Anda di halaman 1dari 164

“PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI

HANDPHONE (HP) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

SISWA SMP NEGERI 66 JAKARTA SELATAN”


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan


manusia lainnya. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya. Rasa
ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup
bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain
akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh terisolasi ini akan menimbulkan
depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan
keseimbangan jiwa. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu
berkomunikasi.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian
cepat sehingga tanpa kita sadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan
manusia. Dewasa ini produk teknologi sudah menjadi kebutuhan sehari-hari
dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Penggunaa televisi, celluler phone,
dan internet sudah bukan menjadi hal yang aneh ataupun baru lagi, khususnya
di kota-kota besar. Tidak dapat dipungkiri teknologi informasi dan
komunikasi menjadi ujung tombak di era globalisasi yang kini melanda
hampir di seluruh dunia.
Handphone merupakan sebuah perangkat telekomunikasi elektronik
yang mempunyai kemampuan dasar secara konvensional yang mudah dibawa
dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon yang menggunakan
kabel. Handphone telah menjadi peralatan komunikasi yang sangat penting
dan mudah, baik piranti kerasnya (handware) berupa pesawat telepon
maupun piranti lunak (software) berupa chip dan pulsa.
Dengan cepatnya perkembangan teknologi komunikasi, telepon
genggam (handphone) telah memilki berbagai fungsi selain untuk menerima
telepon atau sms (pesan singkat), handphone juga bisa berfungsi sebagai alat
memotret, merekam segala aktivitas, sebagai sarana informasi bahkan
handphone tersebut bisa digunakan untuk menjelajahi dunia internet
tergantung feature handphone tersebut.
Namun di samping memberikan manfaat, handphone juga mempunyai
aspek yang merugikan bagi kehidupan manusia. Apabila dicermati
handphone bukan lagi alat komunikasi yang dimiliki oleh orang tua dan
orang dewasa saja akan tetapi handphone tersebut sudah menjelajahi di
kalangan anak-anak khususnya para pelajar. Tidak jarang dijumpai para siswa
membawa handphone saat pergi ke sekolah dan sering juga dijumpai siswa
ngobrol dan berbincang dengan menggunakan handphone sampai bermenit-
menit bahkan sampai berjam-jam, salah satu sebabnya dikarenakan biaya
menelpon cukup murah yang ditawarkan oleh operator telepon dan hal
tersebut bisa saja akan mengganggu aktivitas belajar siswa.
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru menegaskan, bahwa “Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan”.
Dalam belajar diperlukan aktivitas hal tersebut dikarenakan prinsip dari
belajar itu sendiri adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas,
mungkin itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting
di dalam interaksi belajar-mengajar. Proses belajar adalah aktivitas diri yang
melibatkan aspek-aspek “sosio psiko fisik” dalam upaya menuju tercapainya
tujuan belajar, yakni terjadinya perubahan tingkah laku. Dalam proses belajar,
biasanya melalui fase-fase tertentu. Karena betapa besarnya pengaruh
aktivitas siswa terhadap kegiatan belajarnya demi mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan, dalam belajar tersebut siswa mengalami
aktivitas belajar yang berkaitan erat dengan kegiatan yang mengarah pada
proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-
tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa
lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Hal di atas bisa saja tercapai dengan kata lain siswa aktif dalam proses
pembelajaran, akan tetapi dengan catatan siswa tersebut fokus dan
konsentrasi dalam proses belajar maka kegiatan seperti siswa bertanya,
mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan
guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan dapat berjalan dengan baik, akan tetapi terkadang
hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan hal
tersebut di antaranya adalah kreatifitas guru yang kurang, siswa tidak siap
dalam menerima pelajaran, siswa tidak fokus dan konsentrasi dalam proses
pelajaran.
Sebab siswa tidak siap dalam menerima pelajaran, tidak fokus dan tidak
konsentrasi dalam proses belajar dapat disebabkan siswa mengobrol atau
becanda dengan temannya ketika guru sedang menjelasakan, dan bisa juga
disebabkan karena siswa asyik memainkan handphone yang mereka miliki
ketika guru sedang menjelaskan pelajaran.
Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas dan dari fenomena
yang ada pada saat ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: “PENGARUH PENGGUNAAN
ALAT KOMUNIKASI HANDPHONE (HP) TERHADAP AKTIVITAS
BELAJAR SISWA SMP NEGERI 66 JAKARTA SELATAN”

B. Identifikasi Masalah
a. Banyaknya siswa yang telah mempunyai handphone.
b. Adanya dampak yang negatif dari penggunaan handphone.
c. Adanya penyalahgunaan dalam menggunakan handphone.
d. Kurangnya peranan orang tua dan guru dalam mengontrol penggunaan
handphone bagi siswa.

C. Pembatasan Masalah
a. Penggunaan handphone dikalangan siswa.
b. Aktivitas yang dimaksud adalah proses belajar siswa di rumah dan di
sekolah.
c. Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh negatif dari penggunaan
handphone terhadap proses belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Dari uraian identifikasi dan pembatasan masalah, maka dalam penelitian
ini Penulis akan memfokuskan perumusan masalah pada: Seberapa
besar pengaruh penggunaan handphone terhadap aktivitas
belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa baik di sekolah
maupun di rumah.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh handphone terhadap aktivitas
belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian
a. Untuk menambah pengetahuan penulis dan memberi informasi kepada
para pembaca tentang alat komunikasi handphone dan pengaruhnya
dalam aktivitas belajar siswa.
b. Sebagai informasi dan bahan acuan bagi orang tua dan guru agar
memperhatikan siswa dalam mempergunakan handphone.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Alat Komunikasi Handphone (HP)


1. Sejarah Perkembangan Manusia Berkomunikasi
Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Proses komunikasi pada
hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang
(komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan
gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Bentuk paling umum dari komunikasi manusia adalah saat seseorang
berbicara pada orang lain. Dalam hal ini elemen yang terpenting dalam
komunikasi adalah pengirim dan penerima.
Kapan manusia mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya,
tidak ada data otentik yang dapat menerangkan tentang hal itu. Hanya saja
diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang
lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang berlangsung secara mendadak.
Usaha-usaha manusia berkomunikasi lebih jauh, terlihat dalam berbagai
bentuk kehidupan mereka di masa lalu. Pendirian tempat-tempat pemukiman
di daerah aliran sungai dan tepi pantai, dipilih untuk memudahkan mereka
dalam berkomunikasi dunia luar dengan memakai perahu, rakit dan sampan.
Pemukulan gong di Romawi dan pembakaran api yang menggumpal asap di
Cina adalah simbol-simbol komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu di
medan perang.
Dari keterangan di atas menggambarkan bahwa hubungan atau kontak
antarmanusia di masa-masa lampau umumnya sangat terbatas karena belum
tersedianya alat komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi jarak jauh tidak
mungkin terjadi tanpa memakai alat atau teknologi. Upaya-upaya untuk
menembus jarak komunikasi terus dilakukan oleh para pakar sains dan
teknologi pada jamannya. Media penghantar gelombang suara menjadi salah
satu tujuan utama dari pencarian sejumlah percobaan ilmiah.
Dengan ditemukannya sistem telepon pada tahun 1876, maka timbul
desakan untuk membuat peraturan mengenai hubungan telepon internasional.
Inisiatif ini akhirnya mendorong diselenggarakannya suatu konfrensi yang
berlangsung di Berlin, Jerman, pada tahun 1885, yang menghasilkan sejumlah
peraturan mengenai hubungan telepon internasional.

2. Pengertian Alat Komunikasi Handphone (HP)


Untuk menjelaskan mengenai alat komunikasi handphone maka kita
harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan alat dan
komunikasi, untuk menghindari penafsiran yang kurang tepat mengenai alat
komunikasi handphone tersebut. Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia
yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja.
Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi
juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Handphone merupakan pengembangan teknologi telepon yang dari
masa ke masa mengalami perkembangan sarana komunikasi membuat
penyampaian informasi dari suatu pihak kepihak lainnya menjadi semakin
efektif dan efesien.
Dapat disimpulkan bahwa handphone dapat diartikan suatu barang atau
benda yang dipakai sebagai sarana komunikasi baik itu berupa, lisan maupun
tulisan, untuk penyampaian informasi atau pesan dari suatu pihak kepihak
lainnya secara efektif dan efesien karena perangkatnya yang bisa dibawa
kemana-mana dan dapat dipakai dimana saja.

3. Fungsi Alat Komunikasi Handphone (HP)


Ponsel atau handphone kini merupakan sahabat wajib yang tidak bisa
lepas dari diri masyarakat Indonesia. Berdasarkan paparan data Consumer
Lab Ericsson, selain sebagai alat komunikasi, handphone memiliki fungsi
lain. Dari riset ditahun 2009, terdapat lima fungsi handphone yang ada di
masyarakat. Handphone yang dulunya hanya berfungsi sebagai alat
komunikasi, kini pun telah berubah. Berikut persentase 5 fungsi handphone
bagi masyarakat Indonesia:
1. Sebagai alat Komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun
keluarga = 65%
2. Sebagai simbol kelas masyakarat = 44%
3. Sebagai penunjang bisnis = 49%
4. Sebagai pengubah batas sosial masyarakat = 36%
5. Sebagai alat penghilang stress = 36%.

Memang jelas manfaat handphone terbesar yaitu sebagai alat Komunikasi


agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, sesuai dengan fungsi
awalnya, dan selain fungsi di atas handphone tersebut bisa bermanfaat untuk
menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi dan untuk memperluas
jaringan, dan handphone tersebut juga bisa sebagai penghilang stress karena
berbagai feature handphone yang beragam seperti kamera, permainan, Mp3,
video, radio, televisi bahakan jaringan internet seperti yahoo, facebook,
twitter, dan lain-lain.

4. Macam-macam (Merek) Handphone


Data merek handphone yang penulis dapat dari internet yaitu
kategori HP baru yang tersedia di Mall Roxy pusat penjualan handphone,
antara lain yaitu:
1. Apple
2. Asia fone
3. B-World
4. Blackberry
5. Blueberry
6. Cross
7. D-One
8. GE
9. HT MOBILE
10. Huawei
11. Haider
12. I-Phone
13. IMO
14. Ivio
15. K-Touch
16. LG
17. MICXON
18. Motorola
19. Mitto
20. Nexian
21. Nokia
22. Philips
23. Redberry
24. Samsung
25. Sony Ericsson
26. Sky Bee
27. Sunberry
28. SPC
29. Startech
30. Taxco
31. Ti Phone
32. Titan
33. Venera
34. ZTE

B. Aktivitas Belajar Siswa


1. Macam-macam aktivitas manusia
Dalam menjalankan hidupnya manusia tidak luput dari yang namanya
aktivitas, secara sadar ataupun tidak aktivitas merupakan hal yang sangat
penting, karena tidak ada seorangpun yang hidup tanpa melakukan
aktivitas. Apalagi dalam dunia pendidikan seorang siswa yang menuntut ilmu
dengan cara belajar maka siswa tersebut harus melakukan aktivitas, tidak ada
belajar tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu di sini penulis akan
menyebutkan beberapa aktivitas kejiwaan manusia yang berhubungan erat
dengan pendidikan, di antaranya, yaitu:
a. Pengamatan
Pengamatan merupakan fungsi sensoris yang memungkinkan seseorang
menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan yang teramati. Obyek
pengamatan memiliki sifat-sifat keinginan, kesendirian, lokalitet dan
bermateri. Subyek dapat mengadakan orientasi tehadap suatu obyek, karena
obyek itu dapat ditangkap dengan tidak tergantung kepada adanya saja,
namun dapat dipelajari secara langsung.
Dalam dunia pendidikan pengamatan merupakan salah satu aktivitas yang
sangat penting. Seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar harus
melakukan pengamatan baik itu ketika guru sedang menjelaskan pelajaran,
berdiskusi dengan teman atau ketika sedang mencari jalan keluar dalam suatu
permasalahan yang dihadapinya.
b. Tanggapan
Tanggapan biasa didefinisikan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang
dihasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi “isi” kesadaran yang
dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu
sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa datang.
Begitu pentingnya peranan tanggapan bagi tingkah laku, maka
pendidikan hendaknya mampu mengembangkan dan mengontrol tanggapan-
tanggapan yang ada pada anak didik, sehinggga dengan demikian akan
berkembang secara kondisi motivasi bagi perbuatan belajar anak didik.
c. Fantasi
Fantasi adalah aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan
baru dengan pertolongan tangggapan-tangggapan lama yang telah ada, dan
tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda
yang ada. Dengan demikian imajiner itu melampaui dunia nyata.
d. Ingatan
Daya jiwa itu adalah ingatan. Ingatan ialah suatu daya jiwa kita
yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksi kembali pengertian-
pengertian dan tanggapan. Dalam kenyataanya, ingatan tidak hanya pasif saja
dalam arti hanya menerima dan menyampaikan, tetapi juga menimbulkan dan
mencari kembali informasi-informasi yang telah lama masuk dalam
kesadaran jiwa kita secara aktif, sehingga kita mampu mengatakan,
menceritakan dan mendudukan kembali sebagaimana adanya. Mengingat
berarti menyerap atau meletakan pengetahuan dengan jalan pencaman secara
aktif.

