Makala H
Makala H
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang
“PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD)” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa bahaya dari penyakit Demam
berdarah.
Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca
dan belajar teman-teman.selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami
tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,sehing saran
dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan laporan
ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
A. Latar Belakang
Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air yang terjadi
pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta adanya banjir yang
berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya nyamuk
pada genangan – genangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba
pula, itulah kata-kata yang melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya
musim nyamuk dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi
lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya pengendalian
secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut
nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa
batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi
nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh
manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang
terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya
seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika
penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah
merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi
dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak
1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah
menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa
meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004).
WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya
tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati
dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan
pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan
oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk
tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan
Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi
untuk memberantas jentik nyamuk. Program studi Kesehatan Lingkungan Program Diploma tiga
Kesehatan FIK UMS sebagai salah satu institusi yang dapat melaksanakan fogging merasa
bertanggung jawab untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Sebagai wujud kepedulian itu
maka dilaksanakan program fogging di beberapa daerah.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah
dilaksanakan meliputi : promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan
dan penanggulangan faktor resiko serta kerja sama lintas program dan lintas sector terkait sampai
dengan tingkat desa /kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk. Masalah utama dalam
upaya menekan angka kesakitan DBD adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut perlu di tingkatkan
antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan berkesinambungan serta menggerakan
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD.
A. Perumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam memecahkan masalah demam
berdarah antara lain :
1. Apa sebenarnya penyakit demam berdarah dengue dan apa penyebabnya?
2. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dan siklus hidup vektor penular penyakit
DBD?
3. Seperti apa patogenitas DBD terhadap manusia?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit DBD ?
5. Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar tidak mewabah ?
6. Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?
B. Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
1. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dengue dan penyebabnya.
2. Memberi pengetahuan tentang cara penularan dan vektor penyakit demam berdarah
3. Memberi pengetahuan tentang patogenitas DBD
4. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam berdarah.
5. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.
6. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Culicidae
Genus: Aedes
Upagenus: Stegomyia
Spesies: Ae. aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua
daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa
utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di
desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu
mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi
persebaran penyakit demam berdarah.
Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari keberadaan vektornya,
karena tanpa adanya vektor tidak akan terjadi penularan. Ada beberapa vektor yang dapat
menularkan virus Dengue tetapi yang dianggap vektor penting dalam penularan virus ini adalah
nyamuk Aedes aegypti walaupun di beberapa negara lain Aedes albopictus cukup penting pula
peranannya seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan di pulau Mahu Republik Seychelles
(Metsellar, 1997).
Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya (Luft,1996). Selain
kedua spesies ini masih ada beberapa spesies dari nyamuk Aedes yang bisa bertindak sebagai
vektor untuk virus Dengue seperti Aedes rotumae, Aedes cooki dan lain-lain. Sub famili nyamuk
Aedes ini adalah Culicinae, Famili Culicidae, sub Ordo Nematocera dan termasuk Ordo diptera
(WHO, 2004).
Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang mengalami viremia, maka
nyamuk tersebut terinfeksi oleh virus Dengue dan sekali menjadi nyamuk yang infektif maka
akan infektif selamanya (Putman JL dan Scott TW., 1996). Selain itu nyamuk betina yang
terinfeksi dapat menularkan virus ini pada generasi selanjutnya lewat ovariumnya tapi hal ini
jarang terjadi dan tidak banyak berperan dalam penularan pada manusia. Virus yang masuk
dalam tubuh nyamuk membutuhkan waktu 8-10 hari untuk menjadi nyamuk infektif bagi
manusia dan masa tersebut dikenal sebagai masa inkubasi eksternal (WHO, 1997).
2. Ciri morfologi
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam
kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian
punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan
yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok
atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna
nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi
yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki
perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan
terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati
dengan mata telanjang.
Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya
dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk lainnya. Nyamuk dewasa mempunyai
ciri pada tubuhnya yang berwarna hitam mempunyai bercak-bercak putih keperakan atau putih
kekuningan, dibagian dorsal dari thorak terdapat bercak yang khas berupa 2 garis sejajar di
bagian tengah dan 2 garis lengkung di tepinya. Aedes albopictus tidak mempunyai garis
melengkung pada thoraknya. Larva Aedes mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan
hanya memiliki satu pasang hair tuft serta pecten yang tumbuh tidak sempurna dan posisi larva
Aedes pada air biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan menempel
pada dinding tempat perindukannya. Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-
garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Seekor nyamuk betina dapat
meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Pertumbuhan dari telur sampai
menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari (Srisasi G et al., 2000).
D. Patogenitas dbd
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus Dengue termasuk genus
Flavivirus, famili Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3
dan DEN 4. Keempat serotipe virus ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus
DEN 3 sering menimbulkan wabah, sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah
virus DEN 2 (Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya demam
secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan
arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan
menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa juga muncul dengan
kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E., 1998).
Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari pembuluh
darah perifer ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat asimtomatik atau
simtomatik yang meliputi panas tidak jelas penyebabnya (Dengue Fever, DF), Demam Berdarah
Dengue (DBD), dan demam berdarah dengan renjatan (DSS) dengan manifestasi klinik demam
bifasik disertai gejala nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit
( Soegijanto S., 2004).
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistem
retikuloendotelial, dengan target utama virus Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di
mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat
juga terkena (Harikushartono et al., 2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul
gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan
menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen Precenting
Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik
makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik
yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan
melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi
hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).
Penyakit infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial yang pada saat ini
mulai diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada penyakit infeksi virus, yaitu
kerentanan yang dapat diwariskan. Konsep ini merupakan salah satu teori kejadian infeksi
berdasarkan adanya perbedaan kerentanan genetik (genetic susceptibility) antar individu
terhadap infeksi yang mengakibatkan perbedaan interaksi antara faktor genetik dengan
organisme penyebab serta lingkungannya (Darwis D., 1999).
Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga
menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma
menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi
efusi serosa, efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).
Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat menjelaskan satu
atau beberapa manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan secara utuh keseluruhan
fenomena (Soetjipto et al., 2000). Beberapa teori tentang patogenesis DBD adalah The
Secondary Heterologous Infection Hypothesis, Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena
Antibodi Dependent Enhancement (ADE), Teori Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori
Apoptosis (Soegijanto S., 2004).
Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada pemberantasan vektor
penyakit karena vaksin yang efektif masih belum tersedia. Pemberantasan vektor ini meliputi
pemberantasan sarang nyamuk dan pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi
pembersihan tempat penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan
nyamuk, diikuti penimbunan sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Tempat air bersih perlu dilindungi dengan ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan
melalui kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran ikan pemakan jentik di kolam-kolam
(Soegijanto S., 2004).
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras
dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan
beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat
(Deubel V et al., 2001).
Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan pekarangannya,
selokan selokan di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras kamar mandi (termasuk
mengganti air untuk minuman burung dan air dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air
dan mengubur barang-barang bekas yang mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk
pecahan botol dan potongan ban bekas). Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10
gr/ 100 liter air, untuk membunuh jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam
ikan di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut kalau-kalau terjadi keracunan karena
abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia maupun ikan. Untuk
mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai penularan penyakit demam berdarah
adalah dengan pelaksanaan PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan
kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh seluruh
masyarakat secara merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi
telah meluas di semua wilayah maka pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi.
Sebab jika hanya satu daerah saja yang melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya
tidak, maka dimungkinkan orang yang berasal dari wilayah yang telah bebas namun berkunjung
ke daerah yang masih terdapat penderita demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk Aedes
aegypti akan tertular demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun akan tersebar luas
kembali.
Pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan kembali (revitalisasi)
pokjanal DBD di Desa/Kelurahan maupun Kecamatan dengan fokus pemberian penyuluhan
kesehatan lingkungan dan pemeriksaan jentik berkala. Perekrutan warga masyarakat sebagai Juru
Pemantau Jentik (Jumantik) dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan pemantauan jentik,
pemberantasan sarang nyamuk secara periodik dan penyuluhan kesehatan. Peran media massa
dalam penanggulangan KLB DBD dan sebagai peringatan dini kepada masyarakat juga
ditingkatkan. Dengan adanya sistem pelaporan dan pemberitahuan kepada khalayak yang cepat
diharapkan masyarakat dan departemen terkait lebih wasapada. Intensifikasi pengamatan
(surveilans) penyakit DBD dan vektor dengan dukungan laboratorium yang memadai di tingkat
Puskesmas Kecamatan/Kabupaten juga perlu dibenahi (Kristina et al., 2004).
Beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk dengan cara
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat
perindukan nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan, pengeringan, pembuatan
bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan
ini di Indonesia populer dengan nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk ”3M” yaitu dari
kata menutup, menguras dan menimbun berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.
2. Manupulasi Lingkungan
Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak
menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari laguna, pengubahan
kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di bidang pertanian.
3. Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku
Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan
mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menempatkan dan
memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber nyamuk (serangga) penular penyakit,
perlindungan perseorangan (personal protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap
kontak dengan sumber serangga vektor, penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan
buangan lainnya.
4. Pengendalian Hayati
Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan musuh-musuh
alami nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai
baik mengenai bioekologi, dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan juga
bioekologi musuh alami yang akan digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan
hasilnyapun lebih lambat terlihat dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian
hayati baru dapat memperlihatkan hasil yang optimal jika merupakan bagian suatu pengendalian
secara terpadu.
5. Musuh alami yang yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator, patogen dan
parasit.
a. Predator
Adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk.
Contohnya beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva nyamuk.Ikan pemakan jentik nyamuk
yang telah lama digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah ikan jenis guppy dan ikan kepala
timah. Jenis ikan lain yang dikembangkan adalah ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan.
Selain ikan dikenal pula larva nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk
Toxorrhynchites yang ukurannya lebih besar dari jentik nyamuk lainnya ( sekitar 4-5 kali ukuran
larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara pemanfaatan larva Toxorrhynchites telah
banyak dilakukan dalam rangkaian usaha memberantas nyamuk demam berdarah secara tepadu.
b. Patogen
Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk. Sebagai contoh
adalah berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti
Bacillus thuringiensis subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia,
Thelohania) dan fungi (seperti Coelomomyces, Lagenidium, Culicinomyces)
c. Parasit
Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga vektor dan
menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda seperti Steinermatidae
(Neoplectana), Mermithidae (Romanomermis) dan Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat
digunakan untuk mengendalikan populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu kesehatan
lainnya. Nematoda ini memerlukan serangga sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh,
merusak dinding dan jaringan tubuh serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax
merupakan contoh yang sudah diproduksi secara komersial untuk mengendalikan nyamuk.
Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih terbatas pada
daerah-daerah tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya menyerang pada fase dan
spesies serangga tertentu dan memerlukan dasar pengetahuan bioekologi yang kuat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil kesimpulan
bahwa fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk yang merupakan vektor
penyakit demam berdarah sehingga rantai penularan penyakit dapat diputuskan. Selain fogging
juga dapat dilakukan abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air
pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat
dalam PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :
Menguras
Menutup tampungan air, dan
Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat menjadi cara
untuk memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD diantaranya yaitu:
Mengatasi perdarahan.
Mencegah keadaan syok.
Menambah cairan tubuh dengan infus.
Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk pada
waktu pagi hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti nyamuk.
B. SARAN
1. Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut,
sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan
lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
2. P e r l u n y a d i g a l a k k a n G e r a k a n 3 M p l u s , tidak hanya bila terjadi wabah tetapi
harusdijadikan gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.
3. Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) perlu dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil guna.
4. Segenap pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk mencegah DBD.18
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2011.Pengendalian Nyamuk. http://www.pc3news.com/index.php?
cat=news&id=911&sub=2&view=news. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Pengendalian Nyamuk Dengan Pendekatan Secara Non Kimiawi
Lebih Diutamakan.http://masterhama.wordpress.com/2009/04/22/pengendalian-nyamuk-dengan-
pendekatan-secara-non-kimiawi-lebih-diutamakan/.
Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Vektor DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/vektor-dbd. Di akses
tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Etiologi dan Patogenesis DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/etiologi-
dan-patogenesis-dbd/. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Program Penanggulangan DBD di Indonesia.
http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-indonesia/. Di akses
tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Nyamuk Transgenic Harapan Baru Penanggulangan DBD
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-dbd. Di
akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Aedes aegypti. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti. Di akses
tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Ciri-Ciri Nyamuk Penyebab Penyakit Demam Berdarah
http://danialonline.wordpress.com/2009/08/07/ciri-ciri-nyamuk-penyebab-penyakit-demam-
berdarah-nyamuk-aedes-aegypti/. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Penyakit Demam Berdarah Dengue.
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd.html. Di akses
tanggal 23 maret 2012.
Dr.Faziah A. Siregar.2004.Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia.www.library.usu.co.id Di akses tanggal 23 maret 2012.