Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jamur adalah jenis tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki

klorofil, sehingga jamur tidak mampu membentuk makananannya sendiri.

Untuk kelangsungan hidupnya jamur tergantung pada mikroorganisme lain

oleh karena itu bersifat heterotrofik. Sifat ketergantungan ini maka jamur

dapat berperan sebagai saprofit bila tidak merugikan hospesnya dan

berperan sebagai parasit bila merugikan spesiesnya. Di alam bebas

terdapat 200.000 spesies jamur tetapi hanya sekitar 100 spesies yang

bersifat patogen pada manusia.Jamur bersifat aportinsik artinya dimana

seorang mudah terkena penyakit tertentu, maka jamur yang memasuki

tubuh mampu menimbulkan kelainan-kelainan. (Widarti, 2009).

Untuk pertumbuhan jamur memerlukan kondisi habitat yang

mempunyai kelembaban tinggi tersedianya bahan organik dan tersedianya

oksigen yang cukup untuk kelangsungan hidupnya. Ada beberapa faktor

yang mempengaharuhi pertumbuhan jamur yaitu air, sumber nutrient,

temperature, kelembaban, cahaya dan nilai kontaminasi.Peran ekologi dari

jamur yaitu dalam dinamika air/drainase, siklus hara dan pengendalian

penyakit. Bersama dengan bakteri, jamur berperan penting dalam proses

dekomposisi pada rantai makanan di tanah. Jamur dapat mengkonversi

bahan organik menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan oleh organisme


2

lain. Hifa jamur secara fisik berfungsi sebagai perekat pada agregat tanah

sehingga dapat memperbaiki stabilitas agregat tanah. Berdasarkan arti

pentingnya di alam yang telah disebut di atas maka jamur secara

fungsional dikelompokan sebagai patogen atau parasit, perombak

(decomposer) dan mutualis.

Jamur kontaminan sporanya biasanya tersebar dimana-mana, dan

spora ini akan tumbuh pada substrat atau media tertentu apabila

lingkungannya memungkinkan. Syarat pertumbuhan jamur meliputi faktor-

faktor fisik dan khemik, yaitu tersedia cukup zat organik, tersedia oksigen,

berada dalam suasana gelap dan lembab, dan berada dalam kondisi

temperatur yang optimal. Contoh jamur kontaminan yang sering ditemukan

adalah Rhizopus sp, Aspergillus sp, Mucorsp,Penicilium sp dan lain-lain.

Jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan

lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu

tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya

terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di

kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini

segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan

jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan

jamur kuping.Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil

sehingga bersifat heterotrof.(Kumala,W.2006)


3

Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan

cara generatif.Selain itu memiliki berbagai macam cara untuk

berkembangbiak, jamur juga terdiri dari aneka macam jenis baik yang

bermanfaat maupun yang berbahaya/beracun. Saat ini sebagian

besar jamur yang dibudidayakan masyarakat adalah jamur yang

bermanfaat, khususnya jamur konsumsi yang bisa dimakan atau

dimanfaatkan sebagai obat.Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat

bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Cara hidup jamur

lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme.

Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari

organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi

simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat

pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan

atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacam macam lingkungan dan

berasosiasi dengan banyak organisme.Meskipun kebanyakan hidup di

darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan

organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau

saprofit.(Deacon,J.2004)

Penularan jamur terjadi oleh spora yang dilepaskan penderita mycosis

bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana di

tanah, antara lain pada debu rumah dan juga diudara, terutama
4

dilingkungan yang panas dan lembab, ditempat banyak orang berjalan

tanpa alas kaki.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah

sebagai berikut: Apakah terdapat jamur kontaminan pada karpet yang

terdapat di mushollah Al Misbah Universitas Indonesia Timur Makassar?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada atau tidaknya jamur kontaminan pada

karpet yang terdapat di mushollah Al Misbah Universitas Indonesia

Timur Makassar

2. Tujuan Khusus

Untuk mengidentifikasi jamur kontaminan pada karpet yang

terdapat di mushollah Al Misbah Universitas Indonesia Timur

Makassar.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas mengenai jamur

Kontaminan dan permasalahannya.

2. Bagi Akademik

Memberikan sumbangsih keilmuan bagi almamater Universitas

Indonesia Timur Makassar khususnya pada mata kuliah Mikologi.


