Anda di halaman 1dari 20

PERTEMUAN KE-10

BAB V

INTERFERENSI

a. Diskripsi Singkat

Mahasiswa dapat merumuskan proses interferensi maksimum dan minimum, proses

koherensi, interferensi dengan dua berkas dengan percobaan Young, Interferensi pada Plat

Datar Sejajar, serta interferensi dengan berkas banyak.

b. Manfaat

Mahasiswa dapat membedakan pola interferensi maksimum dan minimum (pola gelap –

terang) baik pada interferensi dua berkas, inteferensi plat datar sejajar, dan interferensi berkas

banyak.

c. Sasaran Pembelajaran

Mahasiswa dapat mendefenisikan pengertian intereferensi dari superposisi gelombang EM, baik

untuk interferensi celah dua berkas, plat datar, dan berkas banyak, serta dapat menjelaskan dan

menganalisis proses koherensi spasial dan koherensi temporal.

MODUL Optika Moderen 84


5. INTERFERENSI

5.1 Pendahuluan

Interaksi antara dua gerakan gelombang atau lebih yang mempengaruhi suatu bagian

medium yang sama sehingga gangguan sesaat pada gelombang paduan merupakan jumlah vektor

gangguan-gangguan sesaat pada masing-masing gelombang merupakan penjelasan fenomena

interferensi. Jika dua buah gelombang bergabung sedemikian rupa sehingga puncaknya tiba pada

satu titik secara bersamaan, amplitudo gelombang hasil gabungannya lebih besar dari gelombang

semula. Gabungan gelombang ini disebut saling menguatkan (konstruktif). Titik yang mengalami

interferensi seperti ini disebut perut gelombang. Akan tetapi, jika puncak gelombang yang satu

tiba pada suatu titik bersamaan dengan dasar gelombang lain, amplitudo gabungannya minimum

(sama dengan nol). Interferensi seperti ini disebut interferensi saling melemahkan (destruktif).

Dengan demikian Interferensi adalah perpaduan atau superposisi dua buah gelombang atau lebih

yang menghasilkan pola intensitas yang baru. Cahaya yang mengalami interferensi tersebut harus

koheren,yakni merupakan dua sumber cahaya atau lebih yang mempunyai frekwensi, amplitudo

dan beda fase yang tetap.

Pada bagin ini menjelaskan konsep interferensi gelombang baik untuk dua buah

sumber celah seperti yang diakukan oleh Thomas Young, seorang ahli fisika membuat dua

sumber cahaya dari satu sumber cahaya, yang dijatukan pada dua buah celah sempit. Selanjutnya

dilakukan tinjauan interferensi pada plat datar serta proses interferensi pada celah banyak, serta

dibahas mengenai proses interferensi akibat proses koherensi dimana gelombang memiliki beda

fase, ampliduto, serta frekwensi yang tetap.

MODUL Optika Moderen 85


5.2 Proses Interferensi

Jika dua gelombang dipadukan maka akan terjadi dua kemungkinan yang khusus,

yaitu saling menguatkan dan saling melemahkan. Interferensi saling menguatkan disebut

interferensi kontruktif dan terpenuhi jika kedua gelombang sefase. Interferensi saling

melemahkan disebut interferensi destruktif dan terpenuhi jika kedua buah gelombang

elektromagnetik tidak sefase. Interferensi terjadi pada dua gelombang koheren, yaitu gelombang

yang memiliki frekuensi dan beda fase sama. Contoh proses interferensi dapat dilihat pada

Gambar (5.1) berikut:

Gambar (5.1) Proses interferensi yang terjadi yang menghasilkan pola intensitas baru barupa

pola gela-terang (yang saling memperkuat dan saling melemahkan)

Tinjauan gelombang elektromegnetik dapat ditinjau secara teroritis melalui solusi umum

gelombang elektromagnetik seperti berikut:

𝐸 = 𝐸0 exp 𝑖𝜑 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 exp 𝑖𝜑 = cos 𝜑 + 𝑖 sin 𝜑

Dengan fase 𝜑 = 𝑘𝑟 − 𝜔𝑡 + ∅0

2𝜋
E0 : amplitudo medan listrik. k= , k: Bilangan Gelombang
𝜆

𝜑 : fase gelombang. 𝜆 : Panjang Gelombang (m)

MODUL Optika Moderen 86


Jika terdapat dua buah gelombang masing-masing :

𝐸1 = 𝐸01 exp 𝑖𝜑1 𝑑𝑎𝑛 𝐸2 = 𝐸02 exp 𝑖𝜑2

Superposisi yang terjadi :

𝐸 = 𝐸1 + 𝐸2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.1)

𝐸 = 𝐸01 exp 𝑖𝜑1 + 𝐸02 exp 𝑖𝜑2

Intensitas yang diperoleh adalah :

2
𝐼= 𝐸 = 𝐸. 𝐸∗


= 𝐸1 + 𝐸2 𝐸1 + 𝐸2

= 𝐸1 2
+ 𝐸2 2
+ 𝐸1 𝐸2 ∗ + 𝐸1 ∗ 𝐸2
2 2
= 𝐸01 + 𝐸02 + 𝐸01 𝐸02 𝑒𝑥𝑝 𝑗(𝜑1 − 𝜑2 ) + 𝐸01 𝐸02 𝑒𝑥𝑝 −𝑗(𝜑1 − 𝜑2 )

𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2 cos 𝛿 … … … … … … … … … … … … . . … … … … … … 5.2

2 2
𝐼1 = 𝐸01 ; 𝐼2 = 𝐸02 𝑑𝑎𝑛 𝛿 = 𝜑1 − 𝜑2

Jika ditulis sebagai rata-rata terhadap waktu

𝐼= 𝐸1 2
+ 𝐸2 2
+ 𝐸1 𝐸2 ∗ + 𝐸1 ∗ 𝐸2 … … … … … … … … … … … (5.3)

2 1 𝑇
Dengan 𝐸1 =𝑇 𝑇
𝐸1 (𝑡) 2 𝑑𝑡

Selanjutnya kita selidiki keadaan dimana intensitas (I) berharga maksimum dan minimum

𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2 cos 𝛿

I maks terjadi jika cos δ=1, yaitu δmax=0,±2π,±4π….

Jadi 𝐼𝑚𝑎𝑥 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2

Jika Cos δ= 𝜋=1, yakni δmin=±π, ±3π,….

Diperoleh intensitas minimum 𝐼𝑚𝑖𝑛 = 𝐼1 + 𝐼2 − 2 𝐼1 𝐼2

MODUL Optika Moderen 87


Gambar (5.1) Superposisi (penjumlahan) dua buah gelombang yang menghasilkan gelombang

baru baik gelombang saling menguatkan dan saling melemahkan

Jika I1 + I2< I ; maka keadaan ini disebut interferensi konstruktif

Jika I1 + I2> I ; maka keadaan ini disebut interferensi deskruktif

MODUL Optika Moderen 88


Jika ditinjau dua buah amplitudo medan sejajar (parallel) dan sama besarnya yakni 𝐸01 = 𝐸02

maka I1 +I2 = I0. Dari persamaan irradiasi :

𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2 cos 𝛿

Tunjukkan bahwa :

𝛿
𝐼 = 4𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 2

Visibilitas (jarak Penglihatan) dalam suatu interferensi didefenisikan oleh Michelson sebagai :

𝐼𝑚𝑎𝑥 − 𝐼𝑚𝑖𝑛
𝑉= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (5.4)
𝐼𝑚𝑎𝑥 + 𝐼𝑚𝑖𝑛

Dari contoh diatas jika E01 = E02 dan I1 =I2 =I0 maka vibilitas :

𝐼𝑚𝑎𝑥 − 𝐼𝑚𝑖𝑛 2 𝐼02


𝑉= 𝑉= =1
𝐼𝑚𝑎𝑥 + 𝐼𝑚𝑖𝑛 2𝐼0

5.3 KOHERENSI

Suatu konsep bahwa cahaya monokromatik (terdiri dari satu panjang gelombang) atau

spektrum panjang gelombang yang sangat sempit, sampai sulit diperoleh karena pada

kenyataannya sebaik baik sumber cahaya, tetap mengemisikan suatu range panjang gelombang

yang terbatas. Interval/selang waktu selama fase konstan disebut waktu koherensi, sedangkan

interval spatial ∆l=c∆t dikenal sebagai panjang koherensi

Dapat diketahui bahwa untuk gelombang monokromatis memiliki beda waktu yang sangat besar

(∆t→~ ), sedangkan perubahan frekwensi atau lebar pita frekwensi yang sangat kecil (∆ʋ →0).
1
Dengan demikian lebar pita frekwensi berbanding terbalik dengan perubahan waktu ( ∆𝑡 ). Lebar

1
pita frekuensi ∆ʋ dinyatakan sebagai ∆ʋ~ ∆𝑡 .

MODUL Optika Moderen 89


Proses penjalarang gelombang elektromagnetik pada spektrum gelombang nonokromatis dengan

koherensi yang tetap dapat dinyatakan seperti Gambar berikut:

Gambar (5.2) Proses Koherensi Gelombang monokromatis dengan lebar spektrum yang sempit

Guna meninjau proses koherensi maka intensitas yang dihasilkan dapat ditulis kembali seperti

persamaam (5.1) sebagai berikut:

𝐼= 𝐸1 2
+ 𝐸2 2
+ 𝐸1 𝐸2 ∗ + 𝐸1 ∗ 𝐸2

Dengan

𝛤11 0 = 〈𝐸1 𝑡 𝐸1 ∗ (𝑡)〉 = 𝐼1


𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑕𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑖𝑟𝑖
𝛤22 0 = 〈𝐸2 𝑡 𝐸2 ∗ (𝑡)〉 = 𝐼2

Dan

𝛤12 𝜏 = 〈𝐸1 𝑡 𝐸2 ∗ (𝑡 + 𝜏)〉 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑕𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎

Sehingga diperoleh :

𝐼 = 𝛤11 0 + 𝛤22 0 + 2𝑅𝑒 𝛤12 𝜏

Derajat koherensi kompleks dinyatakan sebagai :

𝛤12 𝜏
𝛾12 (𝜏) = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.5)
𝛤11 0 𝛤22 0

MODUL Optika Moderen 90


𝛾12 = 1 → 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡 𝑘𝑜𝑕𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖
0 ≤ 𝛾12 (𝜏) ≤ 1 Jika
𝛾12 = 0 → 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑕𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖

Contoh :

1. Hitung lebar pita frekuensi cahaya putih, hitung pula panjang koherensi dan waktu

koherensinya

Jawab :

Cahaya putih mempunyai frekuensi antara 384 THz sampai dengan 769 THz jadi lebar pita

frekuensi :

∆ʋ = 769 x 1012 – 384 x 1012 = 385 x 1012 Hz


1 1
Waktu koherensi ∆𝑡 = ∆ʋ = 385×10 12 𝐻𝑧 = 2,597 × 10−15 𝑑𝑡

Panjang koherensi ∆𝑙 = 𝑐 × ∆𝑡 = 3 × 108 𝑚/𝑑𝑡. ( 2,597 × 10−15 𝑑𝑡)

∆𝑙 = 779 𝑛𝑚

∆ʋ 1
2. Stabilitas frekuensi dinyatakan sebagai , dan lebar pita ∆ʋ~ ∆ʋ dengan melakukan
ʋ

𝜆2
diferensiasi terhadap frekuensi, tunjukkan bahwa panjang koherensi ∆𝑙~ ∆𝜆02
0

5.4 INTERFERENSI DENGAN DUA BERKAS

5.4.1. PERCOBAAN YOUNG

Thomas Young (1773-1829) seorang Fisikawan yang berkebangsaan Inggeris telah melakukan

percobaan interferensi dengan menggunakan sumber cahaya koheren yakni cahaya yang

mempunyai beda fase, frekwensi, dan amplitudo yang sama. Sumber cahaya tersebut melalui

dua celah sempit. Pada prinsipnya cahaya yang melewati kedua celah tersebut merupakan

sumber cahaya baru, yang dapat menghasilkan proses interferensi dimana terjadi superposisi

gelombang yang dapat menghasilkan pola intensitas baru yang terjadi pada layar pengamatan.

Pola intensitas cahaya tersebut dapat berupa pola gelap-terang pada cahaya monokromatis dan
MODUL Optika Moderen 91
warna pelangi pada cahaya polikromatis. Secara geometris percobaan Young dapat jelaskan

seperti berikut: Jika jarak antara dua buah celah adalah d dan jarak celah ke layar pengamatan

sejauh a. Cahaya yang keluar dari kedua celah sempit akan terjadi proses interferensi pada layar

pengamatan sehingga terbentuk pola (pattern) gelap-terang yang dikenal sebagai fringe dibaca

frinji pada layar, jika lebar frinji dapat diyatakan sebagai P. Cahaya yang keluar dari kedua

celah yang sampai ke layar masing masing sejauh r1 dan r2. Percobaan Young dapat

digambarkan seperti berikut:

Sumber Cahaya Pola Gelap-Terang

r1
P
d/2 y
d
θ r2 d/2

∆r a

Celah Layar Pengamatan

Gambar 5.3 Percobaan Interferensi Young dengan dua celah

Dari Gambar 5.3 dapat dijelaskan secara geometris bahwa panjang lintasan yang dilalui oleh S1

dapat dihitung dengan menggunakan dalil Pita Goras yakni:

𝑑 2 𝑑2
𝑟1 = 𝑎2 + 𝑝 − 2 maka 𝐫1 = 𝑎2 + 𝑝2 − 𝑑𝑝 + . Sementara panjang lintasan r2 dapat
4

𝑑 2 𝑑2
dihitung dengan r2 = 𝑎2 + 𝑝 + 2 = 𝑎2 + 𝑝2 + 𝑑𝑝 + . Selisih lintasan antara r2
4

terhadap r1 disebut sebagai beda lintasan optis ∆r= r2-r1. Guna menyederhanakan pembahasan

maka dilakukan kuadratisasi masing masing lintasan r1 dan r2 yakni 𝑟22 − 𝑟12 =(𝑟2 − 𝑟1 )(𝑟2 + 𝑟1 )

= 2dp. Selanjutnya dari gambar dapat dilihat bahwa panjang lintasan r1 dan r2 terhadap layar

MODUL Optika Moderen 92


pengamatan dengan jarak a, jika dijumlahkan maka diperoleh r1 + r2 ≈ 2a. Dengan demikian

beda lintasan optis dapat ditulis seperti persamaan berikut:

2𝑑𝑝 2𝑑𝑝 𝑑𝑝
∆𝑟 = 𝑟2 − 𝑟1 = = = . . . . . . . . . . . . . . . .(5.6)
(𝑟1+ 𝑟2 ) 2𝑎 𝑎

Dimana: ∆𝑟: beda lintasan optis


d: jarak antara dua celah
a : jarak antara celah dan layar pengamatan, serta
p : lebar pola/pita terang-gelap (frinji) yang terbentuk pada layar
pengamatan.

Pada dasarnya beda lintasan Optis ∆r yang biasa dikenal dengan Optical Path difference (OPD)

akan menghasilkan beda phasa (𝛿) yang dapat menimbulkan pola interferensi maksimum

(terang) dan minimum (gelap) pada layar pengamatan. Jika beda phasa (𝛿) didefenisikan

2𝜋
sebagai 𝛿 = (𝑘 ∆r ± 𝜔∆𝑡) dimana k adalah bilangan gelombang yang dinyatakan sebagai 𝑘 =
𝜆

2𝜋
, dengan 𝜆 adalah panjang gelombang dan 𝜔 = adalah kecepatan sudut, dan T adalah perioda
𝑇

serta ∆𝑡 merupakan perubahan waktu dalam detik. Dalam pembahasan ini ditinjau untuk proses

koherensi spatial yang bergantung pada beda lintasan yang dilalui oleh cahaya koheren pada

jarak dari sumber ke layar pengamatan, sementara tinjauan terhadap perubahan waktu penjalaran

gelombang cahaya dari sumber atau celah terhadap layar pengamatan dianggap konstan terhadap

waktu sehingga ∆𝑡 → 0. atau koherensi temporal diperoleh konstan terhadap waktu penjalaran

gelombang cahaya, sehingga beda phasa dapat diperoleh sesuai persamaan (5.6)

2𝜋 2𝜋 𝑑𝑃
𝛿 = 𝑘∆𝑟 = r2 − r1 = . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.7)
𝜆 𝜆 𝑎

MODUL Optika Moderen 93


2𝜋
Dimana 𝛿 adalah beda phasa gelombang, 𝑘 = adalah bilangan gelombang, dan 𝜆 adalah
𝜆

panjang gelombang dalam satuan MKS dalam besaran meter.

Dengan demikian persamaan intensitas yang terjadi dalam proses interferensi sesuai persamaan

(5.2), dengan menggunakan dua celah pada percobaan Young, jika dilakukan substitusi nilai

phase pada persamaan (5.7) dapat diperoleh nilai intensitas sebagai berikut:

𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2 cos 𝛿

2𝜋 𝑑𝑝
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2 cos . . .. . . . . . . . . . .(5.7a)
𝜆 𝑎

Tinjauan untuk proses interferensi maksimum (pola terang) yang terbentuk pada layar

pengamatan sesuai persamaan (5.7) dengan phase maksimum akan terbentuk jika gelombang

cahaya mengalami interferensi yang konstruktif setiap terjadi loncatan phasa sebesar m(2π)

sehingga besarnya phasa maksimum yang terjadi dapat dituliskan seperti persamaan berikut:

2𝜋 𝑑𝑝 𝑚𝑎𝑥
𝛿𝑚𝑎𝑥 = = 𝑚. 2𝜋 . . . . . . . . . . (5.7b)
𝜆 𝑎

dengan 𝑚 = 0,1,2, … orde ke-m : bilangan bulat. Maka lebar pita terang (frinji) untuk proses

interferensi maksimum (𝑝𝑚𝑎𝑥 ) yang terbentuk pada layar pengamatan adalah:

𝜆𝑎
𝑝𝑚𝑎𝑥 = 𝑚 . . . . . . . . . . . (5.7c)
𝑑

Dari persamaan (5.7c) dapat dilihat bahwa pola interferensi maksimum yang terbentuk pada

layar pengamatan akan lebih besar dengan memperpanjang jarak antara sumber atau celah

terhadap layar pengamatan (a) atau dengan memperpendek jarak antar kedua celah (d).

MODUL Optika Moderen 94


Selanjutnya proses interferensi minimum (pola gelap) dapat ditinjau melalui phasa minimum jika

1 2𝑚 +1
terjadi loncatan phasa pada setiap orde ke-m yakni (m+ 2) (2𝜋), atau orde ke (2𝜋)
2

sehingga diperoleh

2𝜋 𝑑 𝑝 𝑚𝑖𝑛 2𝑚 +1
𝛿𝑚𝑖𝑛 = = 2𝜋 . . . . . . . . . . . (5.7d)
𝜆 𝑎 2

Sehingga untuk proses interferensi minimum terbentuk lebar pita/ pola gelap pada layar

pengamatan (𝑝𝑚𝑖𝑛 ) diperoleh sebagai berikut:

2𝑚 +1 𝜆𝑎
𝑝𝑚𝑖𝑛 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.7e)
2 𝑑

Jarak antara puncak dari pita/ pola terang - terang atau gelap - gelap disebut

𝜆𝑎
periode spasial yang dinyatakan dalam ∆𝑝 = 𝑑

Pembahasan selanjutnya ditinjau kembali pada gambar (5.3) dapat dilihat bahwa beda lintasan

optis (∆r) membentuk sudut θ, akibat terjadi selisih atau beda lintasan antara r2 dengan r1 yang

dapat ditulis sesuai persamaan berikut:

∆𝑟 =r2-r1= d Sin θ . . . . . . . . . . . . . . . . (5.8)

Beda lintasan optis dari persamaan (5.8) juga akan ditinjau untuk proses interferensi yang saling

menguatkan (konstruktif) dan interferensi saling melemahkan (destruktif) akibat mengalami

perubahan phasa. Pada persaman (5.7) telah dituliskan rumusan phasa, jika dihubungkan dengan

beda lintasan optis pada persamaan (5.8), maka perubahan phasa yang timbul akibat pengaruh

sudut 𝜃, dapat ditulis sesuai persamaan berikut:

2𝜋 2𝜋
𝛿 = 𝑘∆𝑟 = r2 − r1 = 𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝜃 . . . . . . . . . . . . . . . (5.8a)
𝜆 𝜆

MODUL Optika Moderen 95


Seperti uraian sebelumnya bahwa terjadinya loncatan phasa sebesar m(2π) akan membentuk pola

interferensi maksimum sehingga diperoleh phasa pada proses interferensi maksimum atau pola

terang dapat ditulis berikut ini:

2𝜋
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝜃 = 𝑚(2𝜋) . . . . . . . . . . . . .. . (5.8b)
𝜆

Dengan demikian secara umum diperoleh rumusan untuk proses interferensi maksimum atau

pola terang adalah:

d Sin θ=mλ . . . . . . . . (5.8c)

dengan d: Jarak antar celah, dan λ : panjang gelombang, θ : Sudut yang terbentuk dari beda

lintasan optis serta orde ke- m = 0±1, ±2, ±3 … . 𝑚 ∶ bilangan bulat.

Oleh karenanya, cara yang sama diperoleh proses phasa minimum setiap terjadi loncatan phasa

2𝑚 +1
sebesar (2𝜋), yang menghasilkan rumusan untuk proses phasa minimum sebesar:
2

2𝜋 2𝑚+1
𝛿𝑚𝑖𝑛 = 𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝜃 = (2𝜋) . . . . . . (5.8d)
𝜆 2

Hubungan persamaan tersebut diatas diperoleh rumusan untuk proses interferensi minimum (pola

gelap) sebagai:

2𝑚 +1
d Sin θ= 2
𝜆 . . . . . . . . . . . . .. . . . . (5.8e)

Dengan demikian untuk proses interferensi pada percobaan Young menggunakan dua celah
sempit, dapat membentuk proses interferensi yang saling menguatkan (konstruktif) maupun

interferensi yang melemahkan (destruktif dalam bentuk pola terang dan gelap. Secara geometri
telah diturunkan beberapa rumusan untuk menentukan beda phasa yang terbentuk akibat
adanya beda lintasan tersebut.

MODUL Optika Moderen 96


Contoh:

1. Percobaan Young dilakukan untuk meneliti pola interferensi yang terbentung pada layar

pengamatan, jika jarak antar celah adalah 0,5 Cm dan jarak celah ke layar pengamatan adalah

150 Cm. Sumber cahaya monokromatis yang digunakan dengan panjang gelombang 600 nm.

Hitung pola interferensi maksimum yang terjadi pada orde ke-3.

Jawab:

Diketahui: d= 0.5 Cm = 5 x 10-3 m

a = 150 Cm = 1,5 m

λ = 600 nm = 6x10-7 m

orde ke-m = 3

Ditanyakan pmax = ......?

Penyelesaian:

𝜆𝑎 (6𝑥10 −7 )𝑚 𝑥 1,5 𝑚
Dari rumus (5.7c) diperoleh 𝑝𝑚𝑎𝑥 = 𝑚 = 3. = 5,4 x 10-4 m = 0,54 mm
𝑑 (5𝑥10 −3 )𝑚

2. Percobaan interferensi Young menggunakan dua celah sempit berjarak 0,002 Cm. Sumber

cahaya yang digunakan pada panjang gelombang 500 nm jika pola gelap-terang yang

terbentuk pada orde ke-3. Hitung sudut yang terbentuk pada proses:

a. Interferensi maksimum/ konstruktif, dan

b. Interferensi minimum/destruktif.

Jawab:

Diketahui: d= 0.002 Cm = 2 x 10-5 m, λ = 500 nm = 5x10-7 m


MODUL Optika Moderen 97
Ditanyakan:

Hitung sudut θ yang terjadi untuk m = 3 yang menimbulkan pola interferensi maksimum
dan minimum.

Penyelesaian:

Untuk interferensi maksimum diperoleh sesuai persamaan (5.8c).

d Sin θ=mλ , Sehingga θ=arc Sin (mλ/d )

3𝑥 5𝑥10 −7 𝑚
Untuk m = 3, maka diperoleh θ=arc Sin = arc Sin (7,5 x10-2)
2𝑥10 −5 𝑚

atau sudut θ = arc Sin (0,075) maka θ= 13,350

2𝑚 +1 𝜆
Untuk proses interferensi minimum diperoleh 𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 𝑆𝑖𝑛 pada orde m=3
2 𝑑

1 𝜆 1 3𝑥 5𝑥10 −7 𝑚
Diperoleh sudut: θ=arc Sin 𝑚 + 2 = arc Sin 32
𝑑 2𝑥10 −5 𝑚

θ = arc Sin (......) maka θ = ......????

3. Sebuah percobaan interferensi dengan dua celah sempit yang sejajar. Jarak antar celah
adalah 0,6 mm. Jika jarak celah ke layar pengamatan adalah 60 cm. Terbentuk Pola
interferensi garis terang-gelap pada layar yang pisahkan oleh dua garis berdekatan sebesar
0,2 mm,. Hitung panjang gelombang cahaya yang digunakan.

Pembahasan
Diketahui

d = 0,6 mm = 0,0006 m = 6 x 10-4 m


∆𝑝 = 0,2 mm = 0,0002 m = 2 x 10-4 m
a = 60 cm = 600 mm = 0,6 m

Ditanya : panjang gelombang cahaya yang digunakan ?

MODUL Optika Moderen 98


Jawab : Layar Pengamatan

∆P

Secara geometri percobaan dengan interferensi dua celah sempit pada jarak d yang
menghasilkan pola gelap terang pada layar pengamatan sejauh a, maka panjang gelombang dapat
𝜆𝑎
hitung dengan menggunakan rumus: ∆𝑝 = 𝑑 atau

∆𝑝 𝑑 (2𝑥10 −4 )𝑚 𝑥 6𝑥10 −4 𝑚
𝜆= = = 20𝑥10−8 𝑚 = 200 nm
𝑎 0,6𝑚

5.5 Proses Interferensi pada Plat datar Sejajar

Berkas cahaya yang menjalar pada sebuah media dengan menggunakan plat sejajar

dengan indeks bias udara adalah n, cahaya tersebut memasuki plat datar melalui titik O seperti

ditunjukkan pada Gambar (5.4), jika sudut datang θ, dan tebal plat adalah h. Dalam proses ini

sebagian cahaya mengalami proses pemantulan pada permukaan plat di titik O melalui titik R

membentuk garis OR. Disamping itu cahaya yang memasuki plat sejajar pada medium yang

berbeda dengan indeks bias n’ akan terjadi proses pembiasan cahaya yang masuk kedalam plat

menuju titik P dengan sudut bias θ’. Secara geometris proses interferensi plat sejajar dapat dilihat

pada Gambar berikut ini:

MODUL Optika Moderen 99


Sinar Datang sinar pantul R

n θ θ

O L θ Q

θ’

h n’ Sinar bias Sinar pantul

θ’ θ’

Gambar (5.4) Proses interferensi pada plat sejajar

Pada Gambar (5.4) diatas cahaya yang sampai pada titik P diperbatasan plat akan mengalami

proses pemantulan kembali menuju titik Q sehingga membentuk garis PQ. Pada tinjauan ini

belum dibahas mengenai proses transmisi yang memungkinkan terjadi pada titik P yang akan

dapat mengalami transmisi keluar dari plat datar di titik P. Namun cahaya telah terpantul kembali

menuju titik Q. Dalam proses interferensi ini akan ditinjau beda lintasan optis yang terbentuk

dari penjalaran cahaya mengikuti jalur lintasan sesuai gambar diatas. Seperti uraian sebelumnya

pada bagian interferensi dengan menggunakan dua celah, maka proses interferensi menggunakan

plat sejajar dapat ditinjau secara geometris untuk merumuskan beda lintasan optis (∆𝑟) yang

terbentuk yakni selisih antara panjang lintasan dari garis OQ dengan indeks bias n’ dan panjang

litasan garis OR dengan indeks bias n. Dapat dilihat bahwa panjang lintasan garis OQ adalah

panjang lintasan yang membentuk garis OP ditambah panjang lintasan akibat pantulan cahaya

yang membentuk garis PQ pada indeks bias n’ Besarnya beda lintasan optis dapat dituliskan

seperti berikut ini:

MODUL Optika Moderen 100


∆𝑟 = 𝑛′ 𝑂𝑃 + 𝑃𝑄 − 𝑛 𝑂𝑅 . . . . . . . . (5.9)

𝑕 𝑕
Secara geometris dapat dilihat bahwa panjang garis 𝑂𝑃 = cos 𝜃′ serta panjang garis 𝑃𝑄 = cos 𝜃′

𝑕
sehingga lintasan 𝑛′ 𝑂𝑃 + 𝑃𝑄 = 2𝑛′ cos 𝜃′. Jika lintasan sepanjang garis OQ ditandai dengan

garis L maka dari gambar dapat dilihat bahwa ½ L = 𝑂𝑃 sin 𝜃 ′ , atau panjang garis L = 2𝑂𝑃 sin 𝜃 ′

𝑕
maka besarnya panjang garis L=2 sin 𝜃 ′ . Untuk memperoleh panjang lintasan OR, maka
cos 𝜃′

ditarik garis bantu melalui titik Q dan R dengan sudut 𝜃 sesuai gambar diatas, sehinga dapat

diperoleh panjang garis 𝑂𝑅 = 𝐿 sin 𝜃.

Jika disubstitusi nilai pada garis L tersebut, maka diperleh panjang garis OR

𝑕
= (2 sin 𝜃 ′ cos 𝜃 ′ ) sin 𝜃. Dengan memasukkan seluruh nilai dari garis tersebut, maka dapat

diperoleh beda litasan optis pada plat sejajar sesuai persamaan (5.9) sebesar:

𝑕 𝑕
∆𝑟 = 2𝑛′ cos 𝜃 ′ −n sin 𝜃( 2 sin 𝜃 ′ cos 𝜃 ′ ) . . . . . . . . . . . . . . . (5.10)

Untuk menyederhanakan persamaan (5.10) dapat dilakukan dengan menggunakan hubungan

indeks bias dengan sudut datang dan sudut bias sesuai Hukum Snellius yakni 𝑛 sin 𝜃 =

𝑛′sin𝜃′ . Sehingga beda lintasan optik pada persamaan (5.10) diperoleh:

𝑛 ′ −𝑛 ′ sin 𝜃 ′ sin 𝜃′ 1−𝑠𝑖𝑛 2 𝜃′


∆𝑟 = 2𝑕 = 2𝑕𝑛′ . Dengan demikian secara sederhana diperoleh
cos 𝜃′ cos 𝜃′

rumusan beda lintasan optis untuk proses interferensi pada plat sejajar adalah:

∆r=2n’h cos θ’. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.11)

Dimana: ∆r : beda lintasan optis pada plat sejajar

n’ : indeks bias plat sejajar

h : tebal plat

θ’ : sudut bias.

MODUL Optika Moderen 101


Seperti uraian sebelumnya pada proses interferensi dengan dua celah, beda lintasan optis yang

telah diperoleh pada persamaan (5.11) dimaksudkan untuk memperoleh besarnya nilai phasa
2𝜋
sebesar δ = k ∆r . dimana k adalah bilangan gelombang sebesar k= . Maka besarnya nilai
𝜆

phasa untuk proses interferensi pada plat sejajar dapat diperoleh sebesar:
4𝜋
δ = k ∆r = 𝑛’𝑕 𝑐𝑜𝑠 𝜃’ . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.12)
𝜆

Secara fisis proses pantulan yang terjadi dari renggang ke rapat akan dapat menimbulkan

loncatan phasa sebesar π, sementara jika terjadi pantulan dari rapat ke renggang tidak terjadi

loncatan phasa. Sehingga pergeseran phase pada proses refleksi diperoleh:


4𝜋
δ= 𝑛’𝑕 𝑐𝑜𝑠 𝜃’ ± 𝜋 . . . . . . . . . . . . . . . . (5.12a)
𝜆

Tinjauan untuk proses interferensi maksimum diperoleh sebesar 𝛿 = 𝑚2𝜋. Besarnya nilai phasa

untuk proses interferensi maksimum yang saling menguatkan atau menimbulkan pola terang
4𝜋
sesuai persamaan (5.12) diperoleh: δmax = 𝑛’𝑕 𝑐𝑜𝑠 𝜃’= 𝑚2𝜋. Maka diperoleh hubungan
𝜆

panjang gelombang untuk proses interferensi maksimum atau saling menguatkan sebesar:

2𝑛’𝑕 𝑐𝑜𝑠 𝜃’= 𝑚𝜆max . . . . . . . . . . . . . . (5.12b)

Dimana 𝜆max adalah panjang gelombang yang dihasilkan pada proses interferensi maksimum.

Untuk proses interferensi yang saling melemahkan atau interferensi minimum dapat tuliskan

hubungan sebagai berikut:

2𝑚 +1
2𝑛’𝑕 𝑐𝑜𝑠 𝜃’ = 𝜆min . . . . . . . . . . . . . . (5.12c)
2

Dengan 𝜆min adalah panjang gelombang yang terjadi pada proses interferensi minimum untuk

kasus plat datar sejajar. Dengan demikian secara geometris telah diturunkan beda lintasan optis

pada proses interferensi menggunakan plat datar sejajar yang menghasilkan proses interferensi

maksimum dan minimum.

MODUL Optika Moderen 102


Contoh

1. Jika sebuah cahaya laser dengan panjang gelombang 500 nm memasuki sebuah plat sejajar

dengan sudut datang 30o, jika tebal plat 3 mm indeks bias udara n=1 dan indeks bias plat 1,5.

Hitung a. Besarnya sudut bias yang terjadi

b. Beda lintasan yang dihasilkan.

c. Besarnya beda phasa yang terjadi jika terjadi loncatan fasa dari renggang ke rapat.

2. Sebuah perusahaan untuk merancang chip komputer yang menggunakan sumber laser diode

dengan panjang gelombang 1025 nm jika sudut datang di set pada θ = 30o dan indeks bias

bahan plat sebesar 1,6.

Hitung:

a. Sudut bias yang dihasilkan.

b. Hitung tebal plat (chip) yang diperlukan agar terjadi interferensi maksimum pada orde

ke-2.

MODUL Optika Moderen 103

Anda mungkin juga menyukai