2. Pengertian Belajar
Belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Manusia terlahir sebagai mahluk yang lemah yang tidak mampu
berbuat apa-apa serta tidak mengetahui apa-apa. Akan tetapi melalui
proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai skill
(kemahiran/keterampilan) maupun pengetahuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki tiga arti yang
sangat berkaitan: pertama, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu, kedua, belajar berarti berlatih dan, ketiga, belajar berarti berubah
tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.
Untuk menjelaskan pengertian belajar, terdapat banyak definisi, oleh
karena itu penulis akan menyebutkan beberapa definisi belajar yang
dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru Menegaskan, bahwa “Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis
dan jenjang pendidikan.
Dengan belajar, manusia melakukan perbuatan-perbuatan kualitatif
individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi
hidup manusia tidak lain adalah dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja serta
melakukan suatu perbuatan menurut apa yang kita telah pelajari dari
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kogntif.
Akan tetapi belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses
dan bukan suatu hasil, maka belajar merupakan kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggara jenis
dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami
siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan

3. Teori-teori Belajar
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas
fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Untuk lebih memperjelas pengertian tentang pentingnya belajar, prinsip-
prinsip belajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi berikut ini penulis akan
mengemukakan beberapa teori belajar. Di antara sekian banyak teori yang
berdasarkan eksperimen ada tida macam yang sangat menonjol, yakni:

1) Teori Behaviorisme
Teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan pada
prilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Koneksionisme, merupakan teori
yang pertama dari rumpun behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku
manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang-jawaban atau
stimulus-respons karena itu guru-guru yang menganut pandangan ini
berpendapat, bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi
terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan sekarang, dan bahwa setiap
tingkah laku adalah merupakan hasil belajar.

2) Teori Kognitif
Para ahli aliran kognitif, mereka berpendapat bahwa tingkah laku
seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar
seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh “insight”
untuk pemecahan masalah. Jadi teori ini berpendapat bahwa tingkah laku
seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan
yang ada di dalam suatu situasi.

3) Teori Humanistik
Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi”
dari proses belajar, dalam kenyatan teori ini banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dari ketiga teori belajar di atas, ternyata memang terdapat perbedaan,
akan tetapi dari perbedaan tersebut terdapat persamaan karena teori-teori
tersebut sangat terkait dengan proses belajar. Di antara persamaan teori
tersebut yaitu:
1. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang penting.
2. Halangan dan kesulitan pasti ada dalam proses belajar.
3. Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan respons
yang bermacam-macam.
4. Setiap seseorang yang belajar pasti melakukan aktivitas.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dapat dibedakan
menjadi tiga macam, antara lain:
A. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, meliputi dua aspek,
yakni: fisikologis (bersifat jasmani) dan psikologis (bersifat rohaniah).
1. Aspek Fisiologis
Kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera
pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,
khususnya yang disajikan di kelas.
2. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas keberhasilan belajar siswa, namun
faktor umumnya yang dipandang lebih esensial itu adalah sebagai
berikut:
a. Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi intelegensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus
diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi
manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ lainya, lantaran
otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas
manusia. Oleh karena itu tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ)
siswa tidak dapat diragukan lagi, merupakan salah satu yang sangat
menentukan tingkat keberhasilan siswa.
b. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif.

Dalam hal sikap siswa yang menimbulkan reaksi positif atau negatif tidak
dapat dipungkiri merupakan hasil dari perhatian yang dilakukan oleh siswa
dalam proses belajar. Maka Perhatian merupakan faktor penting dalam usaha
belajar siswa, untuk dapat menjamin belajar yang baik, siswa harus ada perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya, apabila pelajaran itu tidak menarik baginya,
maka timbullah rasa bosan, malas dan belajarnya harus dikejar-kejar, sehingga
prestasi mereka akan menurun dan yang akhirnya akan berdampak pada sikap
49
siswa.
c. Bakat Siswa

Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang


untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972;
Reber, 1988). Dengan demikian setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti
berpotensi mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan
50
intelegensi.

Karena bakat tersebut akan dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya


prestasi belajar siswa di bidang studi tertentu. Maka alangkah bijaksanannya
orangtua yang tidak melakukan pemaksaan kehendak kepada anaknya.

d. Minat Siswa

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan


yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dalam hal ini minat
merupakan yang dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
51
bidang studi tertentu.

Hal tersebut dapat diumpamakan seorang siswa yang menaruh


minat besar terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa yang lain.
Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap
materi itulah yang memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih
giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

e. Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme


baik manusia ataupun hewan yang mendorong untuk berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya

(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986;


Reber, 1988).

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Motivasi intristik yaitu hal atau keadaan yang berasal dari


dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya melakukan
belajar. Di antara motivasi intristik siswa adalah persaan
menyayangi materi dan kebutuhannya terhadap materi
tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa
yang bersangkutan.

2. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang


dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Contohnya, mendapat pujian,
hadian, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orangtua
atau guru, dan masih banyak lagi contoh dari motivasi
52
ekstrinsik.

51 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 133

52 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 134


35

B. Faktor Eksternal Siswa

Faktor ini terdiri dari dua macam, seperti halnya faktor internal siswa,
yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staff


administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat
belajar siswa. Selanjutnya, yang dimaksud dengan lingkungan sosial
siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di
sekitar tempat tinggal siswa.

Di antara lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi


kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolahan keluarga, ketegangan
keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat
memberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil
53
yang akan dicapai oleh siswa.
2. Lingkungan Nonsosial

Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah


dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-
alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang digunakan siswa.
Beberapa contoh yang kita bisa ambil yang berhubungan dengan
faktor lingkungan nonsosial, seperti: kondisi gedung sekolah yang tidak
memadai, fasilitas tidak lengkap, ruang kelas yang kusam dan kotor, di
54
antara faktor yang bisa mempengaruhi siswa dalam proses belajar.

Contoh lain seperti waktu yang digunakan siswa untuk belajar,


secara umum memang waktu belajar yang digunakan siswa bukan
merupakan penyebab hasil belajar yang mutlak akan tetapi tidak dapat
dipungkiri waktu yang dipergunakan siswa untuk belajar juga

53 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 135

54 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 135


36

merupakan hal yang dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar
siswa, karena setiap siswa memiliki perbedaan waktu yang disenangi dan
kesiapan untuk belajar. Maka kesiapan sistem memori siswa dalam
menyerap, mengolah, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan
yang dipelajari siswa itulah dapat menyebabkan proses dan hasil belajar
siswa.

C. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa
dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran tertentu.
Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa
sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar
55
tertentu (Lawson, 1991).

Di antara pendekatan belajar yang dianggap dapat mewakili yang klasik


dan modern ialah:

1. Pendekatan Hukum Jost

Hukum Jost (Jost‟s Law) adalah siswa yang lebih sering


mempraktekan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali
memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni.
Selanjutnya asumsi hukum Jost itu maka belajar dengan kiat 5 x 3 adalah
lebih baik daripada 3 x 5 walaupun hasil perkalian keduanya sama tetapi
dalam hal ini mempunyai makna yang berbeda.
Maksudnya, dalam mempelajari suatu bidang studi, dengan alokasi
waktu 3 jam perhari selama 5 hari akan lebih efektif dari pada dengan
alokasi waktu 5 jam perhari selama 3 hari.

2. Pendekatan Ballard & Clanchy

Menurut Ballard & Clanchy (1990), pendekatan belajar siswa pada


umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan. Ada dua
macam siswa yang menyikapi ilmu pengetahuan yaitu:

1) Sikap melestarikan materi yang sudah ada (conserving); dan


55
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 136
37

2) Siswa memperluas materi (extending).

Siswa yang bersikap conserving pada umumnya menggunakan

belajar reproduktif (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi)


sedangkan siswa yang bersikap extending, biasanya menggunakan
pendekatan belajar : analitis (berdasarkan pemilahan interpretasi fakta dan
informasi). Bahkan di antara siswa yang bersikap extending cukup banyak
yang menggunakan pendekatan yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif
(berdasarkan pemikiran mendalam)

3. Pendekatan Biggs

Menurut hasil penelitian Biggs (1991), pendekatan belajar siswa dapat


dikelompokan ke dalam prototipe (bentuk dasar), yaitu: 1) Pendekatan
surface (bersifat lahiriah)

Misalnya, siswa mau belajar karena dorongan dari luar

(ekstintik) antara lain takut tidak lulus, ingin dapat hadiah. Oleh karena
itu cara belajarnya santai, asal hafal dan tidak mementingkan pemahaman
yang mendalam.

2) Pendekatan deep (mendalam)


Siswa yang menggunakan pendekatan deep biasanya mempelajari
materi karena dia memang tertarik dan merasa membutuhkannya
(intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha
memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara
mengaplikasikannya.

3) Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)

Siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya


dilandasi oleh motif ekstrintik yang berciri khusus yang disebut ego-
enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan
prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-
tingginya. Gaya belajar siswa
38

ini lebih serius daripada siswa-siswa yang memakai pendekatan-


56
pendekatan lainnya.

6. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian


sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas, banyak jenis
aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak
cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya yang terdapat di
sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat kegiatan-kegiatan atau
aktivitas jasmani dan rohani yang dilakukan siswa di sekolah, meliputi:

1) Visual activities seperti membaca, memperhatikan, gambar, demonstrasi,


percobaan, dan sebagainya.

2) Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi


saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan
sebagainya.

3) Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan diskusi,


musik, pidato, ceramah, dan sebagainya.

4) Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,


menyalin, dan sebagainya.
5) Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, patron,
dan sebagainya.

6) Moro activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,


model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak, dan lain sebagainya.

7) Mental activities, seperti menangkap, mengingat, memecahkan soal,


menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,


berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
56
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 125-127
39

Tentu saja kegiatan-kegiatan tersebut saling berhubungan satu sama


lainnya. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai
57
oleh perasaan tertentu.

Dari berbagai uraian di atas maka dapat dipastikan bahwa peranan


aktivitas siswa seperti mengamati, menanggap, melakukan fantasi, mengingat,
dan berfikir, adalah kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar, karena
proses belajar merupakan kegiatan yang aktif dari subyek untuk memperoleh
sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman-pengalaman, dan belajar adalah suatu proses dan bukan suatu
hasil.

Perlu ditambahkan yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas yang


bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut
itu harus selalu terkait. Sebagai contoh seseorang sedang belajar dengan
membaca, secara fisik kelihatan orang tersebut sedang membaca suatu buku,
tapi mungkin pikiran atau sikap mentalnya tidak setuju pada buku yang dibaca.
Ini menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas
mental. Kalau sudah demikian, maka belajar tidak akan optimal. Begitu juga
sebaliknya kalau yang aktif hanya mentalnya saja, juga kurang bermanfaat.

Jadi, jelas bahwa aktivitas itu sangat diperlukan dalam belajar, tidak ada
kegiatan tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu hasil belajar seseorang
tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, dan tujuan, adalah
motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang
dipelajari berupa aktivitas dalam belajar.
7. Manfaat dan Dampak Alat Komunikasi Handphone (HP)

Perkembangan teknologi yang begitu pesat pada saat ini tidak bisa
dipungkiri lagi, berbagai penemuan baru muncul tiap harinya. Kita bisa
menemukan model maupun feature handphone yang baru yang selalu
57
Zakiah Dradjat, Dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet. 1, h. 138
40

dipromosikan, mulai dari kelas bawah sampai atas, dan saat ini yang lagi tren
yaitu handphone blackberry.

