Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. KONSEP OSTEOARTRITIS LUTUT

1. Pengertian

Osteoartritis yang di kenal sebagai penyakit sendi

degenerative atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi)

merupakan kelainan sendi yang paling sering di temukan dan

kerap kali menimbulkan ketidak mampuan (disabilitas) (C

Suzanne, dalam Aspiani, 2014).

Sedangkan menurut Efendi Dkk, dalam Aspiani (2014)

Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang

mengenai sendi yang dapat digerakan, terutama sendi penumpu

badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa

buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang

baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk

sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia,

metabolisme, fisiologis, dan fatologis secara serentak pada jarigan

tulang yang membentuk persendian.

Osteoarthrosis atau osteoarthritis (OA) merupakan penyakit

sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago


sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering

terkena OA Soeroso, dalam Santosa (2018).

Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang

mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran

patologis yang berupa memburuknya tulang rawan sendi, yang

merupakan hasil akhir dari perubahan biokimiawi, metabolisme

fisiologis maupaun patologis yang terjadi pada persendian

Dharmawirya, dalam Santosa ( 2018).

2. Etiologi

Menurut Irga, dalam Wahyuningsih (2009) etiologi penyakit ini

tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko

yang diketahui berhubungan dengan penyakit Osteoartritis

antara lain umur, obesitas, trauma, genetik, hormon, jenis

kelamin, penyakit otot, lingkungan :

a. Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor

ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi, dan beratnya

osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara umur

dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada

kartilago sendi. Rata – rata laki – laki mendapat osteoartritis

sendi lutut pada umur 59 tahun dengan puncaknya pada usia


55 - 64 tahun, sedang wanita 65,3 tahun dengan puncaknya

pada usia 65 – 74 tahun.

b. Jenis kelamin

Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi

terkenanya osteoartritis pada wanita lebih tinggi dari pria.

Usia kurang dari 45 tahun osteoartritis lebih sering terjadi

pada pria dari wanita

c. Suku bangsa (Ras)

Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun

terdapat perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada

osteoartritis. Orang kulit putih cenderung lebih sering

terkena Osteoartritis dibandingkan dengan orang kulit hitam.

Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup

maupun perbedaan frekuensi pada kelainan kongenital dan

pertumbuhan.

d. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis.

Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen

struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti

kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya

kecenderungan familial pada osteoartritis.


e. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan

tekanan mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan

lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut. Kegemukan

ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada

sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan

osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik)

yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain

penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan hipertensi.

f. Cedera sendi (trauma)

Cedera sendi, terutama pada sendi – sendi penumpu berat

tubuh seperti sendi pada lutut berkaitan dengan risiko

osteoartritis yang lebih tinggi.Trauma lutut yang akut

termasuk robekan terhadap ligamentum krusiatum dan

meniskus merupakan faktor timbulnya osteoartritis lutut.

g. Pekerjaan

Penelitian HANES I mendapatkan bahwa pekerja yang

baynak membebani sendi lutut akan mempunyai risiko

terserang osteoartritis lebih besar disbanding yang tidak

banyak membebani lutut.

h. Olah raga Berat


Osteoartritis juga behubungan dengan berbagai olah raga yang

membebani lutut dan atau panggul, seperti lari maraton, sepak

bola dan sebagainya.

3. Kelasifikasi

Berdasarkan patogenesisnya, menurut Pratiwi (2015). OA

dibedakan menjadi OA primer dan OA sekunder

a. OA primer disebut juga OA idiopatik adalah OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya

dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal

pada sendi.

b. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan

endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan dan imobilisasi

yang lama. OA primer lebih sering ditemukan daripada OA

sekunder Penyakit ini bersifat progresif lambat, umumnya

terjadi pada usia lanjut, walaupun usia bukan satu-satunya

faktor risiko.

4. Patofisiologi

Penyakit sendi degenaratif merupakan suatu penyakit kronik,

tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan

merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami

kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan

tulang baru pada tepi sendi (Aspiani, 2014).


Proses degenerasi ini disebabkan proses pemecahan kondrosit

yang merupakan unsur rawan sendi. Pemecahan tersebut

diduga diawali oleh stres biomekanik tertentu. Pengeluaran

enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein

yang membentuk matriks disekeliling kondrosit sehingga

mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling

sering terkena adalh sendi yang harus menanggungberat

badan, seperti panggul, lutut, dan kolumna vertebrasis. Sendi

intrfalang distal dan proksimasi. Aspiani, (2014).

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan

terbatasnya gerkan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri

yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau

kurang digunakanya sendi tersebut.

