Al-Imām Ahmad rahimahullāh telah mengeluarkan di dalam Musnad-nya sebuah hadits yang
asalnya ada di dalam Shahīh Muslim, yang isinya bahwa:
◆ Setiap manusia apabila dikuburkan maka akan ditanya oleh 2 orang malaikat tentang 3
perkara :
⑴ Siapa Tuhanmu?
⑵ Siapa Nabimu? dan
⑶ Apa Agamamu?
Oleh karena itu kewajiban seorang Muslim dan juga Muslimah untuk mempersiapkan diri.
Dan perlu diketahui bahwasanya untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak cukup dengan
menghafal.
Sebab seandainya menghafal itu cukup niscaya orang munafik bisa menjawab pertanyaan.
Tapi perkaranya di sini, kaum muslimin perlu pemahaman dan juga pengamalan.
Maka diharapkan dia bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan mendapatkan kenikmatan
di dalam kuburnya.
✘Tidak mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan juga tidak memenuhi
haknya,
Maka ditakutkan dia tidak bisa menjawab pertanyaan (dan) akibatnya siksa kubur yang akan
dia dapatkan.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memudahkan kita, keluarga kita dan orang-orang yang
kita cintai untuk bisa mengenal Allāh, mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa
sallam dan juga mengenal agamanya.
Itulah halaqah yang pertama dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
Halaqah yang ke-2 dari Silsilah kita yang berjudul Mengenal Allāh adalah “Mengenal Allāh
Sebagai Pencipta”.
Allāh ‘Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Maha Pencipta, menciptakan dari sesuatu yang tidak
ada menjadi ada.
Dialah Allāh yang telah menciptakan langit, bumi, manusia dan seluruh alam semesta.
َّ َٰذَ ِل ُك ُم
َ َّللاُ َربُّ ُك ْم خَا ِل ُق ُك ِل
ش ْيء
“Itu adalah Allāh Rabb kalian yang telah menciptakan segala sesuatu.” (QS Ghāfir: 62)
Dialah Allāh Al-Khāliq Yang Maha Pencipta, sedangkan selain Allah adalah makhluq yang
diciptakan. Mereka tidak bisa mencipta meskipun diagung-agungkan dan disembah oleh
manusia.
Sesungguhnya segala sesembahan yang kalian sembah selain Allāh, tidak akan bisa
menciptakan seekor lalat, meskipun mereka bersatu padu untuk membuat seekor lalat
tersebut.”
⇒ Berkumpul saja mereka tidak mampu untuk mencipta, (lalu) bagaimana dengan sendirian?
⇒ Menciptakan seekor lalat yang sedemikian sederhananya susunan tubuhnya, mereka tidak
mampu maka bagaimana mereka bisa menciptakan makhluq yang lebih rumit.
Seorang Muslim wajib hanya meyakini bahwasanya Allāh adalah satu-satunya Pencipta dan
tidak ada yang mencipta selain Allāh .
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-2 ini dan sampai bertemu pada halaqah
selanjutnya.
Halaqah yang ke-3 dari Silsilah Mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla berjudul “Mengenal
Allāh Sebagai Pemberi Rezeki”.
Di antara nama Allāh ‘Azza wa Jalla adalah Ar Razzāq yang artinya Yang Maha Memberi
Rezeki.
✓Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan makhluk dan memberikan rezeki kepada mereka.
✓Bahkan Allāh ‘Azza wa Jalla telah menulis rezeki makhluk-Nya sebelum Allāh
menciptakan mereka.
قدر هللا مقادير الخالئق قبل أن يخلق السموات واألرض بخمسين ألف سنة
“Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menentukan (telah menulis) takdir bagi makhluk-
makhlukNya 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.”
Dan tidak akan meninggal seseorang sampai dia mendapatkan rezeki yang terakhir, meskipun
rezeki tersebut ada di puncak gunung atau bahkan ada di bawah lautan.
“Tidak ada suatu binatang yang melata yang ada di permukaan bumi ini melainkan Allāh
Subhānahu wa Ta’āla yang akan memberikan rezekinya.”
(QS Hūd: 6)
Adakah selain Allāh sesembahan yang bisa memberi makan sekali saja untuk seluruh
makhluk yang ada di bumi ini mulai dari manusia, jin, hewan dan juga tumbuhan?
“Wahai manusia, hendaklah kalian mengingat nikmat Allāh atas kalian. Adakah yang
mencipta selain Allāh, yang memberikan rizki kepada kalian dari langit maupun dari bumi?
Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia. Oleh karena itu kenapa kalian
dipalingkan?
(QS Fāthir: 3)
Itulah halaqah yang ke-3 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.
“Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang mengatur seluruh perkara.” (QS As-Sajdah: 5)
Tidak ada yang mengatur selain Allāh, Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menerbitkan
matahari dari timur. Dan siapa selain Allāh yang bisa menerbitkan matahari dari barat?
Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām berkata kepada salah seorang, yang dia mengaku menjadi Tuhan
selain Allāh, beliau berkata:
“Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menerbitkan matahari dari timur, maka
silahkan engkau kalau engkau memang Tuhan, terbitkan matahari dari barat. Maka orang
kafir tersebut tidak bisa berbuat apa-apa.”
Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menjadikan siang. Dan siapa yang mengganti siang menjadi
malam selain Allāh?
Tidak ada yang mengatur alam semesta kecuali Allāh dan tidak ada sesembahan selain Allāh
yang membantu Allāh untuk mengatur alam semesta ini.
Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh meyakini bahwasanya ada selain Allāh yang
mencipta, memberikan rizki & juga mengatur alam semesta, siapapun dia dan bagaimanapun
kedudukannya di sisi Allāh.
Barangsiapa yang berkeyakinan bahwasanya ada selain Allāh yang mencipta, memberikan
rezeki dan juga mengatur alam semesta maka dia telah menyekutukan Allāh Subhānahu wa
Ta’āla.
Itulah yang bisa kita sampaikan dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
Halaqah yang ke-5 dari Silsilah Mengenal Allāh berjudul “Mengenal Allāh Sebagai Satu-
satunya Dzat Yang Berhak Untuk Disembah.”Apabila Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah
satu-satunya Dzat yang mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur alam semesta, maka
tuntutannya kita tidak boleh menyembah kecuali hanya kepada Allāh.
Tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata.
Allāh berfirman :
“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian, siapa Rabb kalian yang telah menciptakan kalian
dan orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertaqwa? Itulah Rabb kalian.
Yang telah menjadikan bagi kalian bumi sebagai hamparan dan langit sebagai bangunan dan
telah menurunkan dari langit air.
Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengeluarkan dengan air tersebut buah-buahan sebagai
rezeki bagi kalian. Maka janganlah kalian menjadikan bagi Allāh sekutu-sekutu sedangkan
kalian mengetahui.”
Selain Allāh tidak berhak untuk disembah karena dia bukan pencipta, bukan pemberi rezeki
dan bukan pengatur alam semesta.
ﭐّلِلَ ه َُو ۡﭐل َح ُّق َوأ َ َّن َما يَ ۡدعُونَ ِمن د ُونِ ِه ۡﭐلبَ َٰـ ِط ُل
َّ ذَٲلِكَ ِبأ َ َّن
“Yang demikian itu karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dialah sesembahan yang haq yang
memang berhak untuk disembah. Sedangkan apa yang mereka sembah selain Allāh adalah
sesembahan yang bathil, yang tidak berhak untuk disembah.” (QS Luqmān: 30)
Apabila seseorang meyakini Allāh yang mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur
alam semesta kemudian dia masih menyembah selain Allāh atau menyerahkan sebagian
ibadah kepada selain Allāh, maka dia telah berbuat syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla
di dalam ibadah.
“Ya Rasūlullāh, apa dosa yang paling besar di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla?”
Maka Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan :
“Dosa yang paling besar adalah engkau menjadikan sekutu bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla
padahal Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang telah menciptakan dirimu.”
(HR Imām Al-Bukhāri dan Imām Muslim, dari shahābat Ibnu Mas’ūd radhiyallāhu ‘anhumā).
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-5 ini dan sampai bertemu kembali pada
halaqah selanjutnya.
Halaqah yang ke-6 dari Silsilah Mengenal Allāh adalah bahwasanya “Keyakinan Allāh
sebagai Pencipta, Pemberi Rizki & juga Pengatur Alam Semesta tidaklah cukup untuk
memasukkan seseorang ke dalam agama Islam.”
Kaum muslimin meyakini bahwasanya Allāh sebagai Pencipta, Pemberi Rizki & juga
Pengatur Alam Semesta adalah sebuah kewajiban, yang tidak sah keimanan seseorang sampai
meyakini yang demikian itu.
Namun ini tidaklah cukup untuk memasukkan seseorang ke dalam agama Islam.
Dan belum bisa menjadi pembeda antara seorang yang Muslim dengan orang yang kāfir.
قَا َل َما َمنَ َعكَ أََّل ت َ ْس ُجدَ ِإذْ أ َ َم ْرتُكَ قَا َل أَنَا َخي ٌْر ِم ْنهُ َخلَ ْقتَنِي ِم ْن نَار َو َخلَ ْقتَهُ ِم ْن ِطين
“Apa yang mencegahmu untuk sujud (kepada Ādam) ketika Aku memerintahkan
kepadamu?”
Iblis mengatakan:
“Aku lebih baik daripada dia. Engkau telah menciptakan aku dari api dan menciptakan dia
dari tanah.”
Iblis mengenal bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang telah menciptakan dia.
َ ت َو ْاأل َ ْر
ُض لَ َيقُولُ َّن هللا َّ سأ َ ْلت َ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ال
ِ س َم َاوا َ َولَئِ ْن
“Dan seandainya engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka ‘Siapa yang
menciptakan langit dan juga bumi?’, niscaya mereka mengatakan ‘Allāh’.”
Meskipun mereka meyakini hal yang demikian itu akan tetapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi
wa sallam memerangi mereka.
Kenapa demikian?
Oleh karena itu, disini seorang Muslim perlu dia mengetahui “Apa Pengertian Ibadah Dan
Macam-macamnya” sehingga dia tidak menyerahkan satu ibadah pun kepada selain Allāh.
Dan apakah yang dimaksud ibadah?
Ibadah adalah seluruh perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
baik berupa ucapan maupun perbuatan yang zhahir maupun yang bathin.
Seseorang bisa mengetahui sesuatu dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan
beberapa cara, di antaranya :
Maka kita mengetahui bahwasanya sesuatu tersebut adalah ibadah, karena Allāh Subhānahu
wa Ta’āla tidak memerintah kecuali dengan sesuatu yang Allāh cintai.
Termasuk di antaranya:
Maka kita mengetahui bahwasanya sesuatu tersebut adalah dicintai oleh Allāh Subhānahu wa
Ta’āla.
(HR Abū Dāwūd no. 1479, At-Tirmidzi no. 2969, Ibnu Mājah no. 3828 dan Ahmad 4/267;
dari shahābat Nu’man bin Basyīr)
Dengan demikian syirik hukumnya (apabila) berdo’a kepada selain Allāh, baik kepada
seorang Nabi, seorang malaikat, seorang jin, orang yang shalih dan lain-lain.
Allāh berfirman :
“Hendaklah engkau shalat untuk Rabb-mu dan juga menyembelih untuk Rabb-mu.”
(QS Al-Kautsar: 2 )
Dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :
“Allāh Subhānahu wa Ta’āla melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allāh.”
Dengan demikian termasuk syirik hukumnya (apabila) seseorang menyembelih untuk jin,
atau untuk syaikh atau untuk yang lain, selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
⇒ Seperti bernadzar, ber-istighatsah, bersumpah, bertawakal, rasa takut, rasa cinta, maka
semua ini termasuk jenis-jenis ibadah.
◆ Tidak boleh sekali-kali seorang Muslim menyerahkan salah satu dari ibadah-ibadah
tersebut kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada
halaqah selanjutnya.
Halaqah yang ke-8 dari Silsilah Mengenal Allāh adalah tentang “Contoh Kesyirikan Orang-
Orang Musyrikin Quraisy”.
Allāh sendiri telah menceritakan keyakinan mereka ini di dalam Al Qurān dan Allāh
mengingkarinya.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati mereka dan
tidak pula memberi manfaat.
Dan mereka berkata, ‘Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh.’
Katakanlah: ‘Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak
ketahui di langit maupun di bumi?’
Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.”
⇒ Dalam ayat ini Allāh menamakan perbuatan mereka sebagai bentuk menyekutukan Allāh.
Dan orang-orang yang menjadikan selain Allāh sekutu, (mereka mengatakan) ‘Tidaklah kami
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allāh.’
Sesungguhnya Allāh akan menghukumi diantara mereka di dalam apa yang mereka
perselisihkan.
Sesungguhnya Allāh tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang berdusta lagi
sangat ingkar.”
(QS Az Zumar: 3)
⇒ Ayat ini menunjukan bahwa tujuan mereka menyembah orang-orang shālih tersebut adalah
supaya mereka mendekatkan penyembahnya kepada Allāh.
◆ Cara meraih syafa’at di hari kiamat adalah dengan memurnikan tauhid, bukan dengan
kesyirikan.
◆ Dan cara dekat dengan Allāh adalah mendekatkan diri kepadaNya dengan iman dan amal
shālih, yang wajib maupun yang sunnah, sebagaimana orang-orang shālih tersebut
melakukannya.
Tidak boleh seseorang menyamakan Allāh dengan seorang kepala negara yang sulit
menyampaikan hajat kepadanya kecuali melalui perantara dan para pembantunya.
Tidak boleh seseorang menyerupakan Allāh dengan siapapun karena Allāh Maha Mendengar,
Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa.
Sedangkan seorang kepala negara, maka dia adalah makhluq yang lemah, tidak mampu
melakukan seluruh pekerjaannya kecuali dibantu oleh para pembantunya.
Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali
pada halaqah selanjutnya
Halaqah yang ke-9 dari Silsilah Mengenal Allāh adalah “Mengenal Allāh Dengan Makhluk-
Nya”.
◆ Besarnya makhluk dan luasnya (seperti langit yang tujuh & bumi, kursi Allāh & ‘Arsy-
Nya) menunjukkan tentang kebesaran Allāh.
◆ Keteraturan gerakan & perjalanan (seperti perjalanan matahari & bulan) menunjukkan
kekuasaan dan pengawasan Allāh yang tidak pernah berhenti.
“Sesungguhnya di dalam penciptaan langit & bumi dan pergantian siang & malam ada tanda-
tanda bagi orang yang memiliki akal, yaitu orang-orang yang mengingat Allāh, baik dalam
keadaan berdiri, duduk & berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi.
Wahai Rabb kami, tidaklah engkau menciptakan ini semua dengan bathil (sia-sia). Maha Suci
Engkau, maka jagalah kami dari adzab neraka.”
Halaqah yang ke-10 dari Silsilah Mengenal Allāh adalah tentang “Mengenal Allāh
Subhānahu wa Ta’āla Dengan Nama & SifatNya”. Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah
mengabarkan di dalam Al Qurān bahwa Allāh memiliki nama & sifat.
Allāh berfirman :
ىَنۡسُحۡلﭐ ُﺀٓ َا ۡمسَأۡلﭐ ِهَلِلَو
ل َثمۡلﭐ ِهَلِلَو
َ ُ ىَلۡعَأۡلﭐ
✓Kita mengenal Allāh sebagai Dzat Yang Maha Penyayang karena Dia adalah Ar Rahmān
Ar Rahīm.
✓Dan kita mengenal Allāh sebagai Dzat Yang Maha Pengampun karena Dia adalah Al-
Ghafūr, dan seterusnya.
✓Dan Allāh mengabarkan di dalam Al-Qurān bahwasanya di antara sifat Allāh adalah:
• Allāh Subhānahu wa Ta’āla turun ke langit dunia pada setiap sepertiga malam yang
terakhir.
Kewajiban kita sebagai seorang Muslim adalah menetapkan nama & juga sifat tersebut,
karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla lebih tahu tentang diri-Nya daripada kita semua.
Dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam lebih tahu tentang Allāh daripada kita.
Tidak boleh seorang Muslim menolak nama-nama dan juga sifat-sifat tersebut.
Dan tidak boleh dia menyerupakan, karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
Jadi yang benar, yang seharusnya dilakukan oleh seorang Muslim adalah:
◆ Menetapkan nama & sifat tersebut sebagaimana datangnya, sesuai dengan keagungan &
kebesaran Allāh Subhānahu wa Ta’āla, tanpa menyerupakan dan tanpa mentakwil nama &
juga sifat tersebut.
⇒ Mentakwil adalah menafsirkan nama & sifat Allāh bukan dengan maknanya yang benar.
Seperti;
• Dan lain-lain.