Pada prinsipnya teknologi ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan


dan keinginan manusia agar dalam kehidupannya dapat lebih mudah
berkomunikasi ataupun melakukan sesuatu, tapi apakah tujuan ini benar-benar
tercapai dalam kehidupan kita?. Oleh dari itu di sini penulis akan mengemukakan
manfaat dan dampak dari penggunaan alat komunikasi handphone.

1. Manfaat Handphone

1. Untuk mempermudah berkomunikasi

Handphone adalah alat komunikasi, baik jarak dekat maupun jarak


jauh dan merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat
menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat
komunikasi karena bisa dibawa kemana saja. Sebab itulah handphone sangat
berguna untuk alat komunikasi jarak jauh yang semakin efektif dan efisien.
selain perangkatnya yang bisa dibawa ke mana-mana dan dapat dipakai di
58
mana saja.
2. Untuk meningkatkan jalinan sosial

Di samping sebagai alat komunikasi handphone tersebut dapat berfungsi


untuk meningkatkan jalinan sosial karena dengan handphone seseorang bisa
tetap berkomunikasi dengan saudara yang berada jauh, agar selalu menjaga
tali silaturahmi dan kerap kali handphone ini juga digunakan untuk
menambaha teman dengan orang lain.

3. Untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi

Karena alat komunikasi handphone merupakan salah satu buah hasil


dari kemajuan teknologi saat ini, maka handphone tersebut dapat dijadikan
salah satu sarana untuk menambah pengetahuan siswa tentang kemajuan
teknologi sehingga siswa tidak dikatakan menutup
58
Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, www.edukasi.kompasiana.com,
Jakarta, 23 Desember 2011
41

mata akan kemajuan di era globalisasi saat ini, jika kita amati saat ini feature
handphone sangatlah lengkap sampai jaringan internet pun sudah dapat
diakses dari handphone. Hal tersebut dapat digunakan siswa untuk
mengetahui apa yang ada di sekeliling mereka dengan catatan handphone itu
59
digunakan dengan bijaksana.
4. Sebagai alat penghilang stress

Salah satu manfaat tambahan dari handphone yaitu sebagai alat


penghilang stess. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa
hendphone saat ini sudah memliki feature yang sangat lengkap seperti Mp3,
video, kamera, permainan, televisi, radio, dan layanan internet. Sehingga
feature tersebut dapat dijadikan seseorang untuk menghilangkan stress.

Mungkin masih banyak lagi manfaat yang dapat diambil dari kemajuan
alat komunikasi handphone saat ini, tapi sekali lagi penulis mengatakan
bahwa manfaat handphone di atas dapat diperoleh apabila handphone
tersebut dapat digunakan dengan bijaksana sesuai dengan kebutuhan dan
fungsinya.

2. Dampak Handphone

Memang jelas manfaat handphone terbesar yaitu sebagai alat


komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, yaitu
sesuai dengan fungsi awalnya, dan selain fungsi di atas handphone tersebut
bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi
dan untuk memperluas jaringan.

Di samping handphone mempunyai manfaat bagi penggunanya,


handphone tersebut juga mempunyai dampak negatif, di antara dampak
negatifnya secara umum yaitu:

1. Membuat siswa malas belajar

Anak-anak yang sudah kecanduan handphone, maka setiap saatnya


hanya bermain handphone dan handphone. Merka tidak lagi
59
Uswatun, Dampak positif dan negatif HP bagi Pelajar,… Jakarta, 23 Desember 2011
42

berpikir pada hal yang lain. Bagi mereka handphone merupakan teman setia
yang setiap ke mana-mana selalu dibawa, rasanya tidak lengkap tanpa
handphone di genggamannya.

Pada saat belajar di rumah siswa mendampingi buku dengan handphone.


Pada awalnya mendengarkan musik atau Mp3 untuk menciptakan suasana
belajar yang nyaman akan tetapi ketika bunyi telepon atau sms (short messege
service) maka buku itu ditinggalkan siswa berpaling ke handphone. Mereka
malas belajar dan lebih senang teleponan (talking-talking) dan smsan.

keberadaan handphone memanng sangat penting bagi kehidupan di jaman


era globalisasi seperti sekarang ini. Tapi jika ternyata handphone
disalahgunakan maka akan berdampak negatif. Seperti handphone yang
semesti belum diberikan kepada siswa tetap sudah diberikan kalau, memang
jika siswa bisa memanfaatkan sesuai fungsinya maka itu sangat baik tapi tidak
sedikit siswa yang menyalahgunakan handphone dari fungsinya dan pada
akhirnya handphone tersebut dapat mengganggu proses belajar dan
menurunkan prestasi belajar siswa.

2. Menggangu konsentasi belajar siswa

Konsentrasi adalah tingkat perhatian kita terhadap sesuatu, dalam konteks


belajar berarti tingkat perhatian siswa terpusat terhadap segala penjelasan atau
bimbingan yang diberikan guru. Seharusnya ketika seorang guru sedang
memberikan materi pelajaran seluruh perhatian siswa harus terfokus kepada
penjelasan guru tersebut. Akan tetapi sering sekali handphone yang mereka
punya menjadi salah satu penyebab konsentrasi siswa menurun, bagaimana
tidak ketika seorang guru sedang menjelaskan pelajaran siswa lebih asyik
memainkan handphone seperti smsan dengan temannya, main games, bahkan
update status di jejaring sosial facebook dan lain sebagainya. Akibat dari itu
semua saat evaluasi atau ulangan siswa tidak bisa menajawab
43

soal akhirnya mendapat nilai yang buruk, dan hal itulah yang menyebabkan
60
proses belajar gagal.
3. Melupakan tugas dan kewajiban

Handphone sebenarnya sangatlah bermanfaat jika dipergunakan


sebagaiman mestinya. Tetapi yang terjadi khususnya para pelajar
menyalahgunakan handphone tersebut untuk keperluan lain. Anak-anak terlalu
asyik bermain handphone dengan feature handphone yang semakin canggih
selain untuk menelepon dan sms, handphone tersebut sudah ada feature
permainan (games), Mp3, video, kamera, radio, televisi bahkan jaringan
internet. Tidak sedikit siswa melupakan tugas dan kewajiabannya akibat
bermain handphone.

Mereka tidak lagi memperhatikan tugas dan kewajibannya sebab


disibukkan oleh handphone yang mereka punya. Akibatnya siswa tidak
menguasai materi belajarnya dan tidak sedikit siswa yang lupa mengerjakan
tugas dari guru karena sibuk memainkan handphone. dengan bermain
handphone saat pelajaran berlangsung atau tidak mengerjakan PR, itu berarti
siswa telah mengabaikan dan melupakan tugas dan kewajibannya. Hal itu
tentunya tidak boleh terjadi oleh karena itu di sini memerlukan peranan dan
perhatian dari guru dan orang tua.

4. Mengganggu perkembangan anak

Dengan perkembangan alat komunikasi handphone maka tercipta feature


canggih yang tersedia di handphone seperti yang telah disebutkan sebelumnya
akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah, tidak jarang
mereka disibukkan dengan menerima panggilan, sms, misscall dari teman
mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri, lebih parah lagi ada yang
menggunakan handphone untuk mencontek (curang) dalam ulangan, bermain
game saat guru menjelaskan pelajaran di samping itu karena saat ini
60
Bunga Kehidupan, Pengaruh Handphone terhadap Pelajar, www.bbawor.blogspot.com,
Jakarta, 23 Desember 2010
44

handphone sudah dilengkapi dengan layanan internet tidak jarang ditemui


siswa yang asyik bermain faceboo/twitter saat pelajar berlangsung dan
sebagainya. Kalau hal tersebut dibiarkan maka generasi yang kita harapkan
akan menjadi rusak dan perkembangan teknologi yang kita banggakan
kehadirannya dapat berdampak buruk untuk perkembangan dan masa depan
61
anak.
5. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku

Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. Alat komunikasi handphone
bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar yang mengandung unsur
porno dan sebagainya yang sama sekali tidak layak dilihat seorang pelajar dan
62
pada akhirnya sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan prilaku.
6. Pemborosan

Dengan mempunyai alat komunikasi handphone, maka pengeluaran kita


akan bertambah, apalagi kalau handphone hanya digunakan untuk hal-hal yang
tidak bermanfaat maka hanya akan menjadi pemborosan. Dengan anggaran
orang tua yang serba minim para siswa memaksa orang tuanya untuk dapat
dibelikan handphone.

Belum lagi para pelajar setelah itu harus meminta uang kepada orang tua untuk
membeli pulsa setiap bulan bahkan setiap hari. Jika siswa tidak mempunyai
buku maka mereka beralasan dengan tidak punya uang, tetapi dibalik itu kalau
63
untuk urusan membeli pulsa tidak ada kata : “ tidak punya uang”
61 Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,… Jakarta, 23 Desember 2011

62Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,… Jakarta, 23 Desember 2011

63Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,… Jakarta, 23 Desember 2011
4
5

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penelitian yang penulis akan teliti ini, ada penelitia yang relevan
sebagai bahan acuana penulis antara lain yaitu penelitian yang berjudul

“Pengaruh Menonton Televisi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa (Studi

Kasus di SMPN 235 Jakarta)” penelitian tersebut dilakukan oleh Sarip


Zaenudin, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun
2007. Dalam penelitian tersebut terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara mononton televisi terhadap aktivitas belajar siswa, sehingga aktivitas
belajar mereka tidak tertib dan membuat pekerjaan mereka menjadi
terlalaikan. Ini berarti tayangan televisi cukup berpengaruh terhadap aktivitas
belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan karena adanya ketergantungan siswa
terhadap menonton televisi.

Kemudian penelitian tentang pengaruh alat komunikasi handphone


dalam bidang pendidikan, dengan judul “Pengaruh Budaya Penggunaan

Alat Komunikasi Handphone Terhadap Akhlak Siswa Di SMK Al-Hidayah

Cinere” Penelitian tersebut dilakukan oleh Pailin, Jurusan Pendidikan Agama


Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2010. Penelitian tersebut terdapat pengaruh
yang positif antara variabel X yaitu budaya penggunaan handphone dengan
variabel Y yaitu akhlak siswa dengan kategori cukup atau sedang, sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa alat komunikasi handphone berpengaruh
terhadap akhlak siswa.

Dari penelitian terdahulu tersebut, Penulis melakukan penelitian yang


berjudul “Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP)

Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan”.

Penulis memfokuskan penelitian ini pada pengaruh alat komunikasi


handphone pada aktivitas belajar siswa atau bisa juga diartikan pada proses
belajar siswa, baik itu proses belajar di sekolah maupun di rumah.
4
6

D. Kerangka Berfikir

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian


cepat sehingga tanpa kita sadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan
manusia, dan dewasa ini produk teknologi sudah menjadi kebutuhan sehari-
hari dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Penggunaan televisi, telepon
fax, celluler phone, dan internet sudah bukan menjadi hal yang aneh ataupun
baru lagi, khususnya di kota-kota besar.

Alat komunikasi handphone merupakan salah satu barang atau benda


yang dipakai sebagai sarana komunikasi baik itu berupa, lisan maupun
tulisan, untuk penyampaian informasi atau pesan dari suatu pihak kepihak
lainnya secara efektif dan efesien karena perangkatnya yang bisa dibawa
kemana-mana dan dapat dipakai di mana saja.

Dalam alat komunikasi handphone tersebut memang terdapat manfaat


bagi kehidupan manusia antara lain: untuk berkomunikasi jarak jauh dengan
keluarga, saudara atau teman. Akan tetapi dibalik manfaat tersebut mungkin
terdapat dampak negatif dalam kehidupan manusia khususnya bagi para
pelajar, hal tersebut dikarenakan handphone bukan saja barang yang dimiliki
oleh orang dewasa tetapi handphone tersebut sudah menjelajah para pelajar.

Dengan kondisi seperti itu maka banyak merugikan bagi para pelajar
contohnya dalam aktivitas belajar siswa. Bisa saja para pelajar asyik
memainkan handphone yang mereka miliki pada saat guru sedang
menjelaskan materi pelajaran dan bisa juga siswa melupakan tugas sekolah
karena asyik memainkan handphone, baik itu berupa menelepon, sms,
memutar Mp3, mendengarkan radio, menontong televisi, bahkan internetan
seperti yahoo, facebook, twitter, dan sebagainya.

