Anda di halaman 1dari 12

JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2 Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al.

Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI: 10.17844/jphpi.2015.18.2.150

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI KOLAGEN DARI


DAGING TERIPANG GAMMA

Extraction and Characterization of Collagen from Sea Cucumber Flesh

Alhana*, Pipih Suptijah, Kustiariyah Tarman


Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Tlp. (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622907
*Korespodensi: al_hana_chan@yahoo.com
Diterima: 10 Juni / Disetujui: 1 Agustus 2015

Abstrak
Teripang gamma (Stichopus variegatus) merupakan salah satu biota laut filum
Echinodermata yang tersebar luas di perairan Indonesia dan berpotensi sebagai sumber
kolagen. Penelitian bertujuan untuk mengkaji karakteristik fisikokimia kolagen daging
S. variegatus. Rendemen kolagen yang diperoleh sebesar 1,50% (bb) diekstrak melalui
pretreatment dengan NaOH 0,30%, hidrolisis dengan CH3COOH 0,10% dan ekstraksi
dengan aquades. Kadar protein, air dan abu kolagen berturut-turut: 67,68%, 13,64% dan
4,15%. Kolagen yang diekstrak dengan pemanasan 45°C selama 2 jam masih memiliki
struktur triple helix ; pH 7,37 ; suhu puncak pelelehan 163,67°C dan derajat putih 69,25%.
Asam amino utama pada kolagen yaitu glisina, alanina, prolina dan asam glutamat.

Kata kunci: NaOH, kolagen, Stichopus variegatus, FTIR.

Abstract
Sea cucumber (Stichopus variegatus) is one of the Echinodermata phylum that grows
along Indonesian coastal. Sea cucumber is potential source of collagen. The purposes of this
research were to determine the optimal concentration of NaOH and CH3COOH solution
in collagen production and analyze the physicochemical characteristics of collagen from
S. variegatus. Yield of the collagen was 1.5% (based on wet weight basis), produced by
pretreatment with NaOH 0,30%, hydrolysis with CH3COOH 0.10% and extracted using
distilled water. Protein, moisture, and ash content of the collagen was 67.68%, 13.64%,
and 4.15%, respectively. Collagen was extracted using distilled water at 45°C during 2h
and still had triple helix structure ; pH 7.37 ; melting temperature 163.67°C and whiteness
69.25%. The major amino acid content of collagen were glycine, alanine, proline and
glutamic acid.

Keywords: NaOH, collagen, Stichopus variegatus, FTIR.

PENDAHULUAN struktur organik pembangun tulang,


Kolagen merupakan salah satu gigi, sendi, otot dan kulit. Secara alamiah
kelompok protein yang tidak larut air, yang sedikitnya 1% kolagen dalam tubuh
keberadaannya mencapai 30% dari seluruh manusia hilang setiap tahun sehingga pada
protein penyusun tubuh manusia. Peranan usia 30 tahun manusia kehilangan kolagen
kolagen dalam tubuh manusia sebagai sekitar 15-20% dan pada usia 40 tahun