5

3. Bagi Penelitian

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan

khusnya mata kuliah Mikologi.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jamur

1. Pengertian Jamur

Jamur adalah jenis tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki

klorofil, sehingga jamur tidak mampu membentuk makanannya sendiri.

Untuk kelangsungan hidupnya jamur tergantung pada mikroorganisme

lain oleh karena itu bersifat heterotrofik. Sifat ketergantungan ini maka

jamur dapat berperan sebagai saprofit bila tidak merugikan hospesnya

dan berperan sebagai parasit bila merugikan spesiesnya.(Widarti,

2009).

Jamur adalah tumbuhan berbentuk sel atau benang bercabang,

mempunyai dinding dan selulosa atau kitin atau keduanya, mempunyai

protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti. Tidak mempunyai

klorofil dan berkembang biak secara seksual maupun aseksual atau

keduanya (Srisasi, 2007).

Jamur merupakan mikroba multiseluler yang banyak dimanfaatkan

manusia dalam fermentasi maupun budidaya.Dalam bidang fermentasi

umumnya yang digunakan adalah jamur yang berbentuk hifa dan

dikenal dengan sebutan jamur. Contohnya pada pembuatan tempe,


7

angkak, dan kecap.Sedangkan yang dibudidayakan untuk diambil

badan buahnya dikenal sebagai cendawan, misalnya jarum tiram, jamur

merang, jamur kuping, dan sebagainya.(Hidayat, N.dkk Padaga,M,C dan

Suhartini,S. 2006)

Sebagian besar jamur atau kapang berkembang dengan pesat

pada suhu 20-400C.namun ada juga jamur yang berkembang pada suhu

40-500C, Misalnya Aspergillus Candidus sehingga dapat menyebabkan

kerusakan pada saat penyimpanan. Sebaliknya panicilium dapat

berkembang dengan perlahahn-lahan pada suhu 20C asalkan kadar air

cukup tinggi.(Rizal,S. 2006).

2. Klasifikasi Jamur

Berdasarkan evolusinya, bahwa jamur adalah kelanjutan

bakteri.Pada klasifikasi ini dimulai dari kingdom, yang anggotanya

termasuk dalam golongan bakteri. Jamur termasuk dalam golongan

thallophyta yang tidak berklorofil dan dibagi atas :

a. Filum Schizomycophyta (bakteri jamur tingkat rendah).

b. Filum Mixomycophyta (jamur lendir).

c. Filum Eumycophyta (jamur sejati).

Filum Eumycophyta terbagi atas empat kelas yaitu :

1) Kelas Phycometes (jamur ganggang).

2) Kelas Ascomycetes.
8

3) Kelas Deuteromycetes atau fungi infeksi (jamur tidak

sempurna).

4) Kelas Basdiomycetes.

Perbedaan yang penting diantara kelas Ascomycetes ialah

bahwa Miselium phycomycetes itu berupa tabung panjang yang

bersekat-sekat (Siregar, 2005).

3. Sifat umum jamur

Jamur menggunakan enzim untuk mengubah dan mencerna zat

organic, seperti hewan dan sebagian besar kuman, untuk hidupnya

memerlukan zat organik sebagai sumber energi, sehingga jamur disebut

sebagai jasad yang bersifat heterotrof.Hal ini berbeda dengan tumbuh-

tumbuhan yang bersifat autotrof karena klorofil sehingga dapat

membentuk karbohidrat dari air dan karbondioksida dengan bantuan

sinar matahari.Jamur menggunakan enzim untuk mengubah zat organik

untuk pertumbuhannya sehingga jamur merupakan saprofit atau parasit.

Seperti kuman, sistem enzim dapat mengubah selulosa, karbohidrat dan

zat organik lain yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, binatang,

serangga dan lain-lain yang mati menjadi zat anorganik yang

dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan. Sifat ini juga yang menimbulkan

kerusakan pada benda dan makanan sehingga menimbulkan kerugian

dan diperlukan biaya yang besar untuk mencegah kerusakan tersebut.


9

Dengan cara yang sama, jamur dapat masuk kedalam tubuh manusia

dan hewan sehingga menimbulkan penyakit.

Pada umumnya, jamur tumbuh dengan baik ditempat yang

lembab.Tetapi jamur juga dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, sehingga jamur dapat ditemukan disemua tempat

diseluruh dunia termasuk digurun pasir yang panas.(Rizal,S.2006).