Dalam kegiatan belajar sangatlah berkaitan dengan yang namanya


aktivitas, tidak ada suatu pekerjaan tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu
aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar baik itu di sekolah maupun
di rumah. Dari aktivitas yang dilakukan seorang itulah yang merupakan salah
satu diantara yang mempengaruhi hasil dan prestasi belajar siswa.
4
7

Karena penggunaan handphone di kalangan siswa dapat mempengaruhi


terhadap aktivitas belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Maka sangat diperlukan perhatian dan pengawasan dari orang tua di
rumah maupun guru di sekolah, untuk mengawasi para siswa dalam
menggunakan alat komunikasi handphone tersebut, agar tidak terjadi dampak
negatif yang tidak diinginkan.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis diajukan untuk membuktikan benar atau tidaknya dugaan


penulis mengenai adanya pengaruh negatif handphone terhadap aktivitas
belajar siswa.

Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Metodologi Penelitian


menjelaskan bahwa: “Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis dianggap paling tinggi tingkat
64
kebenarannya”.

Jadi, hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara, karena


dugaan itu bisa benar, bisa juga salah, oleh karena itu perlu diteliti.

Jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis nol, disingkat (Ho)


Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara
penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar
siswa.

2. Hipotesis kerja atau disebut dengan Hipotesis alternatif (Ha)

Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan


alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa.

Maka penulis mengajukan hipotesis penelitian bahwa terdapat


hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi
handphone terhadap aktivitas belajar siswa. Dengan kata lain menerima
hipotesis alternatif (Ha) dan menolak hipotesis nol (Ho).
64
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), Cet.
IX, h. 69
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif yakni


penyelidikan tentang masalah kemasyarakatan atau kemanusiaan yang
didasarkan pada pengujian suatu teori yang tersusun atas variabel-variabel,
diukur dengan bilangan-bilangan dan dianalisis dengan prosedur statistik.
Bertujuan menentukan apakah generalisasi-generalisasi prediktif dari teori
tertentu yang diselidiki terbukti kebenarannya (Creswell, 1994). Adapun
dalam penulisan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan “metode statistik deskriptif analisis yaitu metode yang
ditujukan untuk mendesrifsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, baik berupa alami maupun rekayasa manusia dengan sifat
1
kajiannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi”. Dan yang ditunjang
oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research)
yaitu mengumpulkan data dari objek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 66 Jakarta, yang


berlokasi di Jl. Masjid An-Nur, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, yang
dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2011

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarta, 2006), Cet. II, h.72

48
4
9

C. Variabel Penelitian

Menurut Anas Sudijono, dalam bukunya Pengantar Statistik


Pendidikan, mengartikan “kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable
dengan arti “ubahan”, “faktor tak tetap”, atau “gejala yang dapat diubah-
2
ubah”.

Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian suatu


Pendekatan Praktik, menegaskan bahwa: “Variabel adalah objek penelitian,
3
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.
Dalam penelitaian ini terdapat dua variabel antara lain yaitu:

1. Variabel penggunaan alat komunikasi handphone yang merupakan


variabel X sebagai variabel bebas.

2. Variabel aktivitas belajar siswa merupakan variabel Y sebagai


variabel terikat.

D. Populasi dan Sampel

Yang dimaksud dengan populasi adalah “Keseluruhan objek


penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
peristiwa sebagai sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam
4
sebuah penelitian”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh siswa yang ada di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan yang berjumlah 516
siswa yang terdiri dari 14 kelas, antara lain yaitu kelas VII ada 5 kelas
berjumlah 176 siswa, kelas VIII ada 5 kelas berjumlah 189 siswa, dan kelas
IX ada 4 kelas berjumlah 151 siswa.

Untuk menyederhanakan proses pengumpulan data dan pengolahan data,


maka penulis mengambil teknik sampling. Sampling (pengambilan sampel)
menurut Nana Syaodih Sukmadinata merupakan suatu proses pemilihan dan
penentuan jenis sampel dalam perhitungan besarnya sampel yang akan

2
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), h.

36

3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1992), Cet. Ke X, h. 161

4
Herman Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama,
1992), h. 49
5
0

5
menjadi subyek atau obyek penelitian. Jadi disini sampel adalah sebagian
atau wakil dari populasi yang diteliti. Penulis mengambil sampel sebanyak 55
siswa dari seluruh jumlah populasi. Pengambilan sampel penelitian ini
berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu: “Apabila subyeknya kurang
dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar, dapat
6
diambil 10-15%, atau 20-25%, atau lebih”. Penulis memilih kelas VIII untuk
dijadikan sampel penelitian yang nantinya akan diberikan kuesioner atau
angket.

Dalam pemilihan sampel penulis menggunakan metode random


sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak adalah pemilihan
ukuran sampel dari suatu populasi di mana setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan


teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi, secara umum dapat diartikan cara menghimpun bahan-bahan


keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan
dengan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang di
7
jadikan sasaran pengamatan. Dalam hal ini penulis mengamati kondisi
umum sekolah SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.

b. Interview (wawancara) yaitu suatu cara yang digunakan untuk


mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan bertanya sepihak dan
dari jawaban yang diberikan responden kepada pewawancara untuk
8
dijadikan informasi melalui pedoman wawancara. Wawancara dilakukan
kepada siswa, guru dan kepala sekolah di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.

5
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,… h. 252
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,… h. 107
7
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h.

76
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,… h. 198
51

c. Angket atau kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan


untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadi dan hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dapat juga diartikan suatu
daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau

9
bidang yang akan diteliti. Penyebaran angket diberikan pada sampel yang
telah ditentukan yaitu siswa kelas VIII yang telah dipilih secara acak
(random sampling).

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu melalui langkah-langkah


sebagai berikut:

1. Editing / memeriksa

Hal ini dilakukan setelah semua data yang telah terkumpul melalui
cara angket/kuesioner atau instrumen lainnya. Langkah pertama yang perlu
dilakukan adalah memeriksa kembali semua kuesioner tersebut satu
persatu. Hal tersebut dilakukan dengan maksud mengoreksi, apakah setiap
kuesioner telah terisi sesuai petunjuk sebelumnya.

2. Scoring
Pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam
angket/kuesioner, dengan memperhatikan jenis data yang ada sehingga
tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberi
skor.

3. Tabulasing

Perhitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Tabulasing ini


bertujuan untuk mendapatkan gambaran dalam setiap item yang penulis
10
kemukakan.

9
Cholid Narbuka dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet.
VI, h. 76
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,… h. 278
5
2

b. Teknik analisis data

Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah


tahap analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel
11
dan menggunakan teknik deskriptif persentase sebagai berikut:

Tabel 1

Skor item alternatif jawaban responden

Positif Negatif
Jawab Skor Jawab Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3
Tidak Pernah 1 Tidak Pernah 4

Kemudian melihat rata-rata skor jawaban siswa dengan klasifikasi


sebagai berikut:

Tabel 2
Klasifikasi skor angket

Klasifikasi Keterangan Jumlah Skor Jawaban


25 – 50 Rendah
51 – 75 Sedang
76 – 100 Tinggi

Dalam penelitian ini rumusan yang digunakan adalah korelasi product

moment, secara operasional analisis data tersebut dilakukan melalui tahapan:

11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,… h. 285
53

1. Mencari angka korelasi dengan rumus sebagai berikut:

rxy = N∑ XY – (∑X)(∑Y)
( ∑ ² − (∑ )²) ( ∑ ² − (∑ )²)

Keterangan:

rxy : Angka indeks “r” product moment (antara variabel X dan Y)

N : Number of cases

∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

2. Memberikan interpretasi terhadap rxy, yaitu:

a. Interpretasi sederhana dengan cara mencocokan hasil perhitungan


dengan angka indeks korelasi “r” product moment seperti di bawah ini:

Tabel 3

Interpretasi angka indeks korelasi “r” product moment


Besarnya “r” Product Interpretasi
Moment (rxy)
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi sangat
lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi antara variabel X dan variabel Y)
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi
54

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang


sangat kuat atau sangat tinggi

b. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment dengan


jalan berkonsultasi pada tabel “r” product moment.

Apabila cara ini ditempuh, maka prosedur yang harus dilalui


adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho).

2) Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan dengan


jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r”
yang telah tercantum dalam tabel nilai, terlebih dahulu mencari
derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (df) yang
rumusnya sebagai berikut:

Df = N – nr

Keterangan:

Df : Degrees of freedom

N : Number of cases
nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maka langkah


selanjutnya yaitu adalah mencari seberapa besar kontribusi variabel X terhadap
variabel Y, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r² x 100%

Keterangan:

KD = Koefiensi Determinasi ( kontribusi variabel X terhadap variabel Y )

12
r = Koefiensi korelasi antara variabel X dengan variabel Y.

12
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, … h. 180.
5
5

G. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan


data melalui pedoman tertulis tentang pengamatan wawancara, dan daftar
pertanyaan (angket) yang disiapkan untuk mendapatkan informasi dari
13
responden.

Adapun kisi-kisi instrumen dalam penyusunan angket (daftar


pertanyaan) tersebut, adalah sebagai berikut:

Tabel 4

Kisi-kisi instrument angket

No Variabel Aspek Indikator Butir Soal Jumlah

1 Alat Kepemilikan - Apakah kamu


mempunyai
Komunikasi atau 1, 2, 3, 4, 5 5
handphone
Handphone kepentingan
- Apakah kamu
(HP) Terhadap
memaksa orangtua
Handphone untuk membelikan
handphone

- Apakah kamu
membawa
handphone saat
pergi ke sekolah

- Apakah kamu
menelpon dalam
sehari lebih dari satu
jam

- Apakah kamu
menghabiskan pulsa
lebih dari Rp
25.000,- dalam satu
bulan

13
Ronny Kountur, Metode Untuk Penulisan Skripsi & Tesis, (Jakarta: CV.Taruna Grafika
2003), Cet ke-1, h. 113
5
6

Pemanfaatan - Apakah kamu


menggunakan
Handphone 6, 7, 8, 9, 10 5
handphone untuk
secara Positif hal-hal yang positif

- Apakah kamu
memberi kabar pada
orangtua melalui
handphone

- Apakah kamu
menambah
teman/berkenalan
menggunakan
handphone

- Apakah kamu
berbicara dengan
bahasa sopan
dihandphone

- Apakah kamu
meminta maaf
dengan
menggunakan
handphone apabila
punya salah

Pemanfaatan - Apakah kamu


melihat gambar atau
Handphone 11,12, 13, 5
video porno dari
secara handphone 14, 15
Negatif
- Apakah kamu
membohongi teman
melalui handphone
- Apakah kamu
merasa sombong
dengan mempunyai
handphone

- Apakah kamu minta


uang pada orang tua
untuk dibelikan
pulsa
5
7

- Apakah kamu
mengancam
seseorang dengan
menggunakan
handphone

2 Aktivitas Proses - Apakah kamu


menonaktifkan
Belajar Belajar Siswa 1, 2, 3, 4, 5, 8
handphone saat
Siswa Di Sekolah masuk kelas 6, 7, 8

- Apakah kamu
memainkan
handphone saat
pelajaran di dalam
kelas berlangsung

- Apakah kamu
meminta jawaban
ujian ulangan
dengan menggunkan
SMS

- Apakah kamu
membuka
facebook/twitter
melalui handphone
saat pelajaran
berlangsung

- Apakah guru
memainkan
handphone saat
mengajar di dalam
kelas

- Apakah guru
mengajar dengan
metode (cara
belajar) yang
bervariasi/bermacam
-macam

- Apakah pihak
sekolah mengadak
razia handphone
5
8

- Apakah guru atau


pihak sekolah
memberi nasehat
tentang dampak
negatif handphone

Proses - Apakah kamu malas


belajar akibat
Belajar Siswa 9, 10,11, 12, 7
keasyikan bermain
Di Rumah handphone 13, 14, 15

- Apakah kamu lupa


mengerjakan PR
akibat memainkan
handphone

- Apakah kamu
menelpon di atas
pukul 21.00 WIB

- Apakah kamu
belajar kelompok di
rumah

- Apakah handphone
kamu aktif 24 jam

- Apakah saat belajar


di rumah orangtua
kamu mendampingi

- Apakah orangtua
kamu menasehati
agar tidak
menggunakan
handphone secara
berlebihan
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah

1. Sejarah Berdirinya

SMP Negeri 66 Jakarta ini berdiri pada tanggal 30 Mei 1965,


berlokasi di Rawa Kemiri (sekarang SDN 01, dekat pom bensin), Jalan
raya Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

SMP Negeri 66 Jakarta ini merupakan pindahan dari sekolah swasta


(BAPERKI) yang saat ini sangat dominan siswa-siswinya bermata sipit,
WNI keterunan sampai kurun waktu yang sangat panjang. Bahkan pada
tahun 1979 keadaan sekolah masih didominasi oleh mereka. Seolah-olah
seperti mengajar di tepi sungai Hoang Ho. Karena kalau mengabsen siswa-
siswinya masih dengan panggilan The Tjui, Tjong Tjing, Ng Gwee Yu, Tek
Po dan sebagainya. Setelah sistem Rayon diberlakukan sedikit demi
sedikit hilanglah himpunan nama-nama tersebut di atas dan muncullah
himpunan nama-nama yang baru seperti Dedi Rahman, Ahmad Sauqi,
1
Ahmad Fauzi, Muhammad Mahfud, Linda dan sebagainya.