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 150


Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2

manusia tidak memproduksi kolagen lagi Kolagen juga dapat diekstrak dengan
sehingga kolagen yang hilang mencapai kombinasi asam dan enzim. Beberapa
35-40%. Penurunan jumlah kolagen juga jenis enzim yang dapat digunakan adalah
berkaitan dengan hormon estrogen yang pepsin, tripsin, pankreatin, fisin, bromelin
berperan mengubah fibroblas menjadi dan papain (Skierka dan Sadowska 2007).
kolagen. Kerusakan kolagen pada kulit Kolagen yang paling banyak
dapat disebabkan oleh paparan radiasi dipasarkan umumnya berasal dari
UV-A dan UV-B dari sinar matahari. jaringan kulit dan tulang sapi atapun babi
Kandungan kolagen dalam tubuh manusia yang keamanan dan kehalalannya perlu
berkurang seiring dengan bertambahnya diwaspadai, sehingga diperlukan alternatif
usia (Draelos dan Thaman 2006). Salah sumber kolagen yang aman dan halal.
satu solusi untuk mengurangi dampak Teripang gamma adalah salah satu biota
negatif tersebut yaitu aplikasi kolagen perairan yang berpotensi sebagai sumber
dalam berbagai produk kosmetik dan kolagen. Saito et al. (2002) menyatakan
obat. bahwa 70% dinding tubuh teripang
Kolagen dapat diekstrak dari kulit mengandung kolagen. Potensi tersebut
(Ahmad dan Benjakul 2010; Singh et al. perlu dikembangkan dan diaplikasikan
2010; Kittiphattanabawon et al. 2005), menjadi produk berbasis kolagen yang
sisik (Li et al. 2008; Matmaroh et al. aman digunakan.
2011; Zhang et al. 2011), dan tulang Penggunaan kolagen berkaitan dengan
(Kittiphattanabawon et al. 2005). Ekstraksi karakteristik fisikokimia diantaranya
kolagen dapat dilakukan secara kimiawi adalah sifat antigenitas rendah, afinitas
maupun kombinasi secara kimiawi dan dengan air tinggi, tidak beracun,
enzimatis. Ekstraksi secara kimiawi dapat biocompatible and biodegradable, relatif
melalui proses asam atau basa. Proses stabil, dapat disiapkan dalam berbagai
asam cocok digunakan untuk bahan bentuk sesuai kebutuhan dan mudah
baku yang memiliki struktur kolagen dilarutkan dalam air maupun asam
dengan sedikit ikatan silang, misalnya (Lee et al. 2001). Pengembangan
babi dan kulit ikan; sedangkan proses produk berbasis kolagen perlu
basa umumnya digunakan untuk bahan didukung oleh kualitas kolagen yang
baku yang memiliki ikatan silang lebih memiliki karakteristik dan mutu
padat dan kompleks seperti tulang dan sesuai standar. Penelitian mengenai
kulit sapi (Karim dan Bhat 2009). Zhou optimasi ekstraksi dan karakterisasi
dan Regenstein (2005) menunjukkan fisikokimia kolagen dari daging
pretreatment untuk menghilangkan S. variegatus perlu dilakukan, mengingat
protein nonkolagen menggunakan NaOH karakteristik kolagen dari sumber yang
dengan konsentrasi 0,01 mol/L OH dan 0,1 berbeda memiliki karakteristik yang
mol/L OH. Deproteinasi kulit dan tulang berbeda pula. Hasil penelitian ini dapat
bigeye snapper (Priacanthus tayenus) mendukung pengembangan lebih lanjut
menggunakan 0,1 N NaOH 1:10 (b/v) terkait aplikasi kolagen dari biota perairan
selama 6 jam dilanjutkan dengan deffated pada produk pangan maupun nonpangan.
dengan butil alkohol 10% 1:10 (b/v) selama Penelitian ini bertujuan menentukan
18 jam, kemudian kolagen diekstrak konsentrasi NaOH dan CH3COOH terbaik
dengan CH3COOH 0,5 M 1:30 (b/v) selama untuk ekstraksi kolagen serta menentukan
24 jam (Kittiphattanabawon et al. 2005). karakteristik fisik dan kimia kolagen dari
daging S. variegatus.

151 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2 Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al.

BAHAN DAN METODE NaOH dengan rasio daging dan larutan


Bahan dan Alat NaOH adalah 1:10 (b/v). Konsentrasi
Bahan utama yang digunakan pada NaOH yang digunakan yaitu 0,05% ;
penelitian adalah daging S. variegatus. 0,10% ; 0,20% dan 0,30%. Larutan NaOH
Bahan-bahan yang digunakan untuk sisa perendaman daging diuji kandungan
ekstraksi kolagen terdiri dari NaOH proteinnya secara kuantitatif dengan uji
(Merck), CH3COOH (Merck), dan biuret. Daging hasil pretreatment dicuci
akuades. Alat-alat yang digunakan adalah dengan air mengalir sampai mencapai pH
freeze dryer (Christ Alpha 2-4 LD UK), netral.
pH meter, kromameter CR-310 (Minolta Hasil pretreatment pada daging
CR-310 Tokya Japan), Atomic Absorption S. variegatus dilanjutkan dengan proses
Spectrophotometer (AA6300 Shimadzu hidrolisis dalam larutan CH3COOH
Japan), High Performance Liquid menggunakan konsentrasi 0,10% dan
Chromatography (Water Coorporation 0,30% dengan rasio daging dengan larutan
USA), Fourier Transform Infrared asam asetat adalah 1:10 (b/v). Daging hasil
Spectrophotometer (Bruker Tensor 37 perendaman CH3COOH dicuci dengan
German), dan Differential Scanning air mengalir sampai mencapai pH netral
Calorimetry (DSC-60 Shimadzu Kyoto sebelum dilanjutkan pada tahap ketiga
Japan). yaitu ekstraksi dengan akuades selama
2 jam dengan rasio daging dan akuades
Prosedur Penelitian adalah 1:2 (b/v) pada suhu 45oC untuk
Preparasi Karakterisasi Daging menghindari degradasi kolagen menjadi
S. variegatus gelatin. Hasil ekstrak berupa kolagen yang
Bagian luar S. variegatus dibersihkan dikeringkan dengan freeze dryer.
dari kotoran yang menempel dan
dipisahkan daging dari kulit dan Karakterisasi Fisikokimia dan
jeroannya. Daging teripang gamma yang Logam Berat Kolagen
telah dibersihkan dari kotoran dan jeroan Karakteristik fisik meliputi rendemen,
dianalisis proksimat (AOAC 2005) serta analisis termal dengan Differential Scanning
logam beratnya (Hg dan Pb) (BSN 2006) Calorimetry (DSC) (Martianingsih dan
dan As (BSN 1998). Atmaja 2009), derajat putih dengan
kromameter dan gugus fungsi dengan FTIR
Optimasi Ekstraksi Kolagen (Munyonga et al. 2004). Karakteristik
(modifikasi Cui et al. 2007 kimia meliputi proksimat (AOAC 2005),
Pembuatan kolagen melalui 3 tahap, logam berat Hg, Pb dan As dengan AAS
yaitu pretreatment daging S. variegatus (BSN 1998, BSN 2006), pH dan asam
menggunakan larutan NaOH untuk amino dengan HPLC (AOAC 1995).
menghilangkan protein nonkolagen,
lemak, protein, mineral dan pigmen; Analisis Data
hidrolisis dengan larutan asam asetat Rancangan yang digunakan untuk
(CH3COOH) dan ekstraksi kolagen tahap perendaman dalam larutan NaOH
dengan akuades. Proses deproteinasi adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan larutan NaOH dan hidrolisis dengan model matematis seperti terlihat
dalam larutan CH3COOH masing-masing pada Persamaan 1. Perlakuan merupakan
dilakukan selama 48 jam pada suhu chilling. konsentrasi NaOH. Semua perlakuan
Pretreatment dilakukan dalam larutan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan
(Steel dan Torrie 1993).