4. Struktur dan Morfologi Jamur

Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri yang berguna

untuk mengenal apakah suatu organisme merupakan jamur atau

bukan.Organisme yang termasuk jamur bisa terdiri atas satu sel

maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel tunggal (uniseluler),

misalnya adalah ragi.Sedangkan jamur yang bersel banyak

(multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur

makroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat

dengan mikroskop, karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil.

contoh jamur mikroskpis multiseluler adalah Aspergillus sp. Dan

Penicillium sp.

Koloni jamur dapat dilihat secara mikroskopis, tetapi pada

kenyataannya masing-masing sel bersifat mikroskopis.Jamur tersusun

dari benang-benang memanjang dan berhubungan dari ujung-ujung,

benang ini dinamakan hifa. (Lisa,N. 2011).


10

Banyak anggota dari jamur yang hifanya dibatasi oleh adanya

dinding penyekat, disebut septa.Septa pada struktur hifa ini membagi

masing-masing hifa menjadi banyak sel dengan nukleus masing-

masing.Susunan semacam ini dinamakan hifa bersepta.Pada jamur

kelas tertentu dimana struktur hifanya tidak terdapat septa, sehingga

tampak sebagian satu sel yang memanjang dan terdapat nucleus dalam

jumlah yang banyak, hifa ini dinamakan hifa senosit.

Ukuran sel penyusun struktur hifa berbeda pada masing-masing

jenis jamur. Anggota jamur yang besar ada yang memiliki diameter 10-

20µm. hal ini yang membedakan antara sel jamur dan sel bakteri yang

hanya rata-rata memiliki diameter 1µm. panjang hifa berbeda-beda

tergantung dari berbagai faktor antara lain bagaimana jamur itu

ditumbuhkan. Dalam pemeriksaan menggunakan mikroskop kadang-

kadang hal ini menimbulkan kesalahan-kesalahan karena sifat hifa yang

lentur dan mudah patah, sehingga hifa tampak memendek dan

mengalami perubahan struktur. (Widarti. 2010).

Pada pertumbuhannya hifa jamur tersusun membelit-belit dan

membuat pola anyaman-anyaman berupa suatu massa yang

dinamakan miselium. Miselium ini dapat terlihat secara

makroskopis.Bentuk dan warna miselium juga bermacam-macam, hal

ini dapat membantu dalam identifikasi jamur.Warna pada koloni jamur

(miselium) dapat terbentuk setelah jamur membentuk spora.


11

5. Tinjauan Umum Jamur Kontaminan

Jamur kontaminan merupakan jamur yang dapat menyebebkan

kontaminasi dan dapat pula menyebebakan penyakit pada maunusia bila

ada faktor predisposisi, jamur kontaminan banyak di temukan sebagai

penyebab penyakit dan sering di masukkan sebagai jamur apertunis.

Jamur yang terdapat pada karpet adalah dalam bentuk spora. Spora

jamur merupakan alat reproduksi, baik seksual maupun aseksual. Tipe

spora jamur ini bermacam-macam, tergantung dari letak, ukuran dan

bentuknya misalnya konidiospora, zigospora, sporangiospora dan lain-

lain, sehingga dapat dipergunakan untuk membantu dalam identifikasi

jamur tersebut. Spora jamur kontaminan tersebar dimana-mana, termasuk

diantaranya bisa masuk kedalam tubuh manusia melalui kontak langsung,

inhalasi, trauma, melalui pencernaan makanan dan lain-lain. Selain itu,

jamur kontaminan ini sering menjadi masalah tersendiri dalam pekerjaan

laboratorium. Jenis jamur kontaminan yang umumnya menyerang baglog

jamur kontaminan salah satunya yaitu Trichoderma sp., jamur ini

menimbulkan bintik hijau khususnya pada jamur yang mati. Jenis lain

yang menyerang media pertumbuhan jamur yaitu Coprinus sp. dan

Penicillium sp., jenis jamur yang mengkontaminasi pada bagian substrat

yaitu Aspergillus sp. dan Penicillium sp., sedangkan jenis jamur yang

menyerang bagian miselia jamur yaitu Paecillomyces sp, Neurospora sp.

atau jamur oncom, berada pada baglog jamur dengan 2 kadar nutrisi yg
12

tinggi (biasanya > 20%), pemberian nutrisi dari pertumbuhan Neurospora

sp. ( Andoko dan Parjimo 2008).