Berubahnya nama-nama tersebut, berubah pula guru dalam memberi


ilmu kepada siswanya baik itu metode maupun cara penerapannya.

Sejak berdirinya sampai sekarang SMP Negeri 66 Jakarta sudah


mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan, yaitu:

1
Moh. Khotim, Wawancara, Jakarta, 04 Oktober 2011

59
60

1. S. Soemarsono (1965 – 1968)


2. Drs. H. M. Hasan Sadjali (1968 – 1980)
3. Kusnadi (1968 – 1981)
4. Drs. A. Ismail (1981 – 1984)
5. S. Soemarsono (1984 – 1986)
6. Marliyah Sumartono (1987 – 1993)
7. Drs. Kuncoro. AS (1993 – 1995)
8. Drs. Iskandar (1995 – 1998)
9. Drs. Boestomy Yaqub (1998 – 2004)
10. H. Suroto Santoso, MM (2004 – 2006)
11. Dra. Irawati (2006 – 2010)
12. Drs. Moh. Khotim, M.Pd (2010 – Sekarang)

Pada tahu 2006 merupakan tahun bersejarah karena pucuk pimpinan sekolah
SMP Negeri 66 mengalami perubahan. Bapak H. Suroto Santoso, MM di mutasi
ke SMP Negeri 153 dan digantikan oleh kepala sekolah yang baru yaitu Ibu Dra.
Irawati yang jabatan sebelumnya yaitu wakil kepala sekolah SMP Negeri 48
Jakarta Selatan. Setelah kepala sekolah yang baru menjabat, maka sekolah SMP
Negeri 66 mengalami perombakan yang dulunya hanya satu lantai sekarang
menjadi empat lantai yang berada di jalan masjid an-Nur II grogol selatan
kebayoran lama dengan luas tanah 1.940 M² dan diselesaikan pembangunannya
pada bulan Desember 2007 diresmikan pada tanggal 14 Juni 2007. Kemudian
pada tanggal 8 Oktober 2010 Drs. Moh. Khotim, M.Pd dilantik di Dinas Provinsi
DKI Jakarta dan promosi di SMP Negeri 85 Jakarta sebagai kepala sekolah. Dan
setelah itu diresmikan menjadi kepala sekolah pada tanggal 1 November 2010
2
sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 66 Jakarta selatan sampai saat ini.
2
Moh. Khotim, Wawancara, Jakarta, 04 Oktober 2011
61

2. Profil Sekolah
1. Nama Sekolah : SMP Negeri 66 Jakarta
2. Nomor Statistik Sekolah : 201.016.305.086
Nomor Induk Sekolah : 200 040
Nomor Pokok Sekolah Nasional : 2010 2491
3. Tipe Sekolah :C
4. Alamat Sekolah : Jl. Masjid An’Nur III Rt.13/01 No.1
Kelurahan : Grogol selatan
Kecamatan : Kebayoran Lama
Kota Administrasi : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Kode Pos : 12220
5. Telepon : 021 – 7262921
Faximile : 021 – 7262921
Email : smpn66jkt@yahoo.co.id
6. Status Sekolah : Negeri
Tanggal Berdiri / Beroperasi : 30 Mei 1965
7. Nilai Akreditasi Sekolah : “A”
Tahun Akreditasi : 2009

8. Pendidik dan Tenaga


Kependidikan : a. Pimpinan
Sekolah.

Tabel 5

Pimpinan Sekolah
Jabatan Nama Jenis Usia Pendidikan Masa
Kelamin Akhir Kerja
Kepala Sekolah Drs. Moh. Khotim, M.Pd L 47 S–2

Wakil Kepala Arman Achmad, S.Pd L 53 S–1 26


6
2

b. Guru.

1. Kualifikasi pendidikan, status, jenis kelamin dan jumlah

Tabel 6

Pendidikan, status, jenis kelamin guru

No Tingkat Pendidikan Jumlah dan Status Guru Jumlah


GT / PNS GTT / Guru Bantu
Lk Pr Lk Pr
1 S–3/S-2 2 1 3
2 S–1 10 7 3 20
3 D–4
4 D – 3 / Sarjana Muda 2 1 3
5 D–2
6 D–1 2 2
7 SMA Sederajat
Jumlah 12 11 1 4 28

2. Nama-nama guru, karyawan sekolah beserta jabatannya

Tabel 7
Nama-nama guru, karyawan sekolah beserta jabatannya

NO Nama Jabatan

1 Drs. Moh. Khotim, M.Pd Kepala Sekolah


2 Drs. H. Hanom Iskandar, MM Guru
3 Drs. Yurianto, MM Staf Pengemb. Mutu
4 Trie Ariani, S.Pd Guru
5 Agus Subali, S.Pd Guru
6 Hj. Sri Harpini Guru
7 Drs. Ismurni Abdul Muis Guru
8 Zulyetni syawir, A.Md.Pd Guru
9 Drs. Zaenal Abidin Guru
6
3

10 Arman Achmad, S.Pd Wakil Kepala Sekolah


11 Suparno, S.Pd Guru
12 Drs. H. Nahrowi Abadi Guru
13 Erny Suryanti Guru
14 Diah Nur Pancawati, S.Pd Guru
15 Drs. Iman Firmansyah Staf Sarana Prasarana
16 Asep Saripudin, S.Pd Staf Kesiswaan
17 Drs. Jati Kusworo Guru
18 Siti Rohmah, S.Ag Guru
19 Dra. Farianis Guru
20 Suwarti, S.Pd guru
21 Yulia, S.Pd Guru
22 Kumodjoyo, S.Pd Guru
23 Lestari Kurniawati, S.Pd, M.Pd Guru
24 Slamet Riyadi Guru
25 Dra Junimar Guru
26 Nina Sukesti, S.Pd Guru
27 Fathurrahmah, S.Pd Guru
28 Ainul Wardah, S.Pd, M.Pd Guru
29 Hj. Edah Hanidah, Se Kepala Urusan Tata Usaha
30 Suhardja Staf Tata Usaha
31 Supriyati Staf Tata Usaha
32 Suwarni Staf Tata Usaha
33 Nur Azizah Staf Tata Usaha
34 Moch. Ilham Sr, A.Md Staf Tata Usaha
35 Margo Budi Santoso Staf Tata Usaha
36 Mugiyono Pustakawan
37 Effendi Petugas Keamanan
38 Udin Wahyudin Petugas Kebersihan
39 Wiyono Petugas Kebersihan
40 Efriyandi Petugas Keamanan
41 Lukman Hakim Petugas Kebersihan

9. Jumlah siswa/i SMP Negeri 66 tahun ajaran 2011 - 2012


Tabel 8

Jumlah siswa tahun ajaran 2011 - 2012

Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah


Pelajaran L P L P L P Siswa Rombel
74 102 100 89 72 79
6
4

2011 – 2012 176 189 151 516 14

Jumlah kelas 5 5 4

3. Ekstra Kulikuler SMP Negeri 66 Jakarta Selatan

Dalam upaya mengembangkan dan menuangkan bakat


dan keterampilan para siswa, maka sekolah menyediakan
kegiatan ekstra

kulikuler, diantaranya:
1. Pramuka 5. English Club
2. PMR 6. KIR
3. Rohis 7. Marawis
4. Pancak Silat 8. Paduan Suara

4. Visi dan Misi SMP Negeri 66 Jakarta.

1. Visi :

”Menciptakan sumber daya manusia yang menguasai


IPTEK berlandaskan IMTAQ”

2. Misi :
1. Meningkatkan Dedikasi dan Kompetensi Guru dan Karyawan

2. Menciptakan Suasana Belajar Yang Kompetitif

3. Meningkatkan Produktivitas Kegiatan Belajar Mengajar

4. Mewujudkan Suasana Kekeluargaan Antara Sesama


Komunitas Sekolah

5. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas perlu disusun


suatu program yang sistematis sehingga kegiatan-
kegiatan yang ada di sekolah mengarah kepada
pencapaian tujuan pendidikan. Atas dasar itulah SMP
Negeri 66 Jakarta memandang perlu adanya Program
Sekolah sebagai dasar pelaksanaan kegiatan di SMP
3
Negeri 66 Jakarta.
3
Moh. Khotim, Wawancara, Jakarta, 04 Oktober 2011
6
5

5. Peraturan Penggunaan Handphone di SMP Negeri 66 Jakarta

Berdasarkan beberapa kasus yang sudah terjadi pihak sekolah


membuat tata tertib tentang penggunaan handphone disekolah. Diantara
isi tata tertibnya yaitu.

1) Siswa boleh membawa handphone ke sekolah tetapi tidak boleh


digunakan saat belajar berlangsung

2) Apabila siswa ketahuan menggunakan handphone saat belajar,


handphonenya akan disita dan boleh diambil atau dikembalikan jika
orang tua yang mengambilnya.

3) Sekolah tidak bertanggung jawab jika terjadi kehilangan handphone.

4) Tidak diperkenankan membawa handphone yang mahal.

Untuk melarang secara ekstrim seperti siswa tidak boleh membawa

handphone ke sekolah, hal tersebut sangat sulit karena orang tua berhak
mengetahui keberadaan anaknya, biasanya untuk mengontrol saat pulang
sekolah atau hal lainya akan tetapi kalau ada hal lain pihak sekolah sudah
menginformasikan agar orang tua menghubingi guru atau pihak sekolah
4
agar tidak menggangu kosentrasi siswa saat belajar.
B. Deskripsi Data

Telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya salah satu teknik


pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket yang telah disebarkan kepada para siswa.

Angket yang telah disebarkan pada siswa yaitu sebanyak 55 angket


yang telah dipilih secara acak. Kemudian data yang telah diperoleh dari
angket tersebut diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang
dilengkapi dengan prosentase dengan menggunakan rumus:

=%
4
Siti Rohmah, Wawancara, Jakarta, 03 Oktober 2011
66

Keterangan:

P : Persentase

F : Frekuensi

N : Number of cases

Hasil angket kemudian dimasukan ke dalam tabulasi yang merupakan


persentase dari data-data instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel
angka-angka dalam persentase yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

a. Kepemilikan dan Kepentingan Handphone

Tabel 9

Siswa yang mempunyai handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Ya 55 100%
2 Tidak - -

Jumlah 55 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa (100%) siswa menyatakan mempunyai
handphone. Berdasarkan hasil jawaban responden tersebut maka dapat diambil
kesimpulan bahwa semua siswa mempunyai handphone.

Tabel 10

Siswa memaksa orang tua untuk dibelikan Handphone


No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
67

1 Selalu 1 2%
2 Sering 1 2%
3 Kadang-kadang 29 53%
4 Tidak Pernah 24 43%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan selalu memaksa


orang tua untuk minta dibelikan handphone, (2%) siswa menyatakan sering
memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone, kemudian (53%) siswa
menyatakan kadang-kadang memaksa orang tua untuk minta dibelikan
handphone dan (43%) siswa menyatakan tidak pernah memaksa orang tua untuk
minta dibelikan handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa terkadang memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone.