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 152


Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2

Model rancangan adalah: hasilnya berbeda nyata dilanjutkan dengan


Yij = μ + τi + εij (Persamaan 1) uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Keterangan: pada taraf kepercayaan 95%.
i = 1, 2, 3, dan 4
j = 1, 2, dan 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Yij = respon pengaruh konsentrasi Karakteristik Daging S. variegatus
NaOH ke-i ulangan ke-j Karakteristik kimia dan logam
μ = nilai tengah umum berat dari daging S. variegatus disajikan
τi = pengaruh konsentrasi NaOH ke-i pada Tabel 1. Daging teripang gamma
εij = pengaruh acak pada konsentrasi memiliki kadar air yang tinggi
NaOH ke-i ulangan ke j dibandingkan teripang Stichopus hermanii
Rancangan yang digunakan untuk (teripang alam) (88,56%) dan teripang
rendemen kolagen adalah Rancangan Acak budidaya (92,89%) (Andirisnanti 2012).
Lengkap (RAL). Perlakuan merupakan Kandungan protein pada daging teripang
kombinasi antara konsentrasi NaOH dan lebih rendah dibandingkan dinding tubuh
konsentrasi asam asetat. Semua perlakuan Stichopus japonicus (3,3%) dan kulit hiu
dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Chiloscyllium punctatum (Saito et al. 2002;
Model rancangan adalah: Kittiphattanabawon et al. 2010).
Yij = μ + τi + εij (Persamaan 1) Kadar lemak dan abu daging S.
Keterangan: variegatus lebih kecil dibandingkan
i = 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dengan kulit hiu C. punctatum
j = 1, 2, dan 3 (Kittiphattanabawon et al. 2010;
Yij = respon pengaruh perlakuan ke-i Mehmet et al. 2011). Keberadaan lemak
ulangan ke-j dan abu pada daging S. variegatus perlu
μ = nilai tengah umum dihilangkan melalui optimasi proses
τi = pengaruh perlakuan ke-i pretreatment guna meningkatkan kualitas
εij = pengaruh acak pada perlakuan kolagen. Shon et al. (2011) menyatakan
ke-i ulangan ke j. bahwa keberadaan lemak dan mineral
Data yang diperoleh dianalisis dengan lainnya akan mengganggu efektivitas
analisis ragam (ANOVA) dan apabila kolagen dalam aplikasinya pada berbagai
produk.
Tabel 1 Komposisi kima dan logam berat daging teripang gamma
Jumlah
Parameter uji Hasil Teripang (Mehmet Kulit hiu (Kittiph-
penelitian et al. 2011) tanabawon et al. 2010)
Komposisi kimia
Air (%) 93,84 ± 0,09 82,00 – 92,60 61.96
Protein (%) 2,69 ± 0,028 2,50 – 13,80 24,75
Abu (%) 2,66 ± 0,120 1,50 – 4.30 12.12
Lemak (%) 0,18 ± 0,006 0,10 – 0,90 0,19
Logam berat
Pb (mg/kg) < 0,005* - -
Hg (mg/kg) < 0,002* - -
As (mg/kg) < 0,002* - -
Keterangan: *limit deteksi AAS

153 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2 Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al.