Tumbuhnya jamur kontaminan dapat dikendalikan dengan

beberapa usaha pengendalian yaitu preventif dan kuratif. Pengendalian

secara preventif yaitu dengan menjaga kebersihan tempat budidaya

jamur, membuang dan memusnahkan media polibag yang terkontaminasi

jamur lain atau hama, menjaga kebersihan alat pembiakan.

Untuk determinasi jamur dapat dilakukan berdasarkan 3 bagian dari

jamur yaitu koloni, hifa dan spora.

a. Koloni

Koloni adalah kumpulan jamur sejenis yang terdapat pada

ruang yang sama. Koloni jamur dapat diperguankan untuk

mempermudah dalam identifikasi dalam memiliki bentuk, sifat dan

warna yang berbeda antara masing-masing jamur. Dalam

laboratorium dikenal 3 macam koloni jamur yaitu :

1) Koloni ragi (yeast colony), terdiri dari sel-sel ragi dan tidak

mempunyai miselium. Sel-sel ragi membentuk tunas dan pada

jamur-jamur tertentu ada yang membentuk askopora.

2) Koloni menyerupai ragi (yeast like colony), terdiri dari sel-sel dan

miselium semu (pseudomiselium) sel-sel ragi membentuk tunas,

tetapi tidak membentuk askospora.


13

3) Koloni filament (filamentous colony) terdiri atas hifa sejati yang

membentuk miselium dan juga membentuk spora (Widarti,2009)

Gambar : 2.1 koloni jamur


Sumber : www.google.com//wikipedia.org

b. Hifa

Hifa merupakan benang-benang (filamen) yang terdiri dari

komponen dinding sel, cairan sel (protoplasma) dan inti

(nucleus).Pada umumnya hifa mempunyai sekat (septa) dan

pertumbuhannya terjadi pada ujung hifa.menurut fungsinya hifa

dibedakan menjadi tiga macam yaitu : hifa vegetative, hifa udara, dan

hifa produktif (hifa generative).

Hifa vegetative menuju ke arah subtract (kebawah), hifa ini

berfungsi untuk mengambil zat-zat makanan. Hifa udara mengarah

ke udara (keatas), hifa ini berfungsi untuk mengambil oksigen. Hifa

produktif merupakan hifa yang pada umunya menjulang keatas

permukaan substrat, hifa ini berfungsi untuk membentuk alat-alat

reproduksi seperti konodiofora,dan koniospora.


14

Menurut bentuknya hifa dibagi menjadi 3 macam yaitu : hifa

bersepta,hifa tidak bersepta dan hifa semu. Hifa bersepta merupakan

hifa berbentuk benang yang dibatasi oleh dinding pemisah, sehingga

terpisah-pisah banyak sel-sel.hifa tidak bersepta merupakan hifa

yang didalamnya tidak dibatasi oleh sekat-sekat/dinding, hifa ini

tampak sebagai sel-sel yang memanjang seperti pipa.Hifa semu

merupakan hifa yang seakan-akan menyerupai rangkaian sel-sel,

tetapi sel-sel tersebut sewaktu-waktu dapat terpisah.

Menurut warnanya hifa pada manifestasinya ada yang berwarna

dan tidak berwarna.Warna hifa sebenarnya merupakan pigmen yang

dihasilkan pada spora-spora jamur. Adanya spora jamur yang

berumur muda dan tua ternyata juga akan mempengaruhi warna

koloni jamur. Jamur yang termasuk dalam family dermatiaceae

hifanya berwarna hitam atau tengguli tua, sedangkan hifa pada

Moniliaceae biasanya tidak berwarna.(Widarti 2009).

Gambar 2.2 : Hifa Jamur


Sumber : www.google.com//wikipedia.org
15

c. Spora

Spora jamur merupakan alat reproduksi.Reproduksi dapat

dilakukan secara vegetative dan generatif.Oleh sebab itu spora yang

dihasilkan oleh jamur dibedakan menjadi 2 yaitu spora seksual dan

aseksual.