Tabel 11

Siswa membawa handphone ke sekolah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 17 31%
2 Sering 9 16%
3 Kadang-kadang 23 42%
4 Tidak Pernah 6 11%

Jumlah 55 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa (31%) siswa menyatakan selalu
membawa handphone ke sekolah, (16%) siswa menyatakan sering membawa
handphone ke sekolah, kemudian (42%) siswa menyatakan kadang-kadang
68

membawa handphone ke sekolah dan (11%) siswa menyatakan tidak pernah


membawa handphone ke sekolah.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa terkadang membawa handphone ke sekolah dan tidak sedikit siswa yang
membawa handphone saat pergi ke sekolah.

Tabel 12

Siswa menelepon lebih dari satu jam sehari

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering 3 5%
3 Kadang-kadang 29 53%
4 Tidak Pernah 23 42%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (5%) siswa menyatakan sering menelpon


lebih dari satu jam dalam satu hari, kemudian (53%) siswa menyatakan kadang-
kadang menelpon lebih dari satu jam dalam satu hari dan (42%) siswa
menyatakan tidak pernah menelpon lebih dari satu jam dalam satu hari.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
siswa terkadang menelepon lebih dari satu jam dalam sehari. Apabila seorang
siswa sudah menelepon lebih dari satu jam dalam sehari hal tersebut sudah
merupakan hal yang dapat mengganggu dalam aktivitas belajarnya. Di samping
itu yang mugkin merupakan alasan kenapa siswa bisa menelepon lebih dari satu
jam dalam sehari dikarenakan tarif telpon yang sangat murah yang ditawarkan
oleh operator telepon.
69

Tabel 13

Siswa menghabiskan pulsa Rp 25.000,- dalam sebulan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 6 11%
2 Sering 12 22%
3 Kadang-kadang 18 33%
4 Tidak Pernah 19 34%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (11%) siswa menyatakan selalu


menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan, (22%) siswa
menyatakan sering menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan,
kemudian (33%) siswa menyatakan kadang-kadang menghabiskan pulsa sebesar
Rp 25.000,- dalam sebulan dan (34%) siswa menyatakan tidak pernah
menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan


walaupun 34% siswa tidak pernah menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,-dalam
sebulan tetapi lebih banyak siswa yang terkadang bahkan sering menghabiskan
pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan. Apabila dalam sebulan siswa sudah
menghabiskan uang untuk membeli pulsa sebesar Rp 25.000,- hal tersebut sudah
merupakan perilaku pemborosan dan kebiasaan yang bersifat kurang baik untuk
perkembangan siswa.

b. Pemanfaatan Handphone secara Positif

Tabel 14

Siswa menggunakan handphone untuk hal positif


No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
70

1 Selalu 30 54%
2 Sering 13 24%
3 Kadang-kadang 12 12%
4 Tidak Pernah - -

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (54%) siswa menyatakan selalu


menggunakan handphone untuk hal positif, (24%) siswa menyatakan sering
menggunakan handphone untuk hal positif, dan (12%) siswa menyatakan
kadang-kadang menggunakan handphone untuk hal positif.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa selalu menggunakan handphone untuk hal positif, walaupum masih ada
siswa yang terkadang menggunakan handphone untuk hal yang negatif.

Tabel 15

Siswa memberi kabar pada orang tua melalui handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 28 51%
2 Sering 18 33%
3 Kadang-kadang 9 16%
4 Tidak Pernah - -

Jumlah 55 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa (51%) siswa menyatakan selalu memberi
kabar kepada orang tua melalui handphone, (33%) siswa menyatakan sering
memberi kabar kepada orang tua melalui handphone, dan
71

(16%) siswa menyatakan kadang-kadang memberi kabar kepada orang tua


melalui handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa memanfaatkan fungi awal dari handphone yaitu untuk komunikasi jarak
jauh diantaranya untuk memberi kabar kepada orang tua.

Tabel 16

Siswa menambah teman melalui handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 16 29%
2 Sering 11 20%
3 Kadang-kadang 24 24%
4 Tidak Pernah 4 7%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (29%) siswa menyatakan selalu


menambah teman melalui handphone, (20%) siswa menyatakan sering
menambah teman melalui handphone, kemudian (24%) siswa menyatakan
kadang-kadang menambah teman melalui handphone dan (7%) siswa
menyatakan tidak pernah menambah teman melalui handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
siswa sering bahkan selalu mengunakan handphone untuk menambah teman.

Tabel 17

Siswa berbicara sopan di handphone


No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
72

1 Selalu 19 35%
2 Sering 20 36%
3 Kadang-kadang 16 29%
4 Tidak Pernah - -

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (35%) siswa menyatakan selalu berbicara


sopan di handphone, (36%) siswa menyatakan sering berbicara sopan di
handphone, dan (29%) siswa menyatakan kadang-kadang berbicara sopan di
handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa sering berbicara sopan di handphone

Tabel 18

Siswa minta maaf melalui handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 15 27%
2 Sering 12 22%
3 Kadang-kadang 27 49%
4 Tidak Pernah 1 2%
Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (27%) siswa menyatakan selalu minta


maaf melalui handphone, (22%) siswa menyatakan sering minta maaf melalui
handphone, kemudian (49%) siswa menyatakan kadang-kadang minta maaf
melalui handphone dan (2%) siswa menyatakan tidak pernah minta maaf melalui
handphone.
73

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa terkadang menggunakan handphone sebagai sarana untuk minta maaf
apabila mempunyai salah kepada teman atau orang lain.

c. Pemanfaatan Handphone secara Negatif

Tabel 19

Siswa melihat gambar/video porno di handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering 3 5%
3 Kadang-kadang 8 15%
4 Tidak Pernah 44 80%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (5%) siswa menyatakan sering melihat


gambar/video porno di handphone, (15%) siswa menyatakan kadang-kadang
melihat gambar/video porno di handphone, dan (80%) siswa menyatakan tidak
pernah melihat gambar/video porno di handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
hampir seluruh siswa tidak pernah melihat gambar/video porno di handphone tapi
masih ada beberapa siswa yang kadang-kadang bahkan sering melihat
gambar/video porno di handphone. Ketika seorang siswa sudah sering melihat
gambar/video porno maka hal tersebut sangat dapat mempengaruhi
perkembangannya.
74

Tabel 20

Siswa membohongi teman melalui handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 1 2%
2 Sering 3 5%
3 Kadang-kadang 33 60%
4 Tidak Pernah 18 33%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan selalu


membohongi teman melalui handphone, (5%) siswa menyatakan sering
membohongi teman melalui handphone, kemudian (60%) siswa menyatakan
kadang-kadang membohongi teman melalui handphone dan (33%) siswa
menyatakan tidak pernah membohongi teman melalui handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa terkadang menggunakan handphone untuk membohongi teman atau orang
lain.

Tabel 21
Siswa merasa sombong mempunyai handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering 1 2%
3 Kadang-kadang 14 25%
4 Tidak Pernah 40 73%

Jumlah 55 100%
75

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan sering merasa


sombong dengan mempunyai handphone, kemudian (25%) siswa menyatakan
kadang-kadang merasa sombong dengan mempunyai handphone dan (33%)
siswa menyatakan tidak pernah merasa sombong dengan mempunyai handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa tidak pernah merasa sombong dengan mempunyai handphone walaupun
terkadang masih ada siswa yang merasa sombong dengan mempunyai
handphone. Mungkin siswa itu merasa sombong karena handphone yang ia punya
mahal harganya dan handphone temannya tidak ada yang sama dengan
handphone yang ia punya.

Tabel 22

Siswa minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 4 7%
2 Sering 14 26%
3 Kadang-kadang 31 56%
4 Tidak Pernah 6 11%

Jumlah 55 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa (7%) siswa menyatakan selalu minta
uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa, (26%) siswa menyatakan sering minta
uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa, kemudian (56%) siswa menyatakan
kadang-kadang minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa (11%) siswa
menyatakan tidak pernah minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa.
76

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa terkadang bahkan sering minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa.

Tabel 23

Siswa mengancam seseorang melalui handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering - -
3 Kadang-kadang 12 22%
4 Tidak Pernah 43 78%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (22%) siswa menyatakan kadang-kadang


mengancam seseorang melalui handphone dan (78%) siswa menyatakan tidak
pernah mengancam seseorang melalui handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa tidak pernah mengancam seseorang melalui handphone walaupun
terkadang masih ada siswa yang nenggunakan handphone untuk mengancam
seseorang. Terkadang siswa tidak tahu dampak negatif dari mengancam atau
menteror seseorang, sudah banyak kasus penteroran yang dilakukan melalui
telepon atau handphone seperti penteroran tentang masalah keberadaan bom yang
belum lama ditayangkan di televisi. Hal tersebut merupakan perbuatan yang
sangat tidak baik dan dapat merugikan banyak orang lain.
77

d. Proses Belajar Siswa di Sekolah

Tabel 24

Siswa menonaktifkan handphone saat di dalam kelas

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 12 22%
2 Sering 20 36%
3 Kadang-kadang 7 13%
4 Tidak Pernah 16 29%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (22%) siswa menyatakan selalu


menonaktifkan handphone saat di dalam kelas, (36%) siswa menyatakan sering
menonaktifkan handphone saat di dalam kelas, kemudian (13%) siswa
menyatakan kadang-kadang menonaktifkan handphone saat di dalam kelas dan
(29%) siswa menyatakan tidak pernah menonaktifkan handphone saat di dalam
kelas.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa masih banyak siswa yang tidak menonaktifkan handphone saat di dalam
kelas. Ketika handphone saat di dalam kelas tidak di nonaktifkan jadi ada
kemungkinan dapat mengganggu proses belajar karena bisa saja terdengar bunyi
telepon atau sms yang masuk. Oleh karena itu pihak sekolah harus benar-benar
memberi peringatan jika ada siswa yang tidak menonaktifka handphone saat di
dalam kelas agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Dan
berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada pihak sekolah bahwa
jika ada siswa yang ketahuan memainkan handphone pada saat pelajaran
berlangsung maka handphonenya akan disita dan akan dikembalikan jika orang
tua/wali siswa yang mengambilnya kesekolah.
78

Tabel 25

Siswa memainkan handphone saat pelajaran belangsung

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering 8 15%
3 Kadang-kadang 22 40%
4 Tidak Pernah 25 45%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (15%) siswa menyatakan sering


memainkan handphone saat pelajaran berlangung, kemudian (40%) siswa
menyatakan kadang-kadang memainkan handphone saat pelajaran berlangung
dan (45%) siswa menyatakan tidak pernah memainkan handphone saat pelajaran
berlangung.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


masih banyak siswa yang terkadang bahkan sering memainkan handphone saat
pelajaran berlangung. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi proses belajar, siswa yang memainkan handphone saat pelajaran
berlangung dapat dipastikan dia tidak akan kosentrasi dalam menerima pelajaran
yang disampaikan oleh guru di kelas dan pada akhirnya akan mempengaruhi
tingkat prestasi siswa.
Tabel 26

Siswa menyontek dengan mengunakan handphone


No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
79

1 Selalu - -
2 Sering 2 4%
3 Kadang-kadang 7 13%
4 Tidak Pernah 46 83%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (4%) siswa menyatakan sering


menyontek dengan menggunakan handphone, kemudian (13%) siswa
menyatakan kadang-kadang menyontek dengan menggunakan handphone dan
(83%) siswa menyatakan tidak pernah menyontek dengan menggunakan
handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan


bahwa sebagian besar siswa tidak pernah menyontek dengan menggunakan
handphone walaupun memang masih ada siswa yang menggunakan handphone
sebagai alat untuk menyontek.

Tabel 27

Siswa bermain facebook/twitter di handphone saat pelajaran berlangsung

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 2 4%
2 Sering 8 15%
3 Kadang-kadang 15 27%
4 Tidak Pernah 30 54%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (4%) siswa menyatakan selalu bermain


facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung, (15%) siswa
menyatakan sering bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran
berlangsung, kemudian (27%) siswa menyatakan kadang-
80

kadang bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung


dan (54%) siswa menyatakan tidak pernah bermain facebook/twitter melalui
handphone saat pelajaran berlangsung.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


walaupun sebagian besar siswa tidak pernah bermain facebook/twitter melalui
handphone saat pelajaran berlangsung tetapi masih banyak juga siswa yang
terkadang bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran
berlangsung. Hal tersebut penulis telah mengamati sendiri karena hampir 50%
penulis berteman dengan siswa SMP Negeri 66 di facebook dan memang masih
banyak juga siswa yang bermain facebook/twitter saat pelajaran berlangsung.
Biasanya facebook/twitter itu digunakan untuk update status dan kebanyakan
mengupdate tentang kondisi saat mereka belajar.