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena

peristiwa-peristiwa tertentu minsalnya cidera sendi infeksi sendi

deformitas kogenital dan penyakit peradangan sendi lainya akan

menyebakan trauma pada kartaligo yang bersifat intrinsik dan

ekstrinsik sehinga menyebabkan fraktur ada ligamen atau

adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya

mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran,

tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang

menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi

atau nodulus. Soeparman, dalam Aspiani, (2014)


5. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala utama adalah adanya nyeri pada sendi yang

terkena, terutama pada waktu bergerak. Umumnya timbul

secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul

rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan

pada pergerakan sendi, kaku pagi, krefitas, pembesaran sendi,

dan perubahan gaya berjalan

a. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan

bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

b. Kekurangan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15- 30 dan timbul setelah

istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.

c. Peradangan

Sinovitis skunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan

cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan

dan perengangan sampai sendi yang semua ini akan

menimbulkan rasa nyeri.

d. Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan

aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat.

Mungkin ada hubunganya dengan keadaan penyakt yang

telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.


Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi

dapat menjalar, minsalnya pada osteoartritis coxae nyeri

dapat dirasakan dilutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai

atas Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini

belum dapat diketahui penyebabnya.

e. Pembengkakan sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena

pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba

panas tanpa adanya kemerahan.

f. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

g. Ganguan Fungsi

Timbul akibat ketidak serasian antara tulang pembentuk

sendi. Aspiani, (2014)

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemriksaan penunjang menurut Aspiani (2014) pada penderita

osteoartritis yaitu:

a. Laboratorium

1) Reaksi aglutinasi positif.

2) LED meningkat.

3) Protein C Reaktif: positif pada massa inkubasi.

4) SDP meningkat pada prose inflamasi.


5) Ig (igG dan IgM) meningkat menunjukkan proses

autoimun.

b. Foto Rontgen

Menunjukkan penurunan progresif massa kartaligo sendi

sebagai penyempitan rongga sendi.

c. Serologi

Cairan sinovial dalam batas normal.

d. Tes-tes Khusus

1) Tes Ballotement (mengoyang-goyangkan objek didalam

cairan) Caranya: recessussuprapatellaris itu

dikosongkan dengan menekanya dengan satu tangan,

sementara itu dengan jari tangan lainya patella di tekan

ke bawah. Dalam keadaan normal patella tidak dapat

ditekan ke bawah, tapi bila terdapat banyak cairan sendi

pada lutut akibat OA maka patella seperti terangkat

sehingga ada sedikit gerakan ke atas bawah dan kadang

terasa seolah-olah patella “mengetik” pada dasar keras

itu.

2) Tes Fluktuasi

Caranya ibu jari telunjuk dari satu tangan diletakan

disebelah kanan dan kanan patella, bila kemudian

recessus suprapatellaris itu dikosongkan mengunakan

tangan lainya, maka ibu jari dan jari telunjuk tadi


seolah-olah terdorong oleh perpindahan cairan dalam

lutut.

3) Tes Lekuk

Caranya dengan memakai pungung tangan, kita

mengusapi “lekuk kecil” disebelah medial palleta ke

arah proximal, sehingga dikosongkan dari cairanya.

kemudian kita melaksanakan gerakan mengusap yang

sama pada patella bagian lateral, maka lekuk kecil yang

medial itu akan kelihatan terisi cairan.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Aspiani (2014) pada penderita

osteoartritis yaitu:

a. Pencegahan

1) Penurunan berat badan.

2) Pencegahan cedera.

3) Screening sendi paha.

4) Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat

kerja.

b. Terapi Farmakologi

Sampai sekarang belum ada-obatan spesifik yang khas

untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum

jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa


sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak

mampuan. Obat-obat anti inflamasinonsteroid bekerja

sebagai analgentik dan sekaligus mengurangi sinovitis,

meskipun tidak bisa memperbaiki atau menghentikan

proses patologis osteoartritis.

1) Acetamiophen

Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh

dokter karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi

rasa sakit.

2) NASAIDs (nosteroid anti inflammatory drugs)

Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada send.

Efek samping, yauitu menyebabkan sakit perut dan

ganguan fungsi ginjal.

3) Topical pain

Dalam bentuk creamatau spray yang bisa digunakan

langsung pada kulit yang terasa sakit

4) Tramadol

Tidak mempunyai efek samping seperti yang ada pada

acetaminophen dan NASAIDs.