Berdasarkan hasil uji (Tabel 1), tiga perlakuan lainnya (Gambar 1),
kandungan logam berat Pb, Hg dan As artinya protein nonkolagen yang terbuang
pada daging S. variegatus masih berada dari perlakuan NaOH 0,30% lebih banyak
dibawah ambang batas kandungan logam dibandingkan dua perlakuan lain.
berat dari ikan dan hasil olahannya yang Zhou dan Regenstein (2005)
ditetapkan oleh BSN (2009) yaitu Pb = 0,3 menyatakan penggunaan larutan
mg/kg ; Hg = 0,5 mg/kg ; dan As = 1,0 mg/ basa pada proses pretreatment lebih
kg, sehingga daging S. variegatus aman efektif dalam proses ekstraksi protein
digunakan sebagai bahan baku produk nonkolagen dan hanya menyebabkan
turunan berbasis kolagen. tingkat kehilangan kolagen yang rendah
dibandingkan dengan penggunaan larutan
Optimasi Ekstraksi Kolagen asam. Ekstraksi senyawa nonkolagen
Hasil analisis sidik ragam, diketahui terjadi akibat terputusnya sebagian ikatan
bahwa perlakuan konsentrasi larutan antar serat pada struktur kolagen dalam
NaOH berpengaruh nyata terhadap kondisi basa (Hinterwaldner 1977).
kandungan protein terlarut. Dari hasil uji Proses hidrolisis dilakukan menggunakan
DMRT, terlihat bahwa kandungan protein asam untuk mengubah struktur serat
terlarut pada perlakuan konsentrasi kolagen sehingga akan mempermudah
larutan NaOH berbeda nyata (α=0,05) proses ekstraksi pada tahap selanjutnya.
kecuali antara perlakuan konsentrasi Jaswir et al. (2011) mengatakan
NaOH 0,10% dan 0,20%, sehingga bahwa penggunaan asam membantu
perlakuan konsentrasi NaOH yang peningkatan H+ yang mengakibatkan air
dilanjutkan untuk tahap selanjutnya, yaitu lebih mudah berpenetrasi ke dalam serat
proses hidrolisis adalah 0,05%; 0,10%; kolagen melalui gaya elektrostatik antara
dan 0,30%. Perlakuan konsentrasi larutan gugus polar atau ikatan hidrogen dan
NaOH 0,30% mengandung protein antara gugus nonpolar dan atom (hidrasi
terlarut yang lebih besar dibandingkan liotrofik).

0,30
0,27 b

0,25 0,23 b
Kadar protein (mg/ml)

0,2 b
0,20

0,15
0,11 b
0,10

0,05

0,00
0,05 0,10 0,20 0,30
Konsentrasi NaOH
Gambar 1 Kadar protein terlarut dalam larutan NaOH sisa
perendaman daging S. variegatus

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 154


Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2

Karakteristik Kolagen N1A2 tetapi tidak berbeda nyata dengan


Rendemen perlakuan N3A1 (α=0,05). Perlakuan
Rendemen menunjukkan keefektifan NA tidak memberikan pengaruh nyata
proses ekstraksi. Rendemen kolagen terhadap kadar air kolagen (α=0,05), karena
S. variegatus yang dihasilkan dari semua perlakuan kolagen dikeringkan
perlakuan konsentrasi NaOH dan secara bersamaan menggunakan freeze
CH3COOH dapat dilihat pada Gambar 2. dryer. Kadar abu N1A1 berbeda nyata
Perlakuan konsentrasi NaOH dan dengan perlakuan N1A2 dan N3A1.
CH3COOH (NA) memberikan pengaruh Kadar abu yang rendah sangat diharapkan
berbeda nyata terhadap rendemen kolagen untuk mendapatkan kolagen berkualitas
yang dihasilkan (α=0,05). Kolagen dengan terbaik. Kandungan Pb, Hg dan As dari
tiga rendemen tertinggi diperoleh dari kolagen N1A1, N2A1 dan N3A1 berada di
perlakuan N1A1 (1,94%), N1A2 (1,56%), bawah batas maksimum cemaran logam
dan N3A1 (1,50%). Tiga perlakuan berat yang ditetapkan oleh BSN (2014),
dengan rendemen tertinggi (N1A1, sehingga aman digunakan untuk aplikasi
N1A2, dan N3A1) dianalisis lebih lanjut pada produk pangan maupun nonpangan.
untuk menentukan perlakuan terbaik Berdasarkan hasil analisis komposisi
berdasarkan komposisi kimia dan logam kimia dan logam berat kolagen dengan
beratnya. RAL, mutu kolagen terbaik dihasilkan dari
perlauan N3A1 (Tabel 2) karena memiliki
Komposisi Kimia dan Logam Berat kadar protein tinggi dan abu yang paling
Komposisi kimia dan logam berat rendah. Kandungan protein S. variegatus
kolagen S. variegatus dapat dilihat pada lebih kecil dibandingkan kolagen kulit
Tabel 2. Hasil Uji DMRT menunjukkan ikan pari (86,97%), serta kadar air 11,78%
bahwa kadar protein pada perlakuan dan abu 0,17% (Nur’aenah 2012). Kolagen
N1A1 berbeda nyata dengan perlakuan daging S. variegatus mengandung kadar

2,50

1,94 e
2,00
Rendemen kolagen (%)

1,56 f 1,5 d
1,50
1,23 c

1,00
0,72 b
0,56 a
0,50

0,00
N1A1 N1A2 N2A1 N2A2 N3A1 N3A2
Perlakuan

Gambar 2 Rendemen kolagen (bb) dari perlakuan beberapa konsentrasi


Keterangan: NaOH 0,05% dan CH3COOH 0,10% (N1A1), NaOH 0,05% dan CH3COOH 0,30% (N1A2),
NaOH 0,10% dan CH3COOH 0,10% (N2A1), NaOH 0,10% dan CH3COOH 0,30% (N2A2),
NaOH 0,30% dan CH3COOH 0,10% (N3A1), NaOH 0,30% dan CH3COOH 0,30% (N3A2)

155 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2 Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al.