Tabel 28

Guru memainkan handphone saat mengajar

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering 1 2%
3 Kadang-kadang 34 62%
4 Tidak Pernah 20 36%

Jumlah 55 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan guru sering
memainkan handphone saat mengajar, kemudian (62%) siswa menyatakan guru
kadang-kadang memainkan handphone saat mengajar dan (36%) siswa
menyatakan guru tidak pernah memainkan handphone saat mengajar.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


masih banyak guru yang terkadang menggunakan handphone saat
81

mengajar. Secara tidak langsung hal tersebut sudah mencerminkan contoh yang
kurang baik kepada siswa.

Tabel 29

Guru mengajar dengan metode yang bervariasi

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 12 22%
2 Sering 23 42%
3 Kadang-kadang 18 32%
4 Tidak Pernah 2 4%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (22%) siswa menyatakan guru selalu


mengajar dengan metode yang bervariasi, (42%) siswa menyatakan guru sering
mengajar dengan metode yang bervariasi, kemudian (32%) siswa menyatakan
guru kadang-kadang mengajar dengan metode yang bervariasi dan (4%) siswa
menyatakan guru tidak pernah mengajar dengan metode yang bervariasi.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


sebagian besar guru mengajar dengan metode yang bervariasi akan tetapi tidak
sedikit guru yang hanya terkadang mengajar dengan metode yang bervariasi.
Kreatifitas seorang guru dalam mengajar merupakan hal yang penting dalam
proses belajar mengajar di kelas. Siswa tidak akan memainkan handphone yang
mereka punya kalau mereka merasa nyaman dan senang dengan pelajaran yang
diajarkan denga metode yang bervariasi. Kalau guru tidak pernah mengajar
dengan metode yang bervariasi maka siswa akan merasa jenuh dan sebagai
pelariannya mereka memainkan handphone.
82

Tabel 30

Pihak sekolah mengadakan razia handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Selalu 1 2%
2 Sering 6 11%
3 Kadang-kadang 39 71%
4 Tidak Pernah 9 16%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan pihak sekolah


selalu mengadakan razia handphone, (11%) siswa menyatakan pihak sekolah
sering mengadakan razia handphone, kemudian (71%) siswa menyatakan pihak
sekolah kadang-kadang mengadakan razia handphone dan (16%) siswa
menyatakan pihak sekolah tidak pernah mengadakan razia handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


pihak sekolah terkadang mengadakan razia handphone.

Tabel 31

Pihak sekolah mensosialisasikan dampak negatif handphone


No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Selalu 16 29%
2 Sering 25 45%
3 Kadang-kadang 13 24%
4 Tidak Pernah 1 2%

Jumlah 55 100%
83

Tabel di atas menunjukkan bahwa (29%) siswa menyatakan pihak sekolah


selalu mensosialisasikan dampak negatif dari handphone, (45%) siswa
menyatakan pihak sekolah sering mensosialisasikan dampak negatif dari
handphone, kemudian (24%) siswa menyatakan pihak sekolah kadang-kadang
mensosialisasikan dampak negatif dari handphone dan (2%) siswa menyatakan
pihak sekolah tidak pernah mensosialisasikan dampak negatif dari handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


pihak sekolah sangat sering mensosialisasikan dampak negatif dari handphone.
Hal tersebut dilakukan pihak sekolah sebagai salah satu cara untuk
meminimalisis penyalahgunaan dari penggunaan alat komunikasi handphone.

Tabel 32

Siswa malas belajar akibat bermain handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 6 11%
2 Sering 13 24%
3 Kadang-kadang 17 31%
4 Tidak Pernah 19 34%

Jumlah 55 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa (11%) siswa menyatakan selalu malas
belajar akibat bermain handphone, (24%) siswa menyatakan sering malas belajar
akibat bermain handphone, kemudian (31%) siswa menyatakan kadang-kadang
malas belajar akibat bermain handphone dan (34%) siswa menyatakan tidak
pernah malas belajar akibat bermain handphone.
84

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


sebagian siswa terkadang malas belajar akibat bermain handphone bahkan ada
juga siswa yang sering malas belajar akibat bermain handphone.

Tabel 33

Siswa lupa membuat PR akibat bermain handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 1 2%
2 Sering 13 24%
3 Kadang-kadang 28 50%
4 Tidak Pernah 13 24%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan selalu lupa


mengerjakan PR akibat bermain handphone, (24%) siswa menyatakan sering lupa
mengerjakan PR akibat bermain handphone, kemudian (50%) siswa menyatakan
kadang-kadang lupa mengerjakan PR akibat bermain handphone dan (24%) siswa
menyatakan tidak pernah lupa mengerjakan PR akibat bermain handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


sebagian besar siswa terkadang lupa mengerjakan PR akibat bermain handphone.
Hal ini membuktikan bahwa handphone mempunyai pengaruh yang negatif yaitu
dapat melupakan tugas dan kewajiban.

Tabel 34

Siswa menelepon di atas pukul 21.00 WIB


No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
85

1 Selalu 3 5%
2 Sering 6 11%
3 Kadang-kadang 19 35%
4 Tidak Pernah 27 49%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (5%) siswa menyatakan selalu menelpon


di atas pukul 21.00 WIB, (11%) siswa menyatakan sering menelpon di atas pukul
21.00 WIB, kemudian (35%) siswa menyatakan kadang-kadang menelpon di atas
pukul 21.00 WIB dan (49%) siswa menyatakan tidak pernah menelpon di atas
pukul 21.00 WIB.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


masih banyak siswa yang menelepon di atas pukul 21.00 WIB.

Tabel 35

Siswa belajar kelompok di rumah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 2 4%
2 Sering 14 25%
3 Kadang-kadang 36 65%
4 Tidak Pernah 3 6%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (4%) siswa menyatakan selalu belajar


kelompok di rumah, (25%) siswa menyatakan sering belajar kelompok di rumah,
kemudian (65%) siswa menyatakan kadang-kadang belajar kelompok di rumah
dan (6%) siswa menyatakan tidak pernah belajar kelompok di rumah.
86

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


siswa jarang mengadakan belajar kelompok di rumah.

Tabel 36

Siswa mengaktifkan handphone 24 jam

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 28 51%
2 Sering 5 9%
3 Kadang-kadang 17 31%
4 Tidak Pernah 5 9%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (51%) siswa menyatakan selalu


mengaktifkan handphone 24 jam, (9%) siswa menyatakan sering mengaktifkan
handphone 24 jam, kemudian (31%) siswa menyatakan kadang-kadang
mengaktifkan handphone 24 jam dan (9%) siswa menyatakan tidak pernah
mengaktifkan handphone 24 jam.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


sebagian besar siswa selalu mengaktifkan handphone 24 jam.
Tabel 37

Orang tua mendampingi siswa saat belajar di rumah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 6 11%
2 Sering 6 11%
3 Kadang-kadang 28 51%
4 Tidak Pernah 15 27%
87

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (11%) siswa menyatakan orang tua


selalu mendampingi saat belajar di rumah, (11%) siswa menyatakan orang tua
sering mendampingi saat belajar di rumah, kemudian (51%) siswa menyatakan
orang tua kadang-kadang mendampingi saat belajar di rumah dan (27%) siswa
menyatakan orang tua tidak pernah mendampingi saat belajar di rumah.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


sebagian besar orang tua jarang mendampingi anaknya saat belajar di rumah. Ini
dibuktikan dari 51% orang tua yang terkadang dan 27% tidak pernah
mendampingi anaknya belajar di rumah. Hal ini menunjukan bahwa kurangnya
pengawasan dan perhatian yang diberikan orang tua pada anaknya bisa saja
karena tidak didampingi orang tua saat belajar maka ketika anak itu mulai jenuh
meraka bukan belajar malah memainkan handphone.

Tabel 38

Orang tua menasehati tentang dampak negatif handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 21 38%
2 Sering 13 24%
3 Kadang-kadang 14 25%
4 Tidak Pernah 7 13%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa (38%) siswa menyatakan orang tua selalu
menasehati tentang dampak negatif handphone, (24%) siswa menyatakan orang
tua sering menasehati tentang dampak negatif handphone, kemudian (25%) siswa
menyatakan orang tua kadang-kadang menasehati
8
8

tentang dampak negatif handphone, dan (13%) siswa menyatakan


orang tua tidak pernah menasehati tentang dampak negatif
handphone.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil


kesimpulan bahwa sebagian besar orang tua selalu menasehati
tentang dampak negatif handphone kepada anaknya.

C. Analisis Data

Seperti yang penulis ungkapkan bahwa penelitian ini bertujuan


untuk mengetahui apakah antara variabel X (penggunaan alat
komunikasi handphone) dan variabel Y (aktivitas belajar siswa)
terdapat hubungan positif yang signifikan. Untuk itu menggunakan
rumus korelasi product moment untuk mengetahui apakah ada
hubungan positif yang signigfikan atau tidak diantara kedua variabel
tersebut.

Adapun untuk mencari angka indeks korelasi “r” product


moment tersebut, maka langkah yang ditempuh adalah:

1. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (X)


penggunaan alat komunikasi handphone.
2. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (Y)
aktivitas belajar siswa.

3. Scoring, diteliti jumlahnya kemudian dimasukan kedalam


tabel kerja atau tabel perhitungan yang terdiri dari enam
kolom.

Tabel 39

Indeks Korelasi

Antara Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP)


terhadap

Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan

No X Y XY X² Y²
Responden
1 40 32 1280 1600 1024

2 46 42 1932 2166 1764


8
9

3 41 38 1558 1681 1444

4 39 42 1638 1521 1764

5 49 47 2303 2401 2209

6 46 47 2162 2116 2209

7 48 45 2160 2304 2025

8 41 45 1845 1681 2025

9 43 44 1892 1849 1936

10 43 44 1892 1849 1936

11 43 39 1677 1849 1521

12 36 40 1440 1296 1600

13 46 42 1932 2116 1764

14 50 41 2025 2500 1681

15 51 42 2142 2601 1764

16 47 42 1974 2209 1764

17 44 40 1760 1936 1600

18 40 42 1680 1600 1764

19 50 48 2900 2500 2304

20 52 44 2288 2704 1936


21 46 46 2116 2116 2116

22 50 45 2250 2500 2025

23 46 44 2024 2116 1936

24 49 50 2450 2401 2500

25 40 33 1320 1600 1089


9
0

26 41 42 1722 1681 1764

27 47 45 2115 2209 2025

28 49 45 2205 2401 2025

29 39 46 1749 1521 2116

30 50 46 2300 2500 2116

31 42 45 1890 1764 2025

32 51 47 2397 2601 2209

33 48 47 2256 2304 2209

34 43 40 1720 1849 1600

35 45 43 1935 2500 1849

36 43 44 1892 1849 1936

37 47 40 1880 2209 1600

38 41 39 1599 1681 1521

39 39 32 1248 1521 1024

40 47 41 1927 2209 1681

41 42 43 1806 1764 1849

42 50 42 2100 2500 1764

43 42 45 1890 1764 2025


44 48 41 1968 2304 1681

45 49 45 2205 2401 2025

46 43 42 1806 1849 1764

47 48 47 2256 2304 2209

48 41 40 1640 1681 1600

49 49 46 2254 2401 2116


9
1

50 43 44 1892 1849 1936

51 47 44 2068 2209 1936

52 42 42 1764 1764 1764

53 44 40 1760 1936 1600

54 41 34 1394 1681 1156

55 39 32 1248 1521 1024

N=55 ∑X=2466 ∑Y=2333 ∑XY=105496 ∑X²=111939 ∑Y²=99849

4. Setelah diketahui N=55, X=2466, Y=2333, XY=105496,


X²=111939, Y²=99849. Maka dapatlah dicari indeks
korelasinya, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

rxy = N∑ XY – (∑X)(∑Y)
( ∑ ² − (∑ )²) ( ∑ ² − (∑ )²)

Keterangan:

Rxy : Angka indeks “r” product moment (antara variabel X dan


Y)

N : Number of cases

∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y


∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

rxy = N∑ XY – (∑X)(∑Y)
( ∑ ² − (∑ )²) ( ∑ ² − (∑ )²)

= 55 . 105496 – (2466 ) (2333 )


(55 . 111939 − 2466 2) (55 . 99849 − 2333 2)
9
2

= 5802280 – 5753178
6156645 − 6081156 (5491695 − 5442889)

= 49102
75489 (48806)

= 49102
3684316134

= 49102

60698,57

= 0, 808

Dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan


variabel Y bertanda positif, hal tersebut dengan memperhatikan besarnya rxy
yang diperoleh yaitu sebesar 0, 808. Ini berarti terdapat korelasi positif antara
penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas belajar siswa
di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.