5) Mild narcotic painkillers

Mengandung analgesik seperti codein atau hydrocodone

yang efetif mengurangi rasa sakit pada penderita

osteoartritis.
6) Corticosteroids

Efektif mengurangi rasa sakit.

7) Hyaluronic acid

Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh

disacchardies of glucuronic acid dan N-

acetyangluosamine. Disebut juga viscosupplementation.

Digunakan dalam perawatan pasien osteoartritis.

8) Glucosamine dan chondrotin sulfate

Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoartritis pada

lutut.

c. Terapi konservatif

Kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-

alat orthotik untuk menyanga sendi yang mengalami

inflamasi.

d. Terapi Non Farmakologi

1) Olahraga

Olahraga yang dilakukan adalah olahraga yang tidak

terlalu berat dan tidak menyebabkan bertambahnya

kompresi atau tekanan atau terauma pada sendi, yaitu

minsalnya berenang dan mengunakan sepeda statis.

Olahraga selain berfungsi untuk mengurangi rasa sakit

dan kaku juga bermamfaat untuk mengontrol berat

badan.
2) Proteksi/ perlindungan sendi

Sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari-hari dan

pekerjaan yang dapat menambah stres/tekanan pada

sendi.

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena

mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari

aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit,

pemakaian tongkat alat-alat listrik yang dapat

memperingan kerja sendi jua perlu diperhatikan. Beban

pada lutut berlebihan karena kaki yang tertekuk

(pronatio).

3) Terapi panas atau dingin

a) terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa

sakit,membuat otot-otot sekitar sendi menjadi rileks

dan melancarkan peredaran darah. Terapi panas

dapat diperoleh dari kompres dengan air

hangat/panas, sinar IR (infra merah) dan alat-alat

terapi lain seperti SWD/MWD.

b) Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak

pada sendi dan mengurangi rasa sakit. Terapi

dingin biasamya dipakai saat kondisi masih akut.

Dapat diperoleh dengan kompres.

4) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien

Osteoartritis yang gemuk harus menjadi program

utama pengobatan Osteoartritis. Penurunan berat

badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan

dan peradangan.

5) Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlikan pasien osteoartritis

oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidak

mampuanya yang ditimbulkanya. Disatu pihak pasien

ingin menyembunyikan ketidak mampuanya, dipihak

lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya.

Pasien Osteoartritis sering kali keberatan untuk

memakai alat-alat bantu karena faktor psikologis.

e. Persoalan seksual

Ganguan seksual dapat dijumpai pada pasien

osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan

lutut, sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari

dokter karena biasanya pasien engan mengutarakanya.

f. Fisoterapi

Fisiotrapi berperan penting pada penetalaksanaan

Osteoartritis, meliputi terapi panas dan dingin dan

program latihan yang tepat. Pemakaian yang pasnas

diberikan sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri


dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya

diberi dingin dan obar-obat gosok jangan dipakai

sebelum pemanasan.

g. Oprasi

Oprasi dapat dipertimbangkan pada pasien osteoartritis

dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri yang

menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang

dilakukan adalah osteotomy untuk mendeteksi ketidak

lurusan atau ketidak sesuaian, debridement sendi untuk

menghilangkan fragmen tulang rawan sendi,

pembersihan osteofit.

h. Akupuntur

Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi

sendi. (Aspiani, 2014).

B. Asuha Keperawatan Pada Lansia Dengan osteoartritis

1. Pengkajian

Pengkajian pada studi kasus ini penulis mengacu pada

pengkajian gangguan sistem muskuloletal menurut Aspiani

(2014) yaitu:

a. Identitas

Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem

muskuloskeletal adalah usia, karena ada beberapa penyakit


muskuloskletal banyak terjadi pada klien diatas usia 60

tahun.

b. Keluhan utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan

penyakit muskuloskletal seperti: Rheumatroid Arthritis, Gout

Arthritis , Osteoartritis dan Osteoporosis adalah klien

mengeluh nyeri pada persendian yang terkena, adanya

keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan

mobilitas.

c. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit

yang diderita klien dan mulai timbulnya keluhan yang

dirasakan sampai klien dibawa ke Rumah Sakit, dan apakah

pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain Rumah Sakit

umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan

bagaiman perubahanya dan data apa yang didapatkan saat

pengkajian.

d. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit

muskuloskletal sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja

yang berhubungan dengan adanya riwayat penyakit

muskuloskleteal, pengunaan obat-obatan, riwayat

mengkonsumsi alkohol dan merokok.


e. Riwayat penyakit keluarga

Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang

menderita penyakit yang sama karena faktor

genetik/keturunan.

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum.