1) Spora seksual

Spora seksual adalah spora yang dibentuk karena peleburan

dua inti yang bentuk serta jenisnya kelaminnya sama (homolog)

atau tidak sama (heterolog). Spora seksual ada 4 macam yaitu :

a) Askospora adalah spora bersel satu terbentuk didalam pundi

atau kandung dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan

askospora didalam setiap askus.

b) Basidospora adalah spora bersel satu terbentuk diatas struktur

berbentuk ganda yang dinamakan basidium.

c) Zygospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk

apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi disebut

gametangia.

d) Oospora adalah spora yang terbentuk didalam struktur betina

khusus yang diseasbut oonginium. (Michael,2010)

2) Spora aseksual
16

Spora aseksual adalah spora yang dibentuk langsung

dari hifa tanpa adanya peleburan dua inti. Spora aseksual

ada 5 macam yaitu :

a) Blastospora yaitu spora yang berbentuk tunas pada

permukaan sel, ujung hifa atau pada sekat/septum hifa

semu.

b) Arthrospora yaitu spora yang dibentuk langsung dari hifa

dengan banyak septum yang kemudian mengadakan

fregmentasi sehingga hifa tersebut terbagi menjadi banyak

arthrospora yang berdinding tebal.

c) Clamydospora yaitu spora yang dibentuk pada hifa biasa

diujung atau terminal, apabila ditengah disebut interkaler

dan apabila menonjol disamping disebut lateral. diameter

clamydospora tersebut lebi lebar dari hifa yang

membentuk dan berdinding tebal.

d) Coniospora yaitu spora yang dibentuk pada ujung atau sisi

dari hifa khusus disebut konidifora. Spora ini uniseluler dan

kecil sehingga disebut mikrokondifora. Atau bisa juga

multiseluler, panjang disebut makronidia.

e) Sporangiospora yaitu spora yang dibentuk di dalam ujung

hifa yang menggelembung disebut sporangium. Spora

yang dibentuk oleh dua sel atau hifa.(Hasyimi,2010)


17

Gambar 2.3 : spora jamur


Sumber : www.geogle.com//wikipedia.org

B. Tinjauan Umum Karpet Mushollah

Karpet Mushollah berasal dari kata sajada yang artinya tempat

sujud. Secara teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke

tanah. Secara maknawi, jika kepada Tuhan sujud mengandung arti

menyembah, jika kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti hormat

kepada sesuatu yang dipandang besar atau agung. Sedangkan

sajadah dari kata sajjadatun mengandung arti tempat yang banyak

dipergunakan untuk sujud, kemudian mengerucut artinya menjadi

selembar kain atau karpet yang dibuat khusus untuk salat orang per

orang. Oleh karena itu karpet mushollah yang sangat lebar, meski

fungsinya sama tetapi tidak disebut sajadah.

Dewasa ini, hampir di semua mushollah di dunia menggunakan

karpet sebagai alas atau penutup lantai, hal ini berguna selain untuk

memperindah ,juga memberi kenyamanan bagi jamaah yang dalam

beribadah.
18

Gambar 2.4.Karpet Mushollah.

(Sumber : Sumber Karpet, 2014)

C. Kerangka pikir

Jamur ada dimana-mana di alam bebas, di air, tanah, dan bahkan

di tempat umum. Karena jamur membutuhkan oksigen yang cukup dan

kelembaban tinggi untuk kelangsungan hidupnya.

Penularan jamur terjadi oleh spora yang dilepaskan penderita

mycosis bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-

mana di tanah, antara lain pada debu rumah dan juga diudara,

terutama dilingkungan yang panas dan lembab, ditempat banyak

orang berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan spora paling sering

terjadi, misalnya dikolam renang, spa, ruang olahraga, kamar ganti

pakaian, dan kamar mandi.

Aktifitas, kebiasaan hidup dan lingkungan menjadi salah satu

pemicu penularan jamur ke manusia. Salah satu rutinitas manusia

adalah beribadah atau sholat yang sering dilakukan di mushollah.

Adanya salah satu faktor predisposisi seperti kaki dan bagian tubuh
19

lain yang lembab menyebabkan jamur dapat saja berada pada karpet

mushollah yang menjadi alas tempat duduk ataupun alas para jamaah

dalam melakukan sholat. Jamur yang berada di kaki ataupun bagian

tubuh lain dari jamaah dapat mengkontaminasi karpet mushollah

sehingga dapat berpindah ke jamaah yang lain. Karpet mushollah

yang sering digunakan bersama akan terkontaminasi dengan berbagai

macam bibit penyakit jika higiene dan sanitasinya tidak terjaga

jamur

Kelembaban Air Higiene


Nutrisi
Tersedia bahan organic Sanitasi Lingkungan
Suhu
Tersedia O2 Cahaya

Manusia

Faktor Predisposisi

Kontaminasi jamur pada karpet Mushollah

Pemeriksaan langsung dan kultur

Gambar 2.5. Kerangka Pikir


20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan observasi

laboratorik yang bersifat deskriptif yaitu melakukan uji laboratorium

untuk mengidentifikasi jamur kontaminan yang terdapat pada karpet

mushollah Al Misbah Universitas Indonesi Timur Makassar.

B. Alur penelitian

Karpet mushollah

Swab

Pemeriksaan langsung Pembiakan kultur


(Mikroskopis) (Media SDA)

m
Hasil Mikroskopis

jk
Analisa Data Deskriptif

Penyajian Data

Pembahasan

Kesimpulan
n
Gambar 2.6. Alur penelitian.
21

C. Populasi, Sampel, dan Jumlah Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah karpet mushollah Al

Misbah Universitas Indonesi Timur Makassar.

2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah debu karpet mushollah

Al Misbah Universitas Indonesi Timur Makassar.

3. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan cara Random

sampling .

D. Variable Penelitian

1. Variable Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah debu Karpet

Mushollah.

2. Variable Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Jamur

Kontaminan

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

a. Lokasi pengambilan sampel

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Mushollah Al

Misbah Universitas Indonesia Timur Makassar.


22

b. Lokasi pemeriksaan

Lokasi pemeriksaan di lakukan di laboratorium Klinik GG

Kota Makassar

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2015

F. Definisi Operasioanal

Dalam rangka memperoleh batasan yang jelas tentang

pelaksaan kegiatan, maka penulis dapat mengemukakan definisi

operasional sebagai berikut

a. Identifikasi adalah suatu upaya pemeriksaan laboratorium untuk

mencari dan menemukan jamur pada karpet mushollah

b. Jamur adalah jenis tumbuhan tingkat rendah yang tidak memilki

klorofil, hidup tergantung pada mikroorganisme lain dan sering

berperan sebagai parasit.

c. Jamur kontaminan merupakan Jamur yang dapat menyebebkan

kontaminasi dan dapat pula menyebabkan penyakit pada manusia

bila ada faktor predisposisi.

d. Karpet mushollah adalah alas atau penutup lantai yang juga

berfungsi sebagai sajadah untuk sholat serta dipakai untuk

memperindah dan memberi kenyamanan bagi jamaah yang dalam

beribadah.
23

G. Prosedur penelitian

a. Alat dan Bahan Penelitian :

1. Alat Penelitian :

Mikroskop, skapel, slide/objek gelas, deck glass, swab.

2. Bahan Penelitian:

alkohol 70%, larutan KOH 10%, dan media Sabouroud Dextrosa

Agar (SDA).

b. Cara kerja :

a) Cara Pengambilan Sampel Penelitian :

Swab yang bersih dan steril disentuhkan di atas permukaan

karpet mushollah lalu dimasukkan ke KOH 10%, dengan cara

yang sama di lakukan pada beberapa titik pada karpet.

b) Pemeriksaan Langsung.

Hasil polesan debu karpet mushollah yang ada di dalam KOH

10% dipipet lalu diteteskan pada objek gelas lalu ditutup dengan

mengunakan deck glass, kemudian dipanaskan, selanjutnya

preparat diperiksa di mikroskop dengan objektif 10x, kemudian

dilakukan ada tidaknya cari hifa atau spora pada sampel

penelitian yang diperiksa, hasil ditulis pada lembar yang telah

disiapkan.
24

c) Kultur atau pembiakan.

Medium ini dipakai untuk menumbuhkan jamur tapi kuman

tertentu kadang juga bisa tumbuh pada medium ini sehingga

perlu ditambahkan antibiotik pada medium ini. Biasanya antibiotik

yang digunakan adalah chloramphenicol.

Cara kerjanya yakni : Swab yang ada pada KOH 10% ditanam

pada media buatan (Sabouroud Deztrosa Agar = SDA), lalu

digoreskan pada permukaan media SDA selanjutnya diinkubasi

selama 1-2 minggu dengan suhu 37ºC.

H. Analisa Data

Data hasil penelitian yang diperoleh mengenai identifikasi jamur

kontaminan yang terdapat pada karpet mushollah Al Misbah

Universitas Indonesi Timur Makassar, disajikan dalam bentuk

deskriptif, guna memperoleh kesimpulan dengan menggunakan

rumus:

𝑡
%= 𝑥 100%
𝑛

keterangan :

% : Presentase Hasil

t : Jumlah Sampel Positif/Negatif

n : Jumlah Sampel Yang Diteliti

Anda mungkin juga menyukai