Tabel 2 Komposisi kimia dan logam berat dari kolagen S. variegatus


Kolagen Syarat mutu
Parameter
Satuan kolagen
uji N1A1 N1A2 N3A1 (BSN 2014)
Protein % 68,54 ± 0,59a 63,66 ± 0,84b 67,68 ± 0,42a ≥ 75
Air % 13,65 ± 0,16a 12,27 ± 0,12a 13,64 ± 0,26a ≤ 12
Abu % 6,70 ± 0,36a 5,33 ± 0,16b 4,15 ± 0,47c ≤1
Pb mg/kg < 0,005* < 0,005* < 0,005* ≤ 0,4
Hg mg/kg < 0,002* < 0,002* < 0,002* ≤ 0,5
As mg/kg < 0,002* < 0,002* < 0,002* ≤1
Keterangan: *limit deteksi AAS

protein lebih rendah, kadar abu dan air 1690-1600 cm-1 yang menunjukkan
lebih tinggi dari syarat mutu kolagen yang vibrasi streching C=O. Frekuensi bilangan
ditetapkan oleh BSN (2014). gelombang amida I berkaitan dengan
struktur sekunder protein. Muyonga et al.
Analisis Gugus Fungsi dengan (2004) menyatakan bahwa amida I terdiri
FTIR dari empat komponen struktur sekunder
Hasil Fourier Transform Infrared protein, yaitu α-heliks, β-sheet, β-turn,
Spectrophotometer (FTIR) kolagen terbaik dan random coil yang saling bertumpang
(N3A1) menunjukkan puncak-puncak tindih. Kong dan Yu (2007) menyatakan
serapan tersebar pada wilayah serapan bahwa komponen α-heliks ditunjukkan
amida A, amida B, amida I, amida II, pada wilayah serapan antara 1654 dan
dan amida III (Gambar 3). Keberadaan 1658 cm-1; β-sheet pada = 1624-1642
amida A dan B pada kolagen S. variegatus cm-1; β-turn pada = 1666, 1672, 1680,
ditunjukkan pada bilangan gelombang 1688 cm-1; dan random coil pada = 1648±2
3417,27 cm-1 dan 2926,30 cm-1 (Tabel 3). cm-1. Berdasarkan puncak serapan Amida
Coates (2000) menyatakan bahwa serapan I (1656,57 cm-1), kolagen S. variegatus
amida B ini terbentuk dari asimetrikal memiliki struktur α-heliks.
stretching CH2 dengan wilayah serapan Spektra amida A dan amida I kolagen
antara 2935-2915 cm-1. Puncak amida dari sisik grass carp amida A dan amida
I kolagen S. variegatus ditemukan pada I ditemukan pada bilangan gelombang
bilangan gelombang 1656,57 cm-1. 3323 cm-1 dan 1654 cm-1 (Li et al. 2008).
Menurut Kong dan Yu (2007), amida I Kolagen dari kulit young Lates niloticus
memiliki wilayah serapan pada kisaran memiliki bilangan gelombang amida A

Tabel 3 Wilayah serapan FTIR kolagen


Bilangan
Wilayah
Amida gelombang Keterangan Referensi
serapan (cm­)
(cm-1)
Amida A 3417,27 3440-3400 vibrasi stretching NH Sai dan Babu (2001)
Amida B 2926,30 2935-2915 asimetrikal stretching CH2 Coates (2000)
Amida I 1656,57 1690-1600 vibrasi streching C=O Kong dan Yu (2007)
Amida II 1550,08 1575-1480 CN sterching, NH bending Kong dan Yu (2007)
Amida III 1239,15 1301-1229 CN sterching, NH bending Kong dan Yu (2007)

