Escherichia coli (Suwito,
bilamana tidak mendapatkan penanganan khusus 2009).
dan kurang higienis. Permasalahan tersebut menggambarkan
Menurut SNI No. 3144.1: 2011 tentang betapa pentingnya menjaga keamanan dan
syarat mutu susu segar, susu segar yang baik kualitas hasil produksi sapi perah sehingga
untuk dikonsumsi harus memenuhi persyaratan tidak menjadi media pertumbuhan bakteri.
dalam hal kandungan gizi dan juga keamanan Pencemaran bakteri dalam susu sapi segar dapat
pangan. Terdapat syarat cemaran, kandungan dicegah melalui upaya higiene yang baik seperti
mikroba maksimum, residu antibiotika, dan memelihara dan melindungi kesehatan setiap
cemaran logam berbahaya maksimum yang telah pemerah beserta sapinya dan sanitasi susu
ditetapkan. Untuk memperoleh susu segar yang sapi segar yang baik seperti perlindungan susu
baik, maka semua usaha harus ditujukan untuk sapi perah segar terhadap kontaminasi selama
memperkecil jumlah bakteri yang ada pada susu proses pengolahan, penyajian dan penyimpanan,
dengan memperhatikan beberapa faktor yang kebersihan peralatan atau wadah yang digunakan,
mempengaruhi kualitas susu tersebut misalnya pengelolaan pembuangan air limbah dan
sanitasi dan kebersihan kandang, kesehatan dan kotoran.
kebersihan penjamah, kesehatan dan kebersihan Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kota
hewan, kebersihan peralatan pemerah dan Surabaya Tahun 2013, Perusahaan pemerahan
mempertahankan kemurnian susu segar. susu sapi segar yang berada di wilayah Dinas
Susu sapi segar merupakan bahan makanan Peternakan Kota Surabaya sebanyak 33
yang baik untuk manusia dan juga untuk bakteri. perusahaan, yang tersebar di 10 kecamatan.
Bakteri yang mengontaminasi susu dalam waktu Dari 33 perusahaan susu sapi segar diambil
singkat akan berkembang biak mencapai jumlah sampel untuk penelitian dengan ketentuan
yang banyak sehingga jumlah kasus infeksi bahwa jumlah sapi yang dimiliki terbanyak dan
dengan perantara susu sapi segar ini cukup tinggi, produktif. Kemudian diambil satu perusahaan
selain manusia juga memiliki daya resistensi pemerahan susu sapi segar yang memiliki
rendah. Dengan demikian, upaya sanitasi sapi perah terbanyak dan terproduktif yaitu
terhadap susu sapi segar merupakan salah satu perusahaan Pemerahan Susu X yang terletak
upaya kesehatan lingkungan yang sangat penting di Kecamatan Gubeng, Surabaya. Perusahaan
(Chandra, 2007). Susu X merupakan perusahaan pemerahan susu
Penyakit yang ada hubungannya kualitas perorangan terbesar di Surabaya yang berada di
susu antara lain tubercolosis, typoid, dysentri, Jalan Kaliwaron nomor 36, Surabaya. berdasarkan
infeksi tenggorokan yang ditularkan oleh kuman dari daerah pemasaran yang luas sampai ke
staphylococcus, salmonella dan brucellosis. seluruh area Surabaya serta jumlah kapasitas
Pada Tahun 1995, di Amerika dilaporkan produksi per harinya sebesar 150 liter pada pagi
bahwa dalam tiga tahun terakhir banyak kejadian hari sedangkan sebanyak 100 liter pada sore hari.
diare berdarah yaitu hemolytic uremic syndrome Sehingga apabila kualitas susu sapi menurun
(HUS) pada masyarakat yang mengonsumsi maka dampaknya berpengaruh besar terhadap
susu yang tidak dipasteurisasi. Dinyatakan konsumen susu sapi perah tersebut.
bahwa minuman tersebut telah terkontaminasi Tetapi jika dilihat dari proses pemerahannya
oleh Escherichia coli. Tertularnya manusia dapat yang menggunakan tangan dan perilaku pemerah
disebabkan oleh susu yang terinfeksi Escherichia yang hanya mencuci tangan menggunakan air
coli baik secara langsung maupun tidak tanpa menggunakan sabun atau desinfektan
langsung. Utamanya bersumber dari hewan sapi serta produk susu yang langsung dikonsumsi
melalui teknologi industri yang mengolah serta masyarakat tanpa mendapatkan perlakuan khusus
sumber lain yang telah tercemar oleh kuman ini terlebih dahulu, tidak menutup kemungkinan
(Sartika dkk, 2005). bahwa susu yang dihasilkan tercemar oleh
Kasus serupa terjadi pada Tanggal 2 Juni 2009 beberapa bakteri. Untuk mengetahui keluhan
pada 293 siswa SD di Kecamatan Sindangkarta kesehatan yang ditimbulkan dan adanya
Kabupaten Bandung yang mengalami sakit perut cemaran bakteri pada susu tersebut maka perlu
dan kepala setelah mengonsumsi susu sapi yang dilakukan penelitian mengenai higiene sanitasi
tidak dipasteurisasi. Menurut Badan Pemeriksaan dan kandungan bakteri pada susu sapi segar
38 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 36–47

perusahaan susu X di Surabaya. Higiene sanitasi di dalam susu juga terdapat beberapa kandungan
susu sapi yang meliputi kesehatan dan kebersihan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan
kandang, kesehatan dan kebersihan pemerah, nutrisi yang ada dalam susu seperti vitamin, kalori,
perawatan kebersihan peralatan hewan, perawatan kalsium, zat besi, dan phosphor.
kebersihan peralatan pemerahan, penanganan
limbah sapi, kondisi proses pemerahan, dan Tabel 2.
pengelolaan susu. Mengukur kualitas susu Kandungan Nutrisi Susu Sapi
sapi segar yang meliputi kualitas bakteriologis
Kandungan Nutrisi Dalam Susu
(Escherichia coli dan Total Plate Count), dan Kalori 69/100 ml
kualitas fisik (warna, bau, dan rasa). Vitamin A 21 IU/gram fat
Susu termasuk dalam gizi seimbang yang
Vitamin B1 45 μg/100 ml
terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
Ribonflavin 159 μg/100 ml
dan mineral. Manfaat susu sebagai bahan
Vitamin C 2 mg acid askorbat/100 ml
makanan manusia adalah bahwa proporsi zat
Vitamin D 0,7 IU/gram fat
gizinya berada dalam perbandingan yang optimal
Calcium 0,18 %
sehingga mudah dicerna dan tidak bersisa.
