Anda di halaman 1dari 5

Lesson study (plan, do, see/refleksi, dan manfaat kolaborasi)

Lesson study merupakan model pembinaan profesi guru dengan menerapkan tiga
prinsip pembelajaran, yakni perencanaan (plan), pelaksanaan (do), refleksi (see),
Depdiknas, Depag, JICA (2009:2). Pembelajaran lesson study diharapkan dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Lesson study pertama kali dikembangkan
oleh guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah
kenkyuu jugyo, Thobrani dan Musthofa (2011:315).
1. Plan
Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan (Plan) secara kolaboratif yang bertujuan
untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa secara aktif berdasarkan
kaidah learner centered dan learning centered. Plan dalam lesson study merupakan salah
satu prinsip pertama dalam membuat pembelajaran. Dalam plan pembelajaran yang baik
adalah pembelajaran yang di rencanakan. Sebelum merencanakan pembelajaran sebaiknya,
mencari tujuan pembelajaran tersebut. Plan bersifat konkret (harus di bahasakan). Rencana
pembelajaran adalah serangkaian strategi yang disusun secara maju, berkelanjutan dan
digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran khususnya yang telah
ditetapkan (wawan s. suherman, 2001: 127).
Perencanaan Pembelajaran menurut Abdul Majid (2005: 17) diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan
metode pengajaran serta penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada
masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salah satu contoh dalam
menyusun materi pembelajaran dengan lesson study: Pertama, perlu memahami siswa
terlebih dahulu. Berawal dari yang membuat siswa merasa tidak suka dengan materi
pembelajaran. Dengan menemukan masalah tersebut, selanjutnya mencari cara supaya
siswa tersebut tertarik dengan pembelajaran tersebut. Penyusunan materi sebaiknya
dilakukan dengan bersama-sama (berkolaborasi), dengan cara berkolaborasi ini akan
menciptakan materi pembelajaran yang menarik. Kedua, menentukan sasaran pembelejaran
khususnya siswa yang kurang aktif dalam kelas. Ketiga, setelah menentukan sasaran
pembelajaran kemudian menyusun sebuah materi, dalam menyusun materi lesson studi
mempunyai langkah-langkah antara lain mengenali siswa dengan apa yang dapat
memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran seperti memberikan kode atau
pancingan pada siswa. Setelah pertanyaan sudah di jawab siswa kemudian guru model
meluruskan jawabanya. Jadi, Pada tahap ini dalam pembelajaran lesson study perlu
melibatkan siswa dalam pembelajaran karena pusat pembelajaran ada di siswa.
2. Do
Do merupakan prinsip kedua dari lesson study. Do merupakan tahap pelaksanaan
dalam pembelajaran lesson study. Menurut Roy R.Lefrancois (dikutip oleh Dimyati
Mahmud), menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah pelaksanaan strategi-
strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam plan siswa
diharapkan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran
bisa tercapai. Di dalam do, siswa juga aktif mengikuti proses pembelajaran yang diberikan
guru model.
Tahap pelaksanaan/ do ini biasanya dilakukan dengan open class. Pada tahap ini semua
perencanaan yang telah dirancang pada tahap plan dipraktikkan oleh guru model dan guru
lain berperan sebagai observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang dipraktikkan
oleh guru model. Menurut Probosari, dkk (2012) kegiatan yang dilakukan pada open lesson
(do) adalah implementasi Rpp dan pengamata ooleh tim observer. Sebelum kegiatan do
dimulai biasanya para guru peserta lesson study melakukan breafing terlebih dahulu.
Pada proses pembelajaran, guru model hendaknya berorientasi pada prinsip bahwa
siswa hendaknya aktif, kreatif, saling membelajarkan dan setiap siswa berhak untuk belajar.
Selain itu sedapat mungkin guru patuh melaksanakan skenario pembelajaran yang telah
disusun bersama. Namun demikian ketika proses pembelajaran berlangsung bisa saja
situasi dan kondisi berubah, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kondisi demikian,
guru model hendaknya memiliki kepekaan dan kreatifitas untuk mengatasi masalah yang
dihadapi, agar siswa lebih aktif, kreatif dan saling membelajarkan, karena skenario sesuai
dengan keadaan. Masalah yang muncul di dalam tahap ini, biasanya pertanyaan siswa tidak
bisa di bayangkan atau keluar dari rencana yang sudah dibuat. Hal ini membuat guru model
harus mempunyai strategi khusus jika siswa bertanya diluar rencana yang sudah dibuat.
Jika siswa sudah merasa bosan dengan suasana pembelajaran guru model sebaiknya sudah
meyiapkan plan dalam mengatasi masalah tersebut. Misalnya, guru membuat ice breaking
atau memebrikan game di selah-selah pembelajaran. Dalam tahap pelakasanaan guru model
berpengaruh besar dalam mewujudkan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan.
Dalam pencapain tujuan pembelajaran guru model perlu menguasai materi yang sudah
direncanakan.
3. Refleksi (See)
Refleksi/see merupakan prinsip ketiga dalam lesson study. Tahap ini merupakan tahap