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 156


Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2

Gambar 3 Spektra FTIR kolagen

dan amida I pada 3434 cm-1 dan 1650 bentuk menjadi gulungan dan akhirnya
cm-1 (Muyonga et al. 2004). Perbedaan kolagen terdegradasi menjadi gelatin
band yang ditemukan diduga karena (Gómez-Guillén et al. 2011).
adanya perbedaan spesies dan struktur
molekul kolagen (Matmaroh et al. 2011). Analisis Termal
Hasil spektra FTIR menunjukkan ngga terjadi perubahan bentuk
bahwa amida II dan III kolagen hasi menKurva termogram Differential
penelitian berturut-turut memiliki Scanning Calorimetry (DSC) kolagen
bilangan gelombang 1550,08 cm-1 dan terbaik (N3A1) S. variegatus memiliki dua
1239,15 cm-1. Amida III ditemukan pada puncak eksotermis. Puncak eksotermis ke
bilangan gelombang 1301-1229 cm-1 yang I menunjukkan transisi gelasi dari kolagen
menunjukkan interaksi intermolekuler akibat terputusnya ikatan hidrogen yang
pada kolagen yang berkaitan dengan mengarah pada pembentukan polimer
CN sterching dan NH bending amorf yaitu gelatin, dimana transisi gelasi
(Kong dan Yu 2007). kolagen terjadi pada suhu 100,94°C.
Intensitas rasio antara band amida III Puncak eksotermis ke II merupakan suhu
dan band 1450 cm-1 adalah 1,17. Intensitas transisi maksimum yang menunjukkan
rasio tersebut menunjukkan struktur puncak melting bahan. Kolagen memiliki
triple helix pada kolagen. Nilai rasio T.max pada suhu 163,67°C, sedangkan
yang mendekati 1,0 menandakan bahwa suhu awal dan akhir pelelehannya
kolagen tersebut memiliki struktur triple berturut-turut: 162,51°C dan 173,33°C
helix (Matmaroh et al. 2011). Kolagen yang (Gambar 4).
dihasilkan tidak terdegradasi menjadi Ahmad dan Benjakul (2010)
gelatin yang ditandai dengan masih mengatakan penggunaan CH3COOH
terdapatnya struktur triple helix. Proses mengakibatkan terputusnya ikatan
kerusakan ikatan hidrogen dan kovalen hidrogen intramolekul yang merupakan
karena pemanasan >45°C mengakibatkan penstabil struktur triple helix kolagen.
terganggunya stabilitas struktur triple Menurut Samouillan et al. (2011), bentuk
helix kolagen sehingga terjadi perubahan akhir kolagen juga berpengaruh terhadap

157 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2 Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al.

Gambar 4 Kurva termogram DSC kolagen S. variegatus

suhu denaturasi kolagen. Kolagen tipe I asam maupun basa setelah perendaman.
dari urat sapi dalam bentuk terliopilisasi Proses penetralan yang baik menghasilkan
menunjukkan Tmax yang lebih tinggi pH akhir yang mendekati pH netral. Nilai
dibandingkan dalam bentuk hydrated pH kolagen sesuai dengan standar kolagen
dengan suhu berturut-turut 225°C dan yang ditetapkan oleh BSN (2014) dengan
78,3°C. kisaran nilai 6,5-8. Peng et al. (2004)
melaporkan nilai pH pada beberapa merk
pH kolagen berkisar antara 3,8-4,7. Perbedaan
Hasil pengukuran pH menunjukkan nilai pH kolagen tersebut dapat disebabkan
bahwa kolagen terbaik (N3A1) perbedaan jenis dan konsentrasi asam atau
S. variegatus bersifat netral (7,37) karena basa yang digunakan selama perendaman.
setelah pretreatment dengan NaOH
dan hidrolisis dengan CH3COOH Derajat Putih
dilakukan proses netralisasi. Netralisasi Warna kolagen merupakan salah satu
mempengaruhi pH akhir kolagen karena karakter fisik yang menentukan kualitas.
proses tersebut dapat mengurangi residu Kolagen berkualitas baik memiliki
Jummlah (%)

