Pertemuan Ke-4
Pertemuan Ke-4
BAB V
INTERFERENSI
a. Diskripsi Singkat
koherensi, interferensi dengan dua berkas dengan percobaan Young, Interferensi pada Plat
b. Manfaat
Mahasiswa dapat membedakan pola interferensi maksimum dan minimum (pola gelap –
terang) baik pada interferensi dua berkas, inteferensi plat datar sejajar, dan interferensi berkas
banyak.
c. Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa dapat mendefenisikan pengertian intereferensi dari superposisi gelombang EM, baik
untuk interferensi celah dua berkas, plat datar, dan berkas banyak, serta dapat menjelaskan dan
5.1 Pendahuluan
Interaksi antara dua gerakan gelombang atau lebih yang mempengaruhi suatu bagian
medium yang sama sehingga gangguan sesaat pada gelombang paduan merupakan jumlah vektor
interferensi. Jika dua buah gelombang bergabung sedemikian rupa sehingga puncaknya tiba pada
satu titik secara bersamaan, amplitudo gelombang hasil gabungannya lebih besar dari gelombang
semula. Gabungan gelombang ini disebut saling menguatkan (konstruktif). Titik yang mengalami
interferensi seperti ini disebut perut gelombang. Akan tetapi, jika puncak gelombang yang satu
tiba pada suatu titik bersamaan dengan dasar gelombang lain, amplitudo gabungannya minimum
(sama dengan nol). Interferensi seperti ini disebut interferensi saling melemahkan (destruktif).
Dengan demikian Interferensi adalah perpaduan atau superposisi dua buah gelombang atau lebih
yang menghasilkan pola intensitas yang baru. Cahaya yang mengalami interferensi tersebut harus
koheren,yakni merupakan dua sumber cahaya atau lebih yang mempunyai frekwensi, amplitudo
Pada bagin ini menjelaskan konsep interferensi gelombang baik untuk dua buah
sumber celah seperti yang diakukan oleh Thomas Young, seorang ahli fisika membuat dua
sumber cahaya dari satu sumber cahaya, yang dijatukan pada dua buah celah sempit. Selanjutnya
dilakukan tinjauan interferensi pada plat datar serta proses interferensi pada celah banyak, serta
dibahas mengenai proses interferensi akibat proses koherensi dimana gelombang memiliki beda
Jika dua gelombang dipadukan maka akan terjadi dua kemungkinan yang khusus,
yaitu saling menguatkan dan saling melemahkan. Interferensi saling menguatkan disebut
interferensi kontruktif dan terpenuhi jika kedua gelombang sefase. Interferensi saling
melemahkan disebut interferensi destruktif dan terpenuhi jika kedua buah gelombang
elektromagnetik tidak sefase. Interferensi terjadi pada dua gelombang koheren, yaitu gelombang
yang memiliki frekuensi dan beda fase sama. Contoh proses interferensi dapat dilihat pada
Gambar (5.1) Proses interferensi yang terjadi yang menghasilkan pola intensitas baru barupa
Tinjauan gelombang elektromegnetik dapat ditinjau secara teroritis melalui solusi umum
Dengan fase 𝜑 = 𝑘𝑟 − 𝜔𝑡 + ∅0
2𝜋
E0 : amplitudo medan listrik. k= , k: Bilangan Gelombang
𝜆
𝐸 = 𝐸1 + 𝐸2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.1)
2
𝐼= 𝐸 = 𝐸. 𝐸∗
∗
= 𝐸1 + 𝐸2 𝐸1 + 𝐸2
= 𝐸1 2
+ 𝐸2 2
+ 𝐸1 𝐸2 ∗ + 𝐸1 ∗ 𝐸2
2 2
= 𝐸01 + 𝐸02 + 𝐸01 𝐸02 𝑒𝑥𝑝 𝑗(𝜑1 − 𝜑2 ) + 𝐸01 𝐸02 𝑒𝑥𝑝 −𝑗(𝜑1 − 𝜑2 )
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2 cos 𝛿 … … … … … … … … … … … … . . … … … … … … 5.2
2 2
𝐼1 = 𝐸01 ; 𝐼2 = 𝐸02 𝑑𝑎𝑛 𝛿 = 𝜑1 − 𝜑2
𝐼= 𝐸1 2
+ 𝐸2 2
+ 𝐸1 𝐸2 ∗ + 𝐸1 ∗ 𝐸2 … … … … … … … … … … … (5.3)
2 1 𝑇
Dengan 𝐸1 =𝑇 𝑇
𝐸1 (𝑡) 2 𝑑𝑡
Selanjutnya kita selidiki keadaan dimana intensitas (I) berharga maksimum dan minimum
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2 cos 𝛿
Jadi 𝐼𝑚𝑎𝑥 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2 cos 𝛿
Tunjukkan bahwa :
𝛿
𝐼 = 4𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 2
Visibilitas (jarak Penglihatan) dalam suatu interferensi didefenisikan oleh Michelson sebagai :
𝐼𝑚𝑎𝑥 − 𝐼𝑚𝑖𝑛
𝑉= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (5.4)
𝐼𝑚𝑎𝑥 + 𝐼𝑚𝑖𝑛
Dari contoh diatas jika E01 = E02 dan I1 =I2 =I0 maka vibilitas :
5.3 KOHERENSI
Suatu konsep bahwa cahaya monokromatik (terdiri dari satu panjang gelombang) atau
spektrum panjang gelombang yang sangat sempit, sampai sulit diperoleh karena pada
kenyataannya sebaik baik sumber cahaya, tetap mengemisikan suatu range panjang gelombang
yang terbatas. Interval/selang waktu selama fase konstan disebut waktu koherensi, sedangkan
Dapat diketahui bahwa untuk gelombang monokromatis memiliki beda waktu yang sangat besar
(∆t→~ ), sedangkan perubahan frekwensi atau lebar pita frekwensi yang sangat kecil (∆ʋ →0).
1
Dengan demikian lebar pita frekwensi berbanding terbalik dengan perubahan waktu ( ∆𝑡 ). Lebar
1
pita frekuensi ∆ʋ dinyatakan sebagai ∆ʋ~ ∆𝑡 .
Gambar (5.2) Proses Koherensi Gelombang monokromatis dengan lebar spektrum yang sempit
Guna meninjau proses koherensi maka intensitas yang dihasilkan dapat ditulis kembali seperti
𝐼= 𝐸1 2
+ 𝐸2 2
+ 𝐸1 𝐸2 ∗ + 𝐸1 ∗ 𝐸2
Dengan
Dan
Sehingga diperoleh :
𝛤12 𝜏
𝛾12 (𝜏) = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.5)
𝛤11 0 𝛤22 0
Contoh :
1. Hitung lebar pita frekuensi cahaya putih, hitung pula panjang koherensi dan waktu
koherensinya
Jawab :
Cahaya putih mempunyai frekuensi antara 384 THz sampai dengan 769 THz jadi lebar pita
frekuensi :
∆𝑙 = 779 𝑛𝑚
∆ʋ 1
2. Stabilitas frekuensi dinyatakan sebagai , dan lebar pita ∆ʋ~ ∆ʋ dengan melakukan
ʋ
𝜆2
diferensiasi terhadap frekuensi, tunjukkan bahwa panjang koherensi ∆𝑙~ ∆𝜆02
0
Thomas Young (1773-1829) seorang Fisikawan yang berkebangsaan Inggeris telah melakukan
percobaan interferensi dengan menggunakan sumber cahaya koheren yakni cahaya yang
mempunyai beda fase, frekwensi, dan amplitudo yang sama. Sumber cahaya tersebut melalui
dua celah sempit. Pada prinsipnya cahaya yang melewati kedua celah tersebut merupakan
sumber cahaya baru, yang dapat menghasilkan proses interferensi dimana terjadi superposisi
gelombang yang dapat menghasilkan pola intensitas baru yang terjadi pada layar pengamatan.
Pola intensitas cahaya tersebut dapat berupa pola gelap-terang pada cahaya monokromatis dan
MODUL Optika Moderen 91
warna pelangi pada cahaya polikromatis. Secara geometris percobaan Young dapat jelaskan
seperti berikut: Jika jarak antara dua buah celah adalah d dan jarak celah ke layar pengamatan
sejauh a. Cahaya yang keluar dari kedua celah sempit akan terjadi proses interferensi pada layar
pengamatan sehingga terbentuk pola (pattern) gelap-terang yang dikenal sebagai fringe dibaca
frinji pada layar, jika lebar frinji dapat diyatakan sebagai P. Cahaya yang keluar dari kedua
celah yang sampai ke layar masing masing sejauh r1 dan r2. Percobaan Young dapat
r1
P
d/2 y
d
θ r2 d/2
∆r a
Dari Gambar 5.3 dapat dijelaskan secara geometris bahwa panjang lintasan yang dilalui oleh S1
𝑑 2 𝑑2
𝑟1 = 𝑎2 + 𝑝 − 2 maka 𝐫1 = 𝑎2 + 𝑝2 − 𝑑𝑝 + . Sementara panjang lintasan r2 dapat
4
𝑑 2 𝑑2
dihitung dengan r2 = 𝑎2 + 𝑝 + 2 = 𝑎2 + 𝑝2 + 𝑑𝑝 + . Selisih lintasan antara r2
4
terhadap r1 disebut sebagai beda lintasan optis ∆r= r2-r1. Guna menyederhanakan pembahasan
maka dilakukan kuadratisasi masing masing lintasan r1 dan r2 yakni 𝑟22 − 𝑟12 =(𝑟2 − 𝑟1 )(𝑟2 + 𝑟1 )
= 2dp. Selanjutnya dari gambar dapat dilihat bahwa panjang lintasan r1 dan r2 terhadap layar
2𝑑𝑝 2𝑑𝑝 𝑑𝑝
∆𝑟 = 𝑟2 − 𝑟1 = = = . . . . . . . . . . . . . . . .(5.6)
(𝑟1+ 𝑟2 ) 2𝑎 𝑎
Pada dasarnya beda lintasan Optis ∆r yang biasa dikenal dengan Optical Path difference (OPD)
akan menghasilkan beda phasa (𝛿) yang dapat menimbulkan pola interferensi maksimum
(terang) dan minimum (gelap) pada layar pengamatan. Jika beda phasa (𝛿) didefenisikan
2𝜋
sebagai 𝛿 = (𝑘 ∆r ± 𝜔∆𝑡) dimana k adalah bilangan gelombang yang dinyatakan sebagai 𝑘 =
𝜆
2𝜋
, dengan 𝜆 adalah panjang gelombang dan 𝜔 = adalah kecepatan sudut, dan T adalah perioda
𝑇
serta ∆𝑡 merupakan perubahan waktu dalam detik. Dalam pembahasan ini ditinjau untuk proses
koherensi spatial yang bergantung pada beda lintasan yang dilalui oleh cahaya koheren pada
jarak dari sumber ke layar pengamatan, sementara tinjauan terhadap perubahan waktu penjalaran
gelombang cahaya dari sumber atau celah terhadap layar pengamatan dianggap konstan terhadap
waktu sehingga ∆𝑡 → 0. atau koherensi temporal diperoleh konstan terhadap waktu penjalaran
gelombang cahaya, sehingga beda phasa dapat diperoleh sesuai persamaan (5.6)
2𝜋 2𝜋 𝑑𝑃
𝛿 = 𝑘∆𝑟 = r2 − r1 = . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.7)
𝜆 𝜆 𝑎
Dengan demikian persamaan intensitas yang terjadi dalam proses interferensi sesuai persamaan
(5.2), dengan menggunakan dua celah pada percobaan Young, jika dilakukan substitusi nilai
phase pada persamaan (5.7) dapat diperoleh nilai intensitas sebagai berikut:
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2 cos 𝛿
2𝜋 𝑑𝑝
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 2 𝐼1 𝐼2 cos . . .. . . . . . . . . . .(5.7a)
𝜆 𝑎
Tinjauan untuk proses interferensi maksimum (pola terang) yang terbentuk pada layar
pengamatan sesuai persamaan (5.7) dengan phase maksimum akan terbentuk jika gelombang
cahaya mengalami interferensi yang konstruktif setiap terjadi loncatan phasa sebesar m(2π)
sehingga besarnya phasa maksimum yang terjadi dapat dituliskan seperti persamaan berikut:
2𝜋 𝑑𝑝 𝑚𝑎𝑥
𝛿𝑚𝑎𝑥 = = 𝑚. 2𝜋 . . . . . . . . . . (5.7b)
𝜆 𝑎
dengan 𝑚 = 0,1,2, … orde ke-m : bilangan bulat. Maka lebar pita terang (frinji) untuk proses
𝜆𝑎
𝑝𝑚𝑎𝑥 = 𝑚 . . . . . . . . . . . (5.7c)
𝑑
Dari persamaan (5.7c) dapat dilihat bahwa pola interferensi maksimum yang terbentuk pada
layar pengamatan akan lebih besar dengan memperpanjang jarak antara sumber atau celah
terhadap layar pengamatan (a) atau dengan memperpendek jarak antar kedua celah (d).
1 2𝑚 +1
terjadi loncatan phasa pada setiap orde ke-m yakni (m+ 2) (2𝜋), atau orde ke (2𝜋)
2
sehingga diperoleh
2𝜋 𝑑 𝑝 𝑚𝑖𝑛 2𝑚 +1
𝛿𝑚𝑖𝑛 = = 2𝜋 . . . . . . . . . . . (5.7d)
𝜆 𝑎 2
Sehingga untuk proses interferensi minimum terbentuk lebar pita/ pola gelap pada layar
2𝑚 +1 𝜆𝑎
𝑝𝑚𝑖𝑛 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.7e)
2 𝑑
Jarak antara puncak dari pita/ pola terang - terang atau gelap - gelap disebut
𝜆𝑎
periode spasial yang dinyatakan dalam ∆𝑝 = 𝑑
Pembahasan selanjutnya ditinjau kembali pada gambar (5.3) dapat dilihat bahwa beda lintasan
optis (∆r) membentuk sudut θ, akibat terjadi selisih atau beda lintasan antara r2 dengan r1 yang
Beda lintasan optis dari persamaan (5.8) juga akan ditinjau untuk proses interferensi yang saling
perubahan phasa. Pada persaman (5.7) telah dituliskan rumusan phasa, jika dihubungkan dengan
beda lintasan optis pada persamaan (5.8), maka perubahan phasa yang timbul akibat pengaruh
2𝜋 2𝜋
𝛿 = 𝑘∆𝑟 = r2 − r1 = 𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝜃 . . . . . . . . . . . . . . . (5.8a)
𝜆 𝜆
interferensi maksimum sehingga diperoleh phasa pada proses interferensi maksimum atau pola
2𝜋
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝜃 = 𝑚(2𝜋) . . . . . . . . . . . . .. . (5.8b)
𝜆
Dengan demikian secara umum diperoleh rumusan untuk proses interferensi maksimum atau
dengan d: Jarak antar celah, dan λ : panjang gelombang, θ : Sudut yang terbentuk dari beda
Oleh karenanya, cara yang sama diperoleh proses phasa minimum setiap terjadi loncatan phasa
2𝑚 +1
sebesar (2𝜋), yang menghasilkan rumusan untuk proses phasa minimum sebesar:
2
2𝜋 2𝑚+1
𝛿𝑚𝑖𝑛 = 𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝜃 = (2𝜋) . . . . . . (5.8d)
𝜆 2
Hubungan persamaan tersebut diatas diperoleh rumusan untuk proses interferensi minimum (pola
gelap) sebagai:
2𝑚 +1
d Sin θ= 2
𝜆 . . . . . . . . . . . . .. . . . . (5.8e)
Dengan demikian untuk proses interferensi pada percobaan Young menggunakan dua celah
sempit, dapat membentuk proses interferensi yang saling menguatkan (konstruktif) maupun
interferensi yang melemahkan (destruktif dalam bentuk pola terang dan gelap. Secara geometri
telah diturunkan beberapa rumusan untuk menentukan beda phasa yang terbentuk akibat
adanya beda lintasan tersebut.
1. Percobaan Young dilakukan untuk meneliti pola interferensi yang terbentung pada layar
pengamatan, jika jarak antar celah adalah 0,5 Cm dan jarak celah ke layar pengamatan adalah
150 Cm. Sumber cahaya monokromatis yang digunakan dengan panjang gelombang 600 nm.
Jawab:
a = 150 Cm = 1,5 m
λ = 600 nm = 6x10-7 m
orde ke-m = 3
Penyelesaian:
𝜆𝑎 (6𝑥10 −7 )𝑚 𝑥 1,5 𝑚
Dari rumus (5.7c) diperoleh 𝑝𝑚𝑎𝑥 = 𝑚 = 3. = 5,4 x 10-4 m = 0,54 mm
𝑑 (5𝑥10 −3 )𝑚
2. Percobaan interferensi Young menggunakan dua celah sempit berjarak 0,002 Cm. Sumber
cahaya yang digunakan pada panjang gelombang 500 nm jika pola gelap-terang yang
terbentuk pada orde ke-3. Hitung sudut yang terbentuk pada proses:
b. Interferensi minimum/destruktif.
Jawab:
Hitung sudut θ yang terjadi untuk m = 3 yang menimbulkan pola interferensi maksimum
dan minimum.
Penyelesaian:
3𝑥 5𝑥10 −7 𝑚
Untuk m = 3, maka diperoleh θ=arc Sin = arc Sin (7,5 x10-2)
2𝑥10 −5 𝑚
2𝑚 +1 𝜆
Untuk proses interferensi minimum diperoleh 𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 𝑆𝑖𝑛 pada orde m=3
2 𝑑
1 𝜆 1 3𝑥 5𝑥10 −7 𝑚
Diperoleh sudut: θ=arc Sin 𝑚 + 2 = arc Sin 32
𝑑 2𝑥10 −5 𝑚
3. Sebuah percobaan interferensi dengan dua celah sempit yang sejajar. Jarak antar celah
adalah 0,6 mm. Jika jarak celah ke layar pengamatan adalah 60 cm. Terbentuk Pola
interferensi garis terang-gelap pada layar yang pisahkan oleh dua garis berdekatan sebesar
0,2 mm,. Hitung panjang gelombang cahaya yang digunakan.
Pembahasan
Diketahui
∆P
Secara geometri percobaan dengan interferensi dua celah sempit pada jarak d yang
menghasilkan pola gelap terang pada layar pengamatan sejauh a, maka panjang gelombang dapat
𝜆𝑎
hitung dengan menggunakan rumus: ∆𝑝 = 𝑑 atau
∆𝑝 𝑑 (2𝑥10 −4 )𝑚 𝑥 6𝑥10 −4 𝑚
𝜆= = = 20𝑥10−8 𝑚 = 200 nm
𝑎 0,6𝑚
Berkas cahaya yang menjalar pada sebuah media dengan menggunakan plat sejajar
dengan indeks bias udara adalah n, cahaya tersebut memasuki plat datar melalui titik O seperti
ditunjukkan pada Gambar (5.4), jika sudut datang θ, dan tebal plat adalah h. Dalam proses ini
sebagian cahaya mengalami proses pemantulan pada permukaan plat di titik O melalui titik R
membentuk garis OR. Disamping itu cahaya yang memasuki plat sejajar pada medium yang
berbeda dengan indeks bias n’ akan terjadi proses pembiasan cahaya yang masuk kedalam plat
menuju titik P dengan sudut bias θ’. Secara geometris proses interferensi plat sejajar dapat dilihat
n θ θ
O L θ Q
θ’
θ’ θ’
Pada Gambar (5.4) diatas cahaya yang sampai pada titik P diperbatasan plat akan mengalami
proses pemantulan kembali menuju titik Q sehingga membentuk garis PQ. Pada tinjauan ini
belum dibahas mengenai proses transmisi yang memungkinkan terjadi pada titik P yang akan
dapat mengalami transmisi keluar dari plat datar di titik P. Namun cahaya telah terpantul kembali
menuju titik Q. Dalam proses interferensi ini akan ditinjau beda lintasan optis yang terbentuk
dari penjalaran cahaya mengikuti jalur lintasan sesuai gambar diatas. Seperti uraian sebelumnya
pada bagian interferensi dengan menggunakan dua celah, maka proses interferensi menggunakan
plat sejajar dapat ditinjau secara geometris untuk merumuskan beda lintasan optis (∆𝑟) yang
terbentuk yakni selisih antara panjang lintasan dari garis OQ dengan indeks bias n’ dan panjang
litasan garis OR dengan indeks bias n. Dapat dilihat bahwa panjang lintasan garis OQ adalah
panjang lintasan yang membentuk garis OP ditambah panjang lintasan akibat pantulan cahaya
yang membentuk garis PQ pada indeks bias n’ Besarnya beda lintasan optis dapat dituliskan
Secara geometris dapat dilihat bahwa panjang garis 𝑂𝑃 = cos 𝜃′ serta panjang garis 𝑃𝑄 = cos 𝜃′
sehingga lintasan 𝑛′ 𝑂𝑃 + 𝑃𝑄 = 2𝑛′ cos 𝜃′. Jika lintasan sepanjang garis OQ ditandai dengan
garis L maka dari gambar dapat dilihat bahwa ½ L = 𝑂𝑃 sin 𝜃 ′ , atau panjang garis L = 2𝑂𝑃 sin 𝜃 ′
maka besarnya panjang garis L=2 sin 𝜃 ′ . Untuk memperoleh panjang lintasan OR, maka
cos 𝜃′
ditarik garis bantu melalui titik Q dan R dengan sudut 𝜃 sesuai gambar diatas, sehinga dapat
Jika disubstitusi nilai pada garis L tersebut, maka diperleh panjang garis OR
= (2 sin 𝜃 ′ cos 𝜃 ′ ) sin 𝜃. Dengan memasukkan seluruh nilai dari garis tersebut, maka dapat
diperoleh beda litasan optis pada plat sejajar sesuai persamaan (5.9) sebesar:
∆𝑟 = 2𝑛′ cos 𝜃 ′ −n sin 𝜃( 2 sin 𝜃 ′ cos 𝜃 ′ ) . . . . . . . . . . . . . . . (5.10)
indeks bias dengan sudut datang dan sudut bias sesuai Hukum Snellius yakni 𝑛 sin 𝜃 =
rumusan beda lintasan optis untuk proses interferensi pada plat sejajar adalah:
h : tebal plat
θ’ : sudut bias.
telah diperoleh pada persamaan (5.11) dimaksudkan untuk memperoleh besarnya nilai phasa
2𝜋
sebesar δ = k ∆r . dimana k adalah bilangan gelombang sebesar k= . Maka besarnya nilai
𝜆
phasa untuk proses interferensi pada plat sejajar dapat diperoleh sebesar:
4𝜋
δ = k ∆r = 𝑛’ 𝑐𝑜𝑠 𝜃’ . . . . . . . . . . . . . . . . . (5.12)
𝜆
Secara fisis proses pantulan yang terjadi dari renggang ke rapat akan dapat menimbulkan
loncatan phasa sebesar π, sementara jika terjadi pantulan dari rapat ke renggang tidak terjadi
Tinjauan untuk proses interferensi maksimum diperoleh sebesar 𝛿 = 𝑚2𝜋. Besarnya nilai phasa
untuk proses interferensi maksimum yang saling menguatkan atau menimbulkan pola terang
4𝜋
sesuai persamaan (5.12) diperoleh: δmax = 𝑛’ 𝑐𝑜𝑠 𝜃’= 𝑚2𝜋. Maka diperoleh hubungan
𝜆
panjang gelombang untuk proses interferensi maksimum atau saling menguatkan sebesar:
Dimana 𝜆max adalah panjang gelombang yang dihasilkan pada proses interferensi maksimum.
Untuk proses interferensi yang saling melemahkan atau interferensi minimum dapat tuliskan
2𝑚 +1
2𝑛’ 𝑐𝑜𝑠 𝜃’ = 𝜆min . . . . . . . . . . . . . . (5.12c)
2
Dengan 𝜆min adalah panjang gelombang yang terjadi pada proses interferensi minimum untuk
kasus plat datar sejajar. Dengan demikian secara geometris telah diturunkan beda lintasan optis
pada proses interferensi menggunakan plat datar sejajar yang menghasilkan proses interferensi
1. Jika sebuah cahaya laser dengan panjang gelombang 500 nm memasuki sebuah plat sejajar
dengan sudut datang 30o, jika tebal plat 3 mm indeks bias udara n=1 dan indeks bias plat 1,5.
c. Besarnya beda phasa yang terjadi jika terjadi loncatan fasa dari renggang ke rapat.
2. Sebuah perusahaan untuk merancang chip komputer yang menggunakan sumber laser diode
dengan panjang gelombang 1025 nm jika sudut datang di set pada θ = 30o dan indeks bias
Hitung:
b. Hitung tebal plat (chip) yang diperlukan agar terjadi interferensi maksimum pada orde
ke-2.