dimana guru dan siswa menceritakan kembali atau mengevaluasi pembelajaran yang sudah
di sampaikan. Setelah itu guru mengevaluasi kekurang yang ada dan mencari solusi agar
kekuarangan tersebut dapat teratasi. Di dalam see, bisa diketahui kekurangan dan kelebihan
siswa dalam proses pembelajaran, sehingga bisa diberikan pemahaman terhadap siswa
yang masih belum sempurna memahami materi pelajaran.
Menurut Djamilah (2006), dengan pemahaman bahwa lesson study adalah forum untuk
saling belajar dalam upaya mengembangkan kompetensi masing-masing anggota tim, maka
semangat dalam tahap refleksi ini adalah secara bersama-sama menemukan solusi untuk
masalah yang muncul agar pembelajaran berikutnya dapat dipersiapkan dan dilaksanakan
dengan lebih baik. Pada tahap ini seluruh peserta lesson study membentuk forum diskusi
yang dipimpin oleh seorang moderator dimana setelah kegiatan dibuka oleh moderator
dilanjutkan dengan penyampaian kesan oleh guru model saat melakukan kegiatan
pembelajaran pada tahap do. Guru lain yang bertugas sebagai observer juga menyampaikan
hasil pengamatan mereka terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru
model. Masalah yang ada dipecahkan secara bersama, dan solusinya dipakai sebagai bahan
masukkan untuk pembelajaran setiap guru dimasing-masing sekolah tempat mereka
bertugas dan itu diartikan sebagai tahap tindak lanjut dari kegiatan lesson study.
4. Manfaat Kolaborasi plan, do, see
Pembelajaran kolaboratif (Colaborative Learning) merupakan model pembelajaran
yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar (Yufiarti dalam Sulhan,
2006:69). collaborative learning merupakan salah satu strategi pembelejaran yang
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar. Dalam strategi tersebut lebih memfokuskan
bagaimana memaksimalkan partisipasi dan keaktifan dalam pembelajaran serta bagaimana
siswa dapat mengkonstruksi sendiri ilmu pengetahuan untuk menjadi miliknya. Dalam
strategi ini, peran guru cenderung menjadi fasilitator, motivator, dan membimbing
menemukan alternatif pemencahan bila terjadi siswa mengalami kesulitan belajar. Menurut
Lewis (Akihito Takashi, 2006), lesson study mempromosikan dan mengelola kerja
kolaboratif antar guru dengan memberi dukungan dan intervensi sistematik. Selama lesson
study, para guru berkolaborasi untuk:
1. merumuskan tujuan-tujuan jangka panjang untuk pengembangan dan belajar siswa;
2. merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang berdasar pada penelitian dan
observasi untuk mengaplikasikan tujuan-tujuan jangka panjang ke dalam praktek-
praktek kelas untuk isi-isi akademik khusus;
3. mengobservasi secara hati-hati tingkat belajar siswa, keterlibatan mereka, dan perilaku
mereka selama pembelajaran
4. melaksanakan diskusi setelah pembelajaran bersama kelompok kolaboratif
5. mereka untuk mendiskusikan dan merevisi pembelajaran yang sesuai.
Dalam lesson study pembelajaran dengan menggunakan metode kolaboratif dapat
membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Azis et al. (2013) dan Faisal et al.
(2013) menunjukkan bahwa pembelajaran kolaboratif dengan lesson study mampu
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Selain itu manfaat yang didapat dalam pembelajaran
kolaboratif antara lain: belajar lebih bervariasi karena murid bisa bertukar pikiran sesuai
kemampuannya yang dimiliki, guru lebih mudah karena bertindak sebagai fasilitator dan
meluruskan jika terjadii kesalahan. Meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi siswa
dalam belajar. Guru mendapat pengalaman baru karena saling berkolaborasi dengan guru
lain. Guru dapat memecahkan masalah dan mengatasinya. Dalam lesson study, kita melihat
apa yang terjadi dalam pembelajaran lebih objektif dan itu membantu kita memahami ide-
ide penting tanpa harus lebih memperhatikan isu-isu lain dalam kelas kita” (Murata &
Takahashi, 2002).

Daftar Pustaka
Abdul, Majid. 2005. Perencanaan Pembelajaran dan Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Azis, Adnan, Muis, Mussawir, dan Faisal. 2013. Penerapan Pembelajaran Kolaboratif untuk
Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 melalui Lesson Study Berbasis
Sekolah Di SMA Negeri 8 Makassar. Jurnal Bionature. 14 (1): 39.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamilah BW. 2006. Pengembangan Kompetensi Guru Matematika Melalui Lesson Study.
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dan Konferensi nasional Matematika
di Universitas Negeri Semarang pada 24 – 27 Juli 2006.
Depdiknas, Depag dan JICA. 2009. Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan
Lesson Study Berbasis Sekolah. Jakarta: Program Peningkatan Kualitas (PELITA
SMP/MTs).
Depdiknas, Depag dan JICA. 2009. Panduan untuk Peningkatan Proses Belajar dan Mengajar.
Thobrani, Muhammad dan Musthofa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Wawan S. Suherman. (2001). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani. Yogyakarta:
FIK UNY.

Anda mungkin juga menyukai