Asam amino
Gambar 5 Komposisi asam amino pada kolagen daging S. variegatus

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 158


Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2

warna dasar putih dengan derajat putih solubilized collagen (PSC) dari S. japonicus
mendekati 100%. Hasil pengukuran yaitu 10,90% dan 10,39% (Saito et al. 2002;
menunjukkan kolagen perlakuan Cui et al. 2007).
terbaik (N3A1) S. variegatus memiliki
derajat putih 69,01%. Shon et al. (2011) KESIMPULAN
menyatakan bahwa kolagen dari kulit ikan Kolagen daging S. variegatus
pari (Raja kenojei) memiliki derajat putih memiliki rendemen 1,5% (bb) yang
88,4%. Kolagen dan nanopartikel kolagen diproduksi dengan perlakuan terbaik,
dari kulit ikan pari memiliki derajat putih yaitu konsentrasi larutan NaOH 0,3%
yang berbeda masing-masing: 72,48% dan larutan asam asetat 0,1%. Kolagen
dan 60,03% (Nur’aenah 2012). Perbedaan mengandung air 13,64%; protein 67,68%;
warna kolagen berkaitan dengan abu 4,15%; derajat putih 69,25%; suhu
tingkat efektivitas proses pretreatment puncak pelelehan 163,67°C dan pH
yaitu pelepasan pigmen selama proses 7,37. Kandungan logam berat (Pb, Hg,
perendaman dengan NaOH. As) berada di bawah limit deteksi AAS.
Kolagen memiliki struktur triple helix.
Komposisi Asam Amino Komposisi asam amino utama pada
Komposisi asam amino yang utama kolagen S. variegatus adalah glisin, alanin,
pada kolagen daging S. variegatus yaitu prolin dan asam glutamat.
glisina (11,35%), alanina (11,78%), asam
glutamat (10,10%) dan prolina (7,41%) DAFTAR PUSTAKA
(Gambar 5). Molekul dasar kolagen Ahmad M, Benjakul S. 2010. Extraction
terbentuk dari tiga rantai polipeptida yang and characterisation of pepsin
saling berpilin membentuk struktur triple solubilized collagen from the skin
helix dengan susunan asam amino yang of unicorn leather jacket (Aluterus
khas yaitu Gly-X-Y, pada posisi X adalah monocerous). The Journal of Food
prolin dan posisi Y adalah hidroksiprolin Chemistry 120: 817-824.
(Friess 1998). Cui et al. (2005) menyatakan Andirisnanti WA. 2012. Uji manfaat
bahwa pepsin solublilized collagen (PSC) ekstraksi kolagen kasar dari teripang
dari S. japonicus memiliki kandungan Stichopus hermanni sebagai bahan
glisin 32,87%, alanin 11,06%, dan prolin pelembab kulit [tesis]. Jakarta (ID):
9,47%. Friess (1998) menyatakan bahwa Universitas Indonesia.
asam amino glisin terdapat pada setiap [AOAC] Association of Official Analytical
posisi ketiga susunan asam amino Chemyst. 1995. Official Method of
triple heliks kolagen (Gly-X-Y), dimana Analysis of The Association of Official
35% dari asam amino penyusun triple Analytical of Chemist. Arlington (US)
heliks kolagen merupakan prolin dan : Published by The Association of
hidroksiprolin. Glisin berperan dalam Official Analytical Chemist. Inc.
mengurangi hambatan sterik dan memicu [AOAC] Association of Official Analytical
interaksi ikatan hidrogen dalam rantai Chemist. 2005. Official Methods of
helix (Fontaine-Vive et al. 2009). Analysis (18 Edn). Mayland (US):
Kolagen dari S. variegatus Published by The Association of
mengandung isoleusin dan fenilalanin Official Analytical Chemist Inc.
dalam jumlah kecil yaitu 1,58% dan [BSN] Badan Standardisasi Nasional.
1,88%. Asam glutamat yang tinggi pada 1998. Cara uji cemaran arsen dalam
kolagen tidak hanya terkandung pada makanan: SNI 4866-1998. Jakarta:
daging S. variegatus, tetapi juga Pepsin- Badan Standardisasi Nasional.

159 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2 Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Functional and bioactive properties of


Cara uji kimia Bagian 6: Penentuan collagen and gelatin from alternative
kadar logam berat merkuri (Hg) pada sources: A review. The Journal of Food
produk perikanan: SNI 2354-2006. Hydrocolloids 25:1813-1827.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Hinterwaldner R. 1977. Raw material.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Di dalam: Ward AG dan Courts A,
Cara uji kimia Bagian 7: Penentuan editor. The Science and Technology of
kadar logam berat timbal (Pb) pada Gelatin. New York: Academic Press.
produk perikanan: SNI 2354-2006. Jaswir I, Monsur HA, Salleh HM. 2011.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Nano-structural analysis of fish
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. collagen extracts for new process
2009. Batas maksimum cemaran development. African Journal of
logam berat dalam pangan: SNI 7387- Biotechnology 10(81):18847-18854.
2009. Jakarta: Badan Standardisasi Karim AA dan Bhat R. 2009. Fish gelatin:
Nasional. properties, challenges, and prospects
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2014. as an alternative to mammalian
Kolagen kasar dari sisik ikan- Syarat gelatins. The Journal of Food
mutu dan pengolahan: SNI 8076- Hydrocolloid 23:563-576.
2014. Jakarta: Badan Standardisasi Kittiphattanabawon P, Benjakul S,
Nasional. Visessanguan W, Nagai T, Tanaka M.
Coates J. 2000. Interpretation of infrared 2005. Characterisation of acid-soluble
spectra, a practical approach. Di dalam: collagen from skin and bone of bigeye
Meyers RA, editor. Encyclopedia of snapper (Priacanthus tayenus). The
Analytical Chemistry. Chichester: Journal of Food Chemistry 89:363–372.
John Wiley & Sons Ltd. Kittiphattanabawon P, Benjakul S,
Cui FX, Xue CH, Li ZJ, Zhang YQ, Dong P, Visessanguan W, Kishimura
Fu XY, Gao X. 2007. Characterization H, Shahidi F. 2010. Biomedical
and subunit composition of collagen applications of collagen. Isolation and
from the body wall of sea cucumber Characterisation of collagen from
Stichopus japonicus. The Journal of the skin of brownbanded bamboo
Food Chemistry 100:1120–1125. shark (Chiloscyllium punctatum). The
Draelos ZD dan Thaman LA. 2006. Journal of Food Chemistry 119:1519–
Cosmetic Science and Technology 1526.
Series. Volume ke-30, Cosmetic Kołodziejska I, Skierka E, Sadowska M,
Formulation of Skin Care Products. Kołodziejski W, Niecikowska C.
New York: Taylor & Francis Group. 2008. Effect of extracting time and
Fontain-Vive F, Merzel F, Johnson MR, temperature on yield of gelatin from
Kearley GJ. 2009. Collagen and different fish offal. The Journal of Food
component polypeptides: Low Chemistry 107:700-706.
frequency and amide vibrations. Kong J, Yu S. 2007. Fourier transform
Chemical Physics 355:141–148. infrared spectroscopic analysis of
Friess W. 1998. Collagen – biomaterial protein secondary structures. Acta
for drug delivery. European Journal of Biochimica et Biophysica Sinica
Pharmaceutics and Biopharmaceutics 39(8):549-559.
45:113-136. Lee CH, Singla A, Lee Y. 2001. Biomedical
Gómez-Guillén MC, Giménez B, López- applications of collagen. International
Caballero ME, Montero MP. 2011. Journal of Pharmaceutics 221:1-22