Keadaan umum klien lansia yang mengalami ganguan

muskuloskletal biasanya lemah.

2) Kesadaran klien biasanya Composmentis dan Apatis.

3) Tanda-Tanda Vital:

a) Suhu meningkat (>37oC).

b) Nadi meningkat (N: 70-82x/menit).

c) Ekanan darah meningkat atau dalam batas normal.

d) Pernafasan biasanya mengalami normal atau

meningkat.

4. Pemeriksaan Review of system (ROS)

a) Sistem Pernafasan (B1:Breathing)

dapat ditemukan peningkatan rekuensi nafas atau

masih dalam batas normal.

b) Sistem sirkulasi (B2: Bleeding)

Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apikal,

sirkulasi, prifer, warna, dan kehangatan.

c) Sistem Pernafasan (B3: Brain)


kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot,

terlihat kelemahan/hilang fungsi. Pegerakan

mata/kejelasan melihat, dilatasi pupil. Agitasi

(mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas).

d) Sistem perkemihan (B4: Bleder)

Perubahan pola berkemih, seperti inkontinesia urin,

disuria,distensi kandung kemih, warna dan bau urin,

dan kebersihanya.

e) Sistem pencernaan (B5: Bowel)

Kontispasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi,

auskultasi bising usus, anoreksia adanya distensi

abdomen, nyeri tekan abdomen.

f) Sistem muskuluskletal (B6: Bone)

Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin

terlokalisasi pada area jaringan, dapat berkurang

pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur, atrofi

otot, laserasi kulit dan perubahan warna.

g. Pola fungsi kesehatan

Yang perlu dikaji adalah aktivitas apasaja yang dilakukan

sehubungan dengan adanya nyeri pada persendian, ketidak

mampuan mobilisasi.

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Menggabarkan persepsi, pemeliharaan, dan

penanganan kesehatan.

2) Pola nutrisi

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan

elektrolit, nafsu makan, pola makan,diet, kesulitan

menelan, mual/muntah, dan makanan kesukaan.

3) Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih,

defekasi, ada tindakanya, masalah defekasi, masalah

nutrisi, dan penggunaan kateter.

4) Pola tidur dan istirahat

Mengambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi

terhadap energi, jumlah jam tidur pada siang dan

malam,masalah tidur, dan insomnia.

5) Pola aktivitas dan istirahat

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi

pernafasan, dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung,

frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan.

Pengkajian Indeks KATZ.

6) Pola hubungan dan peran

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan

peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan

peran klien terhadap anggota keluarga dan

masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya

rumah, dan masalah keuangan, pengkajian APGAR

keluarga(Tabel APGAR Keluarga).

7) Pola sensori dan kognitif

menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola

persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan,

pendengaran, perasaan, dan penciuman.

8) Pola persepsi dan konsep diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan

persepsi terhadap kemapuan konsep diri. Konsep diri,

harga diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai

sistem terbuka dan makhluk bio-psiko-sosio-kultural-

spritual, kecemasan ketakutan, dan dampak terhadap

saki.

9) Pola seksual dan reproduksi

Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap

seksualitas .

10) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping

Menggambarkan kemampuan untuk menangani

stress

11) Pola tata nilai dan kepercayaan


Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai

keyakinan termaksuk spiritual.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen injuri

(biologi, kimia, fisik, psikologis) ditandai dengan klien

melaporkan adanya nyeri pada persendian, ekspresi

wajah meringis.

b. Kerusakan moblitas fisik berhubungan dengan nyeri

dan ketidaknyamanan, kerusakan neuromuskuler,

kehilangan integritas struktur tulang, kekakuan sendi

atau kontraktur.

c. Kurang pengetahuan berubungan dengan kurang

paparan, mudah lupa, misinterpretasi informasi

ditandai dengan klien mengungkapkan adanya

masalah, klien mengikuti instruksi tidak akurat.

d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional,

perubahan status kesehatan, stres, ancaman

terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian

ditandai dengan produktivitas berkurang, kontak mata

buruk, klien tampak gelisah, klien mudah tersinggung,

klien tampak khawatir, klien tampak cemas, respirasi

meningkat, nadi meningkat, suara gemetar, refleks


meningkat, wajah tegang, anoreksia, kelelahan

peningkatan tekanan darah, klien sulit berkosentrasi.

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan

pengobatan penyakit, trauma atau cidera,

pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan

mengenai perubahan dalam penampilan, struktur dan

fungsi, perasaan negatif tentang tubuh (perasaan

tidak berdaya

Anda mungkin juga menyukai