D. Interpretasi Data
Untuk memberikan interpretasi terhadap rxy dapat ditempuh dengan
dua macam cara, yaitu:
a. Memberi interpretasi sederhana

Apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara kasar atau sederhana


dengan mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r”
product moment. Ternyata besarnya rxy (0,808) yang besarnya berkisar
antara 0,70 – 0,90 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi kuat atau tinggi.

b. Memberikan interpretasi terhadap rxy dengan jalan berkonsultasi pada nilai

“r” product moment dengan jalan:


93

1. Dikemukakan kembali hipotesis penelitian, yaitu:

 Hipotesis nol, disingkat (Ho)

Ho: Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara


penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar
siswa.
 Hipotesis kerja atau disebut dengan Hipotesis alternatif (Ha)

Ha: Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan


alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa.

2. Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan dengan jalan


membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum
dalam tabel “r” pada taraf signifikasi 5% dan 1% namun terlebih dahulu
mencari drajat bebasnya (db) atau dregrees of freedom (df) dengan
menggunakan rumus:

Df = N – nr
keterangan:

Df : Degrees of freedom N :
Number of cases

nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan Df =


N – nr
= 55 – 2

= 53

Dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata df 53 tidak


terdapat dalam tabel, maka kita pakai df 50.

Maka dengan df sebesar 50 diperoleh nilai “r” tabel pada taraf signifikan 5%
sebesar 0,297, sedangkan pada taraf signifikan 1% diperoleh niali “r” tabel
sebesar 0,361. ternyata rxy yang (besarnya = 0,808) adalah jauh lebih besar

daripada “r” tabel (yang besarnya 0,297 dan 0,361). Karena rxy lebih besar dari
“r” tabel, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol
(Ho) ditolak. karena terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan
alat komunikasi handphone (HP) terhadap
94

aktivitas belajar siswa. Hal tersebut artinya bahwa semakin banyak siswa
mempergunakan alat komunikasi handphone maka semakin berdampak negatif
terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.

Adapun penghitungan Koefisien Determinasi (KD) yang digunakan untuk


mengetahui kontribusi (sumbangan) yang diberikan variabel X terhadap variabel
Y dengan menggunakan rumus:

KD = r² x 100%

Keterangan:

KD = Koefiensi Determinasi ( kontribusi variabel X terhadap Variabel Y) r =


Koefiensi korelasi antara variabel X dengan variabel Y

KD = r² x 100%

= 0,808² x 100%

= 0,652864 x 100%

= 65,28%

Dari perhitungan tersebut diperoleh KD 65,28% maka dapat diketahui


bahwa penggunaan alat komunikasi handphone mempengaruhi aktivitas belajar
siswa sebesar 65,28% yang artinya handphone mempunyai pengaruh yang cukup
buruk terhadap aktivitas belajar siswa.

Selain itu dari narasi perhitungan manual yang penulis lakukan yaitu dari
data yang tertera dalam nilai tabel di atas, setelah dianalisis antara variabel X
(sebagai angket penggunaan alat komunikasi handphone) dan variabel Y (sebagai
angket aktivitas belajar siswa) hasilnya yang memiliki angka lebih tinggi yaitu
penggunaan alat komunikasi handphone sebesar 38 responden dan hasil yang
lebih rendah adalah aktivitas belajar siswa yaitu sebesar 15 responden dan yang
memiliki hasil sama besar antara penggunaan alat komunikasi handphone dan
aktivitas belajar siswa hanya 2 responden. Maka berdasarkan analisis tersebut
dapat diambil kesimpulan juga bahwa penggunaan alat komunikasi handphone
dikalangan pelajar mempunyai pengaruh yang kuat atau tinggi terhadap aktivitas
belajar siswa baik itu di sekolah ataupun di rumah.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yatitu yang berjudul
pengaruh penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas
belajar siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan. Akhirnya penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa:

Ada hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat


komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa. Hal ini dibuktikan
dari hasil yang diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product
moment, diperoleh angka indeks korelasi sebesar 0,808 yang berkisar antara
0,70 – 0,90, ini berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dan
variabel Y yaitu korelasi yang Kuat atau tinggi.

Kemudian dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata


dengan df sebesar 50 pada taraf signifikan 5% diperoleh “r” tabel sebesar

0,297, selanjutnya pada taraf signifikan 1% diperloleh angka sebesar 0,361.


jika dilihat pada angka “r” tabel tersebut maka rxy jauh lebih besar daripada

“r” tabel, pada taraf signifikan 5% (0,808 > 0,297) maupun pada taraf
signifikan 1% (0,808 > 0,361). Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. karena terdapat hubungan positif
yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap
aktivitas belajar siswa. Hal tersebut artinya bahwa semakin banyak siswa

95
96

mempergunakan alat komunikasi handphone maka semakin berdampak


negatif terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.

Sebagian besar penggunaan handphone dikalangan pelajar memberikan


pengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil
perhitungan kontribusi (sumbangan) penggunaan alat komunikasi handphone
terhadap aktivitas belajar yaitu sebesar 65,28%.

Hambatan aktivitas belajar siswa memang tidak sepenuhnya


disebabkan akibat penggunaan alat komunikasi handphone yang dimiliki
siswa, namun besar kemungkinan handphone tersebut memang sudah
menjadi salah satu dari faktor yang dapat mempengaruhi terhambatnya
aktivitas belajar siswa baik itu belajar di sekolah ataupun di rumah. Hal ini
dibuktikan dengan 100% siswa telah memiliki handphone dan di samping itu
adanya ketergantungan siswa pada handphone.

B. Saran

Sebagaimana yang penulis telah ungkapkan pada bagaian awal


penelitian bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
aktivitas belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah dan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh handphone terhadap aktivitas belajar
siswa.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis mengajukan saran,
sebagai berikut:

1. Dengan dibuktikannya bahwa penggunaan alat komunikasi


handphone mempunyai pengaruh yang negatif terhadap aktivitas
belajar siswa, berarti penggunaan alat komunikasi handphone
dikalangan pelajar harus mendapatkan perhatian yang lebih dari
semua pihak.

2. Kepada para guru agar lebih memperhatikan para siswa yang


membawa handphone dalam lingkungan sekolah terlebih lagi di
dalam kelas jangan sampai siswa menyalahgunakan fungsi
handphone kepada fungsi negatif seperti memainkan handphone saat
pelajar berlangsung yang dapat dipastikan hal tersebut akan
mempengaruhi
97

aktivitas belajar siswa yang dapat menyebakan tidak berhasilnya proses


belajar mengajar di dalam kelas. Di samping itu untuk para guru agar
memberi peringatan keras pada siswa yang ketahuan memainkan handphone
di dalam kelas saat pelajar berlangsung.

3. Kepada pihak sekolah agar senatiasa memberikan arahan dan bimbingan bisa
berupa sosialisasi kepada siswa tentang pengaruh penggunaan alat
komunikasi handphone baik itu pengaruh positif terlebih lagi pengaruh
negatifnya. Sebagai salah satu cara meminimalisir penyalahgunaan alat
komunikasi handphone tersebut, dan kepada pihak sekolah agar selalu
menciptakan situasi belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga proses
belajar dapat berjalan dengan lancar demi terwujudnya tujuan pendidikan
yang diharapkan.

4. Kepada orang tua agar tidak terlalu memanjakan anaknya dengan


membelikan handphone yang berlebihan seperti handphone yang begitu
lengkap featurenya dan mahal harganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan anak dan aktivitas belajar siswa. Apabila anak sudah
mempunyai handphone agar lebih diperhatikan dan dikontrol dalam
menggunakan alat komunikasi handphone tersebut. Jangan sampai keseharian
anak tersebut hanya sibuk memainkan handphone hingga lupa akan tugas dan
kewajibannya yaitu untuk belajar. Selain itu kiranya orang tua mendampingi
anak-anaknya ketika belajar di rumah karena hal tersebut sangat penting agar
tercipta hubungan yang harmonis.
5. Bagi siswa seluruhnya agar dapat lebih bijaksana menyikapi kemajuan
teknologi seperti perkembangan alat komunikasi handphone dengan
memanfaatkan sebagaimana fungsinya, jangan sampai kemajuan teknologi
tersebut mambawa dampak negatif bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Sulistyo, Dasar-dasar Teknologi Informasi, Jakarta: Universitas


Terbuka.Depdikbud, Cet. 1, 1998.

Bell Greadler, Margaret E., Belajar dan Membelajarkan (Terjemahan), Jakarta:


PT. RajaGrafinda Persada, Cet. II, 1994

Bunga Kehidupan, Pengaruh Handphone terhadap Pelajar,


www.bbawor.blogspot.com, Jakarta, 23 Desember 2010

Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. RajaGrafinda Persada,

2007.

Darmawan, Deni. Dkk., Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung:


UPI PRSS, Cet. I, 2006.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka, , Edisi ke-III, Cet –IV, 2007.

Dradjat, Zakiah. Dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. 1, 1995.

Effendi, E. Usman dan Praja, Juhaya S., Pengantar Psikologi, Jakarta: PT.
Angkasa Bandung, 1989.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Komunikasi, Bandung: PT.
Remaja RosdaKarya, Cet. IX, 2005.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, Cet. XI,
2011.

Juliantara, Ketut, “Aktivitas Belajar”, www.Edukasi.Kompasiana.com, 27

November 2010

Kountur, Ronny, Metode Untuk Penulisan Skripsi & Tesis, Jakarta: CV.Taruna

Grafika, Cet ke-1, 2003.

Langit, Dewa, “Fungsi Handphone bagi Masyarakat Indonesian”,

www.Dewalangit.com, 23 Desember 2010.

Mudzakir, Ahmad dan Sutrisno, Joko, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka


Setia, 1997.
M. Anton. Moeliono. Dkk., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

M. Arief Mansurm, Didik, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi,


Bandung: PT Rapfika Aditama, Cet. 1, 2005.

Narbuka, Cholid. Ahmad, Abu., metodologi penelitian Jakarta: Bumi Aksara, Cet.
VI, 2004.

Nasution, Hoeni, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan

Agama Islam, 1997.

Roxyhp, “Merek Hp Baru”, www.Roxyhp.com, 23 April 2011.

Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet II, 1996.

Sardiman, A.M., Interaksi & Motivasi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. X
2003.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet V, 2006.

Soenarjo, R.H.A. Dkk. Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Departemen Agama RI,

1971.

Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2009.
_____, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT

Rineka Cipta, Cet. Ke X, 1992.

Sujanto, Agus, Psikologi Umum, Jakarta: PT. Bumi Aksara, , Cet. XII, 2004.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2009.

_____, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarta, Cet. II,
2006.

Suralaga, Fadilah, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta:


UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005.

Suryabrata, Sumadi Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,


Cet. IX, 1995.

_____, Psikolgi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.


Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, Cet. VII, 2002.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada


Media Group, Cet. III, 2010.

Uno, Hamzah B, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:Bumi


Aksara, Cet. IV, 2010.

Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,


www.edukasi.kompasiana.com, Jakarta, 23 Desember 2011

Wasito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta, PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1992.

Zambrana. A., “Pengertian Handphone”, www.Mokletrpl2.Blogspot.com, 23

Desember 2010.

Zaki, Ali, Memanfaatkan Beragam Perangkat Teknologi Digital, Jakarta Salemba

Infotek, 2008.

Anda mungkin juga menyukai