Besi 0,06 %
Kerugiannya adalah bahwa kadar vitamin C-nya Phosphor 0,23 %
rendah. Selain itu, susu juga dapat menyebabkan Cholesterol 15 mg/100 ml
milkborne disease (penyakit bawaan susu) karena
Sumber: Firman, 2010
perannya sebagai media penularan (Chandra,
2007). Sifat Fisik Susu
Susu adalah cairan berwarna putih, yang
diperoleh dari pemerahan sapi atau hewan Warna Susu
menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau Susu yang normal berwarna putih kebiru-
digunakan sebagai bahan pangan yang sehat, biruan hingga agak kuning kecokelatan. Warna
serta padanya tidak dikurangi komponennya atau putih pada susu, serta penampakannya adalah
ditambah bahan-bahan lain (Hadiwiyoto, 1994). akibat penyebaran butiran-butiran koloid lemak,
Susu adalah bahan makanan yang paling kalsium kaseinat dan kalsium fosfat. Sedangkan
baik untuk kesehatan, karena susu mengandung bahan utama yang memberikan warna kekuningan
zat gizi yang lengkap dan sempurna. Vitamin adalah karoten dan riboflavin. Jenis sapi dan jenis
yang ditemukan di dalam susu ialah vitamin A, makanannya dapat juga mempengaruhi warna
B, dan C. selain itu susu adalah media yang susu (Buckle dkk, 2009).
paling disenangi oleh berbagai bibit penyakit
untuk dipakai sebagai tempat hidup atau tempat Rasa susu
berkembang biak (Azwar, 1996).
Rasa asli susu hampir tidak dapat
Komposisi susu lebih lengkap dari pada
diterangkan, tetapi yang jelas menyenangkan
bahan pangan lain, artinya komponen yang
dan agak manis. Rasa manis ini berasal dari
dibutuhkan oleh tubuh semuanya terdapat dalam
laktosa sedangkan rasa asin berasal dari klorida,
susu. Komposisi yang utama adalah protein,
sitrat dan garam-garam mineral lainnya (Buckle
lemak, laktosa, mineral dan air. Selain komposisi,
dkk.,2009) menyatakan bahwa rasa yang kurang
normal mudah sekali berkembang di dalam susu
dan hal ini mungkin merupakan akibat dari sebab
Tabel 1. fisiologis seperti rasa makanan sapi misalnya
Komposisi Rata-rata Susu Sapi dan Variasinya alfalfa, bawang merah, bawang putih, dan cita rasa
alga yang akan masuk ke dalam susu jika bahan
Komposisi Rata-rata (%) Variasi (%)
tersebut mencemari makanan dan air minum sapi.
Protein 3,6 2,9–5,0
Lemak 3,7 2,5–6,0
Sebab dari enzim yang menghasilkan cita rasa
Gula (laktosa) 4,8 3,6–5,5 tengik karena kegiatan lipase pada lemak susu.
Mineral (abu) 0,7 0,6–0,9 Sebab kimiawi, yang disebabkan oleh oksidasi
Air 87,2 85,5–89,5 lemak. Sebab dari bakteri yang timbul sebagai
Total padatan 13,0 10,5–14,5 akibat pencemaran dan pertumbuhan bakteri
yang menyebabkan peragian laktosa menjadi
Sumber: Hadiwiyoto, 1994
F Navyanti dan R Adriyani, Higiene Sanitasi, Kualitas Fisik dan Bakteriologi 39

asam laktat dan hasil samping metabolik lainnya sebagai berikut (Hadiwiyoto, 1994): Sanitasi
yang mudah menguap. Sebab mekanis, bila susu kandang, kesehatan dan kebersihan pemerah,
mungkin menyerap cita rasa cat yang ada di perawatan kesehatan dan kebersihan hewan,
sekitarnya, sabun dan dari larutan klor. perawatan kebersihan peralatan pemerahan,
Pengujian mutu susu sangat penting penanganan limbah sapi, kondisi proses
dilakukan untuk menghindari pemalsuan atau pemerahan dan pengelolaan susu.
sebab lain yang mengakibatkan susu segar Bakteri Escherichia coli normal terdapat
tidak lagi seperti aslinya ketika diperoleh dari dalam feses, baik hewan maupun manusia. Jika
pemerahan. Untuk mendapatkan susu yang baik, bakteri ini kedapatan di dalam air susu yang belum
sebenarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi, dipasteurisasikan, hal ini menandakan adanya
yakni: Susu tersebut haruslah tidak berbahaya kontaminasi dengan feses, baik langsung maupun
untuk kesehatan (safe milk) ini berarti harus dijaga tidak langsung misalnya kontaminasi susu melalui
sedemikian rupa sehingga tidak mengandung tangan manusia atau alat-alat yang digunakan.
bibit penyakit yang membahayakan kesehatan. Beberapa galur atau strain dari bakteri ini tidak
Adapun penyakit yang ditularkan oleh susu yang berbahaya, meskipun demikian banyak pula
tidak sehat, misalnya TBC, typoid fever, dysentri, yang dapat menyebabkan penyakit. Escherichia
diphtheria, Q fever dan lain sebagainya. Susu coli yang dapat menyebabkan diare pada
tersebut haruslah susu yang bersih (clean milk), manusia dikelompokkan dalam Enteropatogenik
artinya tidak mengandung zat lain yang tidak Escherichia coli (EEC). EEC dapat digolongkan
ditemukan di dalam susu murni, sekalipun zat lain menjadi 2. Golongan pertama adalah Escherichia
tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan. coli yang mampu memproduksi racun pada
Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas usus kecil dan menimbulkan penyakit seperti
susu segar adalah adanya bakteri pathogen kolera. Jenis ini yang banyak menyebabkan
(Shigella, Salmonella, Escherichia coli) maupun diare pada bayi atau pada orang-orang yang
non pathogen (Lactobacillus bulgaricus, sedang melakukan perjalanan (traveler’s diarrhea).
Streptococcus thermophilu). Waktu inkubasinya berkisar antara 8–24 jam
Aktivitas bakteri dalam susu bermacam- (rata-rata 11 jam), dengan gejala diare, muntah-
macam tergantung jenis dan golongannya muntah dan dehidrasi. Golongan kedua dari EEC
misalnya bakteri Streptococcus lactis dengan menyebabkan penyakit colitis seperti disentri,
berbagai varietasnya dapat menguraikan laktosa dengan gejala demam, dingin, sakit kepala,
menjadi asam laktat. Bakteri-bakteri Bacillus kejang perut dan diare. Waktu inkubasi antara
coagulans dan Bacillus calidolactis diketahui juga 8–44 jam (rata-rata 26 jam).
dapat menghasilkan asam laktat. Adanya asam Makanan yang sering terkontaminasi
laktat dapat menyebabkan turunnya pH susu. Escherichia coli antara lain kerang, susu, keju, dan
Jika pH susu mencapai titik isoelektris (kondisi air minum. Pencegahan infeksi Escherichia coli
kesetimbangan dengan permukaan potensial dengan memasak atau mendinginkan makanan
konstan) protein susu, maka protein akan dapat dengan baik, melindungi makanan dari lalat,
menggumpal sehingga menimbulkan jendalan. menerapkan hygiene perorangan yang terlibat
Menurut Kepmenkes (2004) tentang dalam pengolahan makanan (Purnawijayanti,
persyaratan higiene dan sanitasi makanan dan 1999).
minuman, sanitasi adalah upaya kesehatan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dengan cara memelihara dan melindungi keadaan higiene sanitasi, kualitas fisik dan
kebersihan lingkungan. Misalnya menyediakan bakteriologi pada susu sapi segar Perusahaan
air bersih, menyediakan tempat sampah dan lain- Susu X di Surabaya.
lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan higiene
METODE PENELITIAN
adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara
dan melindungi kebersihan individu. Misalnya, Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
mencuci tangan, mencuci piring, membuang dengan desain cross sectional. Populasi pada
bagian makanan yang rusak. penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu populasi
Kualitas dalam susu dipengaruhi oleh lingkungan dan populasi manusia. Populasi
berbagai faktor. Untuk mendapatkan kualitas susu lingkungan yaitu perusahaan susu X dan
yang baik, perlu dikendalikan beberapa faktor susu sapi segar Sedangkan populasi manusia
40 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 36–47

adalah pemilik perusahaan susu, pemerah sapi. Jumlah hasil produksi perhari sebanyak 150
susu. Pengambilan sampel dengan accidental liter pada pagi hari dan 100 liter pada sore hari.
sampling. Pengumpulan data higiene sanitasi Selain hewan sapi di perusahaan ini juga terdapat
susu sapi dilakukan dengan menggunakan hewan ternak lain yaitu angsa. Dari 50 ekor sapi
observasi lingkungan perusahaan. Wawancara yang dimiliki
terhadap pemilik dan pemerah sapi. Keberadaan Jumlah tenaga kerja yang berada di
Escherecia coli pada susu sapi segar diuji dengan perusahaan pemerahan susu segar ini sebanyak
menggunakan metode MPN. Keberadaan bakteri 15 orang yang terdiri dari 5 orang pemerah, 10
diuji dengan metode Total Plate count. Kualitas orang bertugas pemeliharaan kandang dan sapi
fisik diukur dengan cara sensorik. Data hasil serta pengelolaan perusahaan. Daerah pemasaran
observasi dan wawancara disajikan dalam bentuk produksi susu sapi segar adalah masyarakat
tabel kemudian dianalisis secara deskriptif. di wilayah Kota Surabaya saja. Para konsumen
Sampel penelitian terbagi menjadi sampel sebagian besar membeli langsung ke tempat
lingkungan dan sampel manusia. Sampel pemerahan susu, selain itu juga ada yang dikirim
lingkungan yaitu tempat produksi susu, tempat oleh perusahaan ke rumah konsumen.
pemeliharaan hewan, tempat penyimpanan
peralatan, tempat pengolahan susu, tempat Sanitasi Kandang
penyimpanan susu dan susu sapi segar. Sampel Berdasarkan pengamatan selama
manusia yaitu pemilik perusahaan susu X, dilakukannya penelitian disimpulkan bahwa
pemerah susu, dan konsumen yang membeli keadaan sanitasi kandang masih belum memenuhi
langsung ke tempat pemerahan. syarat. Hal ini dikarenakan letak kandang yang
Pengambilan sampel susu dilakukan setiap dekat dengan pemukiman penduduk, atap
dua hari sekali pada pagi dan siang hari jadi kandang terbuat dari seng dan asbes serta
jumlah sampel susu sebanyak 6 sampel yang terdapat beberapa lubang kecil sehingga sapi
diambil setiap 2 hari sekali dalam kurun waktu kemungkinan terkena air hujan. Pembersihan
satu minggu. kandang dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari
Variabel yang diteliti antara lain sanitasi yakni pagi, sebelum dilakukan pemerahan dan
kandang, kesehatan dan kebersihan pemerah, sore, setelah pemerahan kedua dilakukan. Pada
perawatan kesehatan dan kebersihan hewan, saat pembersihan hanya dilakukan menggunakan
perawatan kebersihan peralatan pemerahan, air bersih saja tanpa menggunakan sabun atau
penanganan limbah sapi, kondisi proses desinfektan.
pemerahan, pengelolaan susu, kualitas fisik dan Saluran air kotor di kandang berukuran
bakteriologi susu sapi segar. lebar 15 cm, dibiarkan terbuka dan tidak ada
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan penutup atau penyaring sehingga banyak kotoran
persetujuan dari komisi etik penelitian kesehatan, sapi yang berada di saluran air kotor yang
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas mengakibatkan air tidak dapat mengalir dengan
airlangga. lancar serta menimbulkan bau yang tidak sedap.
Tidak terdapat pagar pembatas antara sapi yang
HASIL DAN PEMBAHASAN satu dengan sapi yang lainnya. Sapi dipisahkan
hanya berdasarkan jenisnya saja seperti sapi
betina, sapi pejantan, dan sapi bunting. Lantai
Gambaran Umum Lokasi Peneltian
kandang terbuat dari semen tetapi tidak miring
Lokasi penelitian terletak di Jalan Kaliwaron ke arah saluran pembuangan air kotor.. Dinding
nomor 36 Surabaya dengan luas perusahaan ± terbilang kuat karena terbuat dari batu bata.
600 m2. Lokasi penelitian yang strategis berada Kebersihan kandang secara keseluruhan
di pinggir jalan raya sehingga memudahkan terdapat sisa pakan dan kotoran sapi yang
pemasaran susu sapi segar. Kondisi sekitar berserakan. Pada saat membersihkan kandang
perusahaan pada sebelah kiri berbatasan dengan tidak menggunakan desinfektan, tidak
aliran sungai sedangkan sebelah kanan langsung ditemukannya adanya tempat sampah khusus
berdampingan dengan pemukiman penduduk. untuk kotoran sapi, serta tidak adanya pagar
Adapun sapi yang dikelola sebanyak 50 ekor pembatas antara sapi yang satu dengan sapi yang
terdiri dari 25 ekor sapi produktif, 10 ekor sapi lainnya. Tempat pembuangan sampah berada di
non produktif, 6 ekor pejantan dan 9 ekor anak belakang kandang dan berjarak kurang 100 meter
F Navyanti dan R Adriyani, Higiene Sanitasi, Kualitas Fisik dan Bakteriologi 41

dari tempat pemerahan. Menurut Kirk (2005), panjang dan untuk menghindari adanya luka pada
manajemen kebersihan kandang yang baik dapat putting susu dikarenakan terkena goresan kuku.
menurunkan Total Plate Count dan sedimen susu. Sebelum memerah susu, pemerah tidak selalu
Selain itu menurut Saksono dan Saksono (1986), mencuci tangan, pemerah hanya mencuci tangan
mengemukakan bahwa bakteri dalam air susu dengan air bersih tanpa menggunakan sabun
akan meningkat jumlahnya disebabkan oleh atau desinfektan. Saksono dan Saksono (1986),
kandang yang kurang bersih. Kandang harus mengemukakan bahwa pada saat memerah susu,
dibuat memenuhi syarat, antara lain: drainase dan pemerah harus menjaga kebersihan pakaian
ventilasi baik, lantai tidak licin, ada penampungan dan tangan. Pemerah harus sehat dan tidak
kotoran dan ukuran kandang minimal 1,5 × 2,5 mempunyai luka serta mempunyai pengetahuan
meter per ekor. tentang higiene dan sanitasi untuk mencegah
Jumlah bakteri dalam susu dapat naik dengan terjadinya kontaminasi selama pemerahan.
cepat jika kandang hewan tidak bersih dan tidak Disarankan agar pemerah bertempat tinggal di
sehat. Kandang yang kotor dapat menyebabkan lingkungan yang tidak ada penderita TBC dan
banyak kontaminan, baik bakteri maupun benda penyakit menular lainnya.
lainnya seperti debu, pasir, bulu dan sebagainya. Semua karyawan haruslah selalu menjaga
Keadaan kandang harus bersih jika diinginkan kebersihannya serta berada dalam keadaan
perolehan susu segar yang baik. Kotoran hewan, sehat. Jika para pekerja menderita penyakit infeksi
bekas tanah, sisa pakan dan kotoran lainnya harus seperti typhoid fever atau dysentri, maka bibit
dibuang kemudian lantai kandang dicuci dengan penyakit yang dikandungnya akan mencemari
air bersih yang mengalir sampai bersih. susu, sehingga akan menimbulkan penyakit bagi
Untuk itu konstruksi atau bangunan kandang orang yang meminum susu tersebut. Karena
harus diperhatikan. Sisa air cucian harus dapat itulah sebelum memerah susu, diwajibkan
mengalir dengan baik dengan membuat lantai untuk mencuci tangan. Sebaiknya jika fasilitas
kandang agak miring, aliran udara di dalam memungkinkan maka usahakanlah agar tangan
kandang atau keluar masuk ruangan kandang manusia tidak banyak bersentuhan dengan susu,
juga baik dan lancar dengan mengatur jumlah misalnya dengan mempergunakan mesin pemerah
dan luas ventilasinya. Sarang serangga dan susu yang bekerja secara otomatis, kemudian
yang semacamnya, setiap kali harus dibersihkan dialirkan langsung ke tempat penampungan susu
(Hadiwiyoto, 1994). (Azwar, 1996).
Sebelum waktu pemerahan, pemerah wajib
Kondisi Kesehatan dan Kebersihan Pemerah menggunting kuku untuk menghindari puting
Kondisi dan kebersihan pemerah termasuk susu terluka (Muljana, 1982 dalam Firman, 2010).
dalam kategori tidak memenuhi syarat. Kondisi Pemerah harus bebas penyakit menular, tidak
pekerja saat observasi nampak sehat namun memerah pada saat menderita batuk dan diare.
tidak ada sertifikat untuk menyatakan kesehatan Selain itu sebelum dilakukan pemerahan, tangan
tenaga pemerah itu sendiri. Pemerah hanya pemerah harus dicuci bersih dan dikeringkan agar
memeriksakan kesehatan ketika sedang sakit susu yang diperah tidak terkontaminasi kotoran
saja. Sebaiknya Dinas Kesehatan turut memantau yang menempel di tangan pemerah.
secara aktif atas kepemilikan sertifikat sehat para
Perawatan Kesehatan dan Kebersihan Hewan
pemerah dan memberikan informasi mengenai
perilaku pemerah susu sapi yang higienis. Ke s e h a t a n d a n k e b e r s i h a n h e w a n
Pada saat observasi dilakukan, pemerah termasuk dalam kategori tidak memenuhi
juga merokok ketika memerah susu sapi dan syarat. Berdasarkan wawancara dengan pemilik
dari 5 orang pemerah ada 3 orang yang tidak pemerahan, pemeriksaan kesehatan sapi dilakukan
menggunakan pakaian atau telanjang dada. oleh Dinas Peternakan Surabaya setiap 6 bulan
Pemerah hanya menggunakan sepatu boot ketika sekali. Pemberian vaksin kepada sapi dilakukan
bekerja. Dari pemilik memang tidak menyediakan 1 tahun sekali oleh Dinas Peternakan Surabaya.
seragam khusus untuk memerah dan pemilik Kondisi tubuh sapi saat observasi dalam keadaan
hanya menyediakan sepatu boot. Pemerah selalu kotor dan terdapat luka di beberapa bagian
memotong kukunya jika sudah sedikit panjang dan tubuh sapi. Kondisi lipatan pada, ambing dan
selalu menjaga agar kukunya bersih. Puting susu putting susu pada saat pemerahan selalu dalam
sapi sangat sensitif terhadap kuku yang sedikit keadaan bersih. Pemilik tidak memiliki sertifikat
42 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 36–47

sehat untuk sapi-sapinya. Tempat memandikan bersih. Setelah semua peralatan digunakan,
sapi jadi satu dengan tempat memerah susu. Air dicuci dengan sabun tanpa menggunakan air
yang digunakan untuk memandikan sapi berasal panas. Penyimpanan peralatan bersih tetapi tidak
dari air sumur, begitu juga untuk air minum sapi. tersusun rapi. Tempat penyimpanan peralatan
Keadaan ekor sapi pada saat memerah dibiarkan pemerahan tidak tertutup. Setelah memerah,
begitu saja, tanpa diikat. semua peralatan langsung dicuci. Peralatan dicuci
Berdasarkan Hadiwiyoto (1994), sapi yang dengan sabun tanpa menggunakan air hangat. Air
tidak sehat dan tidak bersih pada waktu diperah yang digunakan untuk mencuci berasal dari air
akan menghasilkan susu yang mempunyai PDAM. Tempat penyimpanan peralatan terdapat
kandungan bakteri dalam jumlah banyak. binatang pengganggu seperti kecoa dan kucing.
Kesehatan dan kebersihan ambing harus Wadah susu atau milk can yang digunakan terbuat
diperhatikan benar. Setiap hari sapi perah perlu dari bahan alumunium tebal yang kuat dan tahan
dimandikan sampai bebas dari kotoran hewan karat.
dan sisa pakan yang menempel pada tubuhnya. Peralatan yang digunakan harus selalu dalam
Keadaan tubuh sapi harus bersih setiap kali akan keadaan bersih, dibuat dengan ukuran yang
diperah susunya. Sedangkan di perusahaan Susu sesuai serta mudah diangkat untuk dibersihkan.
Murni sapi hanya dimandikan pada pagi hari. Ada baiknya jika peralatan sebelum dipergunakan
Sebaiknya setiap akan dilakukan pemerahan sapi dibersihkan terlebih dahulu dengan desinfektan
dimandikan terlebih dahulu untuk mengurangi (Azwar, 1996). Selain itu peralatan pemerahan
kandungan jumlah bakteri. dibersihkan sebelum dan sesudah pemerahan
Merawat kesehatan dan kebersihan sapi dengan menggunakan air dan sabun. Sabun
perah sangat besar pengaruhnya terhadap termasuk golongan surfaktan (surface active
jumlah bakteri dalam susu. Sapi yang tidak agents) yang dapat membunuh mikroba dengan
sehat dan tidak bersih pada waktu diperah akan cara merusak membrane sel (Frank, 2001).
menghasilkan susu yang mempunyai kandungan Sanitasi peralatan dan wadah susu erat
bakteri dalam jumlah banyak. Terutama kesehatan kaitannya dengan jumlah bakteri yang ada di
dan kebersihan ambing harus diperhatikan. dalam susu. Umumnya bakteri kontaminan
Biasanya ambing yang tidak sehat menyebabkan akan menyebabkan rasa susu menjadi asam.
susu banyak mengandung bakteri Micrococcus, Kontaminan sering disebabkan karena peralatan
Streptococcus, dan Corynebacterium. Sedangkan atau wadah pada waktu pemerahan dalam
ambing yang kotor menyebabkan susu keadaan kotor atau tidak terjaga kebersihannya.
mengandung bakteri Escherichia coli, enterokoki, Menjaga sanitasi peralatan atau wadah dapat
bakteri tanah golongan gram negatif, dan bakteri dilakukan dengan membersihkannya dengan air
yang berspora. Dari hewan yang kotor juga sering panas, larutan alkali atau dengan larutan asam.
kali diperoleh susu yang tercemar spora jamur. Jika menggunakan air panas, maka sebaiknya
Jika sapi perah akan diperah menderita sakit, digunakan air panas, yang suhunya minimal 75o
hendaknya disehatkan (disembuhkan) terlebih C dan dikerjakan minimal 5 menit. Penggunaan
dahulu sementara susunya jangan dikonsumsi. uap air panas akan mendapatkan hasil yang lebih
Setiap hari sapi perlu dimandikan sampai bebas baik.
dari kotoran hewan dan sisa-sisa pakan yang Menurut Handayani dan Purwanti (2010),
menempel pada tubuhnya. Keadaan tubuh sapi kebersihan peralatan yang dipakai khususnya
harus bersih setiap kali akan diperah susunya ember penampung hasil perahan sangat
(Hadiwiyoto, 1994). mempengaruhi kebersihan dan kesehatan susu.
Hewan (sapi) yang akan diambil susunya Peralatan yang kotor akan mencemari susu
haruslah hewan yang sehat, misalnya tidak sehingga mempercepat proses pembusukan dan
mengandung penyakit TBC, Bang’s disease susu menjadi asam atau rusak. Dengan demikian
(brusellosis) atau mastitis (Azwar, 1996). ember untuk menampung susu harus benar-benar
bersih dan higienis.
Perawatan Kebersihan Peralatan Pemerahan
Penanganan Limbah Sapi
Perawatan kebersihan peralatan pemerahan
berdasarkan hasil penilaian termasuk dalam Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik
kategori memenuhi syarat. Semua peralatan dan pemerah susu sapi segar, limbah kotoran sapi
sebelum digunakan selalu dalam keadaan saat dibersihkan dialirkan ke saluran pembuangan
F Navyanti dan R Adriyani, Higiene Sanitasi, Kualitas Fisik dan Bakteriologi 43

air hingga sampai ke ujung saluran, setelah Jumlah pemerahan, setiap hari, lamanya
berada di ujung saluran pembuangan air limbah, pemerahan, waktu pemerahan, dan kecepatan
kotoran sapi ditempatkan dalam sebuah ember pemerahan dapat mempengaruhi produksi susu
besar untuk diangkut ke tempat pengeringan. yang dihasilkan. Jika pemerahan dinaikkan
Limbah tersebut dikeringkan di tempat khusus menjadi 3–4 kali setiap hari dapat meningkatkan
yang langsung terpapar oleh sinar matahari. produksi susu daripada jika hanya diperah dua
Limbah kotoran sapi biasanya dimanfaatkan kali sehari (Hadiwiyoto, 1994).
kembali sebagai pupuk tanaman dan ada pihak Pemerahan pada pagi hari mendapatkan susu
ketiga yang mengambil kotoran sapi tersebut. sedikit berbeda komposisinya daripada susu hasil
Karena kotoran sapi yang dialirkan ke dalam pemerahan sore hari. Menurut Frank (2001) susu
saluran air kotor begitu banyak, sehingga ketika akan segera terkontaminasi oleh mikroorganisme
memandikan sapi banyak air yang meluber keluar segera setelah keluar dari kelenjar susu oleh
dari tempat saluran pembuangan air kotor. Ini mikroorganisme yang berasal dari saluran
mengakibatkan kandang tergenang oleh air, puting, kemudian susu akan disaring dengan
yang dapat mengundang vektor penyakit dan menggunakan kain penyaring. Kain penyaring
menyebabkan orang terpeleset ketika berjalan. yang digunakan peternak terlihat kurang bersih,
Apalagi saluran air kotor tidak dilengkapi penutup karena setelah penyaringan selesai dilakukan,
atau jaring-jaring. kain penyaring hanya cukup dibilas dengan
Seharusnya kotoran sapi langsung diletakkan air, sehingga dikhawatirkan sisa dari susu serta
ke dalam ember, tidak perlu dialirkan ke saluran kotoran lain masih tetap menempel sehingga kain
pembuangan air kotor. Karena dapat menghambat penyaring dapat menjadi penyebab kontaminasi.
aliran air kotor. Air kotor yang dihasilkan Pada saat proses pemerahan sapi harus
dari kencing sapi dan pemandian sapi cukup dalam keadaan tenang, kebiasaan yang pernah
banyak dan menyumbat saluran sehingga akan dialami sebaiknya dihindarkan, misalnya
menimbulkan bau yang tidak sedap. Air yang pergantian tempat, pergantian orang yang
berasal dari pemandian dan kencing sapi tidak memerah, perubahan waktu pemerah yang dapat
dapat mengalir dengan lancar. menyebabkan penurunan produksi susu.
Menurut Buckle dkk (2009), penanganan Sebelum dilakukan proses pemerahan,
limbah cair dilakukan dengan mengalirkan kandang harus dibersihkan, dicuci dengan bersih
langsung susu yang tumpah di lantai dengan cara sampai tubuh bagian belakang, ekor sapi diikat
disemprot air ke selokan yang ada pada ruang pada salah satu kakinya, dapat juga meraba
produksi. Penanganan limbah padat yang tidak dan memijit ambing susu selama beberapa
bernilai dibuang di tempat-tempat pembuangan saat atau menyusukan pedet pada induknya
sampah yang letaknya harus jauh dari kandang untuk memberikan rangsangan keluarnya air
dan ruang produksi serta dibakar pada tempat susu. Pemerahan dilakukan dengan memegang
khusus. Hal ini dilakukan untuk menghindari pangkal puting susu dengan ibu jari dan telunjuk,
kontaminasi akibat adanya pembakaran sampah. kemudian kedua jari tersebut ditekan serta ditarik
Kotoran ternak setiap hari diangkut dan ke bawah hingga air susu mengalir keluar. Puting
dibuang, demikian pula sisa rumput. Ada baiknya susu ditekan dengan ibu jari dan bersamaan pula
dibangun tempat makanan ternak pada tempat keempat jari yang lain ditekan sampai air susunya
khusus setinggi kira-kira 1 meter dari lantai, keluar.
sehingga makanan yang terdapat di dalamnya Pada umumnya sapi diperah 2 kali sehari,
tidak sampai tercemar (Azwar, 1996) yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00–07.00 dan
sore hari antara pukul 14.00–15.00, jadwal dan
Kondisi Proses Pemerahan frekuensi harus sesuai waktunya dan konsisten
Proses pemerahan dilakukan secara manual, setiap harinya karena apabila berganti-ganti dapat
menggunakan tangan manusia. Pada saat menyebabkan ternak stress dan tidak tenang,
proses pemerahan ekor sapi tidak diikat. Proses sehingga produksi susu yang dihasilkan tidak
pemerahan dilakukan 2 kali dalam sehari. Pada maksimal (Firman, 2010).
pagi hari pukul 04.00 WIB dan sore hari pukul
Pengelolaan Susu
15.00 WIB.
Berdasarkan hasil penilaian secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari semua
44 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 36–47

komponen penilaian pengelolaan susu sapi segar harus mempunyai satu tingkat kemudahan
termasuk dalam kriteria memenuhi persyaratan. untuk dibentuk menurut rancangan, dan harus
Berdasarkan hasil wawancara dengan para memberikan perlindungan bagi bahan pangan
pemerah pengelolaan susu yang sudah diperah terhadap kerusakan fisik, air, O2 dan sinar,
sampai ke tangan konsumen juga menjadi Pengemasan yang dilakukan oleh perusahaan
perhatian penting. susu X sudah memenuhi dengan syarat-syarat
Pertama-tama susu yang diperah diletakkan ketentuan tersebut di atas, karena pengemasan
dalam ember sebagai penampungan sementara, yang dilakukan menggunakan plastik yang
kemudian jika akan berganti memerah ke sapi kemudian di press sehingga menghindarkan susu
yang lain, susu yang ada di dalam ember akan dari kerusakan.
diletakkan di dalam milk can yang terbuka tanpa Menurut Handayani dan Purwanti (2010),
penutup tetapi terdapat saringan di atasnya. setiap peternak sapi perah dalam melakukan
Setelah semua susu terkumpul di dalam milk can pemerahan harus berupaya untuk mendapatkan
susu dipindahkan ke dalam ember besar. Pada hasil susu yang bersih dan sehat. Kuantitas dan
saat pemindahan susu ke ember juga di saring kualitas hasil pemerahan tergantung pada tata
menggunakan kain putih. Setelah di saring susu laksana pemeliharaan dan pemerahan yang
siap untuk dijual ke konsumen tanpa pemanasan dilakukan.
terlebih dahulu dengan kemasan 250 ml di tiap
plastiknya. Kualitas Susu Sapi Segar
Susu yang sudah dikemas diletakkan dalam Kualitas bakteriologis
lemari pendingin. Susu dipasarkan di area
Berdasarkan hasil uji laboratorium di Dinas
Surabaya saja. Pembeli dapat membeli secara
Kesehatan Kota Surabaya didapatkan hasil bahwa
langsung ke tempat pemerahan. Susu disimpan
semua sampel susu sesuai dengan persyaratan
dalam tempat khusus yang tidak kontak dengan
SNI 01-3141-1998 tentang syarat mutu susu segar
lantai dan tertutup. Susu paling lama disimpan
yakni negatif.
dalam lemari es selama 5 hari. Jika dalam waktu
Bila ditemukan adanya Escherechia coli
lebih dari 5 hari susu tidak habis terjual maka akan
pada susu sapi segar dapat mengakibatkan
dilakukan pembuangan.
adanya kerusakan pada susu yang tidak
Pe n g e l o l a a n s u s u h a r u s t e r j a m i n
diinginkan. Escherecia coli merupakan bakteri
kebersihannya baik ketika memerah susu,
yang termasuk family Enterobacteriaceae yang
menyimpannya, mengangkutnya ataupun
merupakan penghuni normal saluran pencernaan
memasarkannya. Pengangkutan susu untuk
hewan berdarah panas seperti halnya ternak dan
dipasarkan harus mempergunakan alat
manusia. Tidak ditemukannya bakteri Escherecia
transportasi yang tertutup. Jika pengangkutannya
coli dapat dijadikan sebagai indicator bahwa
lebih dari 2 jam, sebaiknya alat transportasi
proses penanganan yang sudah higienis.
tersebut dilengkapi dengan alat pendingin.
Escherecia coli umumnya diketahui secara
Sebaiknya lakukan pasteurisasi dahulu, sebelum
normal terdapat dalam alat pencernaan manusia
susu dikonsumsi.
dan hewan. Escherecia coli yang menyebabkan
Berdasarkan Chandra (2007), kegiatan dalam
penyakit diare pada manusia disebut
pengolahan susu antara lain cara pengumpulan
enteropatogenik Escherecia coli (EEC). EEC dapat
susu dikandang, cara pengolahan atau sistem
digolongkan menjadi 2. Golongan pertama adalah
pengolahan susu sapi, penjualan atau distribusi
Escherichia coli yang mampu memproduksi racun
ke konsumen.
pada usus kecil dan menimbulkan penyakit seperti
Menurut Fardiaz (1993), sarana
kolera. Jenis ini yang banyak menyebabkan diare
yang diperlukan untuk memasarkan atau
pada bayi atau pada orang-orang yang sedang
mendistribusikan susu sapi segar meliputi
melakukan perjalanan (traveler’s diarrhea). Waktu
kemasan dan wadah untuk menempatkan
inkubasinya berkisar antara 8–24 jam (rata-rata
kemasan susu sapi segar. Pengemasan harus
11 jam), dengan gejala diare, muntah-muntah dan
memperhatikan lima faktor utama, yaitu harus
dehidrasi.
dapat mempertahankan produk agar bersih dan
Golongan kedua dari EEC menyebabkan
memberikan perlindungan terhadap kotoran dan
penyakit colitis seperti disentri, dengan gejala
pencemaran lainnya, harus berfungsi secara
demam, dingin, sakit kepala, kejang perut dan
benar, efisien dan ekonomis dalam pengepakan,
F Navyanti dan R Adriyani, Higiene Sanitasi, Kualitas Fisik dan Bakteriologi 45

diare. Waktu inkubasi antara 8 – 44 jam (rata- Plate Count yang didapat disebabkan oleh daerah
rata 26 jam). Strain Escherichia coli yang buangan feses yang masih berdekatan dengan
bersifat pathogen yang dapat menimbulkan kandang, sehingga ketika dilakukan pemerahan
infeksi dan foodborne disease seperti O157- mikroorganisme dapat masuk melalui debu yang
H7 yang menghasilkan shiga hoxin (Todar, dibawa oleh angina. Peralatan dapat menjadi
2004). Escherichia coli merupakan salah satu sumber kontaminasi apabila tidak dibersihkan
mikroorganisme yang menginfeksi susu. Susu secara maksimal terutama bagian yang kontak
sapi segar sangat mudah terkontaminasi oleh langsung dengan susu. Proses pencemaran
Escherichia coli, hal ini karena sebagian besar mikroba pada susu dimulai ketika susu diperah
peternak kurang memperhatikan kebersihan karena adanya mikroba yang tumbuh disekitar
sanitasi dan higiene pemerah (Vmont dkk, 2006). ambing, sehingga saat pemerahan bakteri tersebut
Escherichia coli merupakan mikroorganisme terbawa dengan susu (Cahyono dkk, 2013).
gram negatif, tumbuh optimal pada suhu 37 oC, Semua jenis bakteri dapat tumbuh jika
tetapi dapat tumbuh pada kisaran suhu 15-45 oC medium atau substrat untuk tumbuhnya cocok.
(Wilshaw, 2000) Susu sapi segar merupakan medium yang baik
Escherecia coli ini relatif peka terhadap sekali untuk pertumbuhan bakteri dan jenis-jenis
panas dan dapat segera dihancurkan pada suhu mikroba lainnya. Oleh karena itu susu bakteri
pasteurisasi dan dengan pemasakan yang tepat. cepat berkembang di dalam susu. Perkembangan
Makanan yang umum terkontaminasi adalah susu, atau pertumbuhan bakteri umumnya diartikan
air minum, daging, keju dan lain-lain. sebagai kenaikan jumlah sel bakteri semula yang
Jadi ada baiknya setelah membeli susu sapi ada menjadi berlipat ganda. Perkembangan ini
segar, sebelum diminum dimasak terlebih dahulu dapat dihambat dengan berbagai cara, antara lain
untuk mencegah adanya bakteri yang masih hidup adalah dengan merubah kondisi pertumbuhannya
di dalamnya. misalnya dengan merubah suhu pertumbuhannya
Hasil pemeriksaan uji laboratorium untuk total atau dengan cara memberikan zat penghambat.
plate count dari 6 sampel susu dapat dilihat pada Untuk membuat suhu pertumbuhannya tidak
Tabel 3 di bawah ini. cocok dapat dikerjakan dengan menurunkan
suhu minimum atau menaikkan sampai di
Tabel 3. atas suhu maksimum. Oleh karena itu dengan
Hasil Uji Laboratorium Pemeriksaan Total Plate Count mendinginkan atau dengan memanaskan suhu,
pada Susu Sapi Segar Perusahaan X di Surabaya maka kenaikan jumlah bakteri dalam susu dapat
Tahun 2014 ditekan (Hadiwiyoto,1994).
Menurut Handayani dan Purwanti (2010),
Waktu Pengambilan Sampel Hasil pemeriksaan
kesehatan ambing dapat diamati dari jumlah sel
16 Juni 2014, 07.00 5,4 × 103 CFU/ml somatik dan bakteri yang ada di dalam susu.
16 Juni 2014, 15.00 11,5 × 104 CFU/ml Pada ambing yang menderita mastitis, jumlah sel
18 Juni 2014, 07.00 18,4 × 104 CFU/ml somatik dan bakteri akan meningkat jumlahnya.
18 Juni 2014, 15.00 67,5 × 104 CFU/ml Rombaut (2005) menyatakan bahwa tingkat
20 Juni 2014, 07.00 13,7 × 104 CFU/ml kontaminasi berasal dari setiap sumber dan
20 Juni 2014, 15.00 40,3 × 104 CFU/ml tergantung dari metode sanitasi yang dilakukan.
Pertambahan jumlah mikroba pada susu dapat
Berdasarkan hasil uji laboratorium di Dinas
terjadi sejak proses pemerahan, dan dapat berasal
Kesehatan Kota Surabaya didapatkan hasil bahwa
dari berbagai sumber. Sumber kontaminasi yang
seluruh sampel susu telah memenuhi persyaratan.
sangat signifikan adalah dari permukaan yang
Pengujian Total Plate Count bertujuan untuk
kontak langsung dengan susu. Milk can maupun
menunjukkan jumlah mikroba yang terdapat dalam
ember dapat menjadi sumber kontaminasi apabila
susu dengan cara menghitung koloni bakteri yang
sisa dari susu ataupun kotoran lainnya masih
ditumbuhkan pada media agar. Jumlah maksimum
menempel. Mikroorganisme seperti bacillus
yang ditetapkan oleh SNI adalah 106 CFU/ml.
subtilis yang dapat membentuk spora akan
Keberagaman dalam hasil Total Plate count
dapat tumbuh dan berkembang biak di dalam
susu sapi segar disebabkan perbedaan dalam
susu, ditambah dengan suhu yang mendukung
sanitasi peralatan, kandang dan pemerahan. Total
pertumbuhan dari mikroorganisme tersebut.
46 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 36–47

KUALITAS FISIK sebelum diperah sapi selalu dimandikan terlebih


dahulu dan susu yang baru diperah hendaknya
Warna, Bau dan Rasa diletakkan pada wadah atau milk can yang
tertutup untuk menghindari adanya kontaminasi.
Berdasarkan data didapatkan hasil bahwa
Pemilik hendaknya menyediakan alat pelindung
warna, bau dan rasa pada susu sapi segar tidak
diri berupa masker, sarung tangan dan pakaian
mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan SNI
kerja ketika memerah serta memperhatikan
3141.01:2011. Dari sini dapat diketahui bahwa
kebersihan kandang dan peralatan yang
susu tidak terkontaminasi oleh benda asing
digunakan. Pada saluran air kotor hendaknya
seperti residu obat atau antibiotik yang dapat
dilengkapi dengan penutup atau penyaringan
mempengaruhi warna, bau dan rasa pada susu
sehingga kotoran sapi tidak masuk ke dalamnya
tersebut.
dan menghambat jalannya air kotor. Disediakan
Susu berwarna normal putih, dan bau susu
tempat penampungan sementara sebelum
sangat khas. Selain itu susu juga sedikit masih
kotoran dikeringkan sehingga tidak dibuang
berbau sapi. Warna putih pada susu, serta
langsung ke saluran pembuangan air kotor.
penampakannya adalah akibat penyebaran
Susu yang baru diperah hendaknya diletakkan
butiran koloid lemak, kalsium kaseinat dan
pada wadah atau milk can yang tertutup untuk
kalium fosfat dan bahan utama yang memberi
menghindari adanya kontaminasi. Untuk pemerah
warna kekuningan adalah karoten dan riboflavin.
hendaknya dilakukan pemeriksaan kesehatan
Jenis sapi dan jenis makanannya dapat
secara rutin, menggunakan pakaian kerja pada
juga mempengaruhi warna susu. Rasa susu
saat memerah, menggunakan alat pelindung diri
hampir tidak dapat diterangkan, tetapi yang
seperti masker, sarung tangan dan pada saat
jelas, menyenangkan dan agak manis (Buckle
memerah menghindarkan perilaku buruk seperti
dkk,2009).
merokok agar tidak berpengaruh pada kualitas
Hofman and Jorgensen (2008) menyatakan
susu sapi segar yang di perah.
bahwa bau susu mudah berubah dari bau
yang sedap menjadi yang tidak sedap. Bau ini
dipengaruhi oleh sifat lemak susu yang mudah DAFTAR PUSTAKA
menyerap bau di sekitarnya. Demikian juga bahan Azwar, A 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.
pakan ternak sapi dapat merubah bau air susu. Jakarta. PT. Mutiara Sumber Widya.
Badan Standarisasi Nasional. SNI No. 01-3141-1998
tentang Syarat Mutu Susu Segar. Jakarta, 1998.
KESIMPULAN DAN SARAN Badan Standarisasi Nasional. SNI 3141.1:2011 Tentang
Syarat Mutu Susu Segar. Jakarta, 2011.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah higiene Buckle KA, RA Edwarda, G.H. F T, M. Woolton. 2009. Ilmu
sanitasi susu di Perusahaan Susu X termasuk Pangan. Jakarta Universitas Indonesia.
dalam kategori tidak memenuhi syarat. Variabel Cahyono,D., P.C. M. C. Padaga dan M.E. Sawitri. 2013.
yang belum memenuhi persyaratan yakni Kajian Kualitas Mikrobiologis (Total Plate Count
(TPC)), Enterobacteriaceae dan Staphylococcus
kesehatan dan kebersihan pemerah, kesehatan
Aureus) Susu Sapi Segar di Kecamatan Krucil
dan kebersihan sapi, kesehatan dan kebersihan Kabupaten probolinggo. Jurnal Ilmu dan Tehnologi
kandang, Kualitas susu sapi segar dari segi Hasil Ternak Vol. 8 No.1.
bakteriologis, kandungan Escherechia coli Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan.
termasuk memenuhi syarat SNI 01-3141-1998 Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Depkes RI, 2004. Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/
karena semua sampel susu negatif dari bakteri
X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Escherechia coli dan untuk parameter total plate Rumah Sakit. Depkes RI. Jakarta.
count juga memenuhi syarat SNI 3141.01-2011 Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja
karena jumlah koloni yang ditemukan masih Grafindo Persada.
berada di bawah standart yang ada yakni berkisar Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi Perah. Bandung: Widya
Padjadjaran.
5,4 × 103 CFU/ml sampai dengan 67,5 × 104 CFU/
Hadiwiyoto, S. 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil
ml. Ditinjau dari segi kualitas fisik yang meliputi Olahannya. Yogyakarta: Liberty.
warna, bau dan rasa semua sampel memenuhi Handayani, S.K., dan M, Purwanti. 2010. Kesehatan
persyaratan sesuai dengan SNI 3141.01-2011. Ambing dan Higiene Pemerahan di Peternakan Sapi
Guna meningkatkan hygiene sanitasi Perah Desa Pasir Buncir Kecamatan Carigin. Jurnal
Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei 2010.
dan kualitas susu yang dihasilkan sebaiknya
F Navyanti dan R Adriyani, Higiene Sanitasi, Kualitas Fisik dan Bakteriologi 47

Hoffman, P, dan M, Jorgensen. 2008. On-Farm Sapi Dalam Proses Produksinya. Available at:
Pasteurization of Milk on Calves.University of http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/
Wisconsin Dairy. http://johnes.org disitasi pada b203fdb3fb2879e20a11585b1509d872d756269d.
tanggal 25 Juli 2014. pdf
Kirk J.H. 2005. Milk Quality on the Dairy-Who is Suwito, W. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari
Responsible?, Tulare: University of California Davis. Susu: Deteksi, Patogenisis, Epidemiologi, dan
http://www.vetme ducdavis.edu/vetext/INFDA/ Penegndalian. Available at: http://pustaka.litbang.
MilkQualresponsib.pdf disitasi pada tanggal 23 Juli deptan.go.id/publikasi/p3293103.pdf
2014. To d a r, K . 2 0 0 5 . S t a p h y l o c o c c u s . w w w .
Purnawijayanti, HA. 1999. Sanitasi Hygiene dan textbookofbacteriology.net.html diakses pada
Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. tanggal 15 Maret 2014.
Yogyakarta: Kanisius. Wilshaw, GA, T. Cheasty, dan HR Smith, 2000. Escherichia
Rombaut R. 2005. Dairy Microbiology and Starter coli. In: Lund, BM, Baird Parker, TC, Gould, GW
Cultures. Laboratory of Food. Technology and (Eds.), The Microbiological Safety and Quality of Food
Engineering. Gent University. Belgium. II. Aspen Publishers Inc., Gaithersburg, Maryland,
Saksono, L dan I, Saksono.1986. Pengantar Sanitasi j.pp. 1136-1177. Diakses pada tanggal 5 agustus
Makanan, Bandung: Alumni Bandung. 2014.
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Vimont, A., C.V. Rozand, and M.L.D. Muller. 2006.
Ikatan Ternak. Available at: http://library.usu.ac.id/ Isolation of E. coli O157:H7 and Non O157 STEC in
download/fp/ternak-eniza2.pdf Different Matrices: Review of The Most Commonly
S a r t i k a , R . A . D. 2 0 0 5 . A n a l i s i s M i k r o b i o l o g i UseEnrichment Protocols. Lett. Appl. Microbiol. (42):
Escherichia Coli Pada Hasil Olahan Hewan 102–108.

Anda mungkin juga menyukai