PERCOBAAN II
“PENGUJIAN BORAKS DAN ASAM BORAT DALAM BAHAN PANGAN”
Disusun oleh:
Nama : Hasna Ulfiani
NIM : 12312241028
Kelompok : II B
B. Tujuan
Menentukan adanya asam borat (analisa kualitatif) dalam suatu sampel makanan.
C. Dasar Teori
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7) atau
natrium tetraborat dekahidrat (Na2B4O7.10H2O). Boraks berbentuk padat dan apabila
terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida (NaOH) dan asam borat (H3BO3).
Dengan demikian, bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat (Cahanar, 2006).
Mengamati dan mencatat warna nyala api sampel ke dalam tabel hasil
percobaan
H. Pembahasan
Percobaan pertama yang kelompok II B lakukan adalah “Pengujian Boraks dan
Asam Borat dalam Bahan Pangan”. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan
adanya asam borat (analisa kualitatif) dalam suatu sampel makanan. Praktikan
melakukan percobaan dengan menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan
oleh laboratorium kimia analitik.
Praktikan menguji dua buah sampel bakso A dan bakso B. Praktikan melakukan
uji sederhana dalam menentukan apakah di dalam kedua sampel tersebut mengandung
boraks. Uji yang praktikan gunakan adalah uji kualitatif sederhana, yaitu uji secara
organoleptik dan uji nyala. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar,
kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli.
Praktikan mula-mula melakukan uji organoleptik terhadap bakso A dan bakso B.
Uji organoleptik merupakan uji fisik yang menggunakan kemampuan indera manusia
dalam menentukan apakah kedua bakso tersebut mengandung boraks. Praktikan
menguji dalam hal warna, kekenyalan, dan bau dari bakso A dan bakso B. Praktikan
mendapatkan hasil yang sama pada bakso A dan bakso B, yaitu warnanya putih keruh,
teksturnya kenyal, dan baunya khas daging. Uji organoleptik atau sifat fisik ini belum
dapat dijadikan sebagai karakteristik membedakan antara bakso yang mengandung
boraks atau tidak mengandung boraks. Makanan yang telah dibei boraks dengan yang
tidak diberi boraks, sulit dibedakan jika hanya dengan indera, namun harus dilakukan
uji kualitatif lain khusus boraks yang lebih sederhana, yaitu uji nyala.
Praktikan melakukan uji nyala berdasarkan prosedur yang telah ditentukan.
Adanya prosedur menambahkan larutan H2SO4 pekat disebabkan larutan H2SO4 pekat
dapat memberi suasana asam pada sampel dan mengubah natrium tetraborat menjadi
asam borat. Larutan metanol yang juga ditambahkan dalam sampel bertujuan untuk
membakar dan menghasilkan nyala api.
Berdasarkan hasil percobaan, sampel bakso A tidak mengandung boraks. Hal
tersebut ditandai dengan nyala api berwarna kuning-oranye. Sedangkan bakso B
mengandung boraks karena ditandai dengan warna nyala hijau. Api yang dihasilkan
berwarna berwarna hijau dengan gradasi semakin luar nyala apinya semakin hijau tua.
Hal tersebut dapat ditunjukkan dari reaksi:
Na2B4O7 + H2SO4 + 5H2O 4H3BO3 + 2Na+ + S kemudian H3BO3 dicampur
metanol (CH3OH) menjadi reaksinya H3BO3 + 3CH3OH B(OCH3)3 + 3H2O.
atau
Na2B4O7.10H2O + H2SO4 4H3BO3 + Na2SO4 + 5H2O, kemudian H3BO3
dicampur metanol (CH3OH) menjadi reaksinya H3BO3 + 3CH3OH B(OCH3)3
+ 3H2O.
Sampel yang mengandung boraks (natrium tetraborat) bereaksi dengan asam sulfat
pekat dapat membentuk asam borat. Asam borat yang direaksikan dengan metanol
terbakar menjadi warna hijau akibat terbentuknya B(OCH3)3 (metil borat) yang
beracun. Berikut adalah gambar hasil percobaan yang dilakukan praktikan pada uji
nyala sampel bakso A dan bakso B:
Sampel bakso A nyala kuning-oranye Sampel bakso B nyala hijau
I. Kesimpulan
Sampel bakso A tidak mengandung boraks atau asam borat, sedangkan sampel
bakso B mengandung boraks atau asam borat. Hal tersebut ditunjukkan oleh warna
nyala sampel bakso A kuning-oranye, sedangkan warna nyala sampel bakso B hijau .
J. Daftar Pustaka
Afrianti. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Balai Besar POM. 2007. Instruksi Kerja: Identifikasi Boraks dalam Makanan.
Surabaya: Tidak Diterbitkan.
Horwitz, William. 2005. “Official Methods of Analysis of AOAC International 18th
edition”.Agricultural Chemical Journal. Vol. I. Chapter 47. Hlm 13-14.
Khamid. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Kompas.
P. Cahanar dan Irwan Suhanda. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: Penerbit
Buku Kompas.