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 160


Ekstraksi dan Karakterisitik Kolagen, Alhana et al. JPHPI 2015, Volume 18 Nomor 2

Li CM, Zhong ZH, Wan QH, Zhao Biochemistry and Physiology Part B:
H, Gu HF, Xiong SB. 2008. Biochemistry and Molecular Biology
Preparation and thermal stability of 128(1):81-90.
collagen from scales of grass carp Samouillan V, Delaunay F, Dandurand
(Ctenopharyngodon idellus). European J, Merbahi N, Gardou JP, Yousfi M,
Food Research and Technology Gandaglia A, Spina M, Lacabanne C.
227(5):1467–1473. 2011. The Use of thermal techniques
Martianingsih N dan Atmaja L. 2009. for the characterization and selection
Analisis sifat kimia, fisik, dan termal of natural biomaterials. The Journal of
gelatin dari ekstraksi kulit Ikan pari Functional Biomaterials 2:230-248.
(Himantura gerrardi) melalui variasi Saito M, Kunisaki N, Urano N, Kimura
jenis larutan asam. Prosiding KIMIA S. 2002. Collagen as the major edible
FMIPA – ITS. component of sea cucumber. The
Matmaroh K, Benjakul S, Prodpran Journal of Food Science 67:1319–1322.
T, Encarnacion A, Kishimura H. Shon J, Ji-Hyun E, Hwang SJ, Jong-Bang E.
2011. Characteristics of acid soluble 2011. Effect of processing conditions
collagen and pepsin soluble collagen on functional properties of collagen
from scale of spotted golden goatfish powder from Skate (Raja kenojei)
(Parupeneus heptacanthus). The skins. The Journal of Food Science
Journal of Food Chemistry 129:1179- Biotechnology 20(1):99-106.
1186. Singh P, Benjakul S, Maqsood S, Kishimura
Mehmet A, Hüseyin S, Bekir T, Yilmaz E, H. 2010. Isolation and characterisation
Sevim K. 2011. Proximate composition of collagen extracted from the skin
and fatty acid profile of three different of striped catfish (Pangasianodon
fresh and dried commercial sea hypophthalmus). The Journal of Food
cucumbers from Turkey. International Chemistry 124:97-105.
Journal Food Science Technology. 46: Skierka E dan Sadowska M. 2007. The
500–508. influence of different acids and pepsin
Muyonga JH, Cole CGB, Duodu KG. 2004. on the extractability of collagen from
Fourier transform infrared (FTIR) the skin of Baltic cod (Gadus morhua).
spectroscopic study of acid soluble The Journal of Food Chemistry
collagen and gelatin from skins and 105:1302-1306.
bones of young and adult Nile perch Steel RGD dan Torrie JH. 1993. Prinsip dan
(Lates niloticus). The Journal of Food Prosedur Statistika, SuatuPendekatan
Chemistry 86:325-332. Biometrik. Sumantri B, penerjemah.
Nur’aenah N. 2012. Ekstraksi dan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Karakterisasi kolagen dan Terjemahan dari: Principles and
nanopartikel kolagen dari kulit ikan Procedures of Statistics.
pari (Pastinachus solocirostris) sebagai Zhang F, Wang A, Li Z, He S, Shao L. 2011.
bahan baku kosmetik [tesis]. Bogor: Preparation and Characterisation of
Institut Pertanian Bogor. collagen from Freshwater Fish Scales.
Peng Y, Glattauer V, Werkmeister JA, The Journal of Food and Nutrition
Ramshaw JAM. 2004. Evaluation Science 2:818-823.
for collagen products for cosmetic Zhou P dan Regenstein JM. 2005. Effects
application. The Journal of Cosmestic of alkaline and acid pretreatments on
Science 55:327-341. alaska pollock skin gelatin extraction.
Sai KP dan Babu M. 2001. Studies on Rana The Journal of Food Science 70(6): 392-
tigerina skin collagen. Comparative